FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
LABORATORIUM DASAR PSIKOLOGI
Disusun Oleh:
3PA41
Kelompok 5
NO NAMA TANDA
NPM
MAHASISWA TANGAN
1 Adhisa Nurul Hikmah 10521011
2 Afif Nayottama Muflih 10521035
3 Aurell Khanza Geizka 10521281
4 Balqis Annisa Tahany 10521304
5. Deerla Vidya A.N 10521493
6. Emilia Agustina 10521493
7. Fatikah Nurul Izah 10521550
8. Zahra Annisa Salsabila 10521547
KARAWACI
2023
DAFTAR ISI
i
I. WAWANCARA AWAL
A. Verbatim
Interviewer 1 : “Selamat malam, kita dari mahasiswa Universitas
Gunadarma Fakultas Psikologi dari kelompok lima
ingin melakukan wawancara. Sebelumnya ini
dengan Ibu siapa?”
1
2
Keterangan:
Interviewer 1: Aurell Khanza Geizka
Interviewer 2: Deerla Vidya Andyan N
Interviewer 3: Emilia Agustina
Interviewer 4: Adhisa Nurul Hikmah
Interviewer : Semua interviewer
Kesimpulan yang kami dapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan pada
minggu, 15 Oktober 2023 terhadap seorang Ibu yang berinisial AR mengalami baby
blues syndrome saat berusia 29 tahun yang berdomisili di daerah Jatiuwung. Subjek
menceritakan bahwa dirinya pernah mengalami baby blues syndrome, tetapi tidak
15
parah. Subjek tersebut baru memiliki seorang anak yang berusia 2,5 bulan yang
sudah dinantikan selama 11 tahun.
Pada saat kondisi subjek merasa stress, cemas, sedih, marah, dan kelelahan
maka gejala baby blues syndrome itu muncul. Setiap kali subjek merasa gejala baby
blues syndrome itu muncul, subjek melakukan tindakan seperti mencubit, memukul
bokong, tidak ingin melihat anak, tidak ingin menyusui, dan membiarkan anak
menangis sendiri. Setiap kali subjek melakukan tindakan tersebut, subjek sering
merasa menyesal karena telah menyakiti anak yang telah ditunggunya selama 11
tahun. Hal ini mencerminkan kesadaran dan pertobatan atas tindakan tersebut.
Subjek merasa bahwa dukungan orang sekitar, seperti orang tua, mertua,
saudara dan khususnya support dari suami sangat penting. Menurutnya jika tidak
ada sosok suami yang suportif, maka kemungkinan gejala baby blues syndrome
yang dialaminya akan semakin parah. Pada kondisi yang subjek alami, suami subjek
kurang memahami arti dari baby blues syndrome. Sehingga apa yang terlihat oleh
sang suami seolah-olah hanya sifat manja, sedangkan subjek hanya minta untuk
dimengerti. Namun seiringnya waktu, suami mulai mempelajari arti dari baby blues
syndrome dan subjek pun menekankan pentingnya komunikasi yang jujur dengan
suami serta orang terdekat dalam menghadapi baby blues syndrome. Dengan
berbicara terbuka tentang kondisinya, agar subjek dapat memperoleh dukungan
yang lebih baik.
Subjek mencoba berbagai cara untuk mengatasi gejala baby blues dalam
menghadapi anak yang rewel seperti istirahat yang cukup, makan tepat waktu,
berdoa, dan sering-sering mengucap istighfar. Subjek mengatakan ia tidak merasa
trauma untuk memiliki anak lagi dan akan menetapkan komitmen mengenai pola
asuh yang akan diberikan kepada anak selanjutnya agar lebih baik dari pola asuh
yang diberikan kepada anak pertamanya.
Baby blues syndrome adalah pengalaman yang umum bagi Ibu yang baru
melahirkan. Dukungan suami, keluarga, dan informasi tentang kondisi seperti baby
blues sangat penting dalam membantu seorang bu menghadapi tantangan setelah
melahirkan. Subjek pun memberikan saran kepada para wanita di luar sana agar
16
jangan sampai salah pilih pasangan (suami). Pastikan ada komitmen yang kuat
dengan suami sebelum memiliki anak.
Subjek seringkali merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri pada masa awal
kelahiran sang anak. Banyaknya perubahan serta tuntutan yang subjek alami,
sehingga menyebabkan subjek mengalami baby blues syndrome. Namun berkat
dukungan orang sekitarnya, subjek berhasil menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan yang ada.
II. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
gambaran penyesuaian diri pada ibu primipara yang mengalami baby blues
syndrome.
17
III. LANDASAN TEORI
A. Penyesuaian Diri
1. Definisi Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai
keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan
lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna
tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika individu
selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya di
mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua
fungsi organisme/individu berjalan normal. Penyesuaian diri lebih
bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan
tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat (Liansari, 2023).
Menurut Zain (2020) penyesuaian diri adalah sebuah proses yang
dilakukan individu untuk menyelaraskan diri sendiri terhadap
lingkungannya agar dapat mengatasi kebutuhan serta permasalahan baru
dalam lingkungan, sedangkan menurut Handayani (2022) penyesuaian
diri merupakan kemampuan individu untuk mengubah atau memenuhi
banyaknya tuntutan yang ada pada dirinya. Kemampuan ini dapat
berbeda-beda pada masing-masing individu sesuai dengan kepribadian
dan tahap perkembangannya.
Maka dari itu, penyesuaian diri didefinisikan sebagai proses
seseorang dalam menghadapi lingkungan baru dengan berusaha
menempatkan diri di lingkungan yang melibatkan respon tingkah laku
maupun mental yang dilakukan individu guna mengatasi kebutuhan-
kebutuhan dalam diri, tegangan emosional, frustasi, konflik batin yaitu
menyelaraskan tuntutan batin dengan tuntutan lingkungan sekitar, serta
kemampuan individu untuk mengubah atau memenuhi banyaknya
tuntutan lingkungan yang diberikan padanya.
18
19
I. Subjek
A. Identitas Subjek
1. Nama (inisial) : AR
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 29 tahun
4. Tempat tinggal : Jatiuwung
C. Daftar Pertanyaan
1. Aspek-aspek Penyesuaian diri
a. Penyesuaian Pribadi
1) Bagaimana anda memandang perubahan yang terjadi setelah
melahirkan?
2) Bagaimana cara anda mengatasi rasa sedih dan kesal saat lelah
dalam mengurus anak?
24
25
V. PELAKSANAAN WAWANCARA
A. Setting Fisik
Pada tanggal 15 Oktober 2023 di jam 19.30, kami kelompok lima memulai
proses wawancara awal kepada seorang ibu Primipara yang mengalami baby
blues syndrome. Pada saat melakukan wawancara awal subjek terlihat
mengenakan pakaian dress berwarna merah dengan motif bintik-bintik putih
dan kerudung panjangnya yang berwarna abu-abu muda. Subjek memiliki
tubuh yang tinggi dan berisi dengan warna kulit yang putih pucat.
Saat ini subjek berusia dua puluh sembilan tahun dengan gaya
berpenampilannya seperti anak muda pada umumnya. Subjek memiliki bentuk
mata yang bulat dan berwarna hitam kecoklatan dengan memakai kacamata
frame berbentuk kotak yang berwarna putih. Subjek memiliki bentuk bibir
yang tipis dan senyum indah.
Wawancara dilakukan pada malam hari yang bertempatan di halaman rumah
subjek. Interviewer dan interviewee duduk berhadapan diatas alas karpet yang
terhampar luas. Tepat di belakang subjek terdapat bangku plastik berwarna
merah bata serta di belakang interviewer terdapat meja panjang berbahan kayu.
Sepanjang wawancara berlangsung interviewer dan interviewee duduk
dengan posisi tegak dan kaki bersila. Tetapi pada pertengahan wawancara
berlangsung terdapat hambatan, karena anak dari subjek yang baru berusia dua
bulan setengah tersebut terbangun dan menangis sehingga subjek menenangkan
anaknya dengan cara memeluknya.
Proses wawancara berlangsung memakan waktu selama tujuh puluh menit.
Selama wawancara interviewer menggunakan pulpen dan kertas untuk mencatat
berbagai gerakan tubuh dan ekspresi wajah, serta memakai aplikasi perekam
suara untuk merekam semua intonasi yang subjek berikan.
28
B. Setting Psikis
C. Tahap Pelaksanaan
1. Subjek
A. Identitas Subjek:
1. Nama Ibu : AR
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 29 tahun
4. Lokasi tinggal : Jatiuwung
B. Verbatim
30
DAFTAR PUSTAKA
Amida, E. N., Dahlia, Y., Ronanarasafa, & Shammakh, A. A. (2023). Hubungan
usia dan paritas terhadap kejadian baby blues syndrome pada ibu
postpartum di kecamatan sambelia, lombok timur. Nusantara Hasana
Journal, Vol 2 No. 11.
Basant, N. (2023, October 19). 9 Ciri-Ciri Baby Blues Syndrome, Tandanya Bisa
Mood Swing. Klikdokter.com; KlikDokter. https://www.klikdokter.com/ibu-
anak/kehamilan/kenali-tanda-tanda-sindrom-baby-blues
Handayani, E. S. (2022). Kesehatan Mental. Banjarmasin: Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Liansari, V. (2023). Buku ajar perkembangan peserta didik. Umsida Press.
Verda, N. K., & Nuraidha, A. (2022). Strategi coping pada ibu pasca persalinan
untuk mengantisipasi terjadinya baby blues. Jurnal Sudut Pandang, Vol 2
No. 12, 100.
Wahyuni, N. E., Rahyani, N. Y., & Senjaya, A. A. (2023). Karakteristik ibu
postpartum dan dukungan suami dengan baby blues syndrome. Jurnal
Ilmiah Kebidanan, Vol 11 No. 1.
Zain, M. R. (2020). Penyesuaian diri dan komunikasi interpersonal pada mahasiswa
asing yang mengalami gegar budaya. Psikoborneo, Vol 08 No. 1, 93.
(N.d.). diakses dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-
itu-baby-blues-syndrome
31