NIM : 2010811021
LKM 1
PRAKTIK KONSTRUKSI ALAT UKUR
Pembagian tipe aitem menurut kelasnya dilakukan oleh Brown (1971) kedalam empat
kelompok, yaitu:
3. Tipe karangan
Berupa pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban terurai dari siswa berupa
karangan yang bahan jawabannya diramu dari banyak materi dari berbagai sumber.
4. Tipe problem
Menghendaki agar siswa merumuskan lebih dahulu suatu prosedur yang akan
digunakan dan kemudian menerapkannya guna penyelesaian problem yang dihadapi.
Menentukan banyaknya aitem kembali kepada blue print, harus di tetapkan lebih
dahulu terkait dengan kisi-kisi tes. Perbandingan aitem harus sesuai dengan bobot atau
proporsi masing-masing.
Tabel: Blue Print penguraian isi dan bobot bagian perancangan tes pengantar teori belajar
Uraian Isi Bobot (%)
1. Introduksi 5
2. Teoris belajar masa awal 5
3. Fungsionalisme:
Throndike, Skinner 20
4. Asosiasionisme:
Pavlov, Guthrie, Estes 20
5. Kognitivisme :
Gestalt, Piaget, Bandura, Tolman 25
6. Information processing 15
7. Implikasi 10
Total 100
2. Kualitas aitem yang mungkin dibuat. Aitem pilihan ganda akan menghasilkan aitem
berkualitas terbaik dalam arti mempunyai fungsi pegukuran yang lebih efektif
dibandingkan tipe yang lainnya.
F. Pemberian Skor
Pemberian Skor untuk Tes Tipe Objektif
Pada tes tipe objektif sangat dianjurkan untuk mempergunakan lembar jawaban, yaitu
menyajikan tes dalam buku soal yang terpisah dari lembar tempat siswa memberikan
jawaban. Adanya lembar jawaban ini sangat memudahkan pemeriksa dalam mencocokkan
setiap jawaban terhadap aitem dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Pada tes
prestasi bertipe objektif, yang biasanya selalu berisi aitem dalam jumlah yang banyak, skor
bagi jawaban yang benar pada setiap aitem adalah satu angka. Pada format tipe tes objektif
dengan beberapa pilihan jawaban sering timbul pertanyaan mengenai perlu tidaknya
menerapkan cara pemberian skor dengan hukuman bagi siswa yang menjawab salah. Dasar
pemikirannya adalah bahwa pada tes tipe pilihan terdapat peluang menjawab benar
sekalipun jawaban itu dipilih hanya dengan menebak, padahal seharusnya siswa yang tidak
mengetahui jawabannya tidak berhak mendapatkan skor. Oleh karena itu, apabila seseorang
memilih jawaban pada suatu aitem dan ternyata pilihan jawabannya salah, maka kesalahan
ini dianggap sebagai akibat menebak dan harus mendapatkan pengurangan skor sebagai
hukuman yang fungsinya untuk menetralisir keuntungan angka yang diperoleh karena
tebakan benar pada aitem yang lain. Pemberian skor dengan hukuman ini dalam tes prestasi
dikenal dengan istilah correction for guessing. Taraf kemampuan dan prestasi bersifat
relatif, karena itu mereka yang relative lebih tahu sudah selayaknya mendapat keuntungan
dari kelebihannya itu sehingga tidak perlu menerapkan pengurangan skor sekalipun
terdapat jawaban yang benar secara kebetulan saja.Namun apabila karena suatu alasan
tertentu dirasakan perlu menerapkan pengurangan angka bagi jawaban yang salah maka
formula koreksi berikut ini dapat dgunakan dalam pemberian skor tes.
B. X = B – S / (a-1)
Pemberian skor pada tes tipe esai relatif lebih sulit dilakukan karena:
1. Pada aitem tipe karangan, jawaban yang benar tidak mutlak hanya satu, melainkan ada
beberapa jawaban yang dikemukakan dalam variasi kalimat yang tidak sama mungkin sama
benarnya sepanjang isi jawaban masih dianggap relevan dengan apa yang dikehendaki oleh
penulis aitem.
2. Kesukaran dirasakan dalam penentuan bobot relatif tiap aitem karena antar aitem berbeda
kompleksitasnya dan kemungkinan jawaban subjek juga berbeda. Beberapa pedoman yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pemberian
skor terhadaptes tipe karangan adalah sebagai berikut:
1. Buatlah terlebih dahulu semacam pedoman pemberian skor yang berisi garis besar atau
pokok-pokok jawaban yang dikehendaki.
2. Apabila jawaban yang dikehendaki dapat dibatasi secara tegas pokok-pokoknya, maka
pedoman yang diperlukan akan berupa kriteria-kriteria jawaban yang dianggap benar.
4. Periksalah jawaban terhadap aitem pertama dari seluruh siswa, baru kemudian memeriksa
aitem nomor berikutnya. Pemeriksa diharapkan untuk tidak menyelesaikan memeriksa
jawaban untuk seluruh aitem dari seorang siswa baru pindah ke lembar jawaban siswa lain.
Dengan kata lain, pemberian angka dilakukan siswa demi siswa untuk setiap aitem, bukan
aitem demi aitem untuk setiap siswa.
5. Jangan melakukan pemeriksaan jawaban dan pemberian angka sewaktu berada dalam
keadaan yang tidak tenang, terlalu gembira atau sedang lelah, atau sedang dalam keadaan
tergesa-gesa. Keadaan emosi disaat melakukan pemberian skor terhadap tes tipe karangan
sangat mempengaruhi objektivitas pemberi skor.
Tambahan materi:
Pemberian skor
Pemberian skor ada 2 tipe yaitu tipe objektif dan tipe karangan ( essai)
A. Tipe objektif, pada tipe ini tes menggunakan lembar jawaban dan tes dalam bentuk buku
yang berbeda dari lembar jawaban siswa agar mempermudah dalam mencocokan jawaban
pada setiap aitem dalam kunci jawaban.
B.Tipe Karangan ( essai )
Dalam tipe karangan ini ada 3 tipe skor yaitu, skor standar, skor persentil, dan skor komposit.
a) Skor standar, berasal dari skor mentah atau skor hasil asli dari setiap jawaban yang telah
dilakukan oleh pada tes dengan hasil dari pengurngan penilaian yang salah dan dari skor hasil
jawaban yang benar.
b) Skor persentil, skor ini dinyatakan dalam bentuk jenjang persentil ( PR). Jenjang persentil
merupakan janjang kedudukan skor maka hasilnya hanya merupkan perbandingan skor.
c) Skor komposit, skor yang diperoleh dari seluruh tes yang telah dilakukan siswa
maksudnya yaitu seperti midsemester, proyek kelas, tugas dirumah, dan dari nilai ini
digabungkan menjadi nilai skor komposit.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2002). Tes prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi Belajar.
Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
M.S, Supriyadi & Luh Kadek P.A Susilawati. (2011). Diktat Mata Kuliah: Konstruksi Alat
Ukur. Bali: Universitas Udayana
Susilawati, Luh Kadek P.A dkk. (2016). Bahan Ajar: Materi Kuliah Konstruksi Alat Ukur.
Bali: Universitas Udayana