Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN PENGUKURAN,PENILAIAN(ASESMEN)

1. PENGUKURAN
Secara formal pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka terhadap suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas. Tetapi, untuk mengukur pendengaran, penglihatan atau kepekaan
seseorang, maka akan jauh lebih kompleks karena tidak semua orang dapat memahaminya.
Kegiatan pengukuran itu menjadi lebih kompleks, lagt apabila digunakan dalam mengukur
aspek psikologis seseorang seperti kecerdasan, kematangan atau kepribadian, karena
pengukuran ini menuntut keahlian dan latihan tertentu. Demikian juga halnya pengukuran
dalam bidang pendidikan, kita hanya mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu
bukan peserta didik itu sendiri, Misalkan, seorang dosen dapat mengukur penguasaan peserta
didik dalam mata kuliah tertentu atau kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan
tertentu yang telah dilatih

a) menggunakan angka-angka atas barang atau gejala-gejala berdasarkan aturan-aturan


tertentu.
b) Pengukuran sebagai proses membandingkan sesuatu dengan satuan

c) Norman E. Gronlund (1971) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai

"measurement is limited to quantitative descriptions of pupil Behavior".

d) Victor H. Noll (1957) mengemukakan dua karakteristik utama pengukuran, yaitu


"quantitativeness" dan "constancy of units", dengan menyatakan bahwa, "since
measurement is a quantitative process, the results of measurement are always expressed in
numbers

2. PENILAIAN
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengar menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrument tes atau
non tes. Penilaian di sin tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan
tentang apa, tetap lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa
jaul- suatu proses atau hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Dalam
1
penilaian pendidikan, patokan-patokan yang dipergunaka seharusnya bersumber pada
tujuan yang akan dicapai, baik tujuan jangl panjang maupun penjabarannya, sehingga
patokan-patokan tersebut menja konsep-konsep operasional dalam bentuk tujuan-tujuan
jangka pendek.

3. EVALUASI (EVALUATION)

Kata evaluasi merupakan penyaduran bahasa dari kata evaluation dal Bahasa Inggris, yang
lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Sejumlah ahli mengemukakan pemahaman
evaluasi secara etimolo seperti Grounlund, Nurkancana, dan Raka Joni. Menurut Grounlu
(1976), "evaluation is a sistem atic process of determining the extent to w instructional
objectives are achieved by pupil". Di sisi lain, Nurkanca (1983) menyatakan bahwa evaluasi
dilakukan berkenaan dengan pro kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.

 Adam (1964), menjelaskan bahwa kita mengukur berbaga kemampuan anak didik. Bila
kita melangkah lebih jauh lagi dalan menginterpretasikan skor sebagai hasil pengukuran
 Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (1961), menjelaskan bahwa evaluasi
berhubungan dengan pengukuran penilaian penilaian Formal dan penilaian intuitif
mengenai kemajuan peserta didik
 Arikunto (1990)lebih kepada proses terhadap sesuatu ukuran yang bersifat . proses
kualitas yang dengan satuan ukuran , sehingga dari dan tersebut, dapat bahwa
pengukuran dilakukan apabila penilaian

Penilaian merupakan suatu proses sistematis yang memainkan peran penting dalam
pengajaran yang efektif. Penilaian berawal dari identifikasi tujuan Dembelajaran
(learning goal) dan berakhir dengan penilaian (judgment) entang seberapa dalam tentang
tujuan itu telah tercapai. . Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur ang
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja performance) siswa atau
seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan embelajaran yang telah ditetapkan.
a) PENILAIAN HASIL BELAJAR DAN KEGUNAANYA
Penilaian hasil belajar adalah belajar segala macam prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi unjuk (performance) siswa dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru menilai siswa untuk hal-hal berikut

2
a) Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa
b) Memonitor kemajuan siswa
c) Menentukan keefektifan intertuaksional
Beberapa tujuan dan fungsi dari evaluasi hasil belajar sebagai berikut
a) Diagnostik: menentukan letak siswa dalam belajar, bisa terjadi pada bidang yang
dipelajari oleh siswa atau pada tertentu saja.
b) Seleksi: mana calon siswa yang dapat diterima di tertentu dan mana yang tidak
dapat . Seleksi dilakukan guna siswa yang syarat tertentu.
c) Kenaikan kelas: naik atau lulus siswa setelah suatu program tertentu
d) Penempatan: menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan /potensi mereka

C. MACAM-MACAM INSTRUMEN PENILAIN HASIL BELAJAR (TES DAN NON-TES)


1.INSTRUMEN TES
Tes dapat didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas
yang direncanakan untuk memperoleh informasi
a) Tes esai (uraian)
. Pengertian tes esai

Tes esai adalah butir soal yag mengandung pertanyaan atau tugas yang
jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran peserta tes. Butir soal tipe uraian hanya terdiri dari
pertanyaan atau tugas (kadang- kadang juga harus disertai dengan beberapa
ketentu dalam menjawab soal tersebut), dan jawaban sepenuhnya harus
dipikirl oleh peserta tes. Setiap peserta tes dapat memilih, menghubungkan,
dan menyampaikan gagasannya dengan menggunakan kata-katanya send
Dengan pengertian ini maka akan segera kelihatan bahwa pemberian skor
terhadap jawaban soal tidak mungkin dilakukan secara objektif.
. Kelebihan tes esai

Tes esai dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar
yang kompleks. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepa pengukuran
kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berba uah pikiran dan sumber
informasi ke dalam suatu pola berpi ertentu, yang disertai dengan keterampilan
3
pemecahan masal ntegrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan
kemampuan un nengekspresikannya. Tes dapat sebagai suatu pertanyaan atau
tugas atau tugas yang untuk informasi tentang trait (atribut pendidikan) atau ,
karena setiap butir
 Kelemahan tes esai
Reliabilitas rendah, artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten
ila tes yang sama atau tes yang paralel diuji ulang beberapa kali. Untuk
menyelesaikan tes esai dengan baik dosen dan mahasiswa harus menyediakan
Jaktu cukup banyak.
 Penggunaan tes esai
Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai dalah kemampuan
mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertuli nenguji kemampuan menulis
dengan baik, atau kemampuan bahas secara tertib, maka haruslah
menggunakan tes uraian. Bila dosen ingi memperoleh informasi yang tidak
tertulis secara langsung dalam soal sikap tetapi dapat disimpulkan dari
tulisan peserta tes, seperti sikap, nil au pendapat.
 Klasifikasi tes esai
Tes uraian secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu aian bebas, tes
uraian terbuka dan tes uraian terbatas, tes uraian obje mbedaan kedua jenis tes
uraian ini adalah besarnya kebebasan y erikan kepada peserta tes untuk
mengorganisasikan, menulis nyatakan pikiran dan gagasannya.
1. Benar-benar (true false)

adalah butir soal yang terdiri atas pertanyaaan yang disertai jawaban,
yaitu menyatakan pertanyaan tersebut benar atau salah, atau memilih
satu dari dua alternatif .
a) Keunggulan butir soal tipe benar salah
 Mudah dikonstruksi
 Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan.
 Mudah diskor
 Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan

4
b) Kekurangan butir soal tipe benar salah
 Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban.
 Terlalu menekankan kepada ingatan.
 Terlalu menekankan kepada ingatan.
 Meminta respons peserta tes yang berbentk penilaian absolut
sedangkan dalam kenyataannya hasil belajar itu kebanyakan
bukanlah sesuat kebenaran absolut tanpa kondisi.

2. Menjodohkan (matching)
Kolom pertama adalah pokok soal atau stem atau biasa juga disebut premis. Kolom kedua
adalah kolom jawaban. Tugas peserta ujian ialah menjodohkan pernyataan di bawah
kolom premis dengan pernyataan-pernyataan yang ada di bawah kolom jawaban.
Dengan demikian, setiap nomor pernyataan di bawah kolom pertama adalah sebuah stem
butir soal yang alternatif jawabannya secara bersama terdapat di bawah kolom kedua.
a) Kelebihan dan Kelemahan tipe menjodohkan
Kelebihan
 Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
 Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan
langsung maupun tidak secara langsung.
 Mudah dikonstruksi sehingga dosen dalam waktu yang tidak terlalu lama
dapat mengkonstruksi sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu
pokok bahasan tertentu
 Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji.
 Mudah diskor.
Kekurangan
Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk dapat menghindarkan
kelemahan ini, maka konstruksi butir soal tipe ini

5
3 Prinsip kontruksi tipe menjodohkan

Untuk memudahkan penyediaan lembaran jawaban yang seragam, maka dianjurkan


supaya jumlah pernyataan di bawah kolom pertama berkisar antara 3 atau 4 buah,
sedangkan pernyataan di bawah kolom kedua adalah 5. Dengan demikian, lembaran
jawaban akan seragam dengan betuk butir soal pilihan ganda lainnya
]A kelebihan butir soal pilihan ganda

 Butir soal tipe pilihan ganda dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur
segala tingkatan tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai
dengan yang paling kompleks.
 Setiap perangkat tes dapat mencakup hampir seluruh cakupan bidang studi.

 Penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secara objektif.

 ipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes
untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.]
B. kekurangan butir soal pilihan ganda

 Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam mengkonstruksi butir soal tipe ini


terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen. Acapkali dosen
mengkonstruksikan butir soal dengan hanya satu alaternatif jawaban yang
tersedia, yaitu kunci jawaban.
 Ada kecendrungan bahwa dosen mengkonstruksi butir soal tipe ini dengan
hanya menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah
dalam ranah kognitif.
 "Testwise" mempunyai pengaruh yang berarti terhadap hasil tes peserta. Jadi,
makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes tipe pilihan ganda, makin besar
kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih baik.

Ragam tipe pilihan ganda


 Pilihan ganda biasa.
 Pilhan ganda analisis hubungan antar hal.
 Pilihan ganda analisis kasus.
 Pilihan ganda kompleks.
6
 Pilman ganda yang menggunakan diagram, gambar, grafik atau tabel.

2. instrument non tes

Alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar non digunakan untuk mengukur
perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor, terutama yang tes terutama berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik daripada apa yang akan diketahui dan dipahaminya. tetapi,
belum ada jaminan bahwa yang mereka miliki dalam kemampuan mental itu dapat
didemonstrasikan dalam tingkah lakunya. Karena itu, dibutuhkan beberapa alat ukur lain
yang dapat memeriksa kemampuan atau penampilan tentang apa yang telah diketahui dan
dimiliki dalam tindakan sehari-hari.
A. Bagan partisipasi (participation charts)
satu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu proses belajar mengajar ialah keikut
sertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatarı belajar mengajar. Ikut
sertaan tersebut selain merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik
untuk memahami konsep yang sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan
ingatan untuk mengenai suatu isi pelajaran tertentu, juga dimaksudkan untuk
menjadikann proses belajar mengajar sebagai alat meningkatkan percaya diri,
harga diri dan lain-lain.

B. Daftar cek (Check lists)


Check list bermanfaat untuk mengukur hasil belajar yang berupa produk maupun
prosedur atau proses yang dapat dirinci ke dalam komponen-komponen yang
lebih kecil, terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik. Check lists terdiri
dari dua bagian, yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan
ada atau tidaknya komponen tersebut dalam observasi.

C. Skala lajuan (Ratting scale)

Rating scale adalah alat pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur
terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang
menyatakan posisi sesuatu dalam hubungannya dengan yang lain.
D. Skala sikap
7
Untuk mengukur sikap, maka harus dikonstruksi skala sikap, dimulai dengan
menentukan dan mendefinisikan objek sikap yang akan diukur atau dengan kata
lain. Misalnya, sikap orang terhadap hukuman mati, bunuh diri atau kaum
fundamentalis, dan sebagainya. Setelah itu, dikumpulkan butir-butir pernyataan
tentang objek sikap tersebut
A. Penilaian formatif dan sumatif
tujuan utama dari penilaian sumatif adalah mengukur atau membuat
tingkatan prestasi siswa, penilaian sumatif atau tes hasil belajar juga
menyediakan informasi bagi pertimbangan keberhasilan dan keefektifan
suatu pembelajaran.
Penilaian formatif dengan maksud memantau sejauh manakah suatu
proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan.
Biasanya diberikan secara periodik selama pembelajaran untuk
memantau kemajuan belajar siswa dan memperoleh balikan untuk
guru dan siswa penilaian sumatif dilakukan ruk mengetahui sejauh
manakah peserta didik dapat berpindah dari satu unit pembelajaran ke unit
berikutnya.

2. Penilaian acuran patokan (PAP) dan penilaian acunan norma (PAN)


est/domain refereced test) mengukur tingkat pencapaian belajar siswa
dengan patokan tertentu. Skor yang dicapai siswa ditafsirkan sebagai
tingkat penguasaannya terhadap perilaku dalam tujuan pembelajaran
khusus yang akan diukur.
a. Mengukur sejumlah besar perilaku khusus dalam jumlah terbatas
dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
b. Menjelaskan perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan
oleh peserta tes.
c. Mementingkan butir-butir tes relevan dengan perilaku yang akan
diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
d. Digunakan terutama untuk tes penguasaan.

8
e. Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefinisian perilaku yang
diukur secara jelas dan terbatas

3. Proses penyusunan tes acunan patokan


Langkah-langkah dasar untuk menyusun tes adalah sebagai berikut:
A. Langkah pertama, menentukan maksud tes: ada dua maksud utam
yaitu memberikan balikan bagi siswa dalam setiap proses
belajarnya dan menilai efektivitas sistem pembelajaran secara
keseluruhan
B. Langkah kedua, membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi soal) denga
ketentuan berikt ini.
 Kolom pertama berisi daftar perilaku atau kata kerja yang
terdap dalam tujuan pembelajaran khusus (indikator).
 Kolom kedua berisi persentase yang menunjukkan bobot setia
perilaku. Bobot ditentukan atas dasar penting-tidaknya dan lua
tidaknya perilaku tersebut dibanding perilaku yang lain. Jumla
bobot seluruh perilaku 100%.
C. Langkah ketiga adalah menuliskan butir-butir soal
 Macam Dan jumlah butir tes sesuai tabel spesifikasi.

 Menggunakan komponen kondisi dalam indikator sebagai


dasar dalam menyusun pertanyaan.
D. Langkah keempat merakit tes.
E. Langkah kelima menulis petunjuk untuk setiap jenis tes. Petunjuk
berisi tentang cara mengerjakan soal dan waktu yang disediakan
untuk menjawab
F. Langkah keenam menulis kunci jawaban. Kunci jawaban
menunjukkan
G. Langkah ketujuh adalah mengujicobakan tes.
 Kualitas tiap butir tes.
 Kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab.
 Kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan.

9
H. Langkah kedelapan adalah menganalisis hasil uji coba.
I. Langkah terakhir adalah merevisi tes.

E. Evaluasi pembelajaran dan fungsinya


1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran (PROSES)

Evaluasi proses mencakup njauan kritis terhadap tujuan-tujuan instruksional,


terhadap perencanaan roses belajar mengajar, terhadap pengelolaan proses
belajar mengajar, di alam kelas dan tinjauan kritis terhadap
penyelenggaraan evaluasi produk.
Objek-objek evaluasi pembelajaraan

Bilamana tujuan struksional menentukan upaya siswa memiliki informasi


tentang proses elaksanaan pemilihan umum, prosedur didaktik harus
disesuaikan dengan roses belBilamana evaluasi produk menunjukkan
kekurangan-kekurangan tertentu dalam penguasaan tujuan instruksional,
hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan- kelemahan yang serius
dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas. Evaluasi
proses di sini terutama yang menyangkut kecocokan atau kesesuaian
(congruence) antara tujuan-tujuan instruksional yang ditetapkan dan yang
dalam kenyataan yang dituju, antara keadaan awal siswa yang
diperkirakan selama fase perencanaan, dan keadaan awal siswa yang
aktual yang nyata pada saat proses belajar-mengajar berlangsung
perencanaan proses belajar-mengajar dan pelaksanaannya. ajar yang akan
dilalui siswa, yaitu dengan belajar informasi verbal.

F. Macam-macam instrumen evaluasi pembelajaran


Objek-objek evaluasi pembelajaran yang disebutkan di atas dapat ditinjau
menurut pendapat para ahli di bidang pendidikan, ahli-ahli di bidang studi
tertentu, guru-guru, siswa-siswa serta orang tua

10
G. Penilaian alternative

Sejak pertengahan tahun 1980-an, para ahli pendidikan banya berbicara


mengenai berbagai kelemahan tes baku yang peranannya semakin
dominan dalam sistem persekolahan. Tes baku yang didasarkan pada prinsip
validitas, reliabilitas, keadilan, kemanfaatan dan akurasi suatu pengukuran hasil
belajar, semakin luas dipersoalkan karena dianggap sebagai bagian yang
"terisolir" dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Pada tahun 1988,
terbit tulisan Grant P. Wiggins dalam Jurnal Phi Delta Kappa yang membahas
tentang authentic assessment.

11

Anda mungkin juga menyukai