Anda di halaman 1dari 22

TUBERKULOSIS

PKN IPC/E 2023


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Kelompok 5 Desa Banding


PEMBAHASAN

03 PENDAHULUAN

04 DEFINISI TBC

05 PREVALENSI TBC DI INDONESIA

06 EPIDEMIOLOGI

07 ETIOLOGI

08 FAKKTOR RESIKO TBC

10 GEJALA KLINIS

11 PENULARAN TB PARU

12 DIAGNOSA TB PARU

16 PENCEGAHAN TB PARU

18 PENGOBATAN TB PARU
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang
diakibatkan karena adanya gangguan mikroba
patogen pada tubuh manusia. Tuberkulosis masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menjadi tantangan global. Secara global kasus baru
tuberkulosis sebesar 6,4 juta, setara dengan 64%
dari insiden tuberkulosis (10 juta). Tuberkulosis
tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di
dunia dan kematian tuberkulosis secara global
diperkirakan 1,3 juta pasien (WHO, Global
Tuberculosis Report, 2018).

Mycobacterium tuberculosis menjadi agen


penyebab tuberkulosis yang bertanggung jawab
atas jutaan kematian setiap tahunnya di dunia.
Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit ini
menular dengan cepat pada orang yang rentan dan
daya tahan tubuh lemah. Diperkirakan seorang
penderita tuberkulosis kepada 1 dari 10 orang di
sekitarnya. Tuberkulosis adalah penyakit yang
mengganggu sumber daya manusia dan umumnya
menyerang kelompok masyarakat dengan
golongan sosial ekonomi rendah.
DEFINISI TBC

Penyakit Tuberkulosis merupakan


penyakit infeksi kronis menular
yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang
umumnya menyerang organ paru
pada manusia. Berdasarkan organ
yang terinfeksi tuberkulosis terbagi
menjadi dua yaitu tuberkulosis paru,
yaitu penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang organ
pernapasan paru-paru. Jenis kedua
adalah tuberkulosis ekstraparu,
yaitu tuberkulosis yang menyerang
daerah selain paruparu, seperti
tiroid, tulang, sistem saraf, dan
abdomen (Lichtenstein, 2010;
Dlodlo et al., 2019).
PREVALENSI TBC
DI INDONESIA
Menurut Kementerian Kesehatan (2022) bersama seluruh
tenaga kesehatan berhasil mendeteksi tuberculosis (TBC)
sebanyak lebih dari 700 ribu kasus. Angka tersebut
merupakan angka tertinggi sejak TBC menjadi program
prioritas Nasional.
Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati
peringkat ketiga setelah India dan Cina, yakni dengan
jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun
atau setara dengan 11 kematian per jam. Jumlah kasus
baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 (pria 245.298
kasus, dan wanita 175.696 kasus) kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan Global TB Report
tahun 2022 jumlah kasus TBC terbanyak pada kelompok
usia produktif terutama pada usia 25 sampai 34 tahun. Di
Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak yaitu pada
kelompok usia produktif terutama pada usia 45 sampai 54
tahun.
EPIDEMIOLOGI
Di dunia, penyakit tuberkulosis masih menjadi
fokus perhatian masing masing negara dengan
angka kejadian morbiditas dan mortalitas yang
tinggi (Dos Santos, Lazzari and Silva, 2017). Pada
tahun 2018 berdasarkan data World Health
Organitation terdapat 11,1 juta kasus insiden TB
paru yang setara dengan 130 kasus per 100.000
penduduk. Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina,
dan Pakistan (WHO, 2019). Data berdasarkan usia
diperkirakan sebanyak 57% kasus paling banyak
terinfeksi TB paru yaitu pria yang berusia lebih dari
15 tahun, wanita 32% dan anak-anak yang berusia
kurang dari 15 tahun dengan persentase sebanyak
11%. Delapan negara yang menjadi peringkat
pertama untuk kejadian TB paru adalah India
sebanyak 27%, Cina sebanyak 9%, Indonesia
sebanyak 8%, Filipina sebanyak 6%, Pakistan
sebanyak 5%, Nigeria sebanyak 4%, Bangladesh
sebanyak 4% dan Afrika Selatan sebanyak 3%
(WHO, 2019).
ETIOLOGI
Etiologi tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). Bakteri ini
adalah agen penyebab utama tuberkulosis dan dapat
menginfeksi berbagai organ tubuh, terutama paru-paru.

Faktor pengaruh terjadinya infeksi tuberkulosis


meliputi

Penyebaran melalui udara: Tuberkulosis dapat


menyebar melalui droplet (droplet inti) yang dihasilkan
saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau
berbicara.

Kontak langsung dengan penderita: Orang yang


memiliki kontak erat dengan penderita tuberkulosis
aktif memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi.

Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Orang dengan


sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita
HIV/AIDS, memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi dan
mengembangkan tuberkulosis aktif.
FAKTOR RESIKO
TBC

Paparan terhadap penderita tuberkulosis aktif


Interaksi dekat dengan orang yang menderita
tuberkulosis aktif dapat meningkatkan risiko
penularan bakteri.

Sistem kekebalan tubuh yang melemah


Sistem kekebalan tubuh yang lemah atau
terganggu, seperti pada penderita HIV/AIDS,
pengguna obat-obatan terlarang, penderita
diabetes yang tidak terkontrol, atau mereka yang
menjalani terapi imunosupresif, dapat
meningkatkan risiko infeksi TB.

Usia
Anak-anak dan lansia cenderung memiliki
sistem kekebalan tubuh yang lebih rentan,
sehingga lebih berisiko terkena tuberkulosis.
FAKTOR RESIKO
TBC

Kondisi hidup dan kerja


Tinggal atau bekerja dalam lingkungan yang
padat, kurang ventilasi, dan kebersihan yang
buruk dapat meningkatkan risiko terkena
tuberkulosis.

Negara dengan tingkat kasus TB yang tinggi


Tingkat penularan TB lebih tinggi di negara-
negara dengan tingkat kasus TB yang tinggi,
terutama di negara berkembang.

Imunisasi
Tidak mendapatkan vaksin BCG (Bacillus
Calmette-Guérin) dapat meningkatkan risiko
terkena tuberkulosis.
GEJALA KLINIS
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat)
dan gejala sistemik.

Gejala respiratorik:
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak


ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari
luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical
check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses
penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke
luar.

Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang


terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan
terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri
dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
PENULARAN TB
PARU
Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui
udara, yaitu ketika pasien TB paru aktif (swab
positif dan rontgen positif) batuk, bersin,
berteriak atau bernyanyi, bakteri tersebut
diangkut dari paru-paru ke udara. Bakteri ini
hidup dalam gelembung cairan yang disebut
droplet nuklei. Partikel kecil ini dapat tetap
mengudara selama beberapa jam dalam kondisi
gelap dan lembab dan tidak terlihat oleh mata
karena berdiameter 1-5 μm. Penyebaran TB
terjadi ketika seseorang menghirup droplet
nuclei ini, yang kemudian menyebar ke saluran
mulut/nasal, saluran napas bagian atas, bronkus,
dan kemudian alveoli. Biasanya, infeksi terjadi di
ruangan tempat semburan dahak bertahan lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sedangkan sinar matahari dapat membunuh
bakteri.
DIAGNOSA TB
PARU

Tes Tuberkulin

Tes tuberkulin, juga dikenal sebagai tes Mantoux,


digunakan untuk mendeteksi reaksi alergi terhadap
antigen bakteri TB. Dalam tes ini, sejumlah kecil
tuberkulin diberikan di bawah kulit dan area tersebut
diamati untuk melihat apakah ada reaksi kulit yang
menunjukkan paparan sebelumnya terhadap bakteri TB.
DIAGNOSA TB
PARU

Tes Darah

Tes darah seperti Tes TB Quantiferon atau Tes TB Gold,


menggunakan sampel darah untuk mendeteksi
keberadaan sel darah putih yang bereaksi terhadap
bakteri TB. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi
infeksi TB aktif atau laten.
DIAGNOSA TB
PARU

Sputum Examination

Pemeriksaan dahak adalah metode diagnostik yang


umum digunakan untuk tuberkulosis paru. Pasien
diminta untuk mengumpulkan sampel dahak pagi hari
dalam wadah yang disediakan. Sampel dahak kemudian
diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan
bakteri TB.
DIAGNOSA TB
PARU

Foto Rontgen Dada

Foto rontgen dada dapat membantu dalam


mendiagnosis tuberkulosis paru dengan melihat adanya
perubahan pada paru-paru yang mungkin disebabkan
oleh infeksi TB, seperti bercak atau lesi yang tidak
normal.
PENCEGAHAN TB
PARU
Cara pencegahan TB paru agar tidak menular
ke orang lain yaitu:

Menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara


lengkap dan teratur sampai sembuh.

Penderita tuberkulosis harus menutup mulut


dengan sapu tangan atau tisu atau tangan
saat bersin dan batuk, kemudian mencuci
tangan.

Tidak membuang dahak disembarang


tempat, tetapi dibuang pada tempat khusus
dan tertutup. Misalnya dengan
menggunakan wadah atau kaleng bertutup
yang sudah diberi air sabun. Buanglah dahak
ke lubang WC atau timbun ke dalam tanah di
tempat yang jauh dari keramaian.
PENCEGAHAN TB
PARU

Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS), yaitu:
Menjemur alat tidur
Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar
udara dan sinar matahari masuk. Sinar
matahari langsung dapat mematikan kuman TB
Makan makanan bergizi
Tidak merokok dan minum minuman keras
Olahraga secara teratur
Mencuci pakaian hingga bersih
Buang air besar di jamban atau WC
Mencuci tangan hingga bersih di air yang
mengalir setelah selesai buang air besar,
sebelum, dan sesudah makan,
Istirahat yang cukup
PENGOBATAN
TB PARU
Tahapan pengobatan Tb terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1.Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Tujuan
pengobatan pada tahap ini adalah untuk secara
efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan
sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,
harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya
dengan pengobatan secara teratur dan tanpa
adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu
pertama.
PENGOBATAN
TB PARU

2.Tahap Lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh


sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh,
khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat
sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan. Pada fase
lanjutan seharusnya obat diberikan setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis
Resisten Obat di Indonesia. 2020. Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P). Kementrian Kesehatan Repbulik Indonesia.

Dirjen P2&PL Kementrian Kesehatan RI. Standar


Operasional Pemeriksaan Mikroskopis TB. Jakarta:
Kataog Dalam Terbitan Tahun 2012.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


Pedoman TB Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
2014.

Kementrian, K. (2011). Strategi Nasional


Pengendalian TB di Indonesia 2010- 2014. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.

Mar’iyah Khusnul, Zulkarnain. 2021. Patofiologi


Penyakit Infeksi Tuberkulosis. Jurusan Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alaudin
Makassar.
DAFTAR PUSTAKA

Sejati Ardhitya, Liena Sofiana. 2015. Faktor-Faktor


Terjadinya Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10 (2), 122-128.

Silitonga Linda, Ayu Pratiwi dan Rina Puspitasari.


2020. Hubungan Kecemasan Penularan Penyakit
dengan Peran Keluarga dalam Perawatan Penyakit
TB Paru di Puskesmas Pasir Nangka. Jurnal Health
Sains, 1(5).

Stevany Ressa, Yuldan Faturrahman, Andik


Setiyono. 2021. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Cipinang Besar Utara Kota Administrasi Jakarta
Timur. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia,
17(2).
TERIMA

KASIH

Anda mungkin juga menyukai