Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DI BIDANG KESEHATAN KOMUNITAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial II

Dosen Pengampu : Drs. Hardjono, M.Si.

Disusun oleh Kelompok 11 :

Hawatifa A Nabilah G0121058

Khansa Aulia R. S. G0121069

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Psikologi Sosial II yang diampu oleh Bapak Drs. Hardjono, M.Si.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Hardjono, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial II atas bimbingan, arahan, dan dukungan kepada
kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut serta memberi kritik dan masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan masih
terbatasnya pemahaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
bimbingan, masukan, serta kritik yang membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Surakarta, Maret 2022

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Definisi Psikologi Sosial Terapan 3
2.2. Ciri Psikologi Terapan 3
2.3. Aplikasi Teori Psikologi Sosial dalam Pembentukan Perilaku Kesehatan 4
2.3.1. Teori Perilaku Terencana 6
2.3.2. Teori Kognisi Sosial 7
2.4. Bentuk Aplikasi Lainnya 9
BAB III PENUTUP 11
3.1. Kesimpulan 11
3.2. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Psikologi sosial menyentuh beragam tema yang lekat dengan kehidupan manusia
sehingga membuatnya tampak mudah untuk diterapkan di berbagai bidang. Di luar
negeri, telah banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan terapan psikologi sosial.
Begitu juga dengan negara kita. Penelitian dengan terapan psikologi sosial sangat
diperlukan oleh pemerintah Indonesia. Nantinya, penelitian-penelitian tersebut
diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk kebijakan-kebijakan yang telah dibuat.

Kesehatan komunitas menjadi salah satu bidang yang menerapkan teori psikologi
sosial. Permasalahan kesehatan baik fisik maupun mental yang ada saat ini dapat
ditanggulangi dan dicegah dengan memanfaatkan psikologi terapan. Salah satu peran dari
psikologi sosial di ranah kesehatan adalah pemberian dukungan sosial. Dukungan sosial
itu sendiri merupakan persepsi bahwa orang lain bersikap responsif dan reseptif terhadap
kebutuhan satu sama lain. Dalam arti lain, dukungan sosial adalah sebuah gambaran
mengenai peran atau pengaruh yang ditimbulkan oleh orang lain yang berarti bagi
penerimanya. Sebuah penelitian membuktikan bahwa peningkatan dukungan sosial dapat
mengurangi stres pada pasien kanker; membantu memberikan perubahan terhadap sistem
imun mereka serta tampaknya bisa memperpanjang usia hidup orang sehat dengan sama
baiknya.

Berdasarkan ulasan di atas, kita dapat melihat seberapa besar pengaruh sosial
terhadap kesehatan. Maka dari itu, makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai
definisi dan ciri-ciri dari psikologi terapan, contoh teori yang digunakan dalam aplikasi di
bidang kesehatan, serta contoh-contoh lain dari penerapan psikologi sosial di bidang
kesehatan komunitas.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu psikologi sosial terapan?

2. Bagaimana ciri-ciri psikologi sosial terapan?

3. Apa saja contoh pengaplikasian psikologi sosial terapan di bidang kesehatan


komunitas?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi psikologi sosial terapan.

2. Memahami apa saja ciri-ciri psikologi sosial terapan.

3. Mengetahui dan memahami contoh pengaplikasian psikologi sosial terapan di bidang


kesehatan komunitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Psikologi Sosial Terapan

Psikologi sosial terapan mencakup berbagai aspek yang sangat luas. Oskamp dan
Schultz (1998) mengungkapkan bahwa psikologi sosial terapan merupakan suatu
penerapan dari metode, teori, prinsip, atau temuan penelitian dalam memahami dan
memberi solusi dari permasalahan sosial. Dalam hal ini, psikolog sosial memegang
peranan penting. Seorang psikolog sosial diharapkan tidak hanya selalu berada dalam
lingkup keilmuan murni, tetapi juga mengkaji lebih dalam teori, metode penelitian, dan
evaluasi teori untuk memperkaya pengetahuan.

Salah satu tokoh dalam psikologi sosial terapan adalah Kurt Lewin. Beliau
mengembangkan teori field psychology untuk menerangkan hubungan elemen-elemen
kesadaran karena ketidakpuasan beliau terhadap teori Gestalt yang statis-deskriptif.
Lewin berpendapat bahwa jiwa (mind) adalah suatu komponen yang dinamis sehingga
teorinya kemudian disebut juga teori psikodinamika. Dalam teori psikodinamikanya,
Lewin mengombinasikan teori (penelitian laboratorium) dan terapan (action research).
Sebagian pengikut Lewis mengembangkan T-group Methods and Sensitivity Training
(terapan), sedangkan sebagian yang lain tetap mengembangkan teori di laboratorium.
Democratic and autocratic leadership, group discussion and decision making process,
group participation in organization management, prejudice reducting during World War
II dan T-group method merupakan penelitian terapan Lewin yang terkenal.

2.2. Ciri Psikologi Terapan

Menurut Oskamp dan Schultz (1998), psikologi sosial terapan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :

3
a. Berorientasi masalah; sebuah desain penelitian dibuat karena adanya masalah
yang terjadi di lingkungan sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat
dibuat sebuah intervensi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

b. Berorientasi nilai; psikologi sosial terapan condong pada suatu nilai tertentu.
Contohnya, penelitian terhadap rusun dan operasi pembersihan PSK yang
merupakan penerapan sistem baru oleh pemerintah.

c. Kegunaan sosial; psikologi sosial terapan bukan hanya untuk dipublikasikan di


jurnal atau seminar internasional, melainkan harus langsung memberi manfaat
bagi khalayak. Ini bertujuan agar masyarakat luas dapat memahami pengetahuan
ilmiah.

d. Fokus pada situasi sosial; psikologi sosial baik ilmu maupun terapan sama-sama
menekankan bahwa faktor situasional sangat berpengaruh terhadap tingkah laku.

e. Pendekatan yang meluas; terdapat banyak disiplin yang ikut terlibat dalam suatu
permasalahan sosial. Hal ini dikarenakan peneliti memiliki pendekatan
komprehensif, di mana analisis masalah dibawa ke tingkat makro sehingga
banyak melibatkan variabel yang terkait dengan masalah.

f. Setting lapangan; lapangan yang dimaksud adalah kondisi yang diteliti


merupakan sesuatu yang alami, yaitu tempat masyarakat melakukan aktivitas
sehari-hari sehingga tidak banyak hal yang dikontrol.

g. Bermanfaat praktis; penelitian psikologi sosial terapan lebih memberikan


manfaat praktis karena didasari kebutuhan untuk memberikan solusi.

2.3. Aplikasi Teori Psikologi Sosial dalam Pembentukan Perilaku Kesehatan

Menurut Conner dan Norman (dalam Widayati, 2019), perilaku kesehatan dapat
diartikan sebagai aktivitas seseorang yang akan berdampak positif atau negatif terhadap
kesehatannya. Perilaku kesehatan ini dibagi menjadi dua, yaitu cenderung meningkatkan
atau menurunkan status kesehatan individu. Sikap masyarakat yang berkeyakinan bahwa
perilaku kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dan membawa dampak positif

4
akan meningkatkan keinginan untuk menerapkan perilaku kesehatan. Namun, sikap
tersebut juga harus dibarengi dengan adanya dukungan sosial agar intensi meningkat.

Perilaku kesehatan memiliki empat dimensi (Alonzo, 1997 dalam Widayati, 2019),
antara lain :

a. Preventif Health Behaviour; dimensi ini bersifat mencegah munculnya keluhan


kesehatan. Individu melakukan tindakan-tindakan preventif untuk menghindarkan
diri dari gangguan kesehatan, seperti imunisasi, mengonsumsi makanan sehat dan
bergizi, berolahraga rutin, serta tidak merokok.

b. Detective Health Behaviour; dimensi yang bersifat mendeteksi kemunculan


masalah kesehatan. Tindakan yang termasuk dalam dimensi ini antara lain
melakukan screening sindrom metabolik dengan pemeriksaan kadar gula darah,
kolesterol, dan status obesitas.

c. Health Promotion Behaviour; dimensi ini ditujukan untuk meningkatkan status


kesehatan seseorang. Gaya hidup yang diterapkan individu untuk memelihara atau
status kesehatannya termasuk dalam dimensi ini.

d. Health Protective Behavior; dimensi ini bersifat protektif atau melindungi


individu dari permasalahan kesehatan. Contoh perilaku protektif antara lain
pemberlakuan imunisasi untuk balita serta regulasi mengenai batas umur
pernikahan untuk melindungi dari masalah kesehatan reproduksi dan kesehatan
mental akibat pernikahan dini.

Lawrence Green mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh dua


faktor, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Faktor perilaku dipengaruhi juga
oleh tiga hal, yakni :

a. faktor predisposisi; faktor yang memotivasi dan mendasari terjadinya perilaku.


Predisposisi terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai budaya, persepsi, serta
beberapa karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan,

5
b. faktor pendukung; memfasilitasi suatu perilaku. Faktor pendukung dapat berupa
saran dan prasarana kesehatan, dan

c. faktor pendorong; faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku.


Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan sebagai kelompok
referensi masyarakat (Martina Pakpahan, 2021).

Perilaku kesehatan memiliki hubungan yang sangat kompleks dengan health


outcome. Berbagai penelitian mengungkapkan peran perilaku kesehatan yang besar dalam
menurunkan morbiditas. Sebuah studi menunjukkan bahwa praktik gaya hidup sehat
berdampak besar terhadap penurunan risiko angka kematian akibat penyakit
kardiovaskular di kalangan masyarakat Jepang. Studi lainnya mengkaji perilaku merokok
di kalangan pengasuh anak menjadi faktor peningkatan angka morbiditas anak-anak.
Hubungan antara perilaku kesehatan dan health outcome harus benar-benar dipahami
untuk merancang strategi intervensi kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif.

Ada dua teori psikologi sosial yang dapat diterapkan untuk membentuk perilaku
kesehatan di masyarakat. Teori-teori tersebut adalah teori perilaku terencana dan teori
belajar sosial.

2.3.1. Teori Perilaku Terencana

Salah satu teori yang banyak digunakan untuk menjelaskan perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan adalah teori perilaku terencana. Teori perilaku
terencana atau theory of planned behavior (TPB) bertujuan untuk meramalkan dan
memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku yang bukan
dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Dengan kata lain, TPB merupakan
upaya sadar seseorang yang dimediasi dengan niat. Intensi individu untuk
melaksanakan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan
perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi
kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma
subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif, dan motivasi untuk patuh. Jika
seseorang mempersepsi bahwa hasil perilaku tersebut adalah positif, maka ia

6
memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Teori perilaku terencana dapat
digunakan untuk membentuk kebiasaan hidup sehat pada masyarakat melalui
perilaku kesehatan atau health behaviour.

2.3.2. Teori Kognisi Sosial

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986) dengan perspektif bahwa
manusia bukanlah organisme yang hanya reaktif terhadap stimulus internal atau
eksternal, tetapi dianggap memiliki kemampuan proaktif dan dapat mengatur
dirinya sendiri. Teori kognisi sosial menjelaskan bahwa perilaku individu terbentuk
sebagai respon terhadap pembelajaran observasional yang didapat dari lingkungan
sekitar. Dalam mengubah perilaku kesehatan, teori kognisi sosial juga
mempertimbangkan pengaruh dari aspek sosial.

Terdapat enam elemen dari teori kognisi sosial terkait dengan terbentuknya
perilaku kesehatan, antara lain :

a. Pengetahuan mengenai risiko dan manfaat kesehatan. Hal ini penting


untuk menjadi prasyarat seseorang sebelum mengubah perilaku kesehatan.
Misalnya, seseorang yang menjadi perokok selama bertahun-tahun tanpa
ada niatan berhenti kemudian berusaha mengubah perilakunya karena ia
telah mengetahui bahaya merokok untuk kesehatan serta manfaat yang ia
dapatkan jika berhenti merokok jauh lebih banyak.

b. Efikasi diri (self-efficacy), yakni keyakinan diri akan kemampuan untuk


bertindak mencapai tujuan. Salah satu contohnya dapat kita lihat pada
penderita obesitas. Apabila ia sebenarnya mengetahui urgensi berolahraga
rutin dan mengatur pola makan tetapi tidak yakin bahwa ia akan berhasil
mengubah perilakunya, maka akan sulit untuk benar-benar menerapkan
gaya hidup sehat dan mengurangi obesitasnya. Kuncinya adalah ia harus
meyakini bahwa ia bisa berhenti berperilaku negatif (makan sembarangan
dan malas berolahraga) dan mulai menerapkan perilaku positif.

7
c. Hasil yang diharapkan. Kognisi sosial mengacu pada konsekuensi sebagai
hasil yang diharapkan baik secara fisik, material, ataupun sosial (Martina
Pakpahan, 2021). Contoh sederhananya, seorang perokok yang sudah
menghentikan kebiasaan merokoknya akan merasa lebih sehat secara fisik
dan manfaat materialnya berupa pengeluaran menjadi lebih hemat karena
tidak lagi harus membeli rokok.

d. Tujuan kesehatan pribadi, dibagi menjadi tujuan jangka panjang dan


tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang dianggap sebagai tantangan
karena banyak yang tidak sanggup atau berhenti di tengah jalan dalam
proses mengubah kebiasaan menjadi lebih baik. Kognisi sosial lebih
mendorong pada tujuan jangka pendek, misalnya orang yang sedang
menjalani program diet mencicil penurunan berat badannya setiap minggu
hingga mencapai berat badan ideal alih-alih menarget berat badannya
untuk turun drastis.

e. Fasilitator dan hambatan yang dirasakan; kognisi sosial secara langsung


memengaruhi self-efficacy sehingga fasilitator dan hambatan yang
dirasakan adala konstruksi penting.

Mengingat pentingnya self-efficacy dalam perubahan perilaku kesehatan,


maka ada metode-metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan self-efficacy,
yaitu :

a. pembelajaran observasional dari orang yang memiliki target serupa atau


teman sebaya,

b. praktik dimulai dari hal sederhana, tetapi secara bertahap meningkatkan


tantangan,

c. memperbaiki kondisi fisik dan emosional melalui mengisi hidup dengan


hal positif, dan

d. memberikan dorongan verbal untuk meningkatkan kepercayaan diri.

8
2.4. Bentuk Aplikasi Lainnya

Bentuk lainnya dari pengaplikasian psikologi sosial di bidang kesehatan komunitas


antara lain :

a. Social learning theory

Dalam teori ini dipercaya bahwa setiap orang melakukan pembelajaran dan
cenderung mau meniru atau mengikuti apa yang dilakukan oleh orang di
sekitarnya. Maka, aplikasi psikologi sosial dalam bidang kesehatan terkait teori
ini adalah dengan menjadikan gaya hidup sehat menjadi tren yang dilakukan
oleh banyak orang, sehingga membuat orang lain juga termotivasi dan
mengikuti gaya hidup sehat tersebut.

b. Locus of control dalam kognisi penyakit

Locus of control adalah kendali individu atas pekerjaan yang mereka lakukan
untuk membuat usaha mereka berhasil. Dalam bidang kesehatan dibutuhkan
locus of control dalam kognisi penyakit untuk meyakinkan diri mereka bahwa
apa yang mereka lakukan dapat mengendalikan atau menyembuhkan penyakit
yang mereka alami. Hal ini akan memberi mereka motivasi untuk terus
melakukan pengobatan yang diperlukan dan menjalani gaya hidup sehat.

c. Melakukan prinsip persuasi

Para praktisi kesehatan harus mengetahui prinsip persuasi yang akan


bermanfaat untuk mereka ketika mempromosikan kesehatan dan
pemberantasan penyakit. Hal ini bisa diaplikasikan saat melakukan penyuluhan
hingga workshop kesehatan berupa program latihan di masyarakat.

d. Identifikasi stres

Seseorang yang mengalami stress atau tekanan seringkali kesulitan untuk


berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, aplikasi psikologi sosial sangat
dibutuhkan di bidang kesehatan untuk bisa mengidentifikasi kondisi psikis dan
kejiwaan seseorang. Diharapkan dengan identifikasi stres lebih dini,

9
penanganan pun akan bisa lebih cepat dilakukan sehingga bisa mempercepat
penyembuhan yang diharapkan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Psikologi sosial terapan merupakan suatu penerapan dari metode, teori, prinsip,
atau temuan penelitian dalam memahami dan memberi solusi dari permasalahan sosial.
Dalam hal ini, peran psikolog sosial adalah mengkaji lebih dalam teori, metode
penelitian, dan evaluasi teori untuk memperkaya pengetahuan. Psikologi sosial terapan
harus langsung memberi manfaat bagi khalayak. Ada tujuh ciri dari psikologi sosial
terapan : berorientasi masalah, berorientasi nilai, kegunaan sosial, fokus pada situasi
sosial, pendekatan yang meluas, setting lapangan, dan bermanfaat praktis.

Perilaku kesehatan ini dibagi menjadi dua, yaitu cenderung meningkatkan atau
menurunkan status kesehatan individu yang mencakup empat dimensi : Preventif Health
Behaviour, Detective Health Behaviour, Health Promotion Behaviour; dan Health
Protective Behavior. Ada dua teori psikologi sosial yang dapat diterapkan untuk
membentuk perilaku kesehatan di masyarakat. Teori-teori tersebut adalah teori perilaku
terencana dan teori kognisi sosial. Psikologi sosial terapan ini juga bisa kita aplikasikan
ke dalam kehidupan sosial kita seperti : social learning theory, locus of control dalam
kognisi penyakit, melakukan prinsip persuasi, identifikasi stres, dan masih banyak
pengaplikasian lainnya yang bisa kita terapkan dalam bidang kesehatan komunitas.

3.2. Saran

1. Bagi penulis, proses pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi sebuah
pembelajaran yang dapat berguna di masa depan.

2. Bagi pembaca, diharapkan dapat mengambil manfaat dari makalah ini dan
memberikan kritik maupun saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, 2018. Psikologi Sosial. 2 ed. Jakarta: Salemba Humanika.

Andreanto, A., 2013. Aplikasi Teori Perilaku Terencana: Niat Melakukan Physical Exercise
(Latihan Fisik) Pada Remaja di Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 2(2).

Aronson, E., Wilson, T. D. & Akert, R. M., 2013. Social Psychology. 8 ed. s.l.:Pearson
Education, Inc..

Fuady, I. & Indriani, D. P. S. S., 2020. Penerapan Teori Planned Behavior: Faktor yang
Mempengaruhi Niat. Jurnal Berkala Kesehatan, 6(1), pp. 24-30.

Martina Pakpahan, D. S. A. S. T. T. M. R. R. E. I. M. E. S. M. R. G. T. Y. F. S. M. M., 2021.


Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. s.l.:Yayasan Kita Menulis.

Santoso, M. D. Y., 2021. REVIEW ARTICLE : DUKUNGAN SOSIAL DALAM SITUASI


PANDEMI COVID-19. Jurnal Litbang Sukowati, 5(1), pp. 11-26.

Widayati, A., 2019. PERILAKU KESEHATAN (HEALTH BEHAVIOR) : Aplikasi Teori Perilaku
untuk Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

12

Anda mungkin juga menyukai