Anda di halaman 1dari 4

Latar belakang

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan langsung oleh bakteri tuberkulosis
(Mycobacteria tuberkulosis). Kebanyakan kuman TBC menyerang paru-paru namun dapat menyerang
organ tubuh lainnya berupa droplet kecil (noda dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan hidup di udara pada suhu ruangan selama beberapa jam. Manusia dapat tertular bila droplet
tersebut terhirup ke saluran pernapasan. Kuman TBC cepat mati jika terkena sinar matahari langsung,
namun dapat bertahan selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembap.

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat kita.
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis bakteri (basil) yang disebut Mycobacteria tuberkulosis. Penyakit ini
menular melalui air liur atau lendir dari 4.444 pasien yang membawa bakteri tuberkulosis. Saat pasien
batuk, tetesan air liurnya beterbangan ke udara dan terhirup oleh orang lain orang sehat semua orang.

Jadi masuk ke paru-paru dan menyebabkan TBC. Banyak kumannya, terlihat langsung di bawah
mikroskop saat pemeriksaan dahak. Tentu ini sangat menular dan berbahaya bagi lingkungan pasien.
Saat pasien batuk atau bersin , kuman TBC dan BTA positif muncul sebagai tetesan sangat kecil yang
beterbangan di udara. Tetesan yang sangat kecil ini cepat kering dan menjadi tetes yang mengandung
kuman tuberkulosis. Kuman-kuman ini dapat bertahan hidup di udara selama beberapa jam, sehingga
cepat atau lambat tetesan yang mengandung komponen kuman TBC akan terhirup oleh orang lain. Jika
droplet ini terhirup dan mengendap di paru-paru seseorang , kuman tersebut akan mulai membelah
atau berkembang biak sehingga dapat menyebar dari satu pasien ke pasien lainnya. Artinya, batuk
pasien berlangsung lebih dari 3 minggu, pasien mengeluh sesak napas, dan pasien mengatakan ada
sekret di saluran pernapasan.

Sekresi yang mengandung Mycobacteria tuberkulosis menyebabkan infeksi melalui droplet yang masuk
ke saluran pernapasan kemudian menempel di paru-paru sehingga menimbulkan proses inflamasi.
Proses inflamasi ini akan menyebar ke organ lain seperti saluran cerna, tulang dan area paru lainnya
melalui lingkungan yang terus menerus, darah dan limfe akan menyerang sistem pertahanan primer.
Kapasitas pertahanan primer menjadi tidak mencukupi sehingga akan membentuk nodul tuberkulosis
menyebabkan kerusakan pada membran alveolar dan menyebabkan meludah berlebihan. Dahak dalam
jumlah besar dapat menyumbat saluran napas dan menyebabkan pembersihan jalan napas tidak efektif.

Kondisi penyakit TB di jurnal oksfrianisum

Tuberkulosis (TB) terjadi di setiap bagian dunia. Pada tahun 2019, jumlah kasus baru TB terbesar terjadi
di kawasan Asia Tenggara, dengan 44% kasus baru, disusul oleh kawasan Afrika, dengan 25% kasus baru
dan Pasifik Barat dengan 18%. Pada tahun 2019sebanyak 87% kasus baru TB terjadi di 30 negara dengan
beban TB tinggi. Delapan negara menyumbang dua pertiga dari kasus TB baru yaitu India, Indonesia,
Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Afrika Selatan. Sebanyak 1,4 juta orang meninggal
karena TB pada 2019 (termasuk 208.000 orang dengan HIV). Di seluruh dunia, TB merupakan salah satu
dari 10 penyebab kematian teratas dan penyebab utama dari satu agen infeksi. Pada 2019, diperkirakan
10 juta orang terserang TB di seluruh dunia. 5,6 juta laki-laki, 3,2 juta perempuan dan 1,2 juta anak. TB
hadir di semua negara dan kelompok umur. Tetapi TB bisa disembuhkan dan dicegah (WHO,
2020).Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kirab100.000 kematian
karena TB. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit infeksi dan
menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran napas akut.
Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun, merupakan kelompok usia produktif.
Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia 583.000 orang per tahun
dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun(Depkes RI 2001; Depkes RI 2002;
Kartasasmita, 2016).

Jurnal 761 article

Kondisi Indonesia menururt laporan WHO tahun 2018, Indonesia mendapatkan peringkat ke 2 dengan
menyumbang 8% dari penderita TB di seluruh dunia setelah Indonesia menduduki peringkat ke-2
dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah
sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000
kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Oleh karena itu kerugian ekonomi akibat TB juga
cukup besar. Prevalensi TB pada pria 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada wanita.

Jurnal 37932

Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 menyebutkan bahwa indikator utama yang digunakan untuk menilai
pencapaian strategi nasional penanggulangan TB di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat, antara
lain: 1) Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang diobati; 2) Angka notifikasi
semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per 100.000 penduduk; 3) Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB semua kasus; 4) Cakupan penemuan kasus resistan obat; 5) Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB resistan obat; 6) Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV. Fokus utama
dari strategi DOTS tersebut adalah penemuan dan kesembuhan pasien, terutama pasien Tuberkulosis
tipe menular.

Penemuan untuk semua kasus TB di Jawa Tengah tahun 2017 sebesar 132,9 per 100.000 penduduk,
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yaitu 118 per 100.000 penduduk. Angka keberhasilan
pengobatan di Jawa Tengah tahun 2017 sebesar 82,36%, masih belum mencapai target rencana strategi
Dinas Kesehatan Kota Provinsi Jawa Tengah, yaitu 90 persen (Dinas Kesehatan Provinsi JawaTengah,
2017).Kota Semarang pada tahun 2017 menduduki peringkat ke-4 dengan jumlah penderita
Tuberkulosis terbanyak di Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, terdapat 6
indikator utama dalam program P2TB secara nasional, akan tetapi dari ke-6 indikator tersebut lebih
ditekankan pada pencapaian indikator penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan Tuberkulosis.
Penemuan kasus Tuberkulosis di Kota Semarang setiap tahun mengalami peningkatan, yaitu tahun 2016
sebanyak 211 kasus, tahun 2017 sebanyak 235 kasus, dan tahun 2018

Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman atau bakteri TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sekitar 80% bakteri TB menyerang organ paru-paru, meski demikian
bakteri ini juga dapat menginfeksi organ tubuh lainnya. Mycobacterium tuberculosis termasukbbakteri
gram positif, berbentuk batang, struktur dinding selnya tersusun atas komplek lipida glikolipida yang
memiliki zat lilin (wax) sehingga sulit ditembus zat kimia jurnal 136 aticle text

Tuberculosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar TBC menyerang paru-paru tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lain. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882. Gejala-gejala penderita TB diantaranya batuk-batuk, sakit dada, nafas pendek, hilang nafsu
makan, berat badan turun, demam,kedinginan dan kelelahan. Jurnal 197 pdf

ETIOLOGI & PENULARAN TUBERKULOSIS


Menurut Sigalingging et al. (2019), penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yang
termasuk famili Mycobacteriaceace yang berbahaya bagi manusia. bakteri ini mempunyai dinding sel
lipoid yang tahan asam, memerlukan waktu mitosis selama 12-24 jam, rentan terhadap sinar matahari
dan sinar ultraviolet sehingga akan mengalami kematian dalam waktu yang cepat saat berada di bawah
matahari, rentan terhadap panas basah sehingga dalam waktu 2 menit akan mengalami kematian ketika
berada dilingkungan air yang bersuhu 1000oC, serta akan mati jika terkena alkohol 70% atau lisol 50%.

Dalam jaringan tubuh, bakteri ini dapat mengalami dorman selama beberapa tahun sehingga bakteri ini
dapat aktif kembali menyebabkan penyakit bagi penderita. Mikroorganisme ini memiliki sifat aerobik
yang membutuhkan oksigen dalam melakukan metabolisme. Sifat ini menunjukkan bahwa bakteri ini
lebih menyukai jaringan kaya oksigen, tekanan bagian apikal paru paru lebih tinggi daripada jaringan
lainnya sehingga bagian tersebut menjadi tempat yang baik untuk mendukung pertumbuhan bakteri M.
tuberculosis (Darliana, 2011).

M. tuberculosis dapat menular ketika penderita tuberkolosis paru BTA positif berbicara, bersin dan
batuk yang secara tidak langsung mengeluarkan doplet nuklei yang mengandung mikroorganisme M.
tuberculosis dan terjatuh ke lantai, tanah, atau tempat lainnya. Paparan sinar matahari atau suhu udara
yang panas mengenai doplet nuklei tersebut dapat menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara
dibantu dengan pergerakan aliran angin yang menyebabkan bakteri M. tuberculosis yang terkandung di
dalam doplet nuklei terbang melayang mengikuti aliran udara. Apabila bakteri tersebut terhirup oleh
orang sehat maka orang itu berpotensi terinfeksi bakteri penyebab tuberkulosis (Kenedyanti &
Sulistyorini, 2017). Tuberkulosis paling banyak menyerang usia produktif usia antara 15 hingga 49 tahun
dan penderita tuberkolosis BTA positif dapat menularkan penyakit tersebut pada segala kelompok usia
(Kristini & Hamidah, 2020). Jurnal 23169

Terduga TBC paru yang menginjak usia lansia akhir masih tidur, makan dan berinteraksi bersama
suaminya sebagai penderita TBC paru BTA positif. Semakin sering kontak dengan penderita TBC paru
BTA positif semakin besar peluang terpapar M. tuberkulosis karena kuman TBC mudah menyebar
melalui udara pada orang yang berada di sekitar penderita terutama pada anak-anak dan kontak
penderita BTA positif kemungkinan lebih efektif daripada kontak penderita BTA negatif. Ada hubungan
intensitas kontak dengan keberadaan tersangka tuberkulosis paru.

Penularan TBC paru berhubungan dengan kondisi rumah dengan kategori padat dan terdapat penderita
TBC paru BTA positif, karena sumber penularan TBC paru adalah penderita TBC paru BTA positif.
Sehingga tidak semua rumah yang memiliki kategori padat hunian selalu berisiko terkena TBC paru
apabila di dalam rumah tersebut tidak terdapat penderita TBC paru BTA positif. Kemungkinan dapat juga
terjadi penularan TBC paru pada keluarga yang tidak padat hunian ataupun padat hunian jika di dalam
rumah tersebut terdapat penderita TBC paru BTA positif. Jurnal 5830-13689

Anda mungkin juga menyukai