Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR SOSIAL BANDURA

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Teori Belajar Dan Psikologi Perkembangan
Dosen pengampu : Dr. Nuril Mufidah,M.Pd

Oleh:
1. ‘Ilmi Fadlilah (18150045)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan ridlo-Nyalah, makalah ini dapat selesai tepat waktu. Makalah yang
berjudul teori belajar Albert Bandura ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Belajar dan Psikologi Perkembangan yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Kelas A.

Kesuksesan dalam penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikut menyumbangkan segenap pikiran, tenaga, dan waktunya demi terselesaikannya makalah
ini.

Meskipun telah dikerjakan dengan maksimal, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
hasil karya tulis yang lebih baik lagi.

Untuk itu, perkenankanlah kami ucapkan terimakasih kepada Ustadzah Nuril Mufidah
selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Belajar dan Psikologi Perkembangan yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan perihal pengerjaan makalah
ini. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat membawa pengetahuan dan manfaat
bagi semua pembaca, serta pembaca dapat mengetahui teori belajar Albert Bandura.

Malang, 07 Mei 2019

Penulis,

2
DAFTAR ISI

Halaman

COVER……………………………………………………………………………………. …... 1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................…... 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………............ ….. 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. ….. 4

1.1 Latar belakang………………………………………………………………. ….. 4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….......... ….. 4

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………… ….. 5

BAB II PEMBAHASAN.…………………………………………………………...………… 6

2.1 Penjelasan awal tentang belajar Observasional…............................................ 6


2.2 Konsep Teori Utama ............................................................................... 7

2.3 Determinisme Resiprokal......................................................................... 8


2.4 Regulasi Diri Perilaku.............................................................................. 8
2.5 Tindakan Moral........................................................................................ 9
2.6 Determinisme versus Kebebasan............................................................. 9
2.7 Proses Kognitif yang Salah...................................................................... 9
2.8 Teori Kognitif Sosial................................................................................. 10
2.9 Agen manusia............................................................................................ 10
2.10 Aplikasi dari Teori Bandura................................................................ 12
2.11 Evaluasi Teori Bandura........................................................................ 12

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….. 13


3.1 kesimpulan ……………………………………………………………............... 13
3.2 Penutup Makalah………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Albert Bandura adalah salah seorang behavioris dan juga yang menambahkan
aspek aspek kognitif terhadap teori behaviorisme mulai th 1960. Albert Bandura
terkenal akan teori pembelajarannya yaitu teori pembelajaran sosial tersebut adalah
salah satu konsep dari beberapa konsep aliran behaviorisme yang lebih
mengutamakan pada komponen- komponen kognitif dari fikiran, pemahaman serta
evaluasi.

Teori Pembelajaran Sosial yang dibawakan oleh Bandura ini lebih


mengutamakan tentang bagaimana dan seperti apa perilaku manusia yang telah
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya melalui peneguhan atau pembelajaran
peniruan, dan seperti apa cara berfikir yang sudah kita dapat terhadap sesuatu, begitu
juga sebaliknya, yaitu seperti apa tingkah laku kita mempengaruhi lingkungan yang
ada di sekitar dan bagaimana menghasilkan peneguhan atau serta bagaimana peluang
untuk dapat diperhatikan oleh orang lain.

Teori belajar sosial kognitif ini juga telah dikembangkan untuk menjelaskan
dan memaparkan bagaimana seseorang dapat belajar dalam suatu keadaan atau suatu
lingkungan yang sebenarnya. Albert Bandura telah memberikan dugaan sementara
bahwa semua tingkah laku, lingkungan dan semua kejadian-kejadian internal pada
seorang pelajar yang mempengaruhi suatu persepsi dan aksi adalah merupakan suatu
hubungan yang mana saling berpengaruh dan juga berkaitan. Menurut Bandura juga,
bahwa tingkah laku seseorang sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik sesuatu
sehingga menjadi boleh untuk mengubah kesan-kesan personal individu seseorang.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa sosok Albert Bandura itu?
2. Apa saja tahapan dalam Albert Bandura?
3. Bagaimana cara mengaplikasikan Teori Belajar Albert Bandura?
4. Ayat dan hadis tentang Teori belajar Albert Bandura?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui sosok Albert Bandura
2. Dapat mengetahui proses beljar Albert Bandura
3. Dapat lebih memahami apa itu teori belajar Albert Bandura
4. Dapat mengetahui ayat dan hadis dari teori belajar Albert Bandura

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penjelasan awal tentang belajar Observasional


1. Penjelasan Thorndike dan Watson tentang Belajar Observasional
Menurut mereka, pendidikan sampai tingkat tertentu adalah pemilihan model
terbaik untuk disajikan kepada siswa sehingga kualitas model itu bisa diamati dan
ditiru. Selama berabad-abad, observasional learning (belajar observasional)
diterima begitu saja dan biasanya dipakai untuk melihat kealamian manusia untuk
meniru apa yang dilakukan orang lain.
Edward L. Thorndike yang pertama kali berusaha meneliti belajar
observasional secara eksperimen. Pada 1898, dia meletakkan seekor kucing dalam
kotak teka-teki dan kucing lainnya di sangkar yang ada didekatnya. Kucing yang
ada di kotak teka teki sudah belajar cara keluar dari kotak, sehingga kucing kedua
hanya perlu mengamati kucing pertama untuk belajar respons membebaskan diri.
Dengan sedikit pengecualian, karya thorndike dan Watson melemahkan
upaya riset lain terhadap belajar observasional. Baru setelah publikasi Social
learning and imitation (1941) karya miller dan dollard minat terhadap belajar
observasional muncul lagi.
2. Penjelasan Miller dan Dollard tentang Belajar Observasional
Seperti thorndike dan Watson, Miller dan dollard berusaha menentang
penjelasan nativistik tentang belajar observasional. Akan tetapi, berbeda dengan
thorndike dan Watson, miller dan dollard tidak menyangkal fakta bahwa
organisme bisa belajar dengan mengamati aktivitas organisme lain. Miller dan
Dollrd (1941) membagi perilaku imitatif dalam 3 kategori :
1. Same behavior (perilaku sama) hal ini terjadi apabila ada dua ataupun lebih
dari individu merespons situasi yang sama dengan suatu cara yang sama pula.
2. Copying behavior (perilaku meniru atau menyalin) adalah melakukan perilaku
sesuai dengan perilaku orang lain.
3. Matched-depedent behavior (perilaku yang tergantung pada kesesuaian)
seorang pengamat diperkuat untuk mengulang begitu saja tindakan dari
seorang model.

6
Miller dan Dollar menunjukan bahwa imitasi itu dapat menjadi kebiasaan.
Miller dan dollard tidak melihat keanehan dan kekhususan dalam belajar imitative
ini, menurut mereka, peran model adalah memandu respon pengamat sampai
respons yang tepat diberikan atau untuk menunjukan kepada pengamat respon
mana yang akan diperkuat dalam situasi tertentu.
3. Analisis Skinnerian Terhadap Belajar Observasional
Penjelasan Skinnerian terhadap belajar observasional adalah sama dengan
penjelasan Miller dan Dollard. Yaitu perilaku model diamati, pengamat meniru
respon, dan akhirnya respon yang sama diperkuat. Menurut analisis operan
terhadap belajar observasional, perilaku model bertindak sebagai stimulus
diskriminatif yang menunjukan tindakan mana yang akan menghasilkan
penguatan. Imitasi, karenanya, tak lain adalah operan diskriminatif.
4. Non manusia dapat belajar dengan mengamati
Riset lebih baru menunjukan bahwa analisis thorndike, watso, miller dan
dollard, serta skinner adalah tidak lengkap. Studi baru mengejutkan karena dia
menunjukkan bahwa beberapa organisme bukan manusia bisa melakukan proses
belajar yang kompleks dengan mengamati spesies lain dan mereka dapat
melakukannya tanpa penguatan langsung.
Non manusia juga bisa belajar pelenyapan (extinction) dengan mengamati.
Zentall (2003) mengatakan bahwa belajar observasional pada non manusia adalah
fenomena yang kompleks yang bukan perilaku refleksir (naluriah) dan bukan
imitasi sederhana.
B. Konsep Teori Utama
Meskipun Bandura menyatakan bahwa belajar observasional terjadi secara
independen dari penguatan, bukan berarti bahwa variabel lainnya tidak
memengaruhinya. Bandura (1986) menyebutkan serta memaparkan 4 proses yang
dapat memengaruhi belajar observasional, yaitu sebagai berikut :
1. Proses Atensi
Sebelum suatu hal bisa dipelajari dari suatu model, sebelumnya, model yang akan
dipelajari itu harus mendapat perhatian. Albert Bandura beranggapan bahwa
belajar adalah suatu proses yang harus terus menerus berlangsung, tetapi albert
bandura juga menunjukkan bahwa yang dapat dipelajari hanyalah yang diamati
saja.
2. Proses Retensi

7
Agar informasi dan wawasan yang sudah diperoleh dari hasil observasi dapat
berguna dan bermanfaat, informasi itu harus terlebih dulu diingat atau juga
disimpan ke dalam suatu memori. Bandura menyatakan bahwa ada proses dimana
informasi itu disimpan dan digunakan secara simbolis (secara karakter) yaitu
melalui dua cara, yakni secara imajinal atau biasa disebut juga dengan (imajinatif)
dan juga secara verbal.
3. Proses Pembentukan Perilaku
Setelah seseorang belajar dan melakukan observasi secara kognitif, informasi
yang merupakan hasil belajarnya itu akan diterjemahkan ke dalam perilaku. Untuk
penentuan dari sejauh mana hal-hal yang sudah dipelajari yang kemudian
dilanjutkan untuk diterjemahkan ke dalam suatu tindakan atau biasa disebut
performa, dapat dilihat dari proses pembentukan perilaku. Selain itu, akan ada
modifikasi dari yang diobservasi ke dalam bentuk perilaku dikarenakan ada
keterbatasan pada diri seseorang.
4. Proses Motivasi
Proses ini merupakan unsur yang menjadi penentu bila dibandingkan dari ketiga
unsur sebelumnya, karena motivasi merupakan unsur penggerak untuk melakukan
sesuatu. Dalam proses motivasi ini, Informasi tentang penguatan atau konsekuensi
yang didapatkan model dalam proses modeling juga dapat menjadi alasan bagi
pengamat dalam proses observasi untuk memberikan respon terhadap hasil
pengamatan.
C. Determinisme Resiprokal
Determinisme resiprokal menurut Albert Bandura bisa juga diartikan sebagai
hubungan yang timbal-balik di antara 3 komponen atau bagian yang mana ia tidak
dapat dipahami secara terrpisah pisah, dari ketiga komponen itu adalah P (person)
adalah orang, E (environment) adalah lingkungan, dan B (behavior) adalah perilaku.
B

P E
D. Regulasi Diri Perilaku
Albert Bandura berpendapat bahwa sebagian besar perilaku yang ada pada diri
manusia yaitu perilaku secara individu (self-regulated behavior). Setiap Manusia
mempelajari suatu tolak ukur penampilan (performance standards), dimana hal itu
sebagai suatu catatan akar dan mengukur diri sendiri, dan jika suatu perilaku manusia

8
itu dapat serasi atau justru melebihi tolak ukur. Hingga ia akan dilihat lebih baik dan
lebih meyakinkan, akan tetapi dapat pula sebaliknya, jika ia tak sanggup untuk
berperilaku serasi dengan tolak ukur, berarti penampilannya masih di bawah tolak
ukur, maka ia akan dilihat lebih buruk dan dinilai tidak meyakinkan.
Akan tetapi ada suatu pendapat perihal kesanggupan dan kekuatan setiap
individu dan keahlian setiap individu (perceived self-efficacy) juga dapat berperan
lebih besar yang dapat disesuaikan setiap individu. Suatu pendapat perihal
kesanggupan individu dan kekuatan setiap individu ini yaitu kepercayaan setiap
individu bahwa ia mempunyai kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu. Setelah
penjelasaan diatas ini, maka timbul motivasi dari setiap individu untuk dapat
berprestasi (jika pendapatnya ini meyakinkan) atau justru malah dimotivasi untuk
bisa mngerjakan sesuatu (jika pendapatnya ini tidak meyakinkan).
E. Tindakan Moral
Setiap manusia akan belajar tentang aturan perilaku (moral code). Aturan
perilaku ini yang dapat menentukan perilaku mana yang dapat dikerjakan dan tidak
yang jika dikerjakan itu mendapat hukuman. Jika setiap dari manusia ada yang
melanggar aturan perilaku, maka orang itu akan menuduh pada dirinya sendiri (self-
contempt) , yang termasuk pengalaman yang tidak menyenangkan.
F. Determinisme versus Kebebasan
Sebab setiap manusia dapat mengontrol perilakunya masing-masing, tak
berarti ia dapat lepas kontrol untuk mnegerjakan apapun yang diinginkannya.
Bandura menafsirkan lepas kontrol sebagai beberapa pilihan yang disediakan dan
sebagai peluang untuk mengerjakannya (Hergenhahn dan Olson, 1997).
Ketidakleluasaan dari pilihan bebas:
1. Inkompetensi (Incompetence)
Pada inkompetensi, manusia tak sanggup untuk menggunakan peluang
alternatif-alternatif yang sudah ada di lingkungan.
2. Kegelisahan akan ketidakterjaminan (Unwarranted Fears)
Muncul kegelisahan akan alternatif-alternatif dan peluang-peluang
keuntungannya tak menjamin untuk setiap individu.
3. Keyakinan diri yang superioritas (Excessive Self-Ensure)
Rasa keyakinan yang superioritas menyebabkan seseorang untuk memilih
alternatif atau peluang yang terlalu berlebihan, yang tidak sinkron dengan

9
keadaan yang nyata pada dirinya, dan pada akhirnya, dia sendiri tidak mampu
untuk menjalankannya.
4. Pengahalang kemasyarakatan, bersifat kecurigaan dan pembedaan (Social
Inhibitors - prejudice, discrimination)
Kecurigaan dan pembedaan membuat keterbatasan alternatif bebas seseorang
dalam masyarakat.
G. Tahap Kognitif yang kurang tepat
Sebaga halnya manusia telah mempelajari mengenai aturan perilaku, keahlian,
dan sanggup mengontrol perilaku setiap individu, dapat dinyatakan bahwa semua
perilaku manusia mengaitkan dengan tahap kognitif. Seseorang dapat mencitrakan
segala sesuatu dalam pikiran (imagine) dan dapat mengimbasi perilaku. Sayangnya,
tahap kognitif yang kurang tepat (faultycognitive processes) dapat penghalang
perilaku atau justru dapat menimbulkan perilaku yang tidak diharapkan. Hal-hal
yang menyebabkan timbulnya pengtahapan kognitif yang kurang tepat:
1. Penilaian anak terhadap penampilan
Anak-anak akan lebih condong pada penampilan. Pada pertumbuhannya,
menilai apa yang ia lihat sesuai dengan penampilan ini dapat menimbulkan
perilaku yang kurang tepat. Misalnya ketika seseorang melihat pria yang kekar,
berwajah sangar, dan bertato, seseorang itu bisa saja bakan bertindak lebih hati-
hati atau menjaga jarak atau justru ketakutan, karena berdasarkan penampilannya,
pria tadi tampak seperti preman.
2. Pandangan salah karena informasi salah dan belum mencukupi bukti yang ada
Sesekali seseorang salah dalam bersikap karena ia salah dalam menanggapi
sesuatu, yang menyebabkan bisa dari informasi yang salah atau adanya bukti yang
belum mencukupi. Misalnya, kita mendapat atau mendengar gosip mengenai
teman sekelas kita adalah seorang pencuri, kita akan membenci teman tersebut,
mencurigainya, atau bahkan menjauhinya (informasi yang salah). Gosip tersebut
juga beredar disebabkan oleh bukti yang belum mencukupi, tetapi orang-orang
telah berperilaku mencurigai duluan.
3. Pengtahapan informasi yang kurag tepat
Sesekali seseorang percaya terhadap orang lain mengenai ini dan itu, dan hal
tersebut yang menyebabkan pandangan terhadap orang lain. Misalnya, salah
seorang percaya mengenai petani itu bodoh, maka seseorang itu akan selalu
beranggapan bahwa setiap petani yang ia jumpai adalah bodoh.

10
H. Teori Kognitif Sosial
Teori Tolman dan Bandura sama-sama bersifat kognitif, tetapi Tolman lebih
condong pada penjabaran tahap belajar. Teori Bandura lebih menyeluruh. Bandura
memilih nama social cognitive theory (teori kognitif social). Teorinya menjelaskan
manusia sebagai makhluk hidup yang aktif dalam memproses informasi dan sebagai
makhluk hidup yang bermasyarakat. Selain itu, penelitian bandura biasanya
mempertimbangkan kondisi dan masalah kehidupan nyata. Subjeknya adalah manusia
yang berhubungan dengan manusia lain, bukan nonmanusia seperti tikus yang
memecahkan jalur teka teki atau menekankan tuas dikotak skinner.

I. Agen manusia
Bandura menekankan human agency (agen manusia) pada tulisan terbarunya
yaitu bandura (1999,2000,2001,2002). Dimana manusia sebagai agen perencanaan
secara sadar dan tindakan pelaksanaan diniatkan untuk memengaruhi masa depan.
“orang bukan sekedar kumpulan mekanisme internal yang diatur oleh kejadian
lingkungan. Mereka adalah pelaku pengalaman, tidak sekedar mengalami secara
pasif.
Bandura mendeskripsikan mengenai “prespektif agen” bahwa pendapat
tentang soal belajar yang tidak ada pembahasan pada teori lain. Kesadaran yang
erorientasi masa depan dan kognisi adalah masalah yang paling penting dalam teori
kognitif sosial ini.
Dalam pendefisian bandura (2001) bahwa ciri utama agen manusia dicirikan
oleh intentionality (intensionalitas) sebagai “representasi arah tindakan yang akan
dilakukan di masa depan”. Kedua, agen manusia dicirikan forethought (pemikiran ke
depan), yang didefinisikan sebagai antisipasi atau perkiraan akibat dari niat kita.
Ketiga, agen manusia adalah self-reactiviness (kereaktifan-diri) yang
menghubungkan tindakan dan pikiran.
J. Aplikasi dari Teori Bandura
Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah saat seorang anak belajar untuk
mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para
pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia
anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang
mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan
tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia

11
akan meminta ayahnya (semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya
itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-
benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil,
di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas
keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi.
K. Evaluasi Teori Bandura
a. Kontribusi
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya,
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang refleks atas
stimulus bukan semata-mata tingkah laku manusia, tetapi akibat timbulnya
hubungan-hubungan antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Karya Albert Bandura berpengaruh luas diantara teoretisi belajar, psikologi
sosial, dan psikologi kognitif. Ketika kontribusi Bandura diperlihatkan kepada
pembaca kontemporer mereka sering menganggap teorinya sebagai observasi
umum yang pernah kita buat di masa lalu. Tetapi kita harus ingat bahwa dasar
dari teori Bandura dikembangkan pada saat ketika hampir semua teoretisi
belajar menyatakan bahwa belajar didasarkan pada pengalaman langsung
dengan lingkungan. Bandura memperlihatkan bahwa kita belajar dengan
mengamati orang lain dan bahwa belajar ini terjadi dengan atau tanpa imitasi
dan tanpa penguatan
.b. Kritik
 Teori sosial Bandura ini sangat serasi apabila dijelaskan dalam teori
behavioristik. Hal ini disebabkan, peniruan tingkah laku yang merupakan cara
pemodelan Albert Bandura dan cara itu adakalanya membutuhkan
pengulangan untuk mendalami sesuatu yang akan ditiru. Akan tetapi, apabila
manusia hanya membetuk atau mempelajari tingkah lakunya dengan cara
peniruan (modeling), pasti sudah ada sebagian individu yang menerapkan
teknik peniruan ini. Dimana peniruan ini juga akan meniru tindakan yang
negatif, salah satunya yang tak dapat diterima dalam masyarakat.

12
BAB III
3.1 Rangkuman
Menurut Bandura proses belajar manusia biasanya terjadi dengan mengamati
konsekuensi dari perilaku model. Belajar tak langsung ini dimungkinkan karena manusia
memiliki kapasitas untuk membuat simbol dan menyimpan informasi. Dan kemudian
bertindak pada waktu yang lain berdasarkan informasi itu. Empat proses utama yang
dianggap mempengaruhi jalannya belajar observasional antara lain :
1. proses atensional yang menentukan aspek mana dari situasi modelling yang akan
diperhatikan.
2. proses retensional yang melibatkan pengkodean informasi secara imginal dan
verbal sehingga bisa disimpan dan dipakai di waktu mendatang.
3. proses pembentukan perilaku yang melibatkan kemampuan untuk memberi respon
yang dibutuhkan.
4. proses motivasional yang menentukan aspek mana dari respon yang telah dipelajari
sebelumnya yang akan diterjemahkan ke dalam tindakan.
Salah satu konsep utama bandura ialah determinisme resipirokal yang
menyatakan bahwa ada interaksi konstan antara lingkungan , perilaku, dan orang.
Menurut bandura, bisa dikatakan bahwa perilaku mempengaruhi lingkungan sebagai
lingkungan mempengaruhi perilaku. selain itu, orang memengaruhi perilaku dan
lingkungan.

3.2 Penutup Makalah

Demikianlah yamg dapat kami paparkan mengenai materi “Teori pembelajaran sosial
Bandura” yang menjadi pokok bahasan dalam makalah kami ini. Tentunya banyak kekurangan
dan kelemahan dalam makalah ini, baik secara penulisan maupun isi, itu semua karena
keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan yang berhubungan dengan makalah ini.
Atas semua kekurangan yang kami miliki kami mohom maaf sebesar-besarnya dan kami
mengharapkan kritik dansaran para pembaca yang budiman demi kesempurnaan maklah ini.
Sekian penutup dari kelompok kami, kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSAKA
13
Boeree, George. 2005. Sejarah Psikologi. Jakatra: Prima Shopie
Chaplin, J. P. 2006. Terjemahan: Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Hergenhan, B. R. & Olson, H. Mathew , 2008, Theories Of Learning Edisi ke Tujuh, Jakarta:
Prenada Media Group
Santrock, J. W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (terjemahan). Jakarta: Kencana
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Wirawan, Sartito. 2006. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang.

14

Anda mungkin juga menyukai