Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN

INFEKSI DAN TRANSMISI PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN TBC

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. YUDQA AL KHOLID 2022206203066

2. SARI MUSTIKA 2022206203067

3. RESVICA MAHARANI 2022206203068

4. DILLA WIDIYANA 2022206203069

5. RINI LESTARI 2022206203070

6. NESTI AMANDA 2022206203071

7. SARI RISKIANA 2022206203072

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

Tuberculosis (TBC) adalah salah satu penyakit menular yang dapat menginfeksi semua
kalangan mulai dari bayi, anak-anak, remaja sampai lansia dan menimbulkan kesakitan dan
kematian lebih dari 1 juta orang setiap tahun. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri patogen
yang disebut Mycobacterium tuberculosis (MTB) (Yanti B, et al., 2019). Pada kebanyakan
orang, TB menginfeksi paru, namun dapat juga ditemukan pada hampir semua organ tubuh
seperti otak, tulang belakang, dan ginjal. Indonesia negara nomor tiga dengan angka kejadian
TBC paling tinggi di dunia, pada tahun 2017 ditemukan sekitar 420.994 kejadian TBC
dengan laki laki tiga kali lebih banyak dibanding perempuan (Depkes RI. .,2018).
Tuberkulosis menjadi penyebab utama kematian di antara semua penyakit menular lainnya di
dunia dan WHO melaporkan bahwa pada tahun 2010 terdapat 1,1 juta kematian karena TBC
(WHO., 2018) (Amin M, et al., 2017). Di Indonesia, provinsi Aceh berada pada urutan nomor
delapan dengan angka prevalensi penyakit TBC paling tinggi sekitar 0.49%, didapatkan 8.145
kasus baru pada tahun 2018 dan angka ini terus meningkat jumlahnya pada tahun 2015. Di
Kota Banda Aceh ditemukan 4.023 kasus baru pada tahun 2015 dan angka ini terus
bertambah sehingga kota Banda Aceh menjadi kota nomor satu paling tinggi angka kejadian
penyakit TBC di Provinsi Aceh (Kemenkes RI., 2018).

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan
oleh bakteri. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian
dunia, hingga saat ini belum ada satu negara pun yang bebas dari TBC termasuk Indonesia.
Di Indonesia, angka kematian akibat kuman mycrobacterium tuberculosis ini pun cukup
tinggi sehingga pemerintah menyarankan untuk memberikan vaksin BCG sebanyak 1 kali
ketika bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan
memperhatikan kebersihan rumah, tidak membiasakan diri meludah di sembarang tempat dan
segera periksa jika ditemukan tanda-tanda TBC. Pada penelitian ini, model matematika yang
digunakan untuk penyebaran TBC adalah bertipe SEI yaitu S untuk individu susceptible
(individu yang sehat tetapi rentan tertular penyakit), E untuk individu latenly-infected
(individu-individu pengidap penyakit tetapi belum menularkan penyakit) dan I untuk individu
actively-infected (individu-individu pengidap penyakit dan dapat menularkan penyakit).
Kemudian dilakukan simulasi dengan menggunakan bahasa pemrograman matlab untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh vaksinasi terhadap penyebaran penyakit TBC. Hasil yang
diperoleh memperlihatkan bahwa pemberian vaksinasi pada individu susceptible memberikan
pengaruh terhadap penyebaran penyakit TBC, yaitu hampir tidak ada penyebaran penyakit
TBC apabila individu susceptible diberikan vaksinasi sesuai dengan dosis dan penyebaran
penyakit TBC terlihat sangat tinggi apabila tidak diberikan vaksinasi untuk individu
susceptible.

TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami proses terjadinya infeksi dan penyebaran TBC.

2. Mengetahui apa itu penyait TBC

3. Mengetahui cara mengobati dan mencegah terjadinya penyakit Infeksi TBC


PEMBAHASAN

Proses Terjadinya Infeksi Dan Penyebaran Tuberculosis (TBC)

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar TBC menyerang paru-paru tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lain. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 Maret 1882. Gejala-gejala penderita TBC diantaranya batuk-batuk, sakit dada,
nafas pendek, hilang nafsu makan, berat badan turun, demam, kedinginan, dan kelelahan.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, Penderita TBC di
Indonesia sekitar 528 ribu atau berada pada posisi ketiga di dunia setelah India dan Cina .
TBC menyebar lebih cepat di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh lingkungan
yang tidak sehat, semakin meningkatnya gizi buruk disebagian negara berkembang serta
munculnya epidemik HIV/AIDS di dunia. Lebih cepatnya penyebaran TBC juga
mengakibatkan cukup tingginya jumlah individu latenly-infected (individuindividu pengidap
penyakit tetapi belum menularkan penyakit) dan jumlah individu actively-infected
(individuindividu pengidap penyakit dan dapat menularkan penyakit).

Hal ini membuat negara-negara berkembang mengadakan strategi pemberantasan yakni


dengan pemberian vaksin pencegah Infeksi TBC menular ke orang lain melalui udara. Sekali
Penderita TBC batuk, maka dapat melepaskan lebih dari 5000 basil TBC dari paru ke udara.
Udara yang terkontaminasi basil TBC ini kemudian dapat dihirup oleh orang lain, yang
mungkin terus mengembangkan infeksi dan / atau penyakit TBC. Siapapun dapat tertular
TBC terutama bila melakukan kontak erat dengan penderita TBC. Faktor risiko lain yang
diketahui berpengaruh seperti bayi baru lahir, orang tua, diabetes, orang dalam pengobatan
steroid atau kemoterapi kanker (yang melemahkan sistem kekebalan), merokok dan
malnutrisi. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem
peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidakmenular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Sumber penyebaran adalah individu activelyinfected (penderita TBC aktif). Pada waktu
batuk atau bersin, penderita ini menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya yaitu melalui sistem
peredaran darah,sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-
bagian tubuh lainnya. Daya penularan atau penyebaran dari seorang penderita TBC aktif
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan paru-paru penderita. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin tinggi tingkat penularan penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular, kemungkinan seseorang terinfeksi TBC.

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran


pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas,
basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit alveolus, basil
tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah
hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala
yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

1. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
2. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum).

3. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.

4. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat di waktu di malam hari.

Pengobatan dan pengendalian TBC di Indonesia menerapkan manajemen operasional strategi


DOTS (Directly Observed Treatment Short-course).

DOTS yang bila ditulis dalam huruf kecil, “dots”, dan kemudian dibalik 180 derajat
membacanya, akan terbaca sebagai “stop”. Maksudnya stop tuberkulosis. DOTS (Directly
Observed Treatment, Short-course) adalah pengawasan langsung pengobatan jangka pendek,
yang bila dijabarkan pengertian DOTS dapat dimulai dengan keharusan setiap pengelolaan
program tuberkulosis untuk direct attention dalam usaha menemukan penderita dengan kata
lain mendeteksi kasus dengan pemeriksaan mikroskop. Kemudian setiap penderita harus di
observed dalam memakan obatnya, setiap obat yang ditelan penderita harus di depan seorang
pengawas menelan obat (PMO). Selain itu tentunya penderita harus menerima treatment yang
tertata dalam sistem pengelolaan, distribusi dengan penyediaan obat yang cukup. Kemudian,
setiap penderita harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan short course standard
yang telah terbukti ampuh secara klinis. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah yang
membuat program penanggulangan tuberkulosis mendapat prioritas yang tinggi dalam
pelayanan kesehatan.

Pengobatan Tuberculosis (TBC)

Terdapat enam macam obat esensial yang telah dipakai sebagai berikut : Isoniazid (H), para-
aminosalicylic acid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol (E), Rifampisin (R) dan Pirazinamid
(P). Faktor-faktor risiko yang sudah diketahui menyebabkan tingginya prevalensi TBC di
Indonesia antara lain : kurangnya gizi, kemiskinan dan sanitasi yang buruk (Sudoyo, 2010).
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut :

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukanpengawasan langsung

(DOT =DirectDirectly Observed Treatment) olehseorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan.

1) Tahap awal (intensif)

a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

b. Pengobatan tahap intensif tersebut apabila diberikan secara tepat, biasanya pasien
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

c. Sebagian besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.

2) Tahap lanjutan

a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama.

b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan. (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan,
2014).

Pencegahan Tuberculosis (TBC)

Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderitaan, masayarakat dan petugas


kesehatan.

a Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan


1) Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang
dahak tidak disembarangan tempat.

2) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus
diberikan vaksinasi BCG (Bacillus Calmete Guerin).

3) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC yang
antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.

4) Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC.


Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang
memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan – alasan sosial
ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.

5) Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat, perlu perhatian
khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, tempat tidur, pakaian) ventilasi rumah dan
sinar matahari yang cukup.

6) Imunisasi orang–orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang–orang sangat dekat


(keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasinya
dengan vaksi BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.

7) Penyelidikan orang–orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga dengan


foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini negatif, perlu diulang
pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.

8) Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat obat–obat
kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di minum dengan tekun dan teratur, waktu
yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan
pemeriksaaan penyelidikan oleh dokter.

b. Tindakan pencegahan

1) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan
hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.

2) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau suspect gambas,


sering dilaporkan, pemeriksaan dan penpengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect,
perawatan.
3) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif
dengan pemberian pengobatan INH (Isoniazid) sebagai pencegahan.

4) BCG, vaksinasi diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya
dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa
tempat pencegahan.

5) Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi dan
pasteurisasi air susu sapi.

6) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara yang tercemar
debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.

7) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru.

8) Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti
para emigrant, orang–orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit,
petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.

9) Pemeriksaan foto rontgen pada orang–orang yang positif dari hasil pemeriksaan
tuberculintes (Hiswani, 2004).
KESIMPULAN

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis


yang menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1882 oleh Roberth Koch dan akhirnya seiring berjalannya waktu penyakit ini mulai
menyebar ke berbagai belahan dunia, salah satunya di Indonesia. Dimana Indonesia
merupakan negara ketiga setelah India dan China yang memiliki persentase penderita TBC
terbesar didunia. Di Indonesia sendiri isu TBC merupakan penyakit yang banyak diderita
oleh masyarakat indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya akses kesehatan dan juga tingkat
angka kemiskinan di indonesia yang masih tinggi. Pada awalnya dalam mengurangi tingkat
penderita TBC, indonesia hanya menangani penderita TBC dari sektor domestik yang
langsung ditangani oleh Kementerian Kesehatan dengan upaya memberikan pelayanan secara
menyeluruh dari pusat kota hingga ke daerah-daerah (Kemenkes, 2011: 18). Akan tetapi,
upaya tersebut tidak mengurangi angka penderita TBC. Pada tahun 2012 indonesia mulai
menerima bantuan luar negeri dari Amerika Serikat dibawah USAID untuk mengurangi
tingkat penderita TBC, dimana USAID merupakan lembaga pemerintah Amerika Serikat
yang diresmikan oleh Jhon F. Kennedy sebagai bagian dari undang-undang Amerika tentang
bantuan luar negeri tahun 1961.

Pengetahuan dan pemahaman terkait penyakit TBC dan tindakan pencegahan penyakit
menular sangat perlu disosialisasikan meskipun sekarang Indonesia sedang menghadapi
pandemi penyakit menular lainnya. Masyarakat terutama remaja ataupun di lingkungan
sangat membutuhkan edukasi tentang Penyakit TBC dan Tindakan pencegahan yang harus
dilakukan agar penularan penyakit dapat dikendalikan.
DAFTAR PUSTAKA

Rafflesia, Ulfasari. “Model Penyebaran Penyakit Tuberculosis (TBC)”. Jurnal Gradien 10,
no.2 (2014) : 983-984.

Yanti, Budi. “Penyuluhan Pencegahan Penyakit Tuberculosis (TBC) Era New Normal”.
Jurnal Pengabdian Masyarakat 4, no.1 (2021) : 326.

Zainita, AP. 2019. Tuberculosis Paru. Diakses pada 30 April 2023 dari
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.

Raharjo, Bambang Budi dan Isna Lutfiyatul Raizah. 2019. Penanggulangan Tuberculosis
Paru dengan Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course). Diakses
pada 30 April 2023 dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/26951/14026.

Tuberculosis (TBC). 2018. Repository.poltekkes-denpasar.ac.id. Diakses pada 4 April 2023


dari http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/240/2/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai