Anda di halaman 1dari 7

TEORI BELAJAR OPERANT CONDITIONING

Makalah Teori Belajar

Dosen Pengampu:

Anggraeni Swastika Sari, S.Psi., M.Psi, Psikolog


Iin Ervina. S.Psi., M.Si

Di susun oleh kelompok 2:

Faizah Nur Mahdiyyah 2010811002


Nabila Nur Aulia 2010811021
Fika Yuliana 2010811033
Faisep Ratna Sari 2010811080

Program Studi Psikologi


Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiya Jember
2021
Sejarah Pembentukan teori Operant Conditioning

Berdasarkan hasil kajian terhadap beberapa literatur yang ada, dapat dipahami bahwa
teori operant conditioning ini merupakan salah satu dari beberapa teori belajar yang termasuk
dalam kelompok behaviorisme (Muhaimin, 1986 : 26). Dengan demikian orientasi kajiannya pun
tingkah laku manusia (psikomotorik). Teori pembiasaan prilaku respon (operant conditioning) ini
merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di kalangan
para ahli psikologi belajar masa kini. Teoritikus penciptanya bernama Burhus Frederik Skinner
yang lahir tahun 1904, seorang penganut behaviorisme yang dianggap kontraversial. Tema
pokok yang mewarnai karyakaryanya adalah bahwa tingkah laku itu sendiri (Bruno, dalam
Muhibbin Syah, 1999 : 88).
Operant Conditioning adalah nama yang di pergunakan oleh Skinner (1938) untuk suatu
prosedur dimana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif bebas (Walker, 1973 : 127). Azas
operant conditioning B.F Skinner mulai muncul dalam tahun 1930- an, pada waktu keluarnya
teori-teori S-R (Stimulus-Respons) yang kemudian deikenal dengan model konditioning klasik
dari Pavlov yang pada saat itu telah memberi pengaruh yang kuat dalam pelaksanaan penelitian.
Munculnya teori Operant Conditioning ini sebagai bentuk reaksi ketidak puasan Skinner atas
teori S-R, umpamanya pada pernyataan “Stimulus terus menerus memiliki sifat-sifat kekuatan
yang tidak mengendur” (Gredler, 1991 : 115).
Dengan kata lain suatu stimulus bervariasi serta akan terjadi pengulangan bila terdapat
penguatan (reinforcement). Pengulangan respons-respons tersebut merupakan tahapan-tahapan
dalam proses mngubah atau pembentukan tingkah laku. Menurut Margaret E. Bell Gredler, B.F
Skinner setuju dengan pendirian yang dulu diambil oleh Jhon Watson, maksudnya psikologi
dapat menjadi suatu ilmu hanya melalui studi tingkah laku, oleh karena itu Skinner
mendefenisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku (Ibid : 116-117). Hal ini berati bahwa
tingkah laku belajar dapat di modifikasi dan diprogram dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan. Dalam kaitan ini kemampuan dan profesionalisme guru memainkan peranan kunci.
Teori Skinner ini kemudian dianggap sebagai dasar dari programprogram inovatif dalam bidang
pendidikan. Seperti pengajaran berprogram, mesin mengajar (teaching machine) dan program
pengajaran dengan bantuan komputer.

Tahapan Eksperimen dari Operant Conditioning

Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan
dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam
komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa
wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya
berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan
pengungkit.
Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang
dinamakan dengan"Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakandalam
percobaanya.
Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor
tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan akanmenekan
sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperolehpenguatan dalam
bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akanmemperlihatkan bentuk perilaku
tertentu; tikus tadi misalnya, akanmemperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali
masuk kedalam Box,yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat
kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikusmenyentuh tuas
makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukanhal ini akan mendapatkan
makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut
akan menghubungkan perilaku tertentudengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi,
tikus tersebut akanbelajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan
tikustersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadamanatau
penghilangan dengan menghilangkan penguatannya.
Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai
reinforcementyaitu, setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan
adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yangberupa penguat
adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basicdriver, seperti makanan yang dapat
memuaskan rasa lapar atau air yang dapatmenuatkan rasa haus) namun tidak harus selalu
demikian.

Jadwal Penguatan Berantai dan Jadwal Penguatan Bersama

Behavioris menemukan bahwa pola yang berbeda (atau jadwal) penguatan memiliki efek
yang berbeda pada kecepatan belajar dan kepunahan. Ferster dan Skinner (1957) menemukan
cara yang berbeda untuk memberikan penguatan dan menemukan bahwa ini memiliki efek pada
1. Tingkat Respon - Tingkat di mana tikus menekan tuas (yaitu, seberapa keras tikus
bekerja).
2. Tingkat Kepunahan - Tingkat di mana tuas menekan mati (yaitu, seberapa cepat tikus
menyerah).
Skinner menemukan bahwa jenis penguatan yang menghasilkan tingkat kepunahan paling
lambat (yaitu, orang akan terus mengulangi perilaku untuk waktu yang lama tanpa penguatan)
adalah penguatan variable ration. Jenis reinforcement yang memiliki laju kepunahan paling cepat
adalah continuous reinforcement.
a. Continuous Reinforcement
Hewan/manusia diperkuat secara positif setiap kali perilaku tertentu terjadi, misalnya,
setiap kali tuas ditekan, pelet dikirim, dan kemudian pengiriman makanan dimatikan.
- Tingkat responsnya LAMBAT
- Tingkat kepunahannya CEPAT
b. Fixed Ratio Reinforcement
Perilaku diperkuat hanya setelah perilaku terjadi beberapa kali. misalnya, satu penguatan
diberikan setelah setiap begitu banyak respons yang benar, misalnya, setelah setiap
respons ke-5. Misalnya, seorang anak menerima bintang untuk setiap lima kata yang dieja
dengan benar.
- Tingkat respons CEPAT
- Tingkat kepunahan adalah SEDANG
c. Fixed Interval Reinforcement
Satu penguatan diberikan setelah interval waktu yang tetap dengan menyediakan
setidaknya satu respons yang benar telah dibuat. Contohnya dibayar per jam. Contoh lain
adalah setiap 15 menit (setengah jam, jam, dll.) pelet dikirim (dengan syarat setidaknya
satu tuas tekan telah dibuat) kemudian pengiriman makanan dimatikan.
- Tingkat respons adalah SEDANG
- Tingkat kepunahan adalah SEDANG
d. Variable Ratio Reinforcement
Perilaku diperkuat setelah beberapa kali tak terduga. Misalnya memancing.
- Tingkat respons CEPAT
- Tingkat kepunahan SLOW (sangat sulit untuk dipadamkan karena tidak dapat
diprediksi)
e. Variable Interval Reinforcement
Memberikan satu respons yang benar telah dibuat, penguatan diberikan setelah jumlah
waktu yang tidak terduga telah berlalu, misalnya, rata-rata setiap 5 menit. Contohnya
adalah seorang wiraswasta yang dibayar pada waktu yang tidak terduga.
- Tingkat respons CEPAT
- Tingkat kepunahannya LAMBAT

Perantaian (chaining) dari Perspektif Skinner

Satu respons dapat membawa organisme berhubungan dengan stimuli yang bertindak
sebagai SD untuk respons lainnya, yang pada gilirannya akan menyebabkannya mengalami
stimuli yang menyebabkan respons ketiga, dan seterusnya. Proses ini disebut chaining
(perantaian atau proses berantai). Dalam kenyataannya sebagian besar perilaku melibatkan
beberapa bentuk perantaian. Chaining melibatkan satu respon yang mengarah ke terjadinya
respon lain. Sebagian besar perilaku terjadi dalam rantai. Contoh dasar chaining adalah
mengucapkan huruf-huruf alfabet. Huruf A bertindak sebagai stimulus diskriminatif untuk
menghasilkan respon berikutnya, mengucapkan huruf B, dan seterusnya (Milhollan & Forisha,
1972).
Contoh lain :
kejadian melihat seseorang yang Anda kenal akan bertindak sebagai SD untuk mengatakan
“helo.” Tindakan helo Anda akan bertindak sebagai SD bagi kawan Anda untuk mengatakan
“hai.” Respons “hai” bukan hanya bertindak sebagai penguat untuk “helo” Anda tetapi juga
sebagai SD bagi Anda untuk mengatakan “Apa kabar? Rantai dua orang ini dapat digambarkan
sebagai berikut:

Konsekuensi dari respons tertentu bukan hanya merupakan petunjuk untuk respons lain, namun
pemikiran tertentu juga dapat bertindak sebagai SD untuk pemikiran lainnya.

