Anda di halaman 1dari 59

Tuberkulosis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.

Tuberculosa
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal

Paru-paru penderita TBC melalui Sinar X

ICD-10

A15.-A19.

ICD-9

010-018

OMIM

607948

DiseasesDB

8515

MedlinePlus

000077Templat:MedlinePlus2

eMedicine

med/2324 emerg/618radio/411

MeSH

C01.252.410.040.552.846

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu

penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah. Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Klasifikasi 2 Patofisiologi

2.1 Penularan

3 Diagnosis

3.1 Simtoma klinis

4 Lihat pula 5 Referensi

6 Pranala luar

[sunting]Klasifikasi

Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis Tuberkulosis pada sistem saraf Tuberkulosis pada organ-organ lainnya Tuberkulosis millier

[sunting]Patofisiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5 dan lebar 3, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.

[sunting]Penularan
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue. Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang disebut

sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi

[sunting]Diagnosis [sunting]Simtoma

klinis

Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernafasan ( sedang gejala lokal lain sesuai akan sesuai dengan organ yang terlibat ) Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up

[sunting]Lihat

pula

Daftar korban Tuberkulosis terkenal Mycobacterium leprae tes Heaf Mycobacterium bovis Kusta

[sunting]Referensi

Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 4th edition (2000). Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (Internet versionupdated Aug 2003).

Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society. Control and prevention of tuberculosis in the United Kingdom: Code of Practice 2000. Thorax 2000;55:887-901 (fulltext).

Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis. ISBN 0-8147-1927-9 HB - ISBN 185285-332-8 PB

Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure the World. Tracy Kidder, Random House 2000. ISBN 0-8129-7301-1. A nonfiction account of treating TB in Haiti, Peru, and elsewhere.

Ha SJ, Jeon BY, Youn JI, Kim SC, Cho SN, Sung YC. Protective effect of DNA vaccine during chemotherapy on reactivation and reinfection of Mycobacterium tuberculosis. Gene Ther. 2005 Feb 03; [Epub ahead of print] PMID 15690060

Tuberkulosis - Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006. ISBN 979-96614-7-1

TBC
TBc atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil tahan asam disingkat BTA nama lengkapnya Mycobacterium Tuberculosis. Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh ,namaun kuman ini paling sering menyerang organ Paru. Infeksi Primer terjadi pada individu yang sebelumya belum memiliki kekebalan tubuh terhadap M Tuberculosis Basil TBC terhisap melalui saluran pernapasan masuk kedalam paru ,kemudian basil masuk lagi ke saluran limfe paru dan dari ini basil TBC menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Melalui aliran darah inilah basil TBC menyebar keberbagai Organ tubuh. Bagaimana mengetahui kita terserang TBC ? TbC dapat kita diagnosa melalui pengkajian dari gejala klinis ,pemeriksaan fisik ,gambaran radiologi atau Rontgen Paru dan pemeriksaan laboratorium klinis maupun bakteriologis. Gejala klinis yang sering ditemui pada tuberculosis paru adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Pada pemeriksaan fisik kadang kita dapat menemukan suara yang khas tergantung seberapa luas dan dan seberapa jauh kerusakan jaringan paru yang terjadi. Pemeriksaan Rontgen dapat menunjukkan gambaran yang bermacam macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari Tuberculosis Paru. Pada pemeriksaan laboratorium ,peningkatan Laju Endap Darah dapat menunjukan proses yang sedang aktif ,tapi laju endap darah yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses Tuberculosis.

Penemuan adanya BTA pada Dahak , bilasan bronkus ,bilasan lambung ,cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC Paru. Sering dianjurkan untuk pemeriksaan dahak sebanyak 3 kali untuk dahak yang diambil pada pagi hari. Pengobatan TBC Paru : Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan ,mencegah kematian ,dan kekambuhan. Obat TBC yang utama adalah Isoniazid ,Rifampisin ,pirazinamid ,streptomisin dan etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang biasa digunakan adalah kanamisin ,kuinolon ,makroloid dan amoksisilin di kombinasikan dengan klavulanat. Pengobatannya secara keseluruhannya dapat mencapai 12 bulan.

Fakta TBC
Penyakit TBC pada wanita dan anak-anak ternyata masih saja membuat kita prihatin ,inilah 10 faktanya : 1 Tbc membunuh wanita lebuh banyak dari pada semua kombinasi penyebab kematian pada wanita. 2. Tbc membunuh hampir satu juta wanita per tahun lebih dari infeksi manapun dan lebih dari seperempat juta meninggal pada usia produktif mereka. 3. Tbc membunuh lebih dari 100.000 anak setiap tahunnya. 4. TBC membuat anak yatim piatu lebih banyak daripada penyakit manapun. 5. TBC membuat keluarga terjerumus dalam jurang kemiskinan 6. Dibeberapa negara ,anak-anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga karena penanggung hidup mereka meninggal karena TBC. 7. TBC merupakan penyakit yang terutama menyerang kaum muda ,yaitu orang-orang dalam masa produktif hidup mereka. 8. Sepuluh persen wanita pada usia reproduktif yang mening gal dikarenakan TBC. 9. Anak-anak adalah usia yang paling rentan terhadap jenis-je nis TBC terberat ,yaitu yang menyerang otak dan sumsum tulang belakang. 10. Gerakan wanita adalah garda terdepan yang memberi respon terhadap TBC di berbagai negara di beberapa belahan dunia ini.

Pertanyaan Seputar TBC


1. Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC? 2. Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC? 3. TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman TBC? 4. Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC? 5. Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik? 6. Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama? 7. Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur? 8. Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya? 9. Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali? 10. Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC? 11. Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih? 12. Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC? 13. Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC? 14. Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?

Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?


Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari gejalanya terlebih dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Dan untuk memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi tidak selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen.

Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?
Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru-paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan dan pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah.

TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman TBC?
Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan.

Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?
Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC.

Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?


Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat tertular.

Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?


Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri TBC memiliki daya tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6 sampai 9 bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat.

Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?


Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan, sehingga dikhawatirkan akan timbul resistensi bakteri TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan semakin sulit dan mahal.

Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?


Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?
Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada kekebalan seumur hidup. Jadi bila telah sembuh dari penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC, maka orang tersebut dapat terjangkit kembali.

Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?
Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu perlu diteliti apakah ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti pernah tertular penyakit TBC tapi karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala. Atau saat ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan hanya meninggalkan bekasnya saja di paru-paru.

Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?
Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar rumah kita saja, bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop, kantor, bus yang belum tentu terbebas dari kuman TBC. Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil risiko terjangkit TBC.

Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?
Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi janin dalam kandungan. Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat TBC dengan dosis efektif terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada perkembangan janin harus tetap dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu selama TBC masih aktif.

Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC?
Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat secara ketat dan beri makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik. Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan.

Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?
Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.

Pengobatan TBC (Tuberculosis)


by YUSRI on JUNE 12, 2011

Pengobatan Tbc memakan waktu lebih lama dibandingkan mengobati infeksi bakteri jenis lain. Jika terinfeksi Tbc, penderita harus minum antibiotik setidaknya selama enam sampai sembilan bulan. Pengobatanpenyakit tbc yang tepat dan lamanya pengobatan tergantung pada usia, kesehatan secara keseluruhan, resistensi obat, jenis tbc (laten atau aktif) dan lokasinya dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh (pertahanan) dapat melawan infeksi dan menghentikan bakteri yang menyebar. Sistem kekebalan tubuh akhirnya dengan membentuk jaringan parut mengelilingi bakteri tbc dan mengisolasi seluruh tubuh. Tuberkulosisyang terjadi setelah paparan awal bakteri sering

disebut Tbc primer. Jika tubuh mampu membentuk jaringan parut (fibrosis) di sekitar bakteri TB, maka infeksi terkandung dalam keadaan tidak aktif. Individu seperti biasanya tidak memiliki gejala tbc dan tidak dapat menyebar TB kepada orang lain. Jika seseorang terinfeksi tbc laten, mungkin perlu untuk mengambil hanya satu jenis obat untuk pengobatan tbc. Tbc Aktif terutama jika itu adalah virus yang tahan obat (resisten), akan membutuhkan beberapa obat sekaligus. Yang paling umum obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis antara lain Isoniazid, Rifampisin (Rifadin, Rimactane), Etambutol (Myambutol), dan Pirazinamid.

Efek Samping Pengobatan TBC


Efek samping pengobatan penyakit tbc tidak umum tapi bisa serius ketika terjadi. Semua obat TB dapat sangat beracun untuk hati penderita apalagi gejala tbc juga disertai dengan komplikasi hati (ingat bahwa hati berfungsi menetralisir racun dalam tubuh). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa perlu rujukan atau resep dokter untuk mengkonsumsi obat-obat tersebut. Efek samping yang umum ditimbulkan antara lain mual, muntah, kehilangan nafsu makan, warna kuning pada kulit (jaundice/ikterus), urine menjadi gelap, demam yang berlangsung tiga hari atau lebih dan tidak memiliki penyebab yang jelas. Setelah beberapa minggu penderita yang terinfeksi tidak akan menular mungkin mulai merasa lebih baik. Penting bahwa menyelesaikan pengobatan tbc secara konsisten, terapi dan konsumsi obat persis seperti diresepkan oleh dokter. Menghentikan pengobatan terlalu dini atau melewatkan dosis bisa membiarkan bakteri yang masih hidup untuk menjadi resisten terhadap obat-obatan, yang mengarah ke infeksi yang jauh lebih berbahaya dan sulit untuk diobati. Untuk membantu orang tetap konsisten, terapi pengobatan tbc yang diawasi secara langsung kadang-kadang dianjurkan. Dalam pendekatan ini, seorang pekerja perawatan kesehatan mengelola obat penderita.

Tulisan Terkait "Pengobatan TBC (Tuberculosis)":

Pencegahan TBC
Pencegahan tbc terkadang menjadi langkah yang dilupakan oleh sebagian orang. Jika seseorang memiliki tes positif untuk infeksi laten tbc, dokter mungkin [...]

Gejala TBC
Gejala tbc mungkin telah banyak kita temui di iklan layanan masyarakat, pamphlet, spanduk di pinggiran kota, dan media-media lainnya. Penyakit yang [...]

TBC TB Tuberkulosis
Tbc atau penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang sampai saat ini tingkat prevalensinya masih tinggi di berbagai Negara. Pengertian Tbc adalah penyakit [...]

Penyebab TBC (Tuberkulosis)


Penyebab tbc (tuberkulosis) adalah suatu bakteri yang dikenal dengan Mycobacterium tuberculosis, dimana bakteri ini menyebar dari orang ke orang melalui tetesan [...]

Pengobatan Asma Saat Ini Hanya Mengobati Gejalanya Saja


pengobatan asma dilakukan pada gejala asma dan berlangsung selama waktu yang sangat lama. Seperti yang dijelaskan pada artikel kami sebelumnya, penyakit [...]

{ 1 comment read it below or add one }


Penyakit TBC Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Penyebab Penyakit TBC Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa Cara Penularan Penyakit TBC Penyakit TBC biasanya menular melalui

udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paruparu. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentukbentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orangorang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC. Diterbitkan di: 08 Januari, 2008

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1741116-penyakit/#ixzz1cAGay9ow

TB pada Anak :
The Great Immitator
RACIKAN UTAMA - Edisi Mei 2007 (Vol.6 No.10)

Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau overdiagnosis!

Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB)? Penyakit ini kian populer setelah dalam beberapa waktu belakangan ini muncul di layar kaca dengan slogan baru yang disandangnya, TB: Bukan Batuk Biasa. Beberapa awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit flek paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun

memiliki hari peringatan sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.

Misdiagnosis atau Overdiagnosis TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun terancam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Di sinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr dr Cissy B Kartasasmita SpA(K) dalam The 2007 National Symposium Update on Tuberculosis and Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006 lalu. Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen. Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis!

Batuk Kronik Jarang Terjadi Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu. Gejala lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan

infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator.

Diagnosis Cissy menjelaskan bahwa diagnosis TB pada anak ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis, uji tuberkulin serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Uji tuberkulin (tes Mantoux) menjadi alat diagnostik utama pada kasus TB anak. Sebanyak 0,1 ml tuberkulin jenis PPD-RT 23 2 TU atau PPD-S 5 TU disuntikan intrakutan di bagian volar lengan bawah. Setelah 48-72 jam, daerah suntikan dibaca dan dilaporkan diameter indurasi yang terjadi dalam satuan milimeter. Perlu diperhatikan bahwa diameter yang diukur adalah diameter indurasi bukan diameter eritema! Untuk meminimalkan kesalahan pengukuran, lakukan palpasi secara halus pada daerah indurasi, lalu tentukan tepinya. Hasil uji tuberkulin dapat dipengaruhi oleh status BCG anak. Pengaruh BCG terhadap reaksi positif tuberkulin paling lama berlangsung hingga 5 tahun setelah penyuntikan. Jadi, ketika membaca uji tuberkulin pada anak di atas 5 tahun, status BCG dapat dihiraukan. Uji tuberkulin dinyatakan positif apabila diameter indurasi 5 mm pada anak dengan faktor risiko seperti menderita HIV dan malnutrisi berat; dan 10 mm pada anak lain tanpa memandang status BCG. Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15 mm masih mungkin disebabkan oleh BCG selain oleh infeksi TB. Bila indurasi 15 mm lebih mungkin karena infeksi TB daripada BCG. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah hitung sel darah, laju endap darah, urinalisis, enzim hati dalam serum (SGOT/SGPT). Asam urat sebaiknya diperiksa apabila akan diberikan pirazinamid dan penglihatan harus diperiksa bila diberikan ethambutol. Pungsi lumbal sebaiknya dilakukan pada TB milier atau bila ada tanda-tanda kecurigaan TB milier atau meningitis TB. Foto rontgen harus diambil dari 2 sisi yaitu postero-anterior dan lateral. Gambaran yang umum terlihat adalah pembesaran kelenjar hilus atau paratrakea. Dapat juga ditemukan kolaps atau konsolidasi dengan hiperinflasi lokal yang terjadi akibat obstruksi bronkus parsial. Diagnosis banding pembesaran kelenjar hilus/paratrakea pada anak adalah infeksi Mycoplasma, atau keganasan (limfoma sel T dan neuroblastoma). Hasil foto rontgen sebaiknya diinterpretasikan oleh radiolog yang kompeten dan berpengalaman, tegas Prof Cissy. Pada beberapa kasus, interpretasi foto rontgen sulit dilakukan sehingga CT-Scan mungkin diperlukan. UKK Respirologi IDAI 2007 menyusun sistim skoring yang dapat digunakan sebagai uji tapis bila sarana memadai. Bila skor 6, beri OAT selama 2 bulan, lalu evaluasi. Bila respon positif maka terapi

diteruskan, tetapi bila tidak ada respon, rujuk ke rumah sakit untuk ditinjau lebih lanjut. Rujukan ke rumah sakit dilakukan sesegera mungkin bila ditemukan tanda-tanda bahaya seperti gambaran milier pada foto rontgen, gibbus, skrofuloderma, dan terdapat tanda infeksi sistim saraf pusat (kejang, kaku kuduk, kesadaran menurun), serta kegawatan lain. [Tabel 1] WHO membuat kriteria anak yang diduga (suspected) menderita TB, bila: 1. 2. 3. sakit, dengan riwayat kontak dengan seseorang yang diduga atau dikonfirmasi menderita TB paru; tidak kembali sehat setelah sakit campak atau batuk rejan (whooping cough); mengalami penurunan berat badan, batuk, dan demam yang tidak berespon dengan antibiotik saluran nafas; terdapat pembesaran abdomen, teraba massa keras tak terasa sakit, dan ascites; terdapat pembesaran kelenjar getah bening superfisial, tidak terasa sakit, dan berbatas tegas; mengalami gejala-gejala yang mengarah ke meningitis atau penyakit sistim saraf pusat.

4. 5. 6.

Tabel 1. Sistim Skoring Diagnosis TB Anak 0 Kontak 1 Positif TB, BTA (-) 2 3 BTA (+)

Uji tuberkulin

Negatif

Positif

Berat badan

Penurunan badan

berat Malnutrisi berat

Demam

Batuk

<3

minggu Pembesaran kelenjar

3 minggu

1 cm, tidak nyeri

Tulang

Bengkak

Rontgen dada

Normal

Suggestive TB

Kemoprofilaksis Seorang anak dapat terinfeksi kuman TB tetapi belum tentu bermanifestasi menjadi sakit TB. Apabila daya tahan tubuh anak menurun atau virulensi kuman TB yang menginfeksi ganas maka anak yang semula hanya terinfeksi menjadi sakit TB. Ada 2 macam kemoprofilaksis TB pada anak. [Tabel 2] Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tuberkulosis pada anak, dengan memberikan isoniazid 5-10 mg/kgBB/hari, dosis tunggal. Kemoprofilaksis primer dihentikan bila sumber kontak tidak menular lagi dan anak ternyata tetap tidak infeksi dibuktikan dengan uji tuberkulin ulang. Kalau ternyata hasil uji tuberkulin positif maka harus dievaluasi lebih lanjut. Kemoprofilaksis sekunder bertujuan mencegah aktifnya infeksi sehingga anak tidak sakit yang ditandai dengan uji tuberkulin positif tetapi gejala klinis dan radiologis normal. Yang diberikan adalah isoniazid 10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan. Kelompok anak terinfeksi TB yang berisiko tinggi menderita TB adalah: 1. 2. 3. 4. 5. usia <5 tahun menderita penyakit infeksi (morbili, varisela) mendapat obat imunosupresif jangka panjang (sitostatik, steroid, dll) usia pubertas infeksi paru TB, konversi uji tuberkuiln dalam kurang dari 12 bulan.

Tabel 2. Klasifikasi Kelas TB pada Anak Kelas 0 1 2 3 Kontak + + + Infeksi + + Sakit + Tatalaksana Profilaksis 1 Profilaksis 2 Terapi TB

OAT Prinsip penatalaksaan TB anak adalah lebih cepat mengobati daripada terlambat agar komplikasi tidak terjadi. Bila dianamnesis dan diperiksa, anak kemungkinan besar menderita TB maka beri OAT selama 2 bulan. Lalu, observasi apakah terdapat perbaikan klinis. Bila ya, lanjutkan OAT lagi (total 6-12 bulan); tetapi bila tidak, mungkin bukan TB atau TB resisten terhadap OAT. Lama pengobatan TB berkisar 6-12 bulan yang dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada fase intensif, OAT yang diberikan adalah rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid selama 2 bulan pertama. Sedangkan fase lanjutan hanya diberikan rifampisin dan isoniazid selama sisa waktu pengobatan. Waktu yang diperlukan untuk mengobati TB boleh dibilang lama, dengan tujuan mencegah terjadinya resistensi obat, membunuh kuman intraselular dan ekstraselular, serta mengurangi kemungkinan terjadinya relaps. [Tabel 3 & 4] Respon anak terhadap OAT (farmakokinetik) berbeda dengan dewasa. Toleransi anak terhadap dosis OAT per kilogram berat badan lebih tinggi. Efek samping hepatitis akibat isoniazid dan rifampisin lebih banyak ditemukan pada anak. Maka dari itu, dianjurkan untuk memeriksa rutin uji faal hati sebelum pengobatan, setelah 2 minggu dan 1 bulan pengobatan. Dosis OAT pada anak harus mengacu pada dosis per kilogram berat badan. Karena OAT yang tersedia di pasaran berbentuk tablet untuk orang dewasa, maka saat diberikan kepada anak, tablet itu harus digerus menjadi puyer. Tak hanya itu, isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid tidak boleh dicampur menjadi satu puyer sebab dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Berbicara mengenai minum OAT, tidak hanya sekedar minum tetapi juga patuh. Kepatuhan minum OAT meliputi benar obat (right drugs), benar dosis (right doses), dan benar waktu pemberian (right intervals) tertuang dalam program Direct Observed Therapy (DOT) menjadi bagian yang sangat krusial. Orang tua atau pengasuh anak dapat dijadikan pengawas minum obat yang bertugas mengawasi anak agar tidak lupa minum OAT. Dilaporkan pada tahun 1999, sekitar 82,9% anak menjalankan program DOT, dan 94,8% diantaranya menunaikannya sampai tuntas. DOT juga berhasil mengurangi risiko terjadinya TB resisten terhadap OAT.

Tabel 3. Dosis Obat Antituberkulosis Lini Pertama Obat Dosis Harian Dosis Max (mg/kgBB/hari) (mg/hari) 5-15* 300 Efek Samping

Isoniazid

Hepatitis, neuritis hipersensitivitas

perifer,

Rifampisin**

10-20

600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna orange kemerahan

Pirazinamid

15-30

2000

Toksisitas hepar, gastrointestinal

artralgia,

Etambutol

15-20

1250 Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, hipersensitivitas, gastrointestinal

Streptomisin

15-40

1000

Ototoksik, nefrotoksik

* Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari ** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu bioavailabitias rifampisin

Tabel 4. Dosis OAT Kombinasi pada TB anak Berat Badan (kg) 5-9 2 Bulan RHZ (75/50/150 mg) 1 tablet 4 Bulan RH (75/50 mg) 1 tablet

10-19 20-32 Catatan:

2 tablet 4 tablet

2 tablet 4 tablet

Bila BB 33 kg dosis disesuaikan dengan Tabel 2 (perhatikan dosis maksimal) Bila BB <5 kg sebaiknya dirujuk ke RS Obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah)

Pencegahan Cara terbaik mencegah terjadinya TB anak adalah dengan menemukan, mendiagnosa, dan mengobati TB dewasa secara tuntas. Gagasan itu muncul karena pada umumnya anak terinfeksi TB setelah terpapar dari orang dewasa dengan sputum positif kuman TB. Ketika seorang anak sudah menderita TB aktif maka seluruh anggota keluarga dan orang lain yang kontak dekat dengan anak tersebut harus diperiksa untuk mencari sumber penularan lalu diobati. Dengan demikian, rantai penularan dapat terputus sedini mungkin. Cara lain adalah imunisasi BCG. Meskipun masih terdapat kontroversi mengenai keefektifitasannya, BCG dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi TB seperti milier, meningitis, dan spondilitis. Melakukan imunisasi BCG ulangan tidak direkomendasikan karena tidak memberikan efek protektif tambahan. Masalah TB pada anak memang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat di dunia karena anak yang menderita TB tidak mudah menularkan ke orang sekitarnya. Padahal bukan penularan yang menjadi masalah, melainkan diagnosis yang sulit. Masihkah kita memicingkan mata terhadap situasi tersebut? http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=463

Kenali TBC Pada Usia Dini


Gejala yang bisa menjadi pertanda seorang anak menderita TBC adalah tidak hanya batuk saja, tapi juga disertai dengan demam dan diare. Untuk mengetahui si anak menderita TBC atau tidak, anak tersebut minimal harus memiliki tiga dari sepuluh gejala TBC yang harus dicurigai, antara lain:

Batuk tiga minggu atau lebih yang bukan karena asma atau gangguan pernafasan lainnya Demam yang lama Berat badan tidak naik atau bahkan turun Tes Mantoux positif

Hasil foto rontgen menunjukkan tanda-tanda TBC Setelah divaksinasi BCG dalam waktu 3-7 hari, timbul reaksi hebat misalnya di tempat suntikan menjadi kemerah-merahan Ibu memiliki tes BTA (basil tahan asam) yang positif Adanya scrophuloderma atau TBC kulit (seperti koreng yang kronik dan tak kunjung sembuh) Adanya phlycternular conjungtivitis (kadang di mata ada merah, lalu ada bintik putih) Adanya specific lymphadenopathy (pembesaran kelenjar getah bening di leher) Pada TBC, biasanya kelenjar yang membesar akan berderet atau lebih dari satu

Perlu diketahui, kasus TBC pada anak di Indonesia cukup banyak yaitu sekitar 20% dari seluruh kasus TBC. Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru TBC setiap tahunnya. Di seluruh dunia, TBC dapat membunuh 100.000 anak setiap tahunnya. Anak-anak juga paling rentan menderita TBC berat, yang menyerang otak dan medula spinalis. Mungkin karena sulit terdeteksi, kasus TBC pada anak seringkali tidak diperhatikan. Anak penderita TBC yang datang ke rumah sakit umumnya sudah mengalami TBC yang berat, meluas, dan sudah menyerang ke selaput otak (meningitis). Untuk mencegah TBC pada anak, perlu dilakukan vaksinasi BCG sejak bayi. Namun, apabila vakinasi itu dilakukan ketika si anak masih berusia 2-3 bulan maka harus dilakukan tes Mantoux terlebih dahulu. Jika tes Mantoux itu hasilnya negatif, baru boleh diberikan vaksinasi BCG. Kalau si anak ternyata positif TBC dan kemudian diberikan vaksinasi BCG, hal itu justru akan memberatkan penyakitnya. Namun, vaksin BCG tidak menjamin 100% si anak akan terhindar dari penyakit TBC. Hal itu disebabkan karena kasus TBC di Indonesia masih banyak sehingga kuman penyebab TBC, yaitu Micobacterium tuberkulosis, banyak tersebar di mana-mana. Selain itu, tes Mantoux yang positif juga bukan jaminan bahwa si anak menderita TBC. Jika tes Mantoux positif namun tidak disertai dengan minimal dua gejala lainnya, belum tentu anak tersebut menderita TBC aktif. Selain itu, anak yang tes Mantoux-nya positif menunjukkan bahwa ia sudah terpapar basil Tuberculosis, tapi kadang-kadang kondisi klinisnya baik. Pengobatan TBC pada anak adalah sekitar enam bulan sama seperti halnya TBC pada orang dewasa. Biasanya hasilnya sudah terlihat setelah si anak minum obat selama dua bulan. Namun, pengobatan TBC harus tetap dikonsultasikan pada dokter spesialis agar diperoleh hasil pengobatan yang tepat dan benar. http://dianroni.multiply.com/journal/item/10 TBC Pada Anak

Di Indonesia, penyakit TBC memang masih menjadi momok. Maklum saja, karena negara kita tercinta ini termasuk daerah endemis TBC. Anak kurus, susah/tidak mau makan, berat badan seret naik atau malah tidak naik-naik, acapkali dicurigai mengidap TBC. Orangtua mana sih, yang tidak gelisah ketika berat badan anaknya yang masih batita, stagnan di kilogram tertentu.

Dapat dimaklumi kalau orangtua sangat menaruh perhatian (malah kadang berlebihan) pada hal yang satu ini, karena kenaikan berat badan merupakan salah satu indikator tumbuh kembang anak, utamanya balita. Tetapi penyebab mandeknya kenaikan berat badan anak bukan monopoli TBC, lho! Ada banyak penyakit selain TBC, yang menyebabkan berat badan anak terganggu.

Sedihnya, masih banyak anak di republik ini yang didiagnosis sakit TBC padahal penyakit sebenarnya bukan itu. Akibatnya, anak jadi memperoleh pengobatan yang salah. Tentu kita tidak mau dong, hal itu terjadi pada si kecil. Karena itu, ngga ada salahnya orangtua belajar untuk mengenal serba-serbi penyakit ini. Bukan untuk berlagak atau sok-sokan menjadi dokter, lho...... Tetapi menambah pengetahuan merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga.

What is TBC? Tuberculosis yang disingkat TBC atau TB - adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary TB. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian/organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari pulmonary TB. Bila kuman TB menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningeal TB. Bila (kuman TB) menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut miliary TB atau extrapulmonary TB. Kuman TB berbentuk batang dan memiliki sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapi dalam tempat yang lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman) selama beberapa tahun. Bagaimana TB Menular? Bakteri TB menyebar bila orang dewasa penderita TB aktif yang tidak tertangani dengan baik (baca: memperoleh pengobatan), bersin atau batuk sehingga mengeluarkan sputum droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman TB. Bila kuman terhirup oleh orang dewasa lain, anak atau bayi yang sehat, menyebabkan mereka terinfeksi M. tuberculosis. Secara umum, hanya TBC paru-paru (pulmonary TB) yang menular. Namun orang yang tertular tidak selalu akan sakit TBC paru-paru juga, tergantung bagian

tubuh (organ) mana yang diserang oleh bakteri TB. Selain dari droplet dahak penderita TBC aktif, kuman TB juga dapat masuk ke tubuh manusia dari susu sapi murni yang tidak diolah (dimasak) dengan sempurna.

Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertular flu. Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yang cukup lama dan intensif dengan sumber penyakit (penular). Menurut Mayoclinic, seseorang yang kesehatan fisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita TB aktif setidaknya 8 jam sehari selama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi. Sementara masa inkubasi TB sendiri, yaitu waktu yang diperlukan dari mula terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB, lalu menjadi sakit TB. Menurut TB/HIV Clinical Manual hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi, berlanjut menjadi penderita TB (TB aktif). Kelompok yang paling rawan terinfeksi bakteri TB adalah bayi dan anak usia kurang dari 1 tahun. Setelah itu, tingkat kerawanannya menurun. Bahkan pada kisaran usia 5-9 tahun, anak-anak memiliki tingkat resiko terinfeksi yang paling rendah. Usia 10 tahun ke atas, tingkat kerawanan infeksi itu kemudian akan meningkat kembali, meskipun tidak setinggi kelompok usia 0-1 tahun. Anak-anak yang sakit TBC tidak dapat menularkan kuman TB ke anak lain atau ke orang dewasa. Sebab, pada anak biasanya TB bersifat tertutup. Kalaupun ada sekresi dahak, konsentrasi atau jumlah bakteri dalam droplet cenderung sedikit. Jadi kalau ada anak yang terinfeksi TBC, sudah pasti sumber penularnya adalah orang dewasa yang dekat dengannya. Orang dewasa penderita TB aktif yang telah menjalani pengobatan selama 2 minggu juga sudah aman. Dalam arti, ia sudah tidak menularkan kuman TB lagi. Meski demikian, yang bersangkutan tetap harus meneruskan terapi obatnya hingga selesai, untuk menghindari MDR (multi-drugs resistant) TB atau kuman TB yang resisten terhadap obat anti TB.

Bagaimana Mendiagnosa TB Pada Anak ? Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada anak.

Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik (khas). Cukup banyak

anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal sebenarnya tidak. Atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif.

dr. Davide Manissero dari WHO Indonesia (pada seminar PESAT 5 Jakarta, 4 Maret 2006) mengibaratkan diagnosa TBC itu bagaikan menggambar sekuntum bunga. Penyakit TBC diibaratkan sebagai putik bunga, sementara 4 mahkota bunga yang melingkupi putik adalah riwayat kontak/pemaparan dengan penderita TB aktif, gejala, tes Mantoux (uji Tuberkulin), dan foto rontgen. Kemudian, jika memungkinkan dilakukan uji bakteriologi (yang dilambangkan sebagai tangkai bunga) untuk menemukan biang keladinya alias kuman TBC.

Menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberculosis (24 Juni 2006), untuk memastikan apakah anak benar sakit TBC, dokter memerlukan satu alat diagnostik gabungan, yaitu sistem pembobotan (scoring). Ikatan Dokter Anak Indonesia telah mengeluarkan standar untuk sistem scoring ini. Memang hanya dokter yang berwenang untuk melakukan pembobotan (scoring). Namun demi kepentingan anak, sebaiknya orangtua juga proaktif berdiskusi dengan sang dokter dan membekali diri dengan pengetahuan tentang penyakit ini.

1. Riwayat Kontak atau Pemaparan Penyakit TBC adalah penyakit infeksi. Artinya, pasti ada sumber penularnya. Karena penularan TB memerlukan waktu pemaparan (exposure) yang cukup lama, maka apabila anak menderita TBC pastilah sumbernya adalah orang yang sehari-hari dekat dengannya. Entah itu ayah, ibu, kakek, nenek, pengasuh, atau orang lain yang tinggal satu rumah dengan anak dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu, ketika seorang anak/bayi diduga menderita TB, semua orang yang sehari-hari dekat dengan si kecil harus dipastikan mengidap TBC atau tidak.

Tingginya prevalensi (angka kejadian) TBC di Indonesia, menyebabkan uji Tuberkulin (Mantoux test) tak lagi efektif untuk mendiagnosa TBC pada orang dewasa karena sebagian besar orang dewasa yang tinggal dan hidup di sini sudah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada orang dewasa, diagnosis TB dapat dilakukan melalui uji dahak (sputum test) dan foto rontgen paru-paru. Uji dahak dilakukan untuk mengetahui keberadaan BTA dalam dahak. Tempat yang tepat (dan murah) untuk melakukan uji ini adalah Puskesmas. Foto rontgen paru-paru dari orang dewasa yang mengidap TB aktif, memberikan gambaran yang sangat khas. Walaupun anak tak tampak sakit tapi bila terbukti ada orang dewasa (yang dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua harus curiga anak terinfeksi TB dan membawanya ke dokter/RS/puskesmas agar anak mendapatkan penanganan yang tepat, untuk mencegahnya menjadi

sakit TB.

Oleh sebab itu, sebelum mempekerjakan orang di rumah (pembantu rumah tangga, pengasuh anak, supir keluarga), sebaiknya orangtua memastikan lebih dulu kondisi kesehatan orang-orang tersebut. Karena mereka lah yang lebih banyak berada di sekitar anak, apalagi bila kedua orangtua (ayah dan ibu) bekerja penuh waktu.

2. Gejala Tuberculosis pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala khusus. Gejala utama TB pada orang dewasa adalah batuk berdahak yang terus menerus selama 3 minggu atau lebih. Sayangnya, pada anakanak, umumnya batuk lama bukan gejala utama TB. Batuk lama, juga bisa manifestasi dari alergi.

Menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis (2002), gejala umum TB pada anak-anak adalah sebagai berikut :

Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas, setelah disingkirkan kemungkinan penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut). Dapat juga disertai keringat malam. Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak sakit, di leher, ketiak dan lipatan paha. Gejala gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas atau batuk.

Apabila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala yang ditimbulkan akan berbedabeda. Misalnya;

Kaku kuduk, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran pada TBC otak & saraf (meningitis TB) Gibbus, pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki dan tangan, pada TBC tulang & sendi

Namun harus dicermati pula bahwa gejala-gejala di atas bukan monopoli TBC, karena banyak juga jenis penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa. Meski begitu, bila anak mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas, sah-sah saja bila orangtua curiga. Tetapi kecurigaan ini harus dimanisfestasikan secara rasional, dengan cara memastikan dengan sebenar-benarnya apakah anak mengidap TBC atau tidak. Terlebih bila ada orang dewasa (yang sehari-hari bergaul dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua wajib memeriksakan kondisi kesehatan anak.

Berat badan tidak naik-naik misalnya, juga bisa disebabkan oleh banyak penyakit selain TBC. Antara lain gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih (ISK), penyakit jantung bawaan (PJB), refluks, gangguan tiroid, atau lainnya. Karena itu, sebelum terburu-buru menduga anak mengidap TB, pastikan terlebih dahulu kemungkinan penyakit lain. Dibarengi dengan upaya perbaikan gizi selama 1 bulan. Bila setelah itu berat badan anak meningkat, berarti kemungkinan anak tidak mengidap TB. Namun apabila setelah upaya tersebut, berat badan anak tidak meningkat atau malah semakin turun dan terbukti tidak disebabkan oleh penyakit lain, maka orangtua wajib untuk curiga.

Juga harus dibedakan antara susah makan dengan kehilangan nafsu makan. Memang ada masanya dimana anak jadi susah makan, dan itu normal. Tetapi bila tiba-tiba anak sampai tidak mau makan sama sekali (anorexia) dan hal itu berlangsung lama, atau bahkan makin memburuk, maka orangtua harus khawatir. Anak-anak usia balita juga seringkali mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian belakang telinga. Karena hal itu menunjukkan sistem imun tubuhnya sedang dilatih menghadapi serangan mikroorganisme. Orangtua baru harus khawatir bila pembengkakan terjadi di leher (bukan bagian belakang telinga), ketiak dan paha, dan bengkaknya berukuran besar (diameternya lebih dari 1 cm).

Batuk lama. Orangtua harus benar-benar memastikan, apakah batuk anak berlangsung dalam waktu lama (tanpa jeda) ataukah berulang? Sebab, menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberkulosis (24 Juni 2006), jika anak menderita batuk berulang, maka orangtua harus mencurigai penyakit lain; seperti asma, atau sinusitis untuk anak usia di atas 5 tahun. Begitu pula dengan demam. Demam yang perlu dicurigai TB adalah demam tingkat rendah atau sumeng yang berlangsung lebih dari 2 minggu dan bukan disebabkan oleh tifus, ISK, malaria atau penyakit lain selain TBC.

Selain gejala-gejala tersebut di atas, orangtua juga harus mengamati perilaku sehari-hari anak. Anakanak cenderung belum bisa menceritakan dengan jelas apa yang mereka rasakan. Rasa tidak enak badan, sakit, atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan, cenderung dimanifestasikan melalui perubahan sikap, misalnya tiba-tiba rewel terus menerus, menjadi cengeng atau gampang marah.

3. Tes Mantoux atau Uji Tuberkulin Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.

Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.

Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.

Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih. Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi), artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.

4. Foto Rontgen Untuk memperkuat diagnosis, diperlukan foto rontgen paru-paru. Tapi masalahnya, gambar rontgen dari TBC paru pada anak umumnya tidak khas sehingga menyulitkan interpretasi foto. Diperlukan orang yang benar-benar ahli, untuk menghindari terjadinya overdiagnosis atau underdiagnosis. Pada orang dewasa, kuman TBC membangun sarangnya pada paru-paru bagian atas, sehingga pada gambar rontgennya akan terlihat adanya infiltrat pada daerah tersebut. Sedangkan pada anak-anak, kuman TB membangun sarang di kelenjar getah bening yang lokasinya berdekatan dengan jantung. Jika hanya difoto dari depan akan sulit melihat adanya infiltrat, karena terutup oleh bayangan jantung. Oleh karena itu, untuk memperkuat diagnosis, foto rontgen juga harus dilakukan dari arah samping.

Dengan begitu, gambaran paru-paru tidak diganggu oleh bayangan jantung. Tetapi, lagi-lagi

keberadaan infiltrat bukan mutlak menunjukkan anak mengidap TBC. Anak yang sedang batuk dengan dahak yang banyak, meski tidak mengidap TB bila difoto rontgen dadanya, bisa memberikan gambaran infiltrat. Oleh karenanya, foto rontgen harus dilakukan pada saat anak dalam kondisi terbaik. Paling baik memang setelah anak sembuh dari batuknya. Bila tidak memungkinkan, pilih waktu ketika batuknya minimal. Sekali lagi, foto rontgen saja tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis TBC.

5. Uji Bakteriologi Uji bakteriologi yang umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan sampel dahak (tes dahak atau sputum test). Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2 sampel dari 3 sampel dahak seseorang, berarti orang tersebut dikatakan positif mengidap TBC paru aktif. Pendambilan sampel dilakukan secara SPS, maksudnya Sewaktu kunjungan pertama, esok Paginya, dan Sewaktu kunjungan berikut (kedua). Selain diperiksa melalui mikroskop, sampel dahak juga dapat diperiksa dengan cara dibiakkan dalam medium tertentu (tes kultur dahak). Tetapi tes ini memakan waktu yang lama, sementara tes dahak yang biasa hanya memakan waktu beberapa jam saja untuk mendapatkan hasilnya.

Namun tes dahak sangat sulit dilakukan pada anak-anak, karena mereka cenderung menelan dahaknya. Kalaupun ingin melakukan pemeriksaan mikroskopis BTA pada anak, caranya dengan menggunakan bilasan lambung anak. Tetapi cara ini dinilai menyakitkan bagi anak, sehingga tidak digunakan untuk deteksi dini. Bagi anak yang sudah mampu mengeluarkan dahaknya, maka tes dahak menjadi satu keharusan.

6. Tes Darah Biasanya, parameter yang diuji pada pemeriksaan darah adalah LED (laju endap darah) dan kadar limfosit. Tetapi keduanya ini nilai diagnostiknya bahkan lebih rendah daripada foto rontgen, sehingga hanya dapat digunakan sebagai data pendukung. Nilai LED dan limfosit yang tinggi (di atas kadar normal) hanya menunjukkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. Akan tetapi, semua jenis infeksi juga dapat meningkatkan nilai LED dan limfosit dalam darah.

Pengobatan TBC Bila anak positif sakit TBC, maka harus diobati sampai benar-benar sembuh. Kombinasi obat anti TBC (OAT) untuk anak adalah Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid. Ketiga obat tersebut diberikan selama 2 bulan pertama, lalu setelah itu, yaitu mulai bukan ketiga sampai keenam (4 bulan berikutnya) hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin. Untuk bisa sembuh, anak (dan orang dewasa) penderita TB harus mengkonsumsi OAT secara teratur, setiap hari, dan dalam jangka waktu lama. Bakteri TB ini mati secara sangat perlahan. Butuh waktu minimal 6 bulan untuk membunuh semua bakteri Tb dalam tubuh. Setelah mengkonsumsi OAT selama 2 minggu, anak mungkin akan merasa lebih baik dan tampak sehat. Tetapi ia tetap harus mengonsumsi OAT sampai selesai masa pengobatannya, karena pada saat itu belum semua bakteri TB mati.

Pada anak, lamanya pengobatan TB ini tergantung dari jenis TB yang diderita. Untuk TB paru-paru (pulmonary TB), lama pengobatan cukup 6 bulan saja. Alasannya, kuman TB yang hidup dalam tubuh anak penderita TB aktif, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada kuman yang ada dalam orang dewasa penderita TB aktif. Kenapa bisa begitu? Ini adalah berkat perlindungan dari imunisasi BCG. Sisa kuman yang masih ada setelah terapi pengobatan selesai, sudah tidak dapat berkembang biak lagi sehingga tidak berbahaya. Namun, untuk jenis TB yang lebih berat, yakni meningeal TB dan miliary TB, lamanya pengobatan setidaknya 9 bulan.

Bagaimana bila anak melewatkan dosis OAT-nya? Menurut dr. Davide dari WHO Indonesia pada seminar PESAT 5 (4 Maret 2006), apabila anak penderita TBC aktif melewatkan dosis OAT sampai maksimal 7 dosis (berarti 1 minggu), ia tidak perlu mengulang dari awal lagi, cukup meneruskan saja sisa masa terapinya. Karena jumlah kuman TB dalam tubuh anak jauh lebih sedikit daripada yang ada dalam tubuh orang dewasa, sehingga resistensi kuman juga menjadi jauh lebih rendah. Tetapi bila lewat lebih dari 1 minggu dan atau hal itu terjadi berulangkali, orangtua harus segera berkonsultasi dengan petugas kesehatan (dokter) yang berwenang.

Efek Samping OAT Ketiga obat anti TBC tersebut sebenarnya bersifat racun bagi hati, apalagi karena harus dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena, setelah selesai masa pengobatan, biasanya dokter memeriksa fungsi kerja hati (SGOT/SGPT). Isoniazid atau INH juga dapat menimbulkan reaksi negatif berupa kesemutan, nyeri otot, bahkan gangguan kesadaran. Untuk mengurangi efek tersebut, diberikan suplemen vitamin B6 (piridoxin) selama masa pengobatan.

Obat anti TBC untuk orang dewasa, selain INH, Rifampisin dan Pirazinamid, juga ada satu jenis obat lagi yaitu etambutol. Tetapi, jenis obat yang satu ini tidak diberikan untuk anak-anak yang hanya sakit TB paru-paru. Karena efek samping etambutol pada anak berusia kurang dari 8 tahun adalah buta warna dan/atau pandangan terbatas (seperti memakai kacamata kuda). Meski demikian, pada anak dengan kasus sakit TB yang berat (TB meningitis atau milier), terpaksa harus menggunakan etambutol, dengan catatan dosisnya harus tepat.

Mengingat demikian beratnya efek samping OAT, sudah seharusnya bila orangtua benar-benar memastikan apakah anak sakit TB atau tidak. TB/HIV Clinical Manual yang diterbitkan oleh WHO menyebutkan bahwa inisiasi (pemulaian) pengobatan TBC pada anak merupakan proses aktif. Apabila secara umum anak tidak tampak sakit, tak perlu terburu-buru untuk memulainya! Alih-alih demikian, sebaiknya orangtua bersama-sama dengan dokter yang menangani anak, melakukan pengamatan yang lebih mendalam lagi tentang kondisi anak. Ini karena kerja TBC pada anak tidak sama seperti TBC pada

orang dewasa. Jumlah kuman TBC yang ada dalam tubuh anak jauh lebih sedikit dari jumlah yang ada dalam tubuh orang dewasa, dengan sendirinya perkembangan penyakit itu juga lebih lambat pada anak. Tapi lain ceritanya, bila kondisi anak terlihat parah sampai tidak dapat bangun, misalnya atau usia anak masih sangat muda (di bawah 1 tahun). Pada kondisi-kondisi tersebut, pengobatan mau tidak mau harus segera dimulai.

TB Laten. Apakah Itu? Istilah laten TB atau TB laten ini sering kita temui di internet. Sesungguhnya, yang dimaksud dengan TB laten adalah orang yang terinfeksi bakteri TB tetapi tidak menjadi sakit TB (mengidap TB aktif). Dengan kata lain TB laten adalah infeksi TB. Dikatakan laten karena kuman TB tidak aktif tetapi juga tidak mati, melainkan tidur lama (dorman). TB pada kondisi ini tidak menular.

Orang dengan infeksi ini, tidak menunjukkan gejala-gejala TB dan sama sekali tidak merasa sakit. Bahkan foto rontgen paru-parunya normal dan bila dites dahaknya pun akan negatif. Keberadaan TB laten atau infeksi TB ini hanya bisa dideteksi melalui uji tuberkulin atau pemeriksaan darah khusus TB. Karena sistem imun tubuhnya memang belum sempurna, maka anak-anak balita adalah kelompok yang paling rentan terinfeksi kuman TB. Tetapi berkat vaksin BCG yang diberikan segera setelah bayi lahir, membuat anak tidak berkembang menjadi sakit TB. Anak yang terinfeksi TB ini ibarat bom waktu, yang akan meledak sewaktu-waktu bila kondisinya tepat. Yang dimaksud dengan kondisi yang tepat adalah pada saat daya tahan tubuh anak sedang menurun karena sedang sakit berat (karena penyakit lain), atau bisa juga penyakit TBC-nya muncul setelah si anak tumbuh dewasa atau berusia lanjut.

Karenanya, apabila anak positif terinfeksi TB, walaupun tidak berkembang menjadi sakit TB, tetap perlu diberi pengobatan pencegahan (profilaksis). Jumlah bakteri TB dalam infeksi TB lebih sedikit dari TB aktif, sehingga penanganannya pun lebih mudah, cukup dengan satu jenis obat saja, yaitu INH (isoniazid). Lama pengobatan pencegahan ini, menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis, berlangsung selama 6 bulan saja, tidak lebih! Akan tetapi, profilaksis hanya efektif bila anak berusia < 5 tahun. Pengobatan pencegahan TBC untuk orang dewasa yang tinggal di Indonesia, sama sekali tidak efektif alias percuma. Mengapa demikian? Karena negara Indonesia ini bisa dibaratkan sebagai reservoir besar kuman TB, sehingga bisa dikatakan sebagian besar orang dewasa di Indonesia sudah terinfeksi kuman TB.

Pencegahan Tuberculosis Karena sumber penularan TB adalah orang-orang dewasa yang sehari-hari dekat dengan anak, maka mereka lah yang harus ditangani dengan baik dan benar. Jika orangtua mencurigai dirinya atau anggota keluarga (yang serumah) lain memiliki gejala-gejala TBC, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apakah menderita TBC aktif atau tidak. Jika ternyata ada yang positif mengidap TBC aktif, tentunya anak harus diberi profilaksis INH, dan orang-orang lain yang tinggal serumah juga harus segera diperiksa

kondisi kesehatannya. Sedangkan orang yang positif mengidap TBC aktif harus dipastikan mengkonsumsi OAT-nya secara teratur sampai masa pengobatannya selesai. Akan lebih baik apabila screening ini dilakukan sebelum bayi lahir atau bahkan sebelum ibu hamil.

Imunisasi dengan vaksin BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TBC. Vaksin ini akan memberi tubuh kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Vaksin ini hanya perlu diberikan sekali seumur hidup, karena pemberian lebih dari sekali pun tidak berpengaruh. Tetapi imunisasi BCG juga tidak sepenuhnya dapat melindungi manusia dari serangan TBC. Tingkat efektivitas vaksin BCG memang hanya 70-80 %. Beberapa negara maju menetapkan kebijakan tidak perlu imunisasi BCG, cukup mengawasi dengan ketat kelompok yang beresiko tinggi. Tetapi untuk Indonesia, vaksin ini masih sangat dibutuhkan, mengingat posisi Indonesia yang no 3 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak.

Vaksin BCG akan sangat efektif bila diberikan segera setelah lahir atau paling lambat 2 bulan setelah lahir (dengan catatan selama itu bayi tidak kontak dengan pengidap TB aktif). Meskipun BCG tidak dapat 100% mencegah TBC paru-paru, tetapi pemberian vaksin ini akan melindungi anak dari bentuk-bentuk TBC yang lebih ganas (meningeal TB dan miliary TB). Anak yang sudah diimunisasi BCG, lalu terinfeksi kuman TB, umumnya tidak berkembang menjadi sakit. Kalaupun sampai berkembang menjadi TB aktif, biasanya perkembangbiakan kuman akan terlokalisir di paru-paru saja (pulmonary TB). Selain imunisasi, orangtua juga harus memperhatikan asupan gizi anak. Asupan gizi yang baik ditambah imunisasi BCG, diharapkan cukup ampuh menangkal serangan bakteri TB. Kalaupun anak sampai terinfeksi, dampaknya akan lebih ringan. (EG-index)

Daftar Kepustakaan :

Konsultasi dengan dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed dalam Cyberwoman tanggal 22 Februari 2005 Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. 2002. Departemen Kesehatan RI. Tuberculosis dalam www.infeksi.com Tuberculosis dalam www.mayoclinic.com , www.aap.org Tuberculosis dalam www.cdc.gov Latent TB Infection dalam www.cdc.com Tuberkulin Skin Testing dalam www.cdc.gov TBC Anak oleh dr. Davide Manissero (WHO Indonesia). Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat ke-5, 4 Maret 2006. Jakarta Tuberculosis oleh Gendi Jatikusumah. Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat ke-5 pada tanggal 4 Maret 2006. Jakarta. Flek Paru yang Mengecoh dalam Intisari Edisi April 2005. Tuberkulosis Anak oleh dr. Bambang Supriyatno, SpAK. Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni

2006. Jakarta. TBC di Indonesia oleh dr. Carmelia Basri. Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni 2006. Jakarta

image: www.dinkes-dki.go.id/tbc1.html

Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti


Posted by Ummu Kautsar pada 9 Februari 2008
1. Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?

Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari gejalanya terlebih dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadangkadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Dan untuk memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi tidak selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen.
Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?

Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru-paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan dan pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah.
TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman TBC?

Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan.
Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?

Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC.

Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?

Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat tertular.
Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?

Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri TBC memiliki daya tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6 sampai 9 bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat.
Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?

Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan, sehingga dikhawatirkan akan timbul resistensi bakteri TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan semakin sulit dan mahal.
Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?

Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?

Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada kekebalan seumur hidup. Jadi bila telah sembuh dari penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC, maka orang tersebut dapat terjangkit kembali.
Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?

Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu perlu diteliti apakah ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti pernah tertular penyakit TBC tapi karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala. Atau saat ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan hanya meninggalkan bekasnya saja di paru-paru.
Mungkinkah terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?

Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar rumah kita saja, bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop, kantor,

bus yang belum tentu terbebas dari kuman TBC. Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil risiko terjangkit TBC.
Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?

Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi janin dalam kandungan. Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat TBC dengan dosis efektif terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada perkembangan janin harus tetap dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu selama TBC masih aktif.
Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC?

Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat secara ketat dan beri makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik. Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan.
Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?

Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC. Artikel terkait : Kumpulan Artikel Ibu, Bayi, dan Balita
http://kautsarku.wordpress.com/2008/02/09/penyakit-tbc-perlu-dikenali-bukan-ditakuti/

Kenali Gejala Tuberculosis pada Anak!

Senin, 30 November 2009 - 16:15 wib

Foto: Ist TUBERCULOSIS (TB) pada si kecil sering kali tidak menimbulkan gejala khusus. Batuk dengan durasi yang lama bukan merupakan gejala utama TB pada bayi dan anak-anak. Hal tersebut bisa jadi merupakan manifestasi alergi yang diidap anak Anda. Menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis (2002), gejala umum TB pada anak-anak adalah sebagai berikut : 1. Batuk selama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan penyebab lainnya), disertai nyeri dada ketika bernafas atau batuk. 2. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan upaya perbaikan gizi. Namun, masalah berat badan yang tak kunjung naik juga bisa disebabkan oleh penyakit lain. Karena itu, pastikan terlebih dahulu kemungkinan penyakit lain tersebut, dibarengi dengan upaya perbaikan gizi selama 1 bulan. Bila berat badan anak meningkat, kemungkinan anak tidak mengidap TB. Tapi bila berat badan tidak meningkat dan malah semakin turun, maka orangtua "wajib" untuk curiga. 3. Nafsu makan sama sekali tidak ada. Moms harus bisa membedakan antara susah makan dengan kehilangan nafsu makan. Bila anak sampai tidak mau makan sama sekali dalam jangka waktu yang lama bahkan semakin memburuk, terlebih jika ada orang dewasa di sekitar anak mengidap TB, maka orangtua wajib waspada dan memeriksakan kondisi kesehatan si kecil. 4. Demam dalam waktu yang lama serta berulang disertai keringat yag berlebihan pada malam hari tanpa sebab yang jelas. 5. Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak sakit di leher (bukan bagian belakang terlinga), ketiak dan lipatan paha dengan ukuran pembengkakan berdiameter lebih dari 1 cm. 6. Bila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala yang ditimbulkan bervariasi, antara lain, kaku pada tengkuk, muntah-muntah serta kehilangan kesadaran pada TB otak dan syaraf

(meningitis TB). Terjadi pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki serta tangan, pada kasus TB tulang dan sendi.

Penyakit TBC Tuberkulosis

Penyakit TBC atau yang biasa dikenal dengan tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi kronis / menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberklosa yang dapat menyerang pada siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin namun sesuai fakta yang ada bahwa penderita penyakit TBC lebih banyak menyerang pada usia produktif yang berkisar antara usia 15 tahun 35 tahun. Udara merupakan media penyebaran bakteri mikobakterium tuberkulosa dalam penularan penyakit TBC , biasanya bakteri mikobakterium tuberkulosa terbawa pada saat penderita TBC batuk atau mengeluarkan dahak dan meludahkannya ke sembarang tempat. Jika bakteri ini sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru maka perkembang biakan bakteri ini akan semakin cepat terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, setelah terjadi infeksi maka akan dengan mudah menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Tercatat di indonesia bahwa penyakit TBC ini ini terus berkembang setiap tahunnya dan hingga saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru dan 140.000 diantaranya menyebabkan kematian. Dengan angka ini memposisikan Indonesia menjadi negara terbesar ketiga didunia untuk penderita penyakit TBC

Penyebab Penyakit TBC Tuberklosis


Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Penyakit TBC tuberklosis ini merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberklosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Selain karena bakteri sebagai penyebab utama, faktor lingkungan yang lembab, kurangnya sinar matahari pada suatu ruang dan kurangnya sirkulasi udara juga sangat berperan dalam penyebaran bakteri mikobakterium

tuberklosa ini sehingga sangat mudah menjangkiti bagi orang yang hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak sehat.

Gejala TBC Tuberkulosis Secara Umum ( Ciri-ciri Penyakit TBC )

Tanda & gejala penyakit TBC - Gambar bakteri Tuberkulosis

Gejala yang muncul bagi seseorang yang mengidap penyakit TBC adalah : Mudah mengalami demam dengan demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama Sering berkeringat pada malam hari Gampang terkena influenza dan bersifat hilang timbul Menurunnya nafsu makan dan berat badan Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah) Perasaan lemah, lesuh & tidak enak (malaise)

Gejala Khusus Penyakit TBC

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejangkejang

Pencegahan Penyakit TBC


Mencegah penyakit tentunya akan lebih baik daripada mengobati. Dengan menjalankan pola hidup sehat dan menjaga lingkungan yang sehat merupakan kunci agar kita terhindar dari berbagai macam penyakit tak terkecuali dengan penyakit TBC. Untuk itu sangat perlu menjaga lingkungan yang sehat seperti pengaturan syarat-syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah, ventilasi, pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan tempat tinggal. Melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota rumah tangga yang lain dapat turut serta dan berperan dalam melakukan pengawasan terhadap si penderita dalam minum obat. Sehingga tingkat kepatuhan penderita dalam minum obat sesuai dengan petunjuk medis. Langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir penyebaran penyakit TBC - Tuberkulosis adalah sebagai berikut :

Tidak meludah di sembarang tempat upayakan meludah pada tempat yang tarkena sinar matahari atau ditempat khusus seperti tempat sampah Menutup mulut pada waktu ada orang batuk ataupun bersin Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karna kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari Jaga kesehatan badan supaya sistem imun senantiasa terjaga dan kuat Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang sehat dan bergizi Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem imunitas (sistem kekebalan tubuh), seperti begadang dan kurang istirahat Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC Olahraga teratur untuk membantu menyehatkan tubuh Lakukan imunisasi pada bayi termasuk imunisasi untuk mencegah penyakit TBC Tuberkulosis

then cuplik :http://www.metris-community.com/

Diagnosa TBC dan Terapi FDC


Posted on Januari 18, 2009 by drmurid

Apa itu penyakit TBC ?. Penyakit TBC adalah suatu penyakit menular langsung yang disebakan kuman/ bakteri Mycobakterium tuberculosa, yang menyerang terutama pada organ paru dan sebut sebagai TBC Paru. Dan bias juga menyerang organ tubuh lainnya : kel linfe. Otak, kulit, tulang, saluran cerna dan ginjal. TBC yang menyerang pada organ selain paru dikenal sebagai TBC extraparu

Insiden penyakit TBC meningkat pada decade ini, hal tersebut disebabkan makin meningkat pengidap HIV diseluruh dunia yang mempunyai daya tahan seluler yang menurun sehingga penderita HIV rentan terhadap infeksi kuman TBC. Penyakit TBC dapat menyebabkan kematian terutama menyerang pada usia produktif (15-50 tahun) dan anak-anak. Dan dari satu literature disebutkan 50 % penderita TBC akan meninggal setelah 5 tahun bila tidak di obati. Gejala Utara penyakit TBC paru adalah batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala lain :

dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise (rasa tidak enak badan), berkeringat malam dan demam meriang selam sebulan belakangan .

Sumber penularan adalah penderita TBC paru dengan BTA + yang tidak berobat. Penularan melalui droplet infection (percikan dahak) pada waktu batuk, bersin maupun saat berbicara. Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa dahak seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama, Pagi hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan melakukan cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak BTA. Metode Penemuan Kasus TBC paru Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan tersangka penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +, maka semua orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa dahaknya.

Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase 1. Fase Intensif . Obat diminum setiap hari selama 2 bulan 2. Fase Lanjutan . Obat diminum seminggu 3 kali. Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB

8 Januari 2011
Penyakit Tuberkulosis (TBC)
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.

Penyebab Penyakit (TBC) Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-

paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru. Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen. Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif

terinfeksi TBC. Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC. Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.

1. Gejala umum (Sistemik) - Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. - Penurunan nafsu makan dan berat badan. - Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). - Perasaan tidak enak (malaise), lemah. 2. Gejala khusus (Khas) - Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. - Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. - Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. - Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. Penegakan Diagnosis pada TBC Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara lain : - Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. - Pemeriksaan fisik secara langsung. - Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). - Pemeriksaan patologi anatomi (PA). - Rontgen dada (thorax photo). - dan Uji tuberkulin. Pengobatan Penyakit TBC Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.

Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'. Diposkan oleh Panji Gumelar di 08:25

Saturday, October 11, 2008

Tuberkulosis atau yang lebih dikenal dengan TBC disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang

bersumber dari penderita TBC dan Mycobacterium bovis yang bersumber dari susu sapi yang tidak dipasteurisasi. Kedua tipe kuman ini data menimbulkan penyakit TBC pada manusia dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Penularan pada anak biasanya dari orang dewasa yang mempunyai kontak erat dengan anak tersebut. Penularan terjadi melalui droplet (butir-butir air di udara). Selain itu dapat juga tertular melalui luka di kulit dan minum susu sapi yang tidak dipasteurisasi.

Kuman TBC yang masuk dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit TBC, karena di tubuh kita memiliki sistem pertahanan tubuh yang dapat mencegah timbulnya penyakit ini. Masalahnya terkadang ada kalanya daya tahan tubuh kita mengalami kelemahan, misalnya karena penyakit lain yang sedang diderita atau karena gizi yang buruk. Pada keadaan seperti inilah, ketika kuman TBC masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan infeksi.

Bagian tubuh yang paling sering diserang adalah paru-paru, usus, kulit, tonsil (amanel), telinga, selaput otak, tulang dan sebagainya. Paru merupakan organ paling rawan terserang TBC karena penularan paling sering terjadi melalui udara.

Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan nafas. Sehingga pada saat batuk, percikan ludahnya yang mengandung kuman akan terlontar dan inilah yang sering dihirup oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-parunya.

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI a. Insiden Di negara-negara maju, tbc sudah jarang, sementara di negara-negara berkembang insiden masih tinggi. Terbanyak terdapat pada anak di bawah usia lima tahun. Walaupun tubuh kemasukan kuman tbc, tidaklah berarti selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dan suatu nfeksi menjadi infeksi berbahaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Jumlah kuman, virulensi kuman dan daya tahan tubuh.

Sementara daya tahan tubuh anak menurun pada keadaaan :


Anak yang menderita penyakit menahun Anak dengan malnutrisi Anak yang baru sembuh dari penyakit-penyakit virus berbahaya Anak yang menderita pertussis Anak yang baru mendapat vaksinasi cacar Anak yang mendapat pengobatan dengan kortikosteroid

b. Epidemiologi Bayi dan anak-anak paling sering tertular oleh anggota rumah dewasa yang merupakan anggota keluarga yang dekat. Api tidak selalu sumber infeksi ini diketahui.

Walgreen menyatakan bahwa :


35 % infeksi berasal dari orang tua. 30 % infeksi berasal dari orang dewasa lain 35 % tidak diketahui sumber infeksinya.

Penularan biasanya melalui udara, sehingga sebagian besar fokus rimer terdapat dalam paru. Penularan dapat pula per oral, biasanya akibat minum susu yang mengandung kuman TBC (tipe bovin) yang sekarang sudah jarang. Tuberkulosis kongenital jarang dijumpai.

ETIOLOGI Basil tuberkulosis termasuk dalam kelas Mycobacterium, suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan terasuk dalam ordo Actynomicetales. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah oenyakit berat pada manusia dan merupakan penyebab infeksi tersering. Tetapi masih terdapat mikobalkterium patogen lainnya misalnya Mycobacterium bovis, M. Leprae, M. Paratuberculosis dan bermacam lainnya seperti M. Kansasii, M. Ulcerans, dan M. Balnei yang sering dianggap sebagai mikobakterium non tuberkulosis, atuipik dan tidak terklasifikasikan.

Basil tuberkulosis dapat nertahan hidup selama beberapa minggu dalam sputum kering, ekskreta lain dan mempunyai resistensi tinggi terhadap antiseptik, tetapi cepat menjadi inaktif dengan cahaya matahari, sinar ultraviolet atau suhu lebih tinggi dari 60 'C.

PATOGENESIS Bentuk TBC anak adalah bentuk yang pertamakali menyerang tubuh (anak) sehingga dikatakan sebagai suatu "primary tuberculosis infection". Di luar negeri dimana infeksi tbc jarang,, infeksi primer bisa juga ditremukan pada orang dewasa.

Tbc post primer merupakan infeksi oleh kuman tbc untuk kedua kalinya dan biasa ditemukan pada orang dewasa.Infeksi primer kebanyakan terjadi dalam paru. Terjadi reaksi jaringan berupa infiltrasi sel-sel PMN, kemudian terbentuk jaringan epiteloid yang berbentuk tuberkel, terdapat sel-sel limfosit dan sel-sel raksasa. Lesi primer ini disebut lesi primer. Kelainan ini berukuran sangat kecil dan pada biopsi, kelainan ini pertma kali ditemukan oleh Ghon, sehingga fokus primer ii disebut juga dengan Ghon tubercle atau Ghon focus. Fokues primer dapat terjadi idman-mana dalam paru dan biasanya hanya satu (menurut Ghin, 83,5 % satu fokus dan 16,5 % lebih dari satu fokus).

Setelah pembentukan suatu tuberkel dan nekrosis, maka kuman meninggalkan fokus melalui pembuluh limfe sehingga terjadi limfangitis, menuju ke kelenjar limfe regional. Disini dapat pula terjadi nekrosis (pengejuan) dan pembentukan tuberkel dan pembentukan tuberke yang menyebabkan suatu limfadenitis regional.

Fokus primer, limfangitis dan limfadenitis regional membentuk suatu kompleks primer. Pada saat terbentuknya kompleks primer ini, terjadi pula hipersensitivitas (alergis) terhadap tuberkulin. Waktu antara terjadinay infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa tunas.

Fokus primer akan menyembuh dalam 4 bulan, bisa sembuh sempurna atau dengan pengapuran. Demikian pula dengan limfangitis. Sementara limfadenitis regional akan sembuh dengan pengapuran selama 2-3 tahun. Jadi suatu komples primer akan sembuh dalam kurun waktu 2-3 tahun. Bisa lebih lama (walaupun tanpa komplikasi) hingga bisa mencapai 4-5 tahun, pada anak dengan gizi buruk dan daya tahan tubuh yang rendah.

Komplikasi kompleks primer Umumnya terjadi dalam tahun pertama setelah infeksi. Karena itu, bila kompleks primer ditemukan sedini-dininya, harus diobati sekurang-kurangnya selama satu tahun. Pengobatan terhadap kompleks primer dimaksudkan untuk mencegah terjadinay komplikasi.

Komplikasi yang dapat timbul antara lain :


Perluasan fokus primer ke jaringan paru (parenkim ) lainnya sehingga terbentuk suatu infiltrat yang luas, yang disebut parenkimatous type atau tuberculous neumonia. Bila fokus primer berada dekat dengan cabang v. Pulmonalis maka kuman akan masuk dalam sirkulasi darah dan menyebakan penyebaran hematogen ke organ-organ dalam tubuh dan mengakibatkan terjadinya tbc miliar. Bila masuk ke dalam cabang-cabang bronkus akan terjadi penyebaran bronkogen ke jaringan paru lainnya. Bila dekat fokus primer dekat dengan pleura, akan menyebabkan pleuritis tbc. Pada tahap kronik akan ditemukan emfisema paru dan atelektasis.

MANIFESTASI KLINIS Penyakit TBC pada anak tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering tanpa gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto rontgen paru. Namun ada gejala yang sering ditemukan pada anak penderita TBC, di antaranya:

Demam. Biasanya merupakan gejala awal, timbul pada sore dan malam hari disertai keringat dan kemudian mereda. Demam dapat berulang beberapa waktu kemudian.

Lemah dan Lesu (malaise). Gejala ini ditandai dengan rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan bertambah kurus atau berat badan tidak naik. Anak akan berpenampilan lesu dan kurang ceria.

Batuk. Batuk baru timbul bila telah terdapat gangguan di paru, awalnya dapat berupa batuk kering, lama-kelamaan dapat berupa batuk berlendir. Batuknya tetap bertahan lebih dari dua

minggu walau telah mendapat pengobatan atau batuk sering berulang lebih dari tiga kali dalam tiga bulan berturut-turut.

Pembesaran Kelenjar Getah Bening. Kelenjar getah bening yang meruapakan salah satu benteng pertahanan terhadap serangan kuman, dapat membesar bila diserang oleh kuman. Pada penderita TBC dapat ditemui pembesaran kelenjar getah bening di sepanjang leher samping dan di atas tulang selangkangan.

Apabila gejala-gejala tersebut ada dan tidak hilang setelah diobati, sebaiknya waspada akan adanya TBC pada anak, apalagi ada riwayat kontak (hubungan yang erat dan sering) dengan penderita TBC dewasa.

DIAGNOSIS Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya basil TB dari bahan yag diambil dari tubuh pasien, misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dan lain-lain. Pada anak-anak spesimen terseut sulit diperoleh disamping sensitivitas biakan yang rendah, belum lagi sangat terbatasnya fasilitas laboratorium yang mampu melakukannya. Oleh karena itu sebagian besar diagnosis tbc anak didasarkan pada gambaran klinis, uji tuberkulin dan gambaran radiologis.

Penting untuk memikirkan tb pada anak bila terdapat gambaran sebagai berikut :

Kontak erat (serumah, semobil, dll) dengan pasien TB sputum BTA (+).

Reaksi cepat BCG, yaitu timbul kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi BCG.

Disertai Gejala umum TBC : o Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab jelas, atau berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan penanganan gizi. o Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan tata laksana gizi yang adekuat. o Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan ttttttifus, malaria atau ISPA) dan disertai keringat malam.

Pembesaran kelenjar getah bening superfisialis yang khas yaitu : multiple, tidak nyeri tekan, terlebih jika menyatu (confluents), paling sering di daerah leher, aksila dan inguinal. Gejala-gejala respiratorik : Batuk lama, lebih dari 3 minggu Tanda cairan di dada (efusi pleura), nyeri dada Gejala gastrointestinal : Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobata baku diare Benjolan / masssa di abdomen Tanda-tanda cairan dalam abdomen

Dijumpai pula Gejala spesifik TBC : o TB kulit (skrofuloderma o TB tulang dan sendi, dengan gejala gibbus (benjolan di punggung), sulit membungkuk dan pincang serta pembengkakan sendi. o TB susunan saraf pusat. Meningitis TB dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah dan kesadaran menurun. o TB abdomen : fenomena papan catur, pada palpasi dan auskultasi. Dimana daerah pekak dan tympani berselang seling seperti gambaran papan catur. o Gejala mata : onjunctivitis phlyctenularis dan tuberkel koroid (dengan funduskopi).

Uji tuberkulin positif

Dilakukan dengan cara mantoux (intrakutan) menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomr 26. Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2TU atau PPD-S kekuatan 5TU. Pembacaan dilakukan dalam 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transversal dan indurasi yang terjadi, bukan dari eritemanya. Ukuran dinyatakan dalam milimeter. Dinyatakan positif bila indurasi lebih atau sama dengan 10 mm pada gizi baik (lebih dari 15 mm bila sudah pernah mendapat BCG) atau 5 mm pada gizi buruk. Bila hasil meragukan (5-9 mm bukan pada gizi buruk), dilakukan uji ulang dalam waktu 2 minggu.

Foto rontgen paru sugestif TB

Meski demikian foto rontgen tidak selalu dapat mendeteksi TB karena sebagian besar tidak khas. Dilakukan sebaiknya PA dan lateral. Pembacaan harus hati-hati akan kemungkinan overdiagnosis ataupun underdiagnosis. Paling mungkin , kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar para trakeal.

Gambaran radiologis paru sugestif TB :


1. Pembesaran kelenjar hilus atau para trakeal dengan/tanpa infiltrat 2. Atelektasis segmental/lober 3. Atelektasis, milier, kavitas dan kalsifikasi.

Pemeriksaan mikrobiologik dan serologik Pemeriksaan patologik anatomi Respon terhadap pengobatan dengan OAT

Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan nyata secara klinis dan radiologis, akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB.

DIAGNOSIS BANDING
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Limfadenitis banal Leganasan Kista pada leher Mononucleosis infeksiosa Leukimia Actinomicosis Toxoplasmosis, dll

PENATALAKSANAAN Prinsip dasar pengobatan TB anak tidak berbeda dengan dewasa, tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian :

Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ-4HR. Tahap intensif terdiri dari paduan isoniazid (H), rifampisin (R) dan pirazinamid (Z) selama 2

bulan. Tahap lanjutan terdiri dari isoniazid (H) dan rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari.

Pemberian obat pada tahap intensif maupun pada tahap lanjutan diberikan setap hari, bukan 2 kali seminggu.

Dosis obat yang diberikan harus sesuai dengan berat badan anak. Diupayakan menggunakan obat tablet dengan dosis yang telah ada di pasaran.

Obat diberikan secara Cuma-Cuma bila tak mampu, untuk keluarga mampu sebaiknya membayar.

Obat yang dipakai dan dosisnya

INH Rifampisin

5 15 mg/kg BB/hari (maks.300 mg/hari) 10-15 mg/kg BB/hari (maks 600 mg/hari)

Pirazinamid 25-35 mg/kg BB/hari (maks 2 g/hari) diberikan 1 atau 2x Etambutol 15-20 mg/kg BB/hari (maks 2,5 g/hari)

Streptomisin 15-30 mg/kg BB/hari (maks 1 g/hari)

Evaluasi Pengobatan: o Dua bulan pengobatan, klinis membaik, obat diteruskan o Dua bulan pengobatan klinis memburuk atau tidak ada perbaikan, rujuk ke RS. o Bagi yang tidak teratur minum obat, diberikan tamahan etambutol selama 4 bulan.

Penghentian pengobatan

Bila telah menjalani 6-12 bulan pengobatan, evaluasi perbaikan terhadap klinik :
1. Berat badan meningkat 2. Nafsu makan membaik 3. Gejala hilang : demam dan batuk.

PENCEGAHAN Bila ibu atau anggota keluarga yang dekat menderita penyakit TBC, maka imunisasi BCG pada bayi yang baru lahir perlu diberikan segera setelah lahir. Namun bila tidak ada anggota keluarga yang terkena, maka imunisasi BCG dapat diberikan sesuai dengan jadwal pemberian posyandu

atau puskesmas, yaitu pada usia dua bulan. Vaksin BCG sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah anak lahir. Ini mengingat prevalensi penyakit tuberkulosis di Indonesia masih tinggi dan kekebalan terhadap penyakit itu tidak diturunkan dari ibu karena jenisnya adalah imunitas seluler.

Imunisasi BCG memang tidak menjamin seratus persen terbebas dari kemungkinan tertular penyakit ini, karena daya kekebalan vaksin BCG untuk mencegah TBC hanya 20 persen. Walau demikian imunisasi tetap perlu diberikan karena tetap bermanfaat untuk memperkecil kemungkinan tertular dan memperingan gejala bila terjangkit penyakit TBC.

Karena manfaat vaksin BCG untuk pencegahan penyakit tuberkulosis pada anak rendah, maka pencegahan utama agar anak tidak terkena TBC adalah jangan kontak dengan penderita TBC dewasa. TBC pada anak tidak lepas hubungannya dengan penyakit TBC pada orang dewasa. Ini karena penularan TBC pada anak berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Dengan demikian pemberantasan TBC pada orang dewasa sangat penting. Pada anak yang menderita TBC tidak bisa menularkan TBC, karena di dalam dahaknya tidak mengandung kuman TBC.

Selain itu faktor lingkungan dan daya tahan tubuh yang baik dapat membantu mencegah terjangkitnya seseorang terhadap penyakit TBC. Sinar matahari yang cukup, sirkulasi udara yang baik akan mencegah pertumbuhan dan bahkan dapat melemahkan kuman TBC. Kuman ini tidak tahan sinar matahari dan ultra violet. Daya tahan tubuh yang baik, gizi yang cukup akan meningkatkan kemampuan badan dalam menangkis serangan kuman TBC.

Ciuman Tidak Menularkan TBC


Vera Farah Bararah - detikHealth
<p>Your browser does not support iframes.</p>

(Foto: thinkstock) Jakarta, Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah penyakit serius yang gampang menular tapi sebenarnya bisa diobati. Banyak orang mengganggap penyakit ini bisa menular melalui ciuman, padahal sebenarnya TBC tidak menular melalui ciuman. "Selama ciumannya tidak sambil batuk-batuk, maka tuberkulosis tidak menular. Jadi kalau mau ciuman jangan sambil batuk," ujar Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, dalam acara temu media mengenai pencapaian MDGs untuk tuberkulosis di Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (17/12/2010). Prof Tjandra menuturkan hal ini karena kuman penyebab tuberkulosis tidak terdapat di dalam air liur. Melainkan terdapat di dalam dahak yang bisa keluar saat seseorang batuk. Ada 3 hal yang harus dipahami oleh masyarakat mengenai tuberkulosis, yaitu: 1. Penyakit menular langsung, dalam hal ini dari orang ke orang dan tidak melalui barang atau binatang lain sebagai perantara. Karenanya bukan menular melalui gelas minum yang sama. 2. Penyakit ini disebabkan oleh kuman TBC yaitu Mycobacterium tuberculosis, dan bukan akibat sering keluar malam-malam. Kemungkinan dengan sering keluar malam akan membuat daya tahan tubuhnya menurun, sehingga kuman lebih mudah masuk. 3. Sebagian besar kuman TBC ini menyerang organ paru-paru, tetapi ada juga yang mengenai organ tubuh lain dan jumlahnya tidak banyak.

"Untuk mendeteksi tuberkulosis ini jumlah kuman Mycobacterium tuberculosis nya harus lebih dari 5.000, karena kalau di bawah 5.000 tidak kelihatan sehingga kadang tidak terdeteksi," ungkap Prof Tjandra. Gejala umum dari tuberkulosis pada orang dewasa adalah batuk yang terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih. Penderita yang terserang kuman TBC tersebut biasanya akan mengalami demam tapi tidak terlalu tinggi

yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Bakteri TB merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya, karenanya dibutuhkan kepatuhan dalam mengonsumsi obat anti tuberkulosis sehingga tidak terjadi MDR-TB (multidrug resistant tuberculosis). Faktor penyebab TBC ini meliputi: 1. Lingkungan yang tidak higienis. TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi, sempit dan sesal, karenanya angka penularan tinggi terajdi di lingkungan yang penuh sesak dan kumuh. 2. Kurangnya akses ke perawatan medis, baik karena ketidakmampuan ekonomi atau ketidaktahuan. Kondisi ini membuat ia tidak mendapatkan tindakan medis yang cukup sehingga memperburuk penyebaran. 3. Turunnya kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik, maka sel darah putih akan menjadi benteng pelindng dari bakteri TB. Tapi jika sistem imunnya berkurang, maka kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh. 4. Kontak dengan penderita TBC lainnya. Jika hidup dengan penderita TBC aktif yang tidak mendapatkan pengobatan akan membuat risiko tertular semakin tinggi, baik di lingkungan keluarga ataupun rekan kerja. 5. Jenis kelamin dan usia. Umumnya jenis kelamin laki-laki dan orang dewasa lebih berisiko terkena TBC. 6. Alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan. Konsumsi alkohol dan obat-obatan bisa memperlemah sistem kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terinfeksi. 7. Diet yang terlalu ketat. Jika seseorang melakukan diet dengan ketat, maka ia tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup serta kurangnya konsumsi kalori yang membuatnya berisiko tinggi terkena TBC. 8. Tinggal atau bekerja di lingkungan fasilitas perawatan TBC. Kelompok ini berisiko tertular TBC, karenanya gunakan masker dan sering mencuci tangan untuk mengurangi risiko tertular.

Anda mungkin juga menyukai