Anda di halaman 1dari 204







Pengertian Stratifikasi Sosial dan
Jenis - Jenis Stratifikasi Sosial

By
Adhisa Nurul Hikmah 10521011
Balqis Annisa Tahany 10521304
Fatikah Nurul Izah 10521550
01
Pengertian Stratifikasi
Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk/
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat
(hierarkis).
Soerjono Soekanto, stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi
seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-
beda secara vertikal.

Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi sosial dan kesadaran kelas.


02
Perkembangan Startifikasi
Secara sosiologis, konsep stratifikasi tidak lebih populer dari
pada istilah kelas sosial. Menurut Ralf Dahrendorf (1986), istilah
kelas sosial diperkenalkan pertama kali oleh penguasa Romawi
Kuno. Istilah kelas sosial digunakan dalam konteks
penggolongan masyarakat terhadap para pembayar pajak
yaitu masyarakat golongan kaya dan miskin. (Ahmad
Khairuddin, 2023).

Khairuddin, A., & Nasution, T. (2023). Pengantar Sosiologi Pendidikan.


03
Jenis - Jenis Startifikasi Sosial
Jenis stratifikasi sosial menurut soerjono soekanto, stratifikasi
sosial memiliki sifat yang dapat dibedakan atas beberapa
bentuk yaitu :
• stratifikasi sosial tertutup
• stratifikasi sosial terbuka
• stratifikasi sosial campuran

Sregar, A. A., Zahra, M., Rambe, R., & Marpaung, Z. N. (2023). Studi Masyarakat Sosial dalam Persfektif
Kelompok Sosial dan Stratifikasi Sosial. Faidatuna, 4(2), 135-142.
04
Dampak - Dampak Startifikasi
Dampak stratifikasi sosial terbagi menjadi 2 diantaranya
• Dampak positif yaitu mendorong seseorang atau orang-
orang untuk berkompetisi dan berusaha/berupaya
semaksimal mungkin agar dapat naik ke kelas/strata yang
lebih tinggi.
• Dampak negatif yaitu kesenjangan sosial dan konflik
pertentangan.

Koswara, A. A., & Rahman, M. T. (2012). Realitas Problematika Perburuhan (Stratifikasi Sosial Para
Buruh/Pekerja Di Lingkungan Sosial Tempat Mereka Tinggal)
05
Faktor - Faktor Startifikasi
• Kekayaan (materi, kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan keanggotaan masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, jika seseorang memiliki kekayaan yang banyak, maka ia
akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, dan juga sebaliknya jika tidak
mempunyai kekayaan akan digolongkan dalam lapisan rendah. Kekayaan itu dapat dilihat dari
tempat tinggal, benda - benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaian maupun kebiasaan dalam
berbelanja..
• Kekuasaan dan wewenangnya seseorang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar
akan menenmpatkan lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
terkait.
• Kehormatan biasa dimiliki oleh orang – orang yang terlepas dari ukuran – ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang – orang yang dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem lapisan sosial
masyarakat. Terkait ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
orang – orang ini menghormati pada masyarakat yang banyak jasanya, pada orang tua ataupun
orang – orang yang berperilaku dan berbudi luhur. (Maunah, 2015)[2]

Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan.
Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19-38.
Pembahasan
Sorokin dalam Robert Lauer (1993) dan Abdul Syani. (1994: 82) mengatakan bahwa
stratifikasi sosial atau “social stratification” adalah perbedaan penduduk untuk masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau secara “hierarkis” perwujudannya adalah kelas
tinggi dan kelas rendah. (Indah, 2020)

Max Weber dalam karyanya “Wirtschaft und Gesesllschaft dalam D Mitchell (1984: 158) yaitu
tentang anggota-anggota masyarakat (atau kelompok masyarakat) mempunyai
persamaan cara hidup tertentu yang jauh berbeda dengan cara hidup kelompok-kelompok
status yang menurut Weber adalah “gaya hidup”.

Indah, S. (2022). Dinamika Sosial Dan Budaya Masyarakat Urban


Qayyum, M. (2022). Stratifikasi sosial ekonomi masyarakat urban.
Kesimpulan
Kesimpulan hasil pembahasan diatas bahwa
stratifikasi berasarkan status sosial dapat dimiliki atas
sesuatu yang berharga yaitu berupa kekayaan,
kekuasaan dan juga keturunan. Sedangkan untuk
stratifikasi sosial berdasarkan pola interaksi,
masyarakat yang berstatus sosial ekonomi rendah
cenderung memiliki hubungan sosial yang tinggi
sedang yang berstatus sosial ekonomi yang tinggi
cenderung memiliki hubungan yang relatif rendah.
Daftar P ustaka
Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi sosial dan kesadaran kelas.

Indah, S. (2022). DINAMIKA SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT URBAN

Koswara, A. A., & Rahman, M. T. (2012). Realitas Problematika Perburuhan


(Stratifikasi Sosial Para Buruh/Pekerja Di Lingkungan Sosial Tempat Mereka
Tinggal).

Khairuddin, A., & Nasution, T. (2023). Pengantar Sosiologi Pendidikan.

Qayyum, M. (2022). Stratifikasi sosial ekonomi masyarakat urban.

Siregar, A. A., Zahra, M., Rambe, R., & Marpaung, Z. N. (2023). Studi Masyarakat
Sosial dalam Persfektif Kelompok Sosial dan Stratifikasi Sosial. Faidatuna, 4(2),
135-142.
Thank
you!
MAKALAH
Pengertian Stratifikasi Sosial Dan Jenis – Jenis Stratifikasi Sosial

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi

Dosen Pengampu : Afmi Fuad

Di Susun Oleh :

Kelompok 7

Adhisa Nurul Hikmah 10521011

Balqis Annisa Tahany 10521304

Fatikah Nurul Izah 10521550

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

KARAWACI

2023
ii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

BAB II ...................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3

A. Kajian Teoritis Stratifikasi Sosial ............................................................................. 3

a. Pengertian Stratifikasi Sosial .................................................................................... 3

b. Perkembangan Stratifikasi Sosial.............................................................................. 4

c. Jenis – Jenis Stratifikasi Sosial ................................................................................. 6

d. Dampak Stratifikasi Sosial ........................................................................................ 7

e. Faktor - Faktor Stratifikasi Sosial ............................................................................. 8

B. Pembahasan ............................................................................................................... 10

a. Stratifikasi Berdasarkan Status Sosial..................................................................... 10

b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Hubungan Interaksi ............................................... 11

BAB III................................................................................................................................... 12

PENUTUP.............................................................................................................................. 12

Kesimpulan ........................................................................................................................ 12

Soal Pilihan Ganda ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, suatu bentuk variasi kehidupan
memiliki perbedaan yang cukup menonjol adalah fenomena stratifikasi
(tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan tersebut terjadi melalui proses suatu
bentuk kehidupan baik berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial, maupun
benda-benda) yang dianggap sebagai simbol kebenaran dan berguna bagi
kehidupan bermasyarakat, (Ibrahim, 2019).1 Fenomena dari stratifikasi sosial
akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana apapun kehidupan
sosial bermasyarakat akan tetap terjadi suatu perbedaan satu sama lain, semua
tergantung bagaimana masyarakat menempatkannya.