Perbedaan Penguatan Positif, Penguatan Negatif dan Hukuman


Primary positive reinforcement (penguatan positif primer)merupakan sesuatu yang secara
ilmiah memperkuat bagi organisme dan berkaitan dengan survival, seperti makanan dan
minuman. Setiap stimulus netral yang diasosiasikan dengan penguatan positif primer akan
menerima karakteristik penguatan sekunder. Sebuah penguat positif, entah primer atau
sekunder, adalah sesuatu yang, apabila ditambahkan ke situasi oleh suatu respon tertentu, akan
meningkatkan probabilitas terulangnya respons tersebut.
Primery negative reinforcement (penguatan negatif primer)adalah sesuatu yang
membahayakan secara tidak alamiah bagi organisme, seperti suara yang bising atau setrum
listrik. Setiap stimulus netral yang diasosiasikan dengan penguat negatif primer akan
memperoleh karakteristik penguat sekunder negatif. Sebuah penguat negatif, entah itu primer
atau sekunder, adalah sesuatu yang, jika dihilangkan dari situasi oleh respons tertentu, akan
meningkatkan probabilitas terulangnya respon tersebut.
Punishment (hukuman) ketika suatu respon menghilangkan sesuatu yang positif dari
situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan
bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau memberi
organisme sesuatu yang tidak diinginkannya. Dalam bahasa yang mudah, Hukuman
(punishment) merupakan tanggapan dari lingkungan yang mengurangi kemungkinan suatu
perilaku dapat diulang. Hukuman ini dapat melemahkan perilaku. Skinner dan Thorndike
memiliki pendapat yang sama soal efektivitas hukuman: dimana hukuman tidak menurunkan
probabilitas respons. Walaupun hukuman bisa menekan suatu respons selama hukuman itu
diterapkan, namun hukuman tidak melemahkan kebiasaan.

Contoh Pembentukan dari Operant Conditioning

Beberapa contoh pembentukan dari operant conditioning dalam kehidupan sehari-hari misalnya:
1. Anjing yang dilatih untuk berperilaku tertentu. Setiap dia berhasil melakukan satu trik
dengan benar, dia dihadiahi reward berupa makanan.
2. Kalo bisa puasa penuh selama sebulan, nanti dibeliin sepeda.
3. Karyawan yang kerjanya lebih bagus kalo dijanjikan bonus.
4. Karyawan yang kerjanya lebih keras kalo diancam bakal dipecat.
5. Razia rambut di sekolah.
6. Kehadiran penuh di kelas bisa menambah nilai ujian. Hadir terus bisa menghindari nilai
yang jelek (reinforcement negatif).
7. Kalo sering datang telat, dosen mungkin melarang kamu untuk ikut mata kuliah lagi.
Hukuman ini bisa jadi motivasi kamu untuk menghilangkan kebiasaan telat kuliah.
8. Imbalan surga bikin seseorang rajin berbuat baik.

Evaluasi dari Operant Conditioning

Pada dasarnya, kegiatan evaluasi atau hasil belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri,
yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung
sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Informasi dan data kemajuan akademik
yang diperoleh guru dari evaluasi (khusus evaluasi formal) sebaiknya dijadikan feed back
(umpan balik) untuk melakukan penindak lanjutan proses belajar mengajar. Hasil kegiatan
evaluasi sebaiknya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau
meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang.
Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini
seorang guru ata pengajar tidak banyak memberikan ceramah atau penjelasan, tetapi
instruksi singkat yang diikuti oleh contoh yang dapat dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi ialah penilaian ataupun penentu dari hasil
pembelajaran. Apakah nantinya hasil dari pembelajaran itu akan mendapatkan reward ataupun
punishmen.
Daftar Pustaka

Ahmad, Muh Furqanullah. 2018. Penerapan Teori Belajar Operant Conditioning Melalui
Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Akidah Akhlak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X Mia Man 1 Makassar. UIN Alaudin Makasar
Hergenhahn, BR & Olson, Matthew H. (2008). Theories of learning. (Teori belajar) edisi
ketujuh. Kencana : Jakarta
McLeod, S. A. (2007). Bf skinner: Operant conditioning. Retrieved September, 9(2009), 115-
144.
Suryana, Ermis. Operant Conditioning B.F Skinner (Aplikasi Teori Dalam Praktek Pendidikan)

Anda mungkin juga menyukai