Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIK IV

OBSERVASI DAN WAWANCARA


Kecenderungan Perilaku Internet Addictions pada Mahasiswa




Psikodiagnostik IV Kelas D

Disusun oleh :
Farsiana Aji Puspitasari 111111091





FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
Tahun Ajaran 2013 / 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan elektronik, penggunaan internet
meningkat pesat diberbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Internet dalam
penggunaannya sekarang merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari
pendidikan, politik, sosial, dan lainnya. Sebuah penelitian yang dikutip detikINET dari
Silicon India menyebutkan Indonesia menempati posisi ke delapan negara dengan
pengguna internet terbanyak di dunia. Sedangkan berdasar pada studi hasil survei dari
MarkPlus Insight Netizen, menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di indonesia
telah mencapai 61 juta orang pada tahun 2012. Jumlah itu membuat persentase pengguna
internet dibanding jumlah penduduk adalah 23,5%. Dari jumlah tersebut, 40% di
antaranya mengakses internet lebih dari 3 jam sehari. Adapun jumlah pengguna internet
yang menggunakan perangkat mobile seperti ponsel dan tablet mencapai 58 juta jiwa.
Dan sekitar 95% pengguna ponsel di Indonesia tersebut memanfaatkan ponsel untuk
menjelajahi internet berdasar Riset dari lembaga AC Nielsen.
Walaupun penggunaan internet di Indonesia begitu besar, tetapi dari segi
penggunaannya berbeda-beda pada setiap individu. Berdasarkan hasil penelitian
Wahyono yang dilakukan pada tahun 2006, penggunaan internet untuk tujuan rekreatif
atau mencari hiburan mencapai 85,2% , sebagai sarana komunikasi sebesar 65,8% dan
sebagai sarana mencari informasi sebesar 21,9% (Darmanto, 2008). Salah satu
penggunaan internet untuk tujuan rekreatif, sarana komunikasi, dan mencari hiburan
terdapat pada penggunaan media sosial dan applikasi chatting yang makin marak akhir-
akhir ini. Dihimpun dari detik.com, sekitar 40,8 juta pengguna internet di Indonesia
merupakan pengguna jejaring sosial, atau jika dikonversikan, sekitar 66,9% pengguna
Internet di Indonesia adalah pengguna media sosial. Hampir 90% akses jejaring sosial
seperti Facebook, Twitter, dan sejenisnya, datang dari ponsel pintar alias smartphone dan
tablet seiring menurunnya pengapalan PC dan laptop dalam dua tahun terakhir. Tercatat,
aplikasi chatting juga tumbuh subur di Indonesia. Kakao Talk misalnya, sejak hadir 2010
lalu telah menerima 2,6 miliar pesan, mengirimkan 1,3 miliar pesan dan memiliki 83 juta
pengguna global. WhatsApp juga mencatat total pengiriman 20 miliar pesan dan
menerima 18 miliar pesan dengan jumlah 200 juta pengguna global. Sementara aplikasi
WeChat hingga saat ini memiliki sekitar 125 juta pengguna.
Dengan penggunaan dan intensitas yang besar dari internet tersebut, tidak menutup
kemungkinan terjadi kecanduan bagi penggunanya. Diambil dari APA, seorang psikolog
Amerika, David Greenfield dalam penelitiannya pada 18.000 pengguna internet di tahun
1998 menemukan sekitar 5,7% dari pengguna internet mengalami kecanduan. Orang-
orang tersebut mengalami gejala yang sama dengan kecanduan obat bius (DeAngelis,
2000). Besar kemungkinan bahwa pecandu ini makin meningkat seiring dengan
kemudahan pengaksesan internet. Apalagi gadget dan ponsel telah menjadi suatu hal yang

umum dalam mengakses internet baik lewat jaringan wifi ataupun paket data dari operator
selular.
Penggunaan internet ini tidak lepas juga dari kehidupan seorang mahasiswa/i.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya
karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau
cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan
berbagai predikat (definisipengertian.com). Penggunaan internet sangat erat diperlukan
dalam kehidupan seorang mahasiswa. Tidak menutup kemungkinan juga terdapat
kecenderungan perilaku kecanduan internet pada mahasiswa seiring dengan adanya
fasilitas yang mencukupi di sekitar mereka untuk mengakses internet.
Berdasar pada hal tersebutlah penulis merasa perlulah dilakukan observasi dan
wawancara terhadap pengguna internet, untuk melihat apakah pengguna tersebut telah
kecanduan atau masih dalam taraf yang normal.


1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan observasi dan wawancara ini adalah untuk mengetahui
kecenderungan perilaku kecanduan internet pada mahasiswa yang didasarkan pada teori
addiction.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Kecanduan (Addicted)

Pada awalnya adiksi atau kecanduan ini didefinisikan semata-mata untuk suatu hal yang
berkenaan dengan zat adiktif, seperti alkohol, rokok, dan narkoba. Namun pada akhir abad
ke 20, cakupan dari definisi adiksi telah berkembang menjadi berbagai hal dan substansi yang
digunakan atau perilaku yang menguat yang memiliki karakter candu, kompulsif dan
dilakukan berulang, ketergantungan, dan dirasakan sulit untuk dimodifikasi atau dihentikan
(Orford,1985 dalam DiClemente).
Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada
suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang
disenangi pada kesempatan yang ada. Seseorang dikatakan kecanduan jika melakukan
kegiatan yang sama sebanyak lima kali dalam sehari. Individu yang kecanduan, memiliki
control diri yang kurang dalam melakukan kegiatan tertentu yang ia senangi dan merupakan
kondisi yang terikat pada kebiasaan yang sangat kuat.
Dalam DiClemente (2003), ia mengambil poin-poin utama dari macam-macam perilaku
diagnosis kecanduan di dalam buku DSM IV-TR. Disebutkan perilaku yang termasuk dalam
kategori perilaku berlebih dan kecanduan, memiliki beberapa poin-poin utama elemen
dibawah ini :
1. Menunjukkan pola perilaku kebiasaan yang disengaja, perilaku appetit
(berkeinginan besar).
2. Mereka dapat menjadi berlebihan dan menghasilkan konsekuensi serius.
3. Terdapat stabilitas pola-pola perilaku bermasalah dari waktu ke waktu
4. Terdapat komponen psikologis dan fisiologis yang saling terkait dengan perilaku.
5. Setiap kasus individual yang menjadi kecanduan dalam perilakunya, memiliki
kesulitan untuk menghentikan atau memodifikasi perilaku mereka.

Sedangkan Internet Addiction sendiri umumnya masih dirasakan sulit ditentukan criteria
dan diagnosisnya. Young (2004) mengungkapkan, dari berbagai referensi diagnostic yang
didapatkan dipandang bahwa kecanduan judi patologis sebagai yang paling mirip dengan
perilaku kompulsif penggunaan internet karena sama-sama merupakan gangguan kontrol
impulsive yang tidak memabukkan. Dari hal tersebut, Young mengembangkan beberapa
criteria sebagai berikut sebagai criteria dari gangguan kecanduan internet, dimana seseorang
dinyatakan kecanduan jika memenuhi lima atau lebih jawaban ya dari pertanyaan-pertanyaan
berikut, antara lain :
1. Apakah anda merasa asyik dengan internet (berpikir tentang aktivitas online
yang telah dilakukan sebelumnya atau mengantisipasi/ merencanakan sesi online
selanjutnya) ?
2. Apakah anda merasa perlu untuk menggunakan internet dengan meningkatkan
jumlah waktu penggunaannya untuk mencapai kepuasan anda ?

3. Apakah anda berulang kali melakukan usaha namun gagal untuk mengontrol,
mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet ?
4. Apakah anda merasa gelisah, murung, depresi, atau pemarah ketika mencoba
untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan internet ?
5. Apakah anda tetap online lebih lama daripada waktu yang telah
direncanakan.?
6. Apakah anda membahayakan atau mempertaruhkan hilangnya hubungan yang
signifikan dengan orang lain, pekerjaan, pendidikan, atau peluang karir karena
internet ?
7. Apakah anda berbohong kepada anggota keluarga, terapis, atau orang lain
untuk menyembunyikan tingkat keterlibatan dengan internet ?
8. Apakah anda menggunakan internet sebagai cara untuk melarikan diri dari
masalah atau melepaskan suasana hati misalnya perasaan tidak berdaya rasa
bersalah, kecemasan, depresi) ?

Daftar ini menawarkan beberapa definisi yang bisa diterapkan untuk membantu
membedakan antara pelaku penggunaan internet yang normal dan pengguna pecandu internet.
Namun hal ini dapat ditutupi oleh norma-norma budaya yang memperkuat penggunaan
internet, seperti rasionalisasi bahwa yang dilakukannya untuk pekerjaannya, kebutuhannya,
dan sebagainya, walaupun hal tersebut pada kenyataannya menyebabkan masalah yang
signifikan dalam kehidupan pengguna. Maka dari itu, hanya penggunaan internet yang tidak
bermakna (seperti penggunaan yang tidak berhubungan dengan akademik ataupun bisnis)
sajalah yang perlu dievaluasi untuk menetapkan perilaku kecanduan internet.
Meskipun dari segi waktu tidak menentukan diagnosis seseorang sebagai pecandu
internet, secara umum mereka menghabiskan waktu antara 40 sampai 80 jam per minggu.
Kegiatan tidur terganggu hingga larut malam, dan tetap bangun hingga pukul 2:00, 3:00, atau
4:00. Di kasus ekstrim, seseorang akan menggunakan kafein untuk memfasilitas dirinya agar
dapat online lebih lama. Pengurangan waktu tidur tersebut juga menyebabkan kelelahan yang
berlebihan, mempengaruhi kinerja akademis atau pekerjaan, dan dapat menurunkan system
kekebalan tubuh, sehingga pecandu rentan terhadap penyakit.

2.2 Indikator Perilaku

Berdasarkan teori yang telah diungkapkan di atas, maka indikator perilaku yang akan
dipakai oleh penulis adalah yang didasarkan pada teori DiClemente, dimana nantinya setiap
elemen akan dikembangkan menjadi beberapa indikator perilaku. Sedangkan teori dari
Young akan dipakai dan diberikan pada subjek sebagai istrumen wawancara tertulis
disamping wawancara langsung kepada subjek.
Berikut ini beberapa indikator perilaku kecanduan internet pada mahasiswa :




Elemen Indikator
Menunjukkan pola perilaku kebiasaan yang
disengaja, perilaku appetit (berkeinginan
besar).
- Membuka internet di sela-sela kuliah
- Membuka internet saat sedang makan.
- Membuka internet lebih dari 6 jam dalam
sehari.
- Membuka internet yang tidak terdapat
hubungannya dengan tugas atau kuliah di
sela-sela mengerjakan tugas.
Perilaku dapat menjadi berlebihan dan
menghasilkan konsekuensi serius.
- Membuka internet saat dosen
menerangkan.
- Membuka internet saat sedang berinteraksi
dengan orang lain.
- Berusaha menyembunyikan gadget dari
orang lain untuk tetap dapat membuka dan
terhubung dengan internet.
- Lupa akan kebutuhan dan kewajiban saat
membuka internet (mengerjakan tugas,
sholat, makan, dll)
Terdapat stabilitas pola-pola perilaku
bermasalah dari waktu ke waktu
- Sering terjadi prokastinasti tugas karena
berinternet.
- Sering pulang lebih lama untuk
memanfaatkan fasilitas internet.
-Sering brbohong atau melakukan tindakan
negative agar tetap dapat beraktivitas
internet
Terdapat komponen psikologis dan
fisiologis yang saling terkait dengan
perilaku.
- Gelisah, tidak nyaman, dan tidak tenang
saat tidak membuka atau terhubung dengan
internet.
- Adanya perasaan puas atau senang saat
beraktivitas internet.

Memiliki kesulitan untuk menghentikan
atau memodifikasi perilaku mereka.
- Lamanya membuka internet lebih dari
waktu yang direncanakan.
- Aktifitas saat berinternet keluar dari
aktifitas internet yang direncanakan
sebelumnya.

BAB III
INSTRUMEN

3.1 Instrumen Observasi

3.1.1 Deskripsi Target Observasi
Target observasi yang akan diamati adalah perilaku kecanduan internet pada
mahasiswa. Cooper (2000) mengungkapkan bahwa kecanduan merupakan perilaku
ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Pada observasi kali ini difokuskan
pada perilaku kecanduan internet.

3.1.2 Deskripsi Indikator dari Target Observasi
Mengacu pada teori yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, sebagai
catatan, perilaku aktivitas internet yang diobservasi adalah aktivitas internet yang
tidak berhubungan dengan akademik. Dari indikator-indikator yang telah
diungkapkan di bab sebelumnya, maka target perilaku yang akan di observasi antara
lain :
1. Membuka internet di sela-sela kuliah berlangsung
Subjek membuka internet, baik aplikasi chatting, sosial media, browsing, dan
sebagainya di sela-sela kuliah berlangsung, baik itu di kelas atau di saat
melakukan praktek di laboratorium.

2. Membuka internet saat presenter menerangkan.
Subjek membuka internet saat dosen atau presenter materi sedang menerangkan
materi di kelas.

3. Membuka internet di sela-sela mengerjakan tugas.
Subjek membuka internet seperti chatting, sosial media, ataupun browsing tentang
suatu aspek yang tidak memiliki keterkaitan dengan tugas ataupun kuliahnya di
saat subjek mengerjakan tugas.

4. Mengaduh, nenunjukkan mimic kesal/ tidak suka saat di sela
Subjek mengaduh dan menunjukkan mimic kesal/ tidak suka saat di sela ketika
sedang berinternet.


5. Membuka internet saat sedang berinteraksi dengan orang lain
Subjek membuka internet saat berinteraksi dengan orang lain, seperti saat
berbicara, diskusi, presentasi, jalan dengan kawan, dan sebagainya.

6. Berusaha menyembunyikan gadget dari orang lain.
Subjek berusaha menyembunyikan gadgetnya dari orang lain agar dirinya dapat
tetap terhubung atau untuk tetap dapat membuka internet.

7. Gelisah dan tidak tenang saat tidak terhubung dengan internet
Subjek menunjukkan perilaku tidak tenang ataupun gelisah saat dirinya tidak
membuka internet atau terhubung dengan internet.


3.1.3 Metode Observasi
Teknik observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi non partisipan
Observasi non partisipasi adalah observasi yang dalam pelaksanaannya tidak
melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Dengan kata
lain, observer hanya bertugas sebagai pengamat.
Pemilihan teknik ini didasarkan pada target perilaku dari observasi kali ini adalah
kecenderungan perilaku adiksi internet, sehingga disini sebisa mungkin dibuat
subjek memunculkan perilaku secara natural dengan lingkungannya, tanpa terlalu
ada intervensi dari observer. Kelemahan dalam teknik ini yaitu adanya efek
reactivity dimana observee terpengaruh dengan keberadaan observer. Kami
meminimalisir efek ini dengan tidak mengamati subjek observasi secara terus
menerus serta menyamarkan perilaku mengamati.

b. Observasi langsung (direct speech)
Observasi langsung adalah observasi yang dilaksanakan secara langsung, observer
dan observe dalam satu setting di waktu yang bersamaan.
Kami memilih tenik observasi ini agar dapat mengamati kecenderungan perilaku
adiksi internet pada subjek secara menyeluruh.


3.1.4 Teknik Pencatatan yang Digunakan
Kami menggunakan skala rating dalam observasi ini. Alasan kami adalah
untuk mengetahui kualitas dari indicator-indikator kemunculan perilaku adiksi
internet tersebut pada subjek. Oleh karenanya, teknik pencatatan yang paling tepat
untuk mengetahui kualitas adalah skala rating.
Kelebihan rating :
Menyediakan kerangaka untuk membandingkan individu
Cocok untuk merekam banyak kebiasaan yang berbeda-beda
Dapat digunakan untuk merating target perilaku dari banyak individu atau
kelompok sebagai suatu keutuhan
Teknik ini merekam aspek kualitatif
Menggenerasikan data dalam bentuk yang cocok untuk analisis statistic
Efisien dalam hal waktu
Metode yang sesuai untuk mencatat persepsi dari multiple observer
Kekurangan
Menggunakan nilai skala yang yang mungkin berdasarkan asumsi yang abstrak
Mungkin mempunyai reliabilitas interobserver yang rendah dikarenakan term
yang ambigu atau komplek, posisi skala yang diinterpretasikan berbeda oleh
observer yang berbeda, kecenderungan diantara observer untuk menggunakan titik
tengah pada skala rating dan menjauhi posisi ekstrim, dan hallo effect.
Tidak cocok untuk pencatatan informasi kuantitatif, seperti frekuensi, durasi.
Tidak cocok untuk pencatatan antecedent dan konsekuensi dari peristiwa.

3.1.5 Peralatan yang Dibutuhkan
Beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam observasi kali ini antara lain ;
1. bolpoin
2. form observasi

3.1.6 Rencana Pelaksanaan Observasi
Rencana pelaksanaan observasi akan dilakukan pada :
Tanggal : 3 Desember 2013

Pukul : 08.00 18.00 wib
Tempat : Wilayah Kampus Universitas Airlangga Surabaya dan sekitarnya

3.1.7 Petunjuk Pelaksanaan Observasi
1. Observer datang ke kampus.
2. Observer sebisa mungkin berada di dekat subjek agar dapat mengobservasi
perilaku subjek.
3. Jika dimungkinkan, observer mengobservasi dua subjek pada waktu atau hari
yang sama.
4. Ketika perilaku muncul, observer menilai tingkat kemunculannya selama
observasi pada lembar observasi.
5. Setelah seluruh hasil observasi dari kedua subjek didapat, dilakukan
penghitungan reliabilitas observasi.
6. Observer melakukan pembandingkan target perilaku yang dilakukan subjek
dengan criteria yang ada untuk mengambil kesimpulan.


3.1.8 Lembar Observasi

Nama Subjek : ..................


No. Target Perilaku
Tidak
pernah
Jarang
Kadang-
kadang
Sering Selalu Catatan
1. Membuka internet di
sela-sela kuliah
berlangsung

2. Membuka internet
saat presenter
menerangkan.

3. Membuka internet di
sela-sela mengerjakan
tugas.

4. Mengaduh,
menunjukkan mimic
kesal/ tidak suka saat
disela ketika
berinternet


5. Membuka internet saat
sedang berinteraksi
dengan orang lain

6. Berusaha
menyembunyikan
gadget dari orang lain.

7. Gelisah dan tidak
tenang saat tidak
terhubung dengan
internet.



3.2 Instrumen Wawancara

3.2.1 Deskripsi Topik Wawancara
Topik yang akan digali dari wawancara yang dilakukan adalah tentang
kecenderungan perilaku kecanduan internet pada subjek. Cooper (2000)
mengungkapkan bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada
suatu hal yang disenangi. Pada wawancara kali ini difokuskan pada perilaku
kecanduan internet, dimana subjek yang dipilih adalah mahasiswa.

3.2.2 Tujuan Wawancara
1. Untuk menambah informasi dari subjek terkait perilakunya
2. Untuk menggali data terkait dengan kemunculan indicator perilaku
pada subjek yang tidak dapat di observasi.
3. Untuk mengkroscek kembali data yang didapat dari hasil observasi
pada subjek.


3.2.3 Rencana Pelaksanaan Wawancara
Rencana pelaksanaan observasi akan dilakukan pada :
Tanggal : 6 Desember 2013
Pukul : 11.00 wib.
Tempat : Kampus Universitas Airlangga Surabaya.

3.2.4 Petunjuk Pelaksanaan Wawancara
1. Interviewer bertemu interviewee sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2. Interviewer mewawancarai interviewee sesuai dengan pedoman
pertanyaan yang telah dibuat.
3. Interviewer memberikan kuisioner internet addiction scale di akhir
wawancara dilakukan.
4. Setelah wawancara dilakukan, interviewer membandingkan hasil
wawancara dan hasil dari kuisioner, dengan teori yang ada untuk
diambil kesimpulan.

3.2.5 Pedoman Pertanyaan Wawancara

Tahapan Indikator Pertanyaan
Pembuka
- Selamat sore, perkenalkan nama saya Farsiana. Saya ingin
mewawancarai anda terkait dengan aktivitas internet yang anda
lakukan. Boleh minta waktunya sebentar
i


s


i

Menunjukkan
pola perilaku
kebiasaan yang
disengaja,
perilaku
appetit
(berkeinginan
besar).
Apakah anda rasakan saat beraktivitas di internet ?
Aktivitas internet yang seperti apakah yang paling anda senangi ?
Apakah anda sering memikirkan hal yang berhubungan dengan
aktivitas internet anda sebelumnya di saat setelah selesai dari
kegiatan anda berinternet ?
Apakah anda sering merencanakan aktivitas internet anda di saat
sebelum anda berinternet ?
Berapa lama anda biasanya menghabiskan waktu untuk
membuka internet atau beraktivitas di internet seperti chatting,
bermedia sosial, games yang terhubung secara online, dan
aktivitas-aktivitas internet lainnya yang tidak berhubungan
dengan akademik ?
Apakah anda sering menambah waktu anda berinternet untuk
memenuhi rasa puas anda ?

Perilaku dapat
menjadi
berlebihan dan
menghasilkan
konsekuensi
serius.
Saat anda berinternet, apakah anda sering lupa atau menunda
aktivitas yang berhubungan dengan kebutuhan atau kewajiban
anda seperti makan, mengerjakan tugas, sholat, dsb
Apakah anda lebih sering mendahulukan atau memilih
berinternet daripada aktivitas yang berhubungan dengan orang
lain ataupun pendidikan
Apakah aktivitas internet anda sering membuat bahaya atau
masalah pada kehidupan anda semisal terkait hubungan anda
dengan orang lain ataupun dengan pendidikan anda atau
kesehatan anda
Terdapat
stabilitas pola-
pola perilaku
bermasalah
dari waktu ke
waktu
Apakah anda sering melakukan prokastinasti tugas karena
aktivitas internet anda
Apakah anda sering berbohong atau melakukan tindakan
negative pada orang sekeliling anda agar anda tetap dapat
beraktivitas internet
Terdapat
komponen
psikologis dan
fisiologis yang
saling terkait
dengan
perilaku.
Apa yang anda rasakan jika sehari atau sampai seminggu anda
tidak dapat terhubung dengan internet
Apakah anda merasa gelisah, murung, depresi, atau menjadi
lebih pemarah ketika mencoba untuk mengurangi penggunaan
internet ?
Apakah anda sering menggunakan internet sebagai cara untuk
melarikan diri dari masalah atau menghibur diri anda
Memiliki
kesulitan untuk
menghentikan
atau
memodifikasi
perilaku
mereka.
Apakah aktifitas anda saat berinternet keluar dari aktifitas
internet yang direncanakan sebelumnya
Apakah anda sering melakukan aktivitas internet lebih lama dari
waktu yang telah anda rencanakan
Apakah anda berulang kali melakukan usaha namun gagal untuk
mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan
internet ?

Penutup
- Baiklah, sepertinya data yang anda berikan telah cukup. Jika
suatu saat saya membutuhkan informasi dari anda kembali,
bolehkah saya menghubungi anda
Terimakasih atas waktu dan partisipasi anda.



3.2.6 Kuisioner
Kusioner merupakan salah satu instrument wawancara tertulis. Untuk
menambah data dan informasi yang diperlukan terkait kecenderungan perilaku
adiksi internet pada subjek, penulis memutuskan untuk memberikan juga
Kuisioner Internet Addiction Scale (IAS) yang dibuat oleh Young KS. Pertanyaan-
pertanyaan dalam kuisioner IAS ini merupakan pengembangan dari delapan
elemen pertanyaan Young seperti yang telah tercantum pada bab 2.
Berikut ini kuisioner yang akan diberikan kepada subjek :

Nama
Usia

No. Pernyataan Tidak
Pernah
Jarang Kadang-
kadang
Sering Sangat
Sering
Selalu
1. Seberapa sering Anda menemukan
bahwa Anda tetap online lebih
lama dari yang Anda niatkan ?

2. Seberapa sering Anda
mengabaikan pekerjaan rumah
untuk menghabiskan lebih banyak
waktu online?

3. Seberapa sering Anda lebih suka
berhubungan dengan Internet
untuk kedekatan dengan pasangan
atau kawan Anda ?

4. Seberapa sering Anda membentuk
hubungan-hubungan baru dengan
sesama pengguna online?

5. Seberapa sering orang lain
mengeluh kepada Anda tentang
jumlah waktu yang Anda habiskan
untuk online?

6. Seberapa sering Anda membuat
nilai atau pekerjaan kuliah anda
buruk karena jumlah waktu yang
Anda habiskan online?


7. Seberapa sering Anda memeriksa
email, chat, atau akun sosmed
sebelum melakukan sesuatu yang
lain yang perlu Anda lakukan ?

8. Seberapa sering kinerja pekerjaan
Anda atau produktivitas anda
menjadi buruk karena aktivitas
Internet ?

9. Seberapa sering Anda defensif
atau merahasiakan kegiatan online
Anda ketika ada yang bertanya
apa yang Anda lakukan saat
online ?

10. Seberapa sering Anda
mengalihkan pikiran-pikiran yang
mengganggu Anda dengan
pikiran-pikiran yang
menenangkan dari aktivitas
Internet anda ?

11. Seberapa sering Anda
mempersiapkan diri Anda atau
kegiatan Anda ketika akan
beraktivitas online lagi?

12. Seberapa sering Anda takut bahwa
hidup tanpa Internet akan
membosankan, kosong, dan tidak
menyenangkan ?

13. Seberapa sering Anda mengaduh,
berteriak, atau bertindak kesal jika
seseorang mengganggu Anda saat
Anda sedang online ?

14. Seberapa sering Anda kehilangan
waktu tidur ataupun tidur larut
malam karena aktivitas internet
Anda ?


15. Seberapa sering Anda merasa
sibuk memikirkan aktifitas
Internet pada saat off -line, atau
berfantasi bahwa anda sedang
online ?

16. Seberapa sering Anda menemukan
diri Anda mengatakan "hanya
beberapa menit lagi" atau
"sebentar lagi" ketika online?

17. Seberapa sering Anda mencoba
untuk mengurangi jumlah waktu
yang Anda habiskan untuk online
tetapi gagal?

18. Seberapa sering Anda mencoba
untuk menyembunyikan berapa
lama Anda sudah online ?

19. Seberapa sering Anda memilih
untuk menghabiskan lebih banyak
waktu online selama beraktivitas
atau pergi dengan orang lain ?

20. Seberapa sering Anda merasa
tertekan, murung, atau gugup
ketika Anda off-line , namun akan
hilang setelah Anda kembali
online?


Penyekoran
Untuk mendapatkan hasil dari IAS ini, diperlukan adanya penyekoran dengan
cara menjumlahkan angka untuk setiap respon untuk memperoleh skor akhir. Dimana
dengan system skor sebagai berikut
Tidak pernah = 0 Sering = 3
Jarang = 1 Sangat sering = 4
Kadang-kadang = 2 Selalu = 5

Semakin tinggi jumlah skor, maka tingkat individu tersebut lebih besar dalam
hal kecanduan dan masalah penyebab penggunaan Internetnya. Berikut adalah skala
umum untuk membantu mengukur skor :

20 - 49 poin: Individu berada pada rata-rata on-line pengguna. Dirinya dapat

menjelajahi web terlalu panjang di kali, tetapi masih memiliki kontrol atas
penggunaan internetnya.

50 -79 poin: Individu mengalami masalah sesekali atau sering karena Internet. Ia
harus mempertimbangkan penuh dampak pada kehidupan dirinya.

80-100 poin: Penggunaan internet menyebabkan masalah yang signifikan dalam
hidupnya. Ia harus mengevaluasi dampak internet pada kehidupan dirinya dan
mengatasi masalah secara langsung disebabkan oleh penggunaan Internet.



3.3 Validitas dan Reliabilitas

3.3.1. Validitas
Dalam observasi dan wawancara ini, penulis menggunakan content validity ,
yang artinya validitas alat ukur, form pencatatan, dan susunan pertanyaan wawancara
dilihat dari kesesuaian antara indikator perilaku yang digunakan, serta melihat apakah
data yang didapat dari subjek merefleksikan indikator perilaku yang telah dibuat.
Selain menggunakan content validity, observer juga menggunakan Construct Validity
yang menunjukkan apakah perilaku-perilaku yang dikodekan (indikator perilaku)
sesuai dengan konstruk tujuan dari observasi dan wawancara tersebut.
Untuk kuisioner Internet Addictive Scale (IAS) yang diberikan, seperti yang
dikutip dari knowmo.ca, validitas IAS didapatkan dari pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan dalam IAS yang menyangkup seluruh faktor-faktor, memiliki hubungan
yang signifikasn antara satu dengan yang lain.


3.3.2. Reliabilitas
Tinggi-rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas tersebut berkisar antara 0-1,
yang artinya semakin mendekati angka 1 berarti alat ukur tersebut semakin reliable.
Untuk reliabilitas dari kuisioner Internet Addictive Scale (IAS) sendiri, dikutip dari
knowmo.ca, memiliki Cronbachs alpha 0.54 sampai 0.82.
Sedangkan untuk menguji reliabilitas observasi, maka digunakanlah
I nterobserver Reliability (Reliabilitas Antar Observer). Estimasi dari reliabilitas

antar observer adalah didasarkan pada skor dari dua atau lebih observer yang
mencatat informasi yang sama secara langsung dan secara independent
mengobservasi subjek yang sama. Reliabilitas dapat diketahui dari persetujuan antara
observer satu dengan observer lainnya. Karena menggunakan teknik pencatatan
rating, maka untuk menghitung reliablitas peneliti menggunakan rumus percentage
agreement, yaitu :

%A
RR
=



%A
RR
: Prosentase setuju pada pencatatan rating untuk keseluruhan jumlah skala
Arr : Nomor skala dimana semua observer setuju pada rating
D : Nomor skala dimana semua observer tidak setuju pada rating


DAFTAR PUSTAKA

Darmanto. (2008). Mendesak, Pengaturan Warnet di Indonesia. Diambil dari
http://222.124.164.132/web/detail.php?sid=171057&actmenu=39

DeAngelis, Tori. (2000). Is Internet Addiction Real?. April, 2000, Vol 31, No. 4. American
Psychology Association. Diambil dari http://www.apa.org/monitor/apr00/addiction.aspx

DiClemente, Carlo C. (2003). Addiction and Change: How Addictions Develop and Addicted
People Recover. New York: The Guilford Press.

KnowMo. (2004). Internet Addiction Scale: Young's Diagnostic Questionaire. Diambil dari
http://www.knowmo.ca/capacity/addictionmeasures/addictionmeasureslist/10-12-
31/Internet_Addiction_Scale_Young%E2%80%99s_Diagnostic_Questionnaire.aspx

Kristo, Fino Yurio. (2013, Agustus 21). Posisi Indonesia di Percaturan Teknologi Dunia.
Diambil dari http://inet.detik.com/read/2013/08/21/112207/2336008/398/posisi-
indonesia-di-percaturan-teknologi-dunia .

Noor, Achmad Rouzni. (2013, July 02). Social Media Kian Menggurita di Smartphone.
Diambil dari http://inet.detik.com/read/2013/07/02/100117/2289838/317/social-media-
kian-menggurita-di-smartphone .

Pengertian dan Definisi Mahasiswa Menurut Para Ahli. (2012). Diambil dari
http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-mahasiswa-menurut-para-ahli/

Young, KimberlyS. (2004). Internet Addictions: A New Clinical Phenomenon and Its
Consequences. Journal of American Behavioral Scientist, Vol. 48 No. 4, December
2004 402-415.

Anda mungkin juga menyukai