Stratifikasi sosial merupakan konsep dalam ilmu sosiologi untuk melihat


bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang
dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang
didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat tanpa
suatu usaha (ascribed status), (Aji, 2015).2 Berdasarkan latar belakang diatas
maka penulis menjadikan “Pengertian Stratifikasi Sosial Dan Jenis - Jenis
Stratifikasi Sosial” sebagai materi dari makalah ini.

1
Ibrahim, J. T. (2019). Sosiologi Pedesaan. UMMPress.
2
Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi sosial dan kesadaran kelas.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi


2. Bagaimana stratisikasi berkembang dikehidupan bermasyarakat
3. Jenis – jenis stratifikasi

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mengenal

1. Stratifikasi sosial
2. Jenis-jenis stratifikasi sosial
3. Dampak dari stratifikasi ditengah kehidupan sosial bermasyarakat.

D. Sub CPMK

Kemampuan akhir yang diharapkan (Sub CPMK) yaitu:

a. Memahami dan menjelaskan pengertian stratifikasi sosial,


b. Memahami dan menjelaskan berbagai macam stratifikasi sosial dan
memahami perbedaan diantaranya

E. Indikator Penilaian

Adapun indikator penilaiannya adalah:

a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami berbagai jenis stratifikasi


social
b. Mahasiswa mampu memberikan contoh terkait stratifikasi sosial
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis Stratifikasi Sosial


a. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan strata pembeda seseorang, kelompok
dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Stratifikasi sosial terdapat
pada mereka yang memiliki kelas sosial yang berbeda secara tersusun
atau sistematis serta adanya hak dan kewajiban yang berbeda pula
didalamnya. (Siregar, 2023)3
Adapun pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli diantara
sebagai berikut:
a) Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan
penduduk/ masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara
bertingkat (hierarkis).
b) Robert M.Z. Lawang, stratifikasi adalah penggolongan orang-
orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan,
privilese dan prestise.
c) P.J. Bouman, stratifikasi sosial adalah golongan manusia
dengan ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran akan
beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut
gengsi kemasyarakatan.

3
Siregar, A. A., Zahra, M., Rambe, R., & Marpaung, Z. N. (2023). Studi Masyarakat
Sosial dalam Persfektif Kelompok Sosial dan Stratifikasi Sosial. Faidatuna, 4(2),
135-142.

3
4

d) Soerjono Soekamto, stratifikasi sosial adalah pembedaan


posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang
berbeda-beda secara vertikal
e) Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, stratifikasi sosial
adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu
masyarakat. (Aji, 2015)4
Pengertian diatas menyepakati bahwasanya pelapisan sosial atau
stratifikasi sosial (social stratification) sebagai bentuk pembeda atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Dengan demikian, Stratifikasi sosial adalah sebuah hakikat dari suatu
rancangan yang sudah terkonsep dalam sosiologi, artinya stratifikasi
sosial dipakai sebagai bahan untuk menelaah atau menguraikan dari
semua aspek kajian sosiologi.

b. Perkembangan Stratifikasi Sosial


Secara sosiologis, konsep stratifikasi tidak lebih populer dari pada
istilah kelas sosial. Menurut Ralf Dahrendorf (1986), istilah kelas
sosial diperkenalkan pertama kali oleh penguasa Romawi Kuno.
Istilah kelas sosial digunakan dalam konteks penggolongan
masyarakat terhadap para pembayar pajak yaitu masyarakat golongan
kaya dan miskin. (Ahmad Khairuddin, 2023)5
Dalam studi-studi sosiologi kontemporer, istilah status sosial dikaitkan
dengan istilah peran (role), di mana kedua istilah tersebut memiliki
hubungan yang bersifat ko-eksistensial (Beteille, 1977). Misalnya, jika
terdapat status sosial maka akan ada peran sosial di dalamnya,

4
Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi sosial dan kesadaran kelas.
5
Khairuddin, A., & Nasution, T. (2023). Pengantar Sosiologi Pendidikan.
5

semakin tinggi status sosial semakin banyak peran sosialnya, atau


semakin tinggi status sosial semakin sedikit peran sosialnya. (Aji,
2015)6
Stratifikasi sosial juga berkembang dalam kehidupan masyarakat
Jawa. Sebagaimana sebuah penelitian yang mendalam mengenai
kehidupan sosial masyarakat Jawa, yang dilakukan oleh seorang
antropolog Amerika bernama Clifford Geertz pada tahun 1950an dan
dibukukan dalam The Religion of Java. Menurut Geertz, pembagian
kelas dalam masyarakat Jawa tidak terpaku pada hierarki kemampuan
ekonomi tiap orang namun lebih kearah jenis pekerjaan, pendidikan,
dan spiritual. Kaum priyayi dianggap sebagai kaum tingkat menengah
ke atas karena mereka mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi,
memiliki pekerjaan dalam pemerintahan dan memimpin upacara adat
(Maulana, 14(1), 57-65.)7

6
Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi sosial dan kesadaran kelas.
7
Maulana, M. The SLAMETAN in a JAVANESE SOCIETY: A comparative study
of Clifford Geertz’s The Religion of Java (1960) and Andrew Beatty’s Varieties of
Javanese Religion (1999). Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic
Studies, 14(1), 57-65.
6

c. Jenis – Jenis Stratifikasi Sosial


Jenis stratifikasi sosial menurut soerjono soekanto, stratifikasi sosial
memiliki sifat yang dapat dibedakan atas beberapa bentuk sebagai
berikut:
1. Stratifikasi Sosial Tertutup
Sistem pelapisan sosial tertutup membatasi kemungkinan
seseorang untuk pindah dari satu lapisan ke lapisan lain, baik
lapisan atas maupun lapisan bawah. Dalam sistem pelapisan
sosial tertutup ini satu-satunya jalan untuk masuk menjadi
anggota suatu lapisan tertentu hanyalah melalui kelahiran.
Sistem pelapisan sosial tertutup ini dapat dijumpai di India
yang masih menganut sistem kasta.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
Pada sistem pelapisan sosial yang terbuka, setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke lapisan
sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya
sendiri. Sebaliknya, setiap anggota masyarakat bisa juga turun
(jatuh) ke lapisan yang lebih rendah bagi mereka yang tidak
cakap dan tak beruntung.8

8
Siregar, A. A., Zahra, M., Rambe, R., & Marpaung, Z. N. (2023). Studi Masyarakat
Sosial dalam Persfektif Kelompok Sosial dan Stratifikasi Sosial. Faidatuna, 4(2),
135-142.
7

3. Stratifikasi Sosial Campuran


Stratifikasi sosial campuran adalah perpaduan antara
stratifikasi sosial tertutup dan stratifikasi sosial terbuka. Untuk
berpindah lapisan sosial, individu harus pindah ke daerah yang
pelapisan sosialnya bersifat terbuka. Sebagai contoh bila
seorang anggota kasta sudra tetap bertahan di masyarakat yang
menganut sistem kasta maka ia tidak akan bisa memperoleh
kedudukan terhormat. Oleh sebab itu, satu-satunya cara untuk
mengubah status adalah dengan pindah ke masyarakat lain
yang tidak mengenal kasta. (Siregar, 2023) 9

d. Dampak Stratifikasi Sosial


Dampak stratifikasi sosial adalah sebagai berikut :
1. Dampak Positif
Pengkelasan sosial dapat mendorong seseorang atau orang-orang
untuk berkompetisi dan berusaha/berupaya semaksimal mungkin
agar dapat naik ke kelas/strata yang lebih tinggi. Dengan demikian,
orang-orang berusaha untuk berprestasi karena memang ada
kesempatan untuk dapat berpindah kelas. Hal tersebut merupa- kan
dampak positif dari adanya stratifikasi sosial.

9
Siregar, A. A., Zahra, M., Rambe, R., & Marpaung, Z. N. (2023). Studi Masyarakat
Sosial dalam Persfektif Kelompok Sosial dan Stratifikasi Sosial. Faidatuna, 4(2),
135-142.
8

2. Dampak Negatif
Beberapa literatur menjelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga
dampak negatif stratifikasi sosial, yaitu:
a) Pertentangan antar kelas sosial
b) Pertentangan antar kelompok sosial
c) Pertentangan antar generasi. (Koswara, 2012)10

e. Faktor - Faktor Stratifikasi Sosial


Kriteria yang dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan social
yakni sebagai berikut:
1. Kekayaan (materi, kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan
keanggotaan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada,
jika seseorang memiliki kekayaan yang banyak, maka ia akan
termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, dan juga
sebaliknya jika tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan
dalam lapisan rendah. Kekayaan itu dapat dilihat dari tempat
tinggal, benda - benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaian
maupun kebiasaan dalam berbelanja.11
2. Kekuasaan dan wewenangnya seseorang mempunyai kekuasaan
atau wewenang paling besar akan menenmpatkan lapisan teratas
dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang terkait.

10
Koswara, A. A., & Rahman, M. T. (2012). Realitas Problematika Perburuhan
(Stratifikasi Sosial Para Buruh/Pekerja Di Lingkungan Sosial Tempat Mereka
Tinggal).
11
Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif
Sosiologi Pendidikan. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19-38.
9

3. Kehormatan biasa dimiliki oleh orang – orang yang terlepas dari


ukuran – ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang – orang yang
dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem lapisan sosial
masyarakat. Terkait ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya orang – orang ini menghormati
pada masyarakat yang banyak jasanya, pada orang tua ataupun
orang – orang yang berperilaku dan berbudi luhur. (Maunah,
2015)12

12
Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif
Sosiologi Pendidikan. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19-38.
10

B. Pembahasan
a. Stratifikasi Berdasarkan Status Sosial
Dalam kehidupan masyarakat senantiasa terdapat perbedaan antara status
antara satu orang dengan yang lainnya,antara kelompok dengan kelompok
lainnya, terdapat masyarakat berstatus sosial tinggi, status sosial
menengah dan status sosial rendah.
Menurut Soerjono Soekanto (1990), selama dalam suatu masyarakat ada
sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang
berharga, maka hal ini akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan
adanya sistem lapisan dalam masyarakat. Barang sesuatu yang dihargai di
dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang
bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu
pengetahuan, kesalahan dalam agama atau mungkin keturunan dari
keluarga terhormat. (Fuadi, 2020)13
Sorokin dalam Robert Lauer (1993) dan Abdul Syani. (1994: 82)
mengatakan bahwa stratifikasi sosial atau “social stratification” adalah
perbedaan penduduk untuk masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat atau secara “hierarkis” perwujudannya adalah kelas tinggi dan
kelas rendah. (Indah, 2020)14

13
Fuadi, A. (2020). Keragaman dalam dinamika sosial budaya kompetensi sosial
kultural perekat bangsa. Deepublish.
14
Indah, S. (2022). Dinamika Sosial Dan Budaya Masyarakat Urban
11

b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Hubungan Interaksi


Max Weber dalam karyanya “Wirtschaft und Gesesllschaft dalam D
Mitchell (1984: 158) yaitu tentang anggota-anggota masyarakat (atau
kelompok masyarakat) mempunyai persamaan cara hidup tertentu yang
jauh berbeda dengan cara hidup kelompok-kelompok lainya yang menurut
Weber adalah “gaya hidup”. Weber mendefinisikan gaya hidup itu
berdasarkan pola pola pengguna kekayaan, jenis perumahan (besar/kecil),
situasi tetangga, kebiasaan-kebiasaan makan minum, jenis pendidikan,
aktifitas hiburan, dan sebagainya. (Qayyum, 2022)
Analisa Schumpfeter dalam D Mitchell (1984: 164) berbeda dengan
analisa Weber. Menurutnya, yang menarik anatara “kelas” dan “status”
adalah mobilitas sosial yaitu mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
Naik turunnya suatu kelas disebabkan oleh beberapa faktor, mungkin
karena kepemilikan tanah, kedudukan, kekuasaan dan segi ekonomi serta
politik. (Qayyum, 2022)15

15
Qayyum, M. (2022). Stratifikasi sosial ekonomi masyarakat urban.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan hasil pembahasan diatas bahwa stratifikasi berasarkan status sosial dapat
dimiliki atas sesuatu yang berharga yaitu berupa kekayaan, kekuasaan dan juga
keturunan. Sedangkan untuk stratifikasi sosial berdasarkan pola interaksi, masyarakat
yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung memiliki hubungan sosial yang
tinggi sedang yang berstatus sosial ekonomi yang tinggi cenderung memiliki
hubungan yang relatif rendah.

Dengan kata lain, pola interaksi sosial atau hubungan sosial pada masyarakat adalah
status sosial ekonomi – jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.
Selain itu, terdapat faktor-faktor yang lain ikut menentukan pola interaksi sosial atau
hubungan sosial seperti proses sosialisasi, penduduk.

12
13

Soal Pilihan Ganda


1. Bila seorang anggota kasta sudra tetap bertahan di masyarakat yang menganut
sistem kasta maka ia tidak akan bisa memperoleh kedudukan terhormat.
Pernyataan tersebut merupakan contoh dari stratifikasi?
a. Terbuka
b. Terdepan
c. Vertikal
d. Campuran
2. Definisi stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin
a. Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas secara penurunan
b. Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hierarkis).
c. Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas secara kenaikan
d. Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas secara kedepan.
3. Istilah kelas sosial diperkenalkan pertama kali oleh penguasa
a. Jepang
b. Belanda
c. Hindia belanda
d. Romawi kuno
4. Konteks penggolongan masyarakat yang digunakan pada istilah kelas sosial
terhadap para pembayar pajak yaitu
a. Kaya
b. Miskin
c. Kaya dan Miskin
d. Golongan tua
14

5. Dampak dari stratifikasi sosial terbagi menjadi


a. Positif
b. Negatif
c. Sejahtera
d. Positif dan Negatif
6. Faktor-faktor stratifikasi sosial
a. Kekayaan, kekuasaan, kehormatan
b. Kemandirian
c. Kebersihan
d. Kedisiplinan
7. Cara hidup tertentu yang jauh berbeda dengan cara hidup kelompok-kelompok
lainya menurut weber merupakan
a. Cara hidup
b. Gaya hidup
c. Jalan hidup
d. Takdir
15

DAFTAR PUSTAKA

Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi sosial dan kesadaran kelas.

Fuadi, A. (2020). Keragaman dalam dinamika sosial budaya kompetensi sosial


kultural perekat bangsa. Deepublish.

Ibrahim, J. T. (2019). Sosiologi Pedesaan. UMMPress.

Indah, S. (2022). DINAMIKA SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT URBAN

Koswara, A. A., & Rahman, M. T. (2012). Realitas Problematika Perburuhan


(Stratifikasi Sosial Para Buruh/Pekerja Di Lingkungan Sosial Tempat Mereka
Tinggal).

Khairuddin, A., & Nasution, T. (2023). Pengantar Sosiologi Pendidikan.

Maulana, M. The SLAMETAN in a JAVANESE SOCIETY: A comparative study of


Clifford Geertz’s The Religion of Java (1960) and Andrew Beatty’s Varieties of
Javanese Religion (1999). Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic
Studies, 14(1), 57-65.

Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif


Sosiologi Pendidikan. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19-38.

Qayyum, M. (2022). Stratifikasi sosial ekonomi masyarakat urban.

Sahlan, S. (2023). Studi Masyarakat Sosial Dalam Persfektif Kelompok Sosial Dan
Stratifikasi Sosial. JUPSI: Jurnal Pendidikan Sosial Indonesia, 1(1), 11-18.

Siregar, A. A., Zahra, M., Rambe, R., & Marpaung, Z. N. (2023). Studi Masyarakat
Sosial dalam Persfektif Kelompok Sosial dan Stratifikasi Sosial. Faidatuna,
4(2), 135-142.

Wibowo, A. (2021). Stratifikasi Sosial Pengambilan Keputusan Tentang Keuangan


Keluarga. Al-Ijtimai: International Journal of Government and Social
Science, 6(2), 179-186.
KEKU AS AA N
WE WE NA NG
KELOMPOK 8
Kelompok 8

Nuur Aanisah
ois (11521083) Rheda O
tia L vira
Chyn 57) (11521
52 13 219)
(10
topik pembahasan

A. Pengantar
B. Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya
C. Unsur Unsur Saluran dan Dimesnsinya
D. Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan
E. Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan
F. Wewenang
A. Pengantar
Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang
sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat.
Karena kekuasaan sendiri mempunyai sifat yang
netral, maka menilai baik atau buruknya harus dilihat
pada penggunaannya bagi keperluan masyarakat.

Soekanto , S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sebagai suatu proses, baik kekuasaan maupun
wewenang merupakan suatu pengaruh yang nyata
atau potensial. Mengenai pengaruh tersebut,
lazimnya diadakan pembedaan di antaranya:
1. Pengaruh bebas yang didasarkan pada
komunikasi dan bersifat persuasif.
2. Pengaruh tergantung atau tidak bebas menjadi
efektif karena ciri tertentu yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang berpengaruh.
REferensi:
J.Bierens de Haan, Grondslagen der Samenleving, Sociologische Problemen in Overgangstijd, derde herziene druk, H.D. Tieenk Willink & Zoon N.V.
Haarlem, 1952, hlm. 66.
Pada jenis pengaruh ini, mungkin terjadi proses-proses sebagai berikut:
a. Pihak yang berpengaruh membantu pihak yang dipengaruhi untuk
mencapai tujuannya, atau pihak yang berpengaruh mempunyai kekuatan
untuk memaksakan kehendaknya (kemungkinan dengan melancarkan
ancaman-ancaman mental atau fisik).
b. Pihak yang berpengaruh mempunyai ciri-ciri tertentu yang
menyebabkan pihak lain terpengaruh olehnya.
Ciri-ciri tersebut adalah:
1) kelebihan di dalam kemampuan dan pengetahuan.
2) sifat dan sikap yang dapat dijadikan pedoman perilaku yang pantas atau
perilaku yang diharapkan.
3) mempunyai kekuasaan resmi yang sah.
b. hakikat kekuasaan
dan sumbernya
Kekuasaan terdapat di mana-mana, dalam
hubungan sosial maupun di dalam organisasi sosial.
Tetapi pada umumnya kekuasaan yang tertinggi
berada pada organisasi yang dinamakan “negara”.
Sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam
hubungan yang simetris dan asimetris. Adapun
kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-
macam faktor.
C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan
dan Dimesnsinya

1. Rasa Takut
Perasaan takut pada seseorang misalnya pada
penguasa akan menimbulkan kepatuhan terhadap
segala kemajuan dan tindakan orang yang ditakuti
tersebut. Rasa takut merupakan gejala universal yang
terdapat di segala tempat dan biasanya
dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat yang
mempunyai pemerintahan otoriter.
C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan
dan Dimesnsinya

2. Rasa Cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada
umumnya bersifat positif, orang-orang bertindak
sesuai kehendak pihak yang berkuasa untuk
menyenangkan semua pihak. Apabila ada suatu reaksi
positif dari masyarakat yang dikuasai maka sistem
kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan
teratur.
C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan
dan Dimesnsinya

3. Kepercayaan
Kepercayaan bisa timbul sebagai hasil
hubungan langsung antara dua orang atau
lebih yang bersifat asosiatif. Soal
kepercayaan sangat penting demi
kelanggengan kekuasaan.
C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan
dan Dimesnsinya

4. Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin dapat
disangkal oleh orang lain, tetapi sistem
pemujaan membawa seseorang dan
kelompok untuk membenarkan segala
sesuatu yang datang dari penguasa
tersebut
Apabila dilihat dalam masyarakat dalam pelaksanannya kekuasaan
dijalankan melalui saluran-saluran tertentu sebagai berikut:

a. Saluran Militer
Penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion)
serta kekuatan militer (military force) di dalam melaksanaka
kekuasaannya. Dengan tujuan untuk menimbulkan rasa takut dalam
diri masyarakat atau tunduk kepada kemauan penguasa.
b. Saluran Ekonomi
Penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat
dengan jalan menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut

Soekanto , S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
D. Saluran Tradisional
C. Saluran Politik
Saluran tradisional
Penguasa dan pemerintah
biasanya paling disukai,
membuat peraturan-
karena dengan cara
peraturan yang harus
menyesuaikan tradisi
ditaati masyarakat dengan
pemegang kekuasaan
memaksa atau meyakinkan
dengan tradisi yang
untuk menaati peraturan
dikenal di dalam suatu
yang dibuat oleh badan
masyarakat, pelaksanaan
berwenang dan yang sah.
dapat berjalan lancar.

Soekanto , S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi suatu Soekanto , S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi suatu
pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
E. Saluran Ideologi
Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya
mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau
doktrin-doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan
dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi
pelaksanaan kekuasaanya.
F. Saluran-saluran Lainnya
Saluran-saluran lainnya misalnya alat-alat komunikasi
didukung kemajuan teknologi komunikasi massa seperti
surat kabar, radio, televisi dan lain-lainnya. Selain itu dapat
juga digunakan saluran rekreasi seperti sandiwara rakyat.
Biasanya penguasa menggunakan lebih dari satu alasan
tergantung pada struktur masyarakat yang bersangkutan.

REferensi:
Robert A. Dahl, Modern Political Analysis, (New Jersey: Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, 1965), hlm. 20.
D. Cara-cara
mempertahankan
kekuasaan
Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan
lama, terutama dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan
penguasa kemudian akan digantikan dengan peraturan-
peraturan baru yang menguntungkan penguasa. Mengadakan
sistem-sistem kepercayaan melalui agama dan ideologi yang
akan memperkokoh kedudukan penguasa atau golongannya.
Melalui pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik.
Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal, misalnya
memperkuat kekuasaan dengan menguasai bidang-bidang
kehidupan tertentu.

Soekanto , S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
e. Beberapa Bentuk
Lapisan Kekuasaan
Menurut MacIver ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau
piraminda kekuasaan yaitu sebagai berikut.
a. Tipe kasta – garis pemisah tegas dan kaku
Biasanya dijumpai pada masyrakat berkasta dimana hampir tak terjadi gerak
sosial vertikal.

referensi: R.M. MacIver, op. cit., hlm. 100 dan seterusnya.


c. Tipe demokratis – garis pemisah tidak
b. Tipe Oligarkis – garis pemisah tegas dan tidak kaku
tegas dan tidak kaku Kelahiran tidak menentukan seseorang,
Kedudukan para warga pada tipe yang terpenting adalah kemampuan dan
ini masih didasarkan pada terkadang faktor keberuntungan.
kelahiran ascribed status, tetapi Misalnya anggota-anggota partai politik
individu masih diberi kesempatan yang dalam suatu masyarakat
untuk naik lapisan. demokratis dapat mencapai kedudukan-
kedudukan tertentu melalui partai.
F. Wewenang
Wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan
dalam tata tertib sosial untuk menetapkan
kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan
mengenai masalah-masalah penting, dan untuk
menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Seseorang
yang memiliki wewenang bertindak sebagai orang yang
memimpin atau membimbing orang banyak (Ibid).
Wewenang ada beberapa bentuk yaitu:
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional, dan Rasional (Legal)
Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan
pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu, pulung)
yang ada pada diri seseorang yang dianugerahi kemampuan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang, atau oleh anggota kelompok yang telah
memiliki kekuasaan di dalam masyarakat sejak lama.
Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang didasarkan
pada sistem hukum yang berlaku di masyarakat.

referensi : Max Weber, The Theory of Social and Economic Organizations, diterjemahkan oleh A.M. Henderson dan Talcott Parsons, disunting dan diberi
pendahuluan oleh Talcott Parsons, (The Free Press of Glencoe, 1947), hlm. 57.
2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi
Wewenang resmi teratur, mempertimbangkan, dan logis. Wewenang
seperti ini biasanya ada di kelompok besar yang memerlukan aturan
yang jelas dan konsisten. Kelompok-kelompok ini biasanya memiliki
banyak anggota, jadi hak dan kewajiban para anggotanya ditentukan
dengan jelas.
Wewenang tidak resmi biasanya timbul dalam hubungan-
hubungan antarpribadi yang sifatnya situasional, dan sangat
ditentukan oleh kepribadian para pihak. Sering kali
wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil
disebut sebagai wewenang tidak resmi karena bersifat
spontan
Referensi:
Robert A. Nisbet, the social bond, an introduction to the study of society. (NEWyork:alfred a. knopf,1970), hlm.119 dan seterusnya
3. Wewenang Pribadi dan Teritorial
Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas
antara anggota-anggota kelompok, dan di sini unsur
kebersamaan sangat memegang peranan. Para individu
dianggap lebih banyak memiliki kewajiban ketimbang hak.

Pada wewenang teritorial, wilayah tempat tinggal


memegang peranan yang sangat penting. Pada kelompok-
kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung
berkurang karena desakan faktor-faktor individualisme.

Referensi:
soerjono soekanto, “inheritance law in indonesia peasant society, 14 malaya law review 2, 1972, hlm 244 sampai 258
4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh
Dalam pandangan lain wewenang adalah pembedaan antara
wewenang terbatas dengan wewenang menyeluruh. Apabila
dibicarakan tentang wewenang terbatas, maksudnya adalah
wewenang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan,
tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja.

Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak


dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Kedua bentuk
wewenang diatas dapat berproses secara berdampingan, dalam
situasi-situasi tertentu, salah satu lebih berperan daripada bentuk
lainnya.
Bentuk Kekuasaan dan Wewenang
1. Kekuasaan Legal
a. Kekuasaan Eksekutif merujuk pada otoritas yang dimiliki oleh
pemerintah untuk menjalankan hukum dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang, seperti eksekutif
nasional atau lokal.
b. Kekuasaan Legislatif adalah wewenang yang dimiliki oleh badan
legislatif untuk membuat undang-undang dan peraturan yang sah sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan dalam konstitusi.
c. Kekuasaan Yudisial, merujuk pada otoritas yang dimiliki oleh
lembaga-lembaga yudisial, seperti pengadilan, untuk menafsirkan
hukum dan memutuskan sengketa hukum.
2. Kekuasaan Ilegal
Kekuasaan ilegal adalah tindakan atau otoritas yang bertentangan
dengan hukum yang berlaku atau konstitusi. Ini mencakup
pelanggaran hukum dan pemberontakan atau kudeta.

3. Wibawa
Menurut Soerjono Soekanto, wibawa memiliki pengertian sebagai
pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati
orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung
kepemimpinan dan penuh daya tarik; kekuasaan. Berwibawa
memiliki pengertian mempunyai wibawa (sehingga disegani dan
dipatuhi), dan kewibawaan adalah hal yang menyangkut wibawa;
kekuasaan yang diakui dan ditaati.
Daftar Pustaka

Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
pers
Soekanto, S. (2007). Hukum dan kekuasaan.
terima kasih
Sosiologi

Kekuasaan dan Wewenang

Kelompok 8 :

Chyntia Lois Simatupang (10521357)

Nuur Aanisah (11521083)

Rheda Ovira (11521219)

FAKULTAS PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2023
Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................................ 1


Konsep Kekuasaan dan Wewenang .................................................................... 2
A. Pengantar ..................................................................................................... 2
B. Hakikat kekuasaan dan Sumbernya .............................................................. 3
C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan dan Dimesnsinya ...................................... 4
D. Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan ....................................................... 6
E. Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan .......................................................... 6
F. Wewenang ................................................................................................... 8
G. Bentuk-bentuk Kekuasaan dan Wewenang ................................................. 11
1. Kekuasaan Legal .................................................................................... 11
2. Kekuasaan Ilegal .................................................................................... 12
3. Wibawa................................................................................................... 12
Daftar Pustaka.................................................................................................. 13
Daftar Pertanyaan .............................................................................................. 1

1
Konsep Kekuasaan dan Wewenang
A. Pengantar
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta
manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu
pengetahuan kemasyarakatan. Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang
sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Karena kekuasaan sendiri
mempunyai sifat yang netral, maka menilai baik atau buruknya harus dilihat pada
penggunaannya bagi keperluan masyarakat.

Perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang (authority atau legalized power)


ialah bahwa setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dapat dinamakan
kekuasaan. Sementara itu, wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau
sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari
masyarakat. Adanya kekuasaan dan wewenang pada setiap masyarakat merupakan
gejala yang wajar. Walaupun wujudnya kadang-kadang tidak disukai oleh masyarakat
itu sendiri karena sifatnya yang mungkin abnormal menurut pandangan masyarakat
yang bersangkutan. 1

Setiap masyarakat memerlukan suatu faktor pengikat atau pemersatu yang


terwujud dalam diri seseorang atau sekelompok orang-orang yang memiliki kekuasaan
dan wewenang tadi. Sebagai suatu proses, baik kekuasaan maupun wewenang
merupakan suatu pengaruh yang nyata atau potensial. Mengenai pengaruh tersebut,
lazimnya diadakan pembedaan di antaranya:

1. Pengaruh bebas yang didasarkan pada komunikasi dan bersifat persuasif


2. Pengaruh tergantung atau tidak bebas menjadi efektif karena ciri tertentu yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang berpengaruh. Pada jenis pengaruh ini, mungkin terjadi proses-proses
sebagai berikut.
a. Pihak yang berpengaruh membantu pihak yang dipengaruhi untuk mencapai tujuannya,
atau pihak yang berpengaruh mem- punyai kekuatan untuk memaksakan kehendaknya
(kemungkinan dengan melancarkan ancaman-ancaman mental dan/atau fisik).
b. Pihak yang berpengaruh mempunyai ciri-ciri tertentu yang menyebabkan pihak lain
terpengaruh olehnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
1) kelebihan di dalam kemampuan dan pengetahuan;

1
J.Bierens de Haan, Grondslagen der Samenleving, Sociologische Problemen in Overgangstijd, derde herziene
druk, H.D. Tieenk Willink & Zoon N.V. Haarlem, 1952, hlm. 66.

2
2) sifat dan sikap yang dapat dijadikan pedoman perilaku yang pantas atau perilaku
yang diharapkan.
3) mempunyai kekuasaan resmi yang sah.

B. Hakikat kekuasaan dan Sumbernya


Dalam setiap hubungan antarmanusia maupun antarkelompok sosial selalu
tersimpul pengertian kekuasaan dan wewenang. 2 Hak milik dan kedudukan merupakan
sumber kekuasaan. Kekuasaan terdapat di mana-mana, dalam hubungan sosial maupun
di dalam organisasi sosial. Tetapi pada umumnya kekuasaan yang tertinggi berada pada
organisasi yang dinamakan “negara”. Secara formal negara mempunyai hak untuk
melaksanakan kekuasaan tertinggi. Kalau perlu, dengan paksaan. Juga negaralah yang
membagi- bagikan kekuasaan yang lebih rendah derajatnya. Itulah yang dinamakan
kedaulatan (sovereignity).3 sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan
yang simetris dan asimetris. Masing- masing hubungan terwujud dalam kehidupan
sehari-hari sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai berikut

Sifat dan hakikat kekuasaan

SIMETRIS ASIMETRIS

Hubungan persahabatan Popularitas


Hubungan sehari-hari Peniruan
Hubungan yang bersifat ambivalen Mengikuti perintah
Pertentangan antara mereka yang sejajar Tunduk pada pemimpin formal atau
kedudukannya informal
Tunduk pada seorang ahli
Pertentangan antara mereka yang tidak
sejajar kedudukannya
Hubungan sehari-hari

2
Ely Chinoy, Society, an Introduction to Sociology, (New York: Random House, 1961), hlm. 246 dan seterusnya.
3
Gaetano Mosca, The Ruling Class, diterjemahkan oleh Hannah D. Kahn, (New York: McGraw Hill Book
Company, Inc. 1939, hlm. 50 dan seterusnya.

3
Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam faktor. Apabila sumber-sumber
kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaannya, maka dapat diperoleh gambaran
sebagai berikut.

Sumber kekuasaan

SUMBER KEGUNAAN
Militer, polisi, criminal Pengendalian kekerasam
Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan
Ekonomi
material, produksi
Politik Pengambilan keputusan
Mempertahankan, mengubah,
Hukum
melancarkan interaksi
Tradisi Sistem kepercayaan nilai-nilai
Ideologi Pandangan hidup, integrasi

“Diversionary power” Kepentingan rekreatif

C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan dan Dimesnsinya


Soerjono Soekanto (1983) mengambarkan beberapa unsur kekuasaan yang dapat
dijumpai pada hubungan sosial antara manusia maupun antar kelompok, yaitu yang
meliputi :

1. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang misalnya pada penguasa akan menimbulkan


kepatuhan terhadap segala kemajuan dan tindakan orang yang ditakuti tersebut. Rasa
takut merupakan gejala universal yang terdapat di segala tempat dan biasanya
dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat yang mempunyai pemerintahan
otoriter.

2. Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada umumnya bersifat positif, orang-
orang bertindak sesuai kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan semua
pihak. Apabila ada suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai maka sistem
kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan teratur.

4
3. Kepercayaan

Kepercayaan bisa timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau
lebih yang bersifat asosiatif. Soal kepercayaan sangat penting demi kelanggengan
kekuasaan.

4. Pemujaan

Sistem kepercayaan mungkin dapat disangkal oleh orang lain, tetapi sistem
pemujaan membawa seseorang dan kelompok untuk membenarkan segala sesuatu yang
datang dari penguasa tersebut.

Keempat unsur tersebut merupakan sarana yang biasanya digunakan oleh penguasa
untuk menjalankan kekuasaan yang ia pegang. Apabila dilihat dalam masyarakat dalam
pelaksanannya kekuasaan dijalankan melalui saluran-saluran tertentu sebagai berikut:

a. Saluran Militer

Penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta


kekuatan militer (military force) di dalam melaksanaka kekuasaannya. Dengan
tujuan untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat atau tunduk kepada
kemauan penguasa.

b. Saluran Ekonomi

Penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat dengan jalan


menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut

c. Saluran Politik

Penguasa dan pemerintah membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati


masyarakat dengan memaksa atau meyakinkan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh badan berwenang dan yang sah.

d. Saluran Tradisional

Saluran tradisional biasanya paling disukai, karena dengan cara


menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam
suatu masyarakat, pelaksanaan dapat berjalan lancar. Caranya adalah dengan jalan
menguji tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam
5
masyarakat, yang sudah meresap di dalam jiwa masyarakat yang bersangkutan.
Dengan cara demikian diharapkan dapat menemukan titik temu antara tradisi-tradisi
tersebut dengan pemerintahan dapat berjalan lancar, yang artinya dapat
mencegah/mengatasi reaksi negatif.

e. Saluran Ideologi

Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan


serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan
dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaanya.
Dikarenakan supaya kekuasaan dapat menjelma menjadi wewenang. 4 Setiap
penguasa akan berusaha untuk dapat menjelaskan ideologinya dengan sebaik-
baiknya, sehingga institutionalized dan internalized dalam diri warga masyarakat.

f. Saluran-saluran Lainnya

Saluran-saluran lainnya misalnya alat-alat komunikasi didukung kemajuan


teknologi komunikasi massa seperti surat kabar, radio, televisi dan lain-lainnya.
Selain itu dapat juga digunakan saluran rekreasi seperti sandiwara rakyat. Biasanya
penguasa menggunakan lebih dari satu alasan tergantung pada struktur masyarakat
yang bersangkutan.

D. Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan


Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama
dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa kemudian akan digantikan
dengan peraturan-peraturan baru yang menguntungkan penguasa. Mengadakan sistem-
sistem kepercayaan melalui agama dan ideologi yang akan memperkokoh kedudukan
penguasa atau golongannya. Melalui pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik.
Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal, misalnya memperkuat kekuasaan
dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu.

E. Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan


Menurut MacIver,5 ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piraminda
kekuasaan yaitu sebagai berikut.

4
Robert A. Dahl, Modern Political Analysis, (New Jersey: Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, 1965), hlm. 20.
5
R.M. MacIver, op. cit., hlm. 100 dan seterusnya.

6
a. Tipe kasta – garis pemisah tegas dan kaku

Biasanya dijumpai pada masyrakat berkasta dimana hampir tak terjadi gerak sosial
vertikal.

b. Tipe Oligarkis – garis pemisah tegas dan tidak kaku

Kedudukan para warga pada tipe ini masih didasarkan pada kelahiran ascribed status,
tetapi individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.

c. Tipe demokratis – garis pemisah tidak tegas dan tidak kaku

Kelahiran tidak menentukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan


terkadang faktor keberuntungan. Misalnya anggota-anggota partai politik yang dalam
suatu masyarakat demokratis dapat mencapai kedudukan-kedudukan tertentu melalui
partai.

7
Kenyataannya dalam perwujudan tipe-tipe kekuasaan itu tidak jarang
mengalami penyimpangan, terutama disebabkan oleh masyarakat selalu mengalami
perubahan sosial dan kebudayaan dimana setiap ada perubahan tersebut diperlukan juga
perubahan dalam pola-pola piramida kekuasaan agar kebutuhan-kebutuhan masyarakat
terpenuhi sesuai perkembangan yang dialami.

F. Wewenang
Wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk
menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai masalah-
masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Seseorang yang
memiliki wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin atau membimbing orang
banyak. 6 Wewenang ada beberapa bentuk yaitu:
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional, dan Rasional (Legal)
Perbedaan anatara wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional
(legal) dikemukakan oleh Max Weber. Pembedaan tersebut didasarkan pada
hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang berlaku. 7
o Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada
kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu, pulung) yang ada
pada diri seseorang yang dianugerahi kemampuan oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa. Wewenang kharismatis tersebut akan dapat tetap bertahan
selama dapat dibuktikan keampuhannya bagi seluruh masyarakat.
Wewenang kharismatis tidak diukur oleh kaidah-kaidah, baik tradisional
maupun rasional. Ada kemungkinan bahwa kharisma seorang individu

6
Ibid., hlm. 83 dan seterusnya
7
Max Weber, The Theory of Social and Economic Organizations, diterjemahkan oleh A.M. Henderson dan
Talcott Parsons, disunting dan diberi pendahuluan oleh Talcott Parsons, (The Free Press of
Glencoe, 1947), hlm. 57.

8
hilang sebagai akibat dari perubahan masyarakat sendiri dan
pemahaman yang berbeda. Orang-orang yang sebelumnya memiliki
wewenang kharismatis seringkali tidak dapat mengikuti perubahan ini,
sehingga mereka tertinggal dari kemajuan dan perkembangan
masyarakat.
o Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang, atau oleh anggota kelompok yang telah memiliki kekuasaan di
dalam masyarakat sejak lama. Wewenang ini dimiliki oleh seseorang
atau sekelompok orang bukan karena mereka memiliki kemampuan
khusus seperti wewenang kharismatis, tetapi karena kelompok tersebut
telah melembagakan kekuasaan dan wewenang. Melainkan berapa lama
golongan tersebut memegang kekuasaan hingga membuat masyarakat
percaya dan mengakui kekuatan mereka.
o Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang didasarkan pada
sistem hukum yang berlaku di masyarakat. Sistem hukum di sini
didefinisikan sebagai prinsip-prinsip yang diakui dan dipatuhi oleh
masyarakat dan bahkan oleh negara. Untuk memastikan bahwa
kehidupan dapat berjalan dengan tenang dan aman, wewenang yang
didasarkan pada sistem hukum juga harus dipertimbangkan apakah
didasarkan pada tradisi, agama, atau faktor lain. Selanjutnya, harus
dievaluasi bagaimana sistem hukum berhubungan dengan sistem
kekuasaan dan apakah cocok dengan sistem kebudayaan masyarakat.

2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi8

Wewenang resmi teratur, mempertimbangkan, dan logis. Wewenang


seperti ini biasanya ada di kelompok besar yang memerlukan aturan yang jelas
dan konsisten. Kelompok-kelompok ini biasanya memiliki banyak anggota, jadi
hak dan kewajiban para anggotanya ditentukan dengan jelas. Ini termasuk siapa
yang menetapkan kebijaksanaan dan siapa yang melaksanakannya, dan hal-hal
lainnya. Oleh karena itu, wewenang yang tidak resmi mungkin ada dalam

8
Robert A. Nisbet, The Social Bond, An Introduction to the Study of Society. (New York: Alfred A. Knopf, 1970),
hlm. 119 dan seterusnya.

9
kelompok besar yang memiliki wewenang resmi tersebut. Peraturan resmi yang
sengaja dibuat tidak mengatur semuanya.

Wewenang tidak resmi biasanya timbul dalam hubungan-hubungan


antarpribadi yang sifatnya situasional, dan sangat ditentukan oleh kepribadian
para pihak. Sering kali wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok
kecil disebut sebagai wewenang tidak resmi karena bersifat spontan, situa-
sional dan, didasarkan pada faktor saling mengenal. Wewenang demikian tidak
diterapkan secara sistematis. Keadaan semacam ini dapat dijumpai, misalnya,
pada ciri seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga atau pada
diri seorang guru yang sedang mengajar di muka kelas

3. Wewenang Pribadi dan Teritorial

Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-


anggota kelompok, dan di sini unsur kebersamaan sangat memegang peranan.
Para individu dianggap lebih banyak memiliki kewajiban ketimbang hak.
Struktur wewenang bersifat konsentris, yaitu dari satu titik pusat lalu meluas
melalui lingkaran-lingkaran wewenang tertentu. Setiap lingkaran wewenang
dianggap mempunyai kekuasaan penuh di wilayahnya.

Pada wewenang teritorial, wilayah tempat tinggal memegang peranan


yang sangat penting. Pada kelompok-kelompok teritorial unsur kebersamaan
cenderung berkurang karena desakan faktor-faktor individualisme. Hal ini
tidaklah berarti bahwa kepentingan perorangan diakui dalam kerangka
kepentingan bersama. Pada wewenang teritorial ada kecenderungan untuk
mengadakan sentralisasi wewenang yang me- mungkinkan hubungan langsung
dengan para warga kelompok. Walaupun di sini dikemukakan pembedaan antara
wewenang pribadi dengan teritorial, di dalam kenyataannya kedua bentuk
wewenang tadi dapat saja hidup berdampingan.

4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh

Dalam pandangan lain wewenang adalah pembedaan antara wewenang


terbatas dengan wewenang menyeluruh. Apabila dibicarakan tentang
wewenang terbatas, maksudnya adalah wewenang tidak mencakup semua
sektor atau bidang kehidupan, tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau

10
bidang saja. Misalnya, seorang jaksa di Indonesia, mempunyai wewenang untuk
atas nama negara dan mewakili masyarakat menuntut seorang warga
masyarakat yang melakukan tindak pidana. Namun, jaksa tidak berwenang
mengadilinya.

Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak


dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Salah satu contoh, misalnya,
setiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk
mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi, terbatasnya atau menyeluruhnya
suatu wewenang bersifat tergantung dari sudut penglihatan pihak-pihak yang
ingin menyorotinya.

Kedua bentuk wewenang diatas dapat berproses secara berdampingan,


dalam situasi-situasi tertentu, salah satu lebih berperan daripada bentuk lainnya.

G. Bentuk-bentuk Kekuasaan dan Wewenang


Kekuasaan legal dan kekuasaan ilegal adalah konsep yang berkaitan dengan
wewenang atau hak untuk mengatur atau memerintah dalam suatu sistem sosial atau
politik. Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam literatur ilmu politik dan hukum,
istilah ini mungkin tidak digunakan secara eksplisit, dan penjelasan yang akan saya
berikan akan didasarkan pada konsep-konsep umum yang berkaitan dengan kekuasaan
dalam konteks hukum dan politik.
Tentang kekuasaan legal dan kekuasaan ilegal, menurut Soejono Soekamto dalam
bukunya yang berjudul “Hukum dan Kekuasaan” (2007), kekuasaan adalah
kemampuan untuk melancarkan pengaruh dengan pihak lain yang menerima pengaruh
itu rela atau karena terpaksa. Kekuasaan dibagi menjadi dua jenis, yaitu kekuasaan legal
dan kekuasaan ilegal. Kekuasaan legal adalah kekuasaan yang diberikan oleh hukum
atau undang-undang, sedangkan kekuasaan ilegal adalah kekuasaan yang tidak diakui
oleh hukum atau undang-undang.

1. Kekuasaan Legal
Kekuasaan legal mengacu pada wewenang atau otoritas yang sah sesuai dengan
hukum atau konstitusi yang berlaku. Ini mencakup:

a. Kekuasaan Eksekutif merujuk pada otoritas yang dimiliki oleh


pemerintah untuk menjalankan hukum dan kebijakan yang telah

11
ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang, seperti eksekutif
nasional atau lokal.
b. Kekuasaan Legislatif adalah wewenang yang dimiliki oleh badan
legislatif untuk membuat undang-undang dan peraturan yang sah sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan dalam konstitusi.
c. Kekuasaan Yudisial: nmerujuk pada otoritas yang dimiliki oleh
lembaga-lembaga yudisial, seperti pengadilan, untuk menafsirkan
hukum dan memutuskan sengketa hukum.

Kekuasaan legal beroperasi dalam kerangka hukum yang ada, dan tindakan
yang diambil oleh pemerintah atau lembaga-lembaga hukum yang sah
dianggap sah dan sah.

2. Kekuasaan Ilegal
Kekuasaan ilegal adalah tindakan atau otoritas yang bertentangan dengan
hukum yang berlaku atau konstitusi. Ini mencakup:
a. Pelanggaran Hukum, Kekuasaan ilegal sering kali mencakup
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh individu atau lembaga yang
tidak memiliki wewenang atau otoritas hukum untuk tindakan tersebut.
b. Pemberontakan atau Kudeta, Kekuasaan ilegal dapat terjadi ketika
kelompok atau individu mencoba untuk merebut atau menggulingkan
pemerintah yang sah secara tidak sah, seringkali melalui pemberontakan
atau kudeta.
c. Korupsi adalah contoh lain dari kekuasaan ilegal di mana pejabat
pemerintah atau individu yang memiliki wewenang memanfaatkan
posisinya untuk keuntungan pribadi atau tindakan yang melanggar
hukum.

3. Wibawa
Menurut Soerjono Soekanto, wibawa memiliki pengertian sebagai
pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang lain
melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh
daya tarik; kekuasaan. Berwibawa memiliki pengertian mempunyai wibawa
(sehingga disegani dan dipatuhi), dan kewibawaan adalah hal yang menyangkut
wibawa; kekuasaan yang diakui dan ditaati.

12
Daftar Pustaka

Soekanto , S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soekanto, S. (2007). Hukum dan kekuasaan.

13
Daftar Pertanyaan
1. Unsur pokok kekuasaan pada interaksi sosial antara manusia maupun antar kelompok
adalah...
A. Rasa Takut, Rasa Cinta, Kepercayaan, dan Pemujaan
B. Rasa Cinta, Rasa Takut, Keberanian, dan Pemujaan
C. Rasa Lapar, Rasa Cinta, Kepercayaan, dan Pemujaan
D. Rasa Takut, Rasa Cinta, Kepercayaan, dan Kesejahteraan
2. Salah satu pola umum Piramida kekuasaan diantaranya?
A. tipe penguasa
B. tipe rasional
C. tipe oligarkis
D. tipe kharismatis
3. Menurut Robert M.Maclver terdapat berapa tipe umum piramida kekuasaan?
A. 2
B. 3
C. 4
D. 1
4. Tipe kasta memikiki garis pemisah yaitu?
A. Tegas dan kaku
B. Tidak tegas dan tegas
C. kaku dan tidak tegas
D. tidak kaku dan tidak tegas
5. Wewenang dimana tidak ada pembatas yang tegas antara wewenang dengan
kemampuan-kemampuan pribadi seseorang, dinamakan...
A. Wewenang resmi
B. Wewenang tradisional
C. Wewenang kharismatis
D. Wewenang terbatas
6. Wewenang yang sifatnya sistematis diperthitungkan dan rasional merupakan
wewenang…
A. Wewenang resmi
B. Wewenang tradisional
C. Wewenang kharismatis

1
D. Wewenang terbatas
7. Struktur wewenang bersifat konsentris, yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui
lingkaran-lingkaran wewenang tertentu, merupakan wewenang….
A. Wewenang pribadi
B. Wewenang terbatas
C. Wewenang resmi
D. Wewenang kharismatis

2
PERUBAHAN SOSIAL
Kelompok 9

Anggota Kelompok
Desiya fitriani (10521411)
Najma Marsya fattiha (11521629)
vincent (11521493)
Topik Pembahasan
Konsep perubahan sosial
Kingsley Davis mengatakan perubahan sosial merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat, contohnya timbul pengorganisasian
buruh dalam masyarakat kapitalis yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh
dengan majikan dan seterusnya menyebabkan
perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
Hubungan antara Perubahan Sosial dan
Perubahan Kebudayaan
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan mencakup kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya, bahkan
perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan
organisasi sosial.
Bentuk perubahan sosial
& kebudayaan
1. Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan yang memerlukan waktu lama dan perubahan kecil
yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi.
2. Perubahan kecil dan perubahan besar
Perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
pada unsur-unsur struktur sosial masyarakat yang tidak membawa
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Sedangkan
perubahan besar merupakan suatu proses industrialisasi yang
berlangsung pada masyarakat agraris.
Bentuk perubahan sosial &

kebudayaan
3. Perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki Perubahan
yang dikehendaki yaitu seseorang atau kelompok yang mendapat
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Sedangkan perubahan yang tidak
dikehendaki merupakan perubahan yang berlangsung diluar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat sosial yang tidak diharapkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses

Perubahan dan Menghalangi Jalannya Proses Perubahan

• Bertambah atau berkurangnya


penduduk
• Penemuan-penemuan baru
• Pