Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NABILA NUR AULIA

NIM : 2010811021

LKM 1
PRAKTIK KONSTRUKSI ALAT UKUR

Langkah-langkah penyusunan tes prestasi:

A. Identifikasi Tujuan Kawasan Ukur


Identifikasi tujuan Kawasan ukur adalah penegasan tujuan pengukuran yang akan
dicapai dalam tes. Identifikasi tujuan bisa dilihat dalam beberapa fungsi evaluasi tes ,
antara lain :
a. Fungsi penempatan : untuk mengklasifikasikan individu dalam bidangnya sesuai
dengan hasil belajar yang telah lalu. Contoh fungsi ini adalah penggunaan Nilai
rapor kelas X yang digunakan untuk menentukan jurusan ketika SMA.
b. Fungsi formatif : untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai
siswa dalam suatu program Pendidikan. Hasil tes dalam fungsi formatif ini kadang
memengaruhi kebijakan ketika mengajar. Contoh penggunaannya adalah UTS dan
UAS.
c. Fungsi diagnostic : untuk mendiagnosa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
selama pembelajaran atau kelemahan kelemahan siswa.
d. Fungsi sumatif : penggunaan hasil tes prestasi untuk memeroleh informasi
mengenai penguasaan pembelajaran yang telah direncanakan. Hasil tes ini dapat
digunakan untuk menentukan apakah seseorang dinyatakan lulus atau tidak dalam
sebuah program pembelajaran.

B. Penguraian komponen isi


Penguraian isi tes bukan saja berarti mengusahakan agar tes yang akan ditulis
itu tidak keluar dari lingkup materi yang telah ditentukan oleh batasan kawasan ukur,
namun mengusahakan agar tidak ada bagian yang penting yang terlewatkan dan tidak
tertuang dalam tes.
Tes prestasi yang baik haruslah komprehensif dan berisi aitem-aitem yang
relevan. Komprehensif artinya tes itu mencakup keseluruhan isi atau bahan pelajaran
yang telah diidentifikasi sebagai tujuan ukur, secara representatif dan dalam jumlah
aitem yang proporsional untuk setiap bagian sesuai dengan urgensi dan bobot masing-
masing bagian tersebut. Relevan artinya hanya aitem-aitem yang akan ditulis benar-
benar menanyakan materi yang diidentifikasi dan dianggap perlu guna memahami
materi tersebut.
Dalam Penulisan :
1. Tes tidak keluar dr lingkup materi
2. Tidak melewatkan penekanan atas bagian yg penting
3. Dalam segi materi
4. Item tes harus komprehensif (mencakup seluruh materi, jumlah item
proporsional)
5. Item tes harus relevan (benar2 terkait materi & segala sesuatu yang
dianggap perlu)
Langkah-langkah :
1. Menguraikan isi menurut bagan - bagan materi
2. Beri bobot sisi kepentingan
3. Makin tinggi bobot suatu materi makin banyak proporsi item, makin
kecil bobot suatu materi makin sedikit poroporsi item.
C. Batasan perilaku dan kompetensi
Batasan Perilaku (Domain) ditujukan guna menjelaskan Tujuan
Instruksional Umum ke dalam bentuk yang paling konkret sehingga dapat diukur
Batasan perilaku (Domain) merupakan operasionalisasi tujuan instruksional.
Dalam silabus, biasanya terdapat penguraian Tujuan Instruksional Umum (TIU)
dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Pada dasarnya, indikator perilaku dibuat
sebagai penerjemahan TIU ke dalam bentuk yang paling konkret sehingga dapat
diukur. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) biasanya digunakan sebagai batasan
(indikator) perilaku dalam penyusunan alat tes prestasi karena sudah dianggap
operasional
Salah satu pedoman dalam menentukan tingkat kompetensi aitem tes
adalah taksonomi tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Boom dkk (1956).
Taksonomi ini diklasifikasikan secara luas ke dalam tiga kawasan perilaku yang
antara lain;
1. kawasan afektif ; minat, sikap
2. kawasan kognitif ; aspek intelektual/fungsi pikir
3. kawasan psikomotor ; aspek ketrampilan motori
Contoh TIU dan TIK
Biasanya dimuat dalam SAP (satuan acara pembelajaran) atau di setuap
Bab dalam buku pelajaran
- TIU : Mengungkap kecakapan mahasiswa dalam memahami
pengertian taksonomi
- TIK : Mahasiswa mampu memahami tingkatan kompetensi
berdasarkan taksonomi kognitif Bloom Anderson. Mahasiswa mampu
memahami setiap tugas kognitif dalam tiap tingkatan komptensi.
Tingkatan Kompetensi
- Item (soal) dalam tes dibagi menjadi beberapa taraf kompetensi yang
berbeda berdasarkan tingkat usia dan pendidikano Salah satu pedoman
dalam menentukan tingkat kompetensi item suatu alat tes adalah dengan
menggunakan taksonomi kawasan kognitif.
- Taksonomi kawasan kognitif mencakup proses mental yang merupakan
tugas kognitif secara menyeluruh
- Tidak semua kompetensi perlu diungkap dalam setiap item (soal),
sehingga setiap tes hanya mengungkap sampai tingkatan kompetensi
tertentu.

D. Tipe-Tipe Aitem dalam Tes Prestasi

Pembagian tipe aitem menurut kelasnya dilakukan oleh Brown (1971) kedalam empat
kelompok, yaitu:

1. Tipe memilih alternatif


Dengan tipe ini, siswa diminta memilih satu jawaban diantara beberapa pilihan
jawaban yang dianggapnya terbaik, contohnya adalah tipe pilihan ganda, tipe benar
salah, dan tipe memasangkan.

2. Tipe jawaban pendek


Pada tipe ini siswa memberikan jawabannya dalam bentuk kalimat pendek. Tipe aitem
ini lebih mudah diberikan skor dibandingkan aitem tipe karangan, contohnya adalah
tipe melengkapi.

3. Tipe karangan
Berupa pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban terurai dari siswa berupa
karangan yang bahan jawabannya diramu dari banyak materi dari berbagai sumber.

4. Tipe problem
Menghendaki agar siswa merumuskan lebih dahulu suatu prosedur yang akan
digunakan dan kemudian menerapkannya guna penyelesaian problem yang dihadapi.

Menentukan banyaknya aitem kembali kepada blue print, harus di tetapkan lebih
dahulu terkait dengan kisi-kisi tes. Perbandingan aitem harus sesuai dengan bobot atau
proporsi masing-masing.

Tabel: Blue Print penguraian isi dan bobot bagian perancangan tes pengantar teori belajar
Uraian Isi Bobot (%)
1. Introduksi 5
2. Teoris belajar masa awal 5
3. Fungsionalisme:
Throndike, Skinner 20
4. Asosiasionisme:
Pavlov, Guthrie, Estes 20
5. Kognitivisme :
Gestalt, Piaget, Bandura, Tolman 25
6. Information processing 15
7. Implikasi 10
Total 100

E. Menentukan Tipe Aitem yang Akan Digunakan


Dalam penyusunan tes prestasi, masalah menentukan format dan tipe aitem yang akan
digunakan adalah penting untuk diperhatikan karena ada beberapa pertimbangan, antara
lain:
1. Hakikat belajar, yaitu suatu aitem haruslah mengukur hasil belajar secara langsung.

2. Kualitas aitem yang mungkin dibuat. Aitem pilihan ganda akan menghasilkan aitem
berkualitas terbaik dalam arti mempunyai fungsi pegukuran yang lebih efektif
dibandingkan tipe yang lainnya.

F. Pemberian Skor
Pemberian Skor untuk Tes Tipe Objektif
Pada tes tipe objektif sangat dianjurkan untuk mempergunakan lembar jawaban, yaitu
menyajikan tes dalam buku soal yang terpisah dari lembar tempat siswa memberikan
jawaban. Adanya lembar jawaban ini sangat memudahkan pemeriksa dalam mencocokkan
setiap jawaban terhadap aitem dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Pada tes
prestasi bertipe objektif, yang biasanya selalu berisi aitem dalam jumlah yang banyak, skor
bagi jawaban yang benar pada setiap aitem adalah satu angka. Pada format tipe tes objektif
dengan beberapa pilihan jawaban sering timbul pertanyaan mengenai perlu tidaknya
menerapkan cara pemberian skor dengan hukuman bagi siswa yang menjawab salah. Dasar
pemikirannya adalah bahwa pada tes tipe pilihan terdapat peluang menjawab benar
sekalipun jawaban itu dipilih hanya dengan menebak, padahal seharusnya siswa yang tidak
mengetahui jawabannya tidak berhak mendapatkan skor. Oleh karena itu, apabila seseorang
memilih jawaban pada suatu aitem dan ternyata pilihan jawabannya salah, maka kesalahan
ini dianggap sebagai akibat menebak dan harus mendapatkan pengurangan skor sebagai
hukuman yang fungsinya untuk menetralisir keuntungan angka yang diperoleh karena
tebakan benar pada aitem yang lain. Pemberian skor dengan hukuman ini dalam tes prestasi
dikenal dengan istilah correction for guessing. Taraf kemampuan dan prestasi bersifat
relatif, karena itu mereka yang relative lebih tahu sudah selayaknya mendapat keuntungan
dari kelebihannya itu sehingga tidak perlu menerapkan pengurangan skor sekalipun
terdapat jawaban yang benar secara kebetulan saja.Namun apabila karena suatu alasan
tertentu dirasakan perlu menerapkan pengurangan angka bagi jawaban yang salah maka
formula koreksi berikut ini dapat dgunakan dalam pemberian skor tes.

B. X = B – S / (a-1)

X = skor setelah dikoreksi


B = banyaknya aitem yang dijawab dengan benar
S = banyaknya aitem yang dijawab salah
a = banyaknya pilihan jawaban (alternatif)

Pemberian Skor untuk Tes Tipe Karangan (Esai)

Pemberian skor pada tes tipe esai relatif lebih sulit dilakukan karena:

1. Pada aitem tipe karangan, jawaban yang benar tidak mutlak hanya satu, melainkan ada
beberapa jawaban yang dikemukakan dalam variasi kalimat yang tidak sama mungkin sama
benarnya sepanjang isi jawaban masih dianggap relevan dengan apa yang dikehendaki oleh
penulis aitem.

2. Kesukaran dirasakan dalam penentuan bobot relatif tiap aitem karena antar aitem berbeda
kompleksitasnya dan kemungkinan jawaban subjek juga berbeda. Beberapa pedoman yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pemberian
skor terhadaptes tipe karangan adalah sebagai berikut:

1. Buatlah terlebih dahulu semacam pedoman pemberian skor yang berisi garis besar atau
pokok-pokok jawaban yang dikehendaki.

2. Apabila jawaban yang dikehendaki dapat dibatasi secara tegas pokok-pokoknya, maka
pedoman yang diperlukan akan berupa kriteria-kriteria jawaban yang dianggap benar.

3. Sebelum melakukanpemeriksaan jawaban sebaiknya diusakan agar kita tidak mengetahui


siapa pemilik kertas jawaban. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari efek emosional yang
bersifat subjektif yang kita rasakan terhadap penjawab.

4. Periksalah jawaban terhadap aitem pertama dari seluruh siswa, baru kemudian memeriksa
aitem nomor berikutnya. Pemeriksa diharapkan untuk tidak menyelesaikan memeriksa
jawaban untuk seluruh aitem dari seorang siswa baru pindah ke lembar jawaban siswa lain.
Dengan kata lain, pemberian angka dilakukan siswa demi siswa untuk setiap aitem, bukan
aitem demi aitem untuk setiap siswa.
5. Jangan melakukan pemeriksaan jawaban dan pemberian angka sewaktu berada dalam
keadaan yang tidak tenang, terlalu gembira atau sedang lelah, atau sedang dalam keadaan
tergesa-gesa. Keadaan emosi disaat melakukan pemberian skor terhadap tes tipe karangan
sangat mempengaruhi objektivitas pemberi skor.

Tambahan materi:

Pemberian skor 
Pemberian skor ada 2 tipe yaitu tipe objektif dan tipe karangan ( essai)
A. Tipe objektif, pada tipe ini tes menggunakan lembar jawaban dan tes dalam bentuk buku
yang berbeda dari lembar jawaban siswa agar mempermudah dalam mencocokan jawaban
pada setiap aitem dalam kunci jawaban.
B.Tipe Karangan ( essai )
Dalam tipe karangan ini ada 3 tipe skor yaitu, skor standar, skor persentil, dan skor komposit.
a)  Skor standar, berasal dari skor mentah atau skor hasil asli dari setiap jawaban yang telah
dilakukan oleh pada tes dengan hasil dari pengurngan penilaian yang salah dan dari skor hasil
jawaban yang benar.
b)  Skor persentil, skor ini dinyatakan dalam bentuk jenjang persentil ( PR). Jenjang persentil
merupakan janjang kedudukan skor maka hasilnya hanya merupkan perbandingan skor.
c)  Skor komposit, skor yang diperoleh dari seluruh tes yang telah dilakukan siswa
maksudnya yaitu seperti midsemester, proyek kelas, tugas dirumah, dan dari nilai ini
digabungkan menjadi nilai skor komposit.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2002). Tes prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi Belajar.
Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
M.S, Supriyadi & Luh Kadek P.A Susilawati. (2011). Diktat Mata Kuliah: Konstruksi Alat
Ukur. Bali: Universitas Udayana
Susilawati, Luh Kadek P.A dkk. (2016). Bahan Ajar: Materi Kuliah Konstruksi Alat Ukur.
Bali: Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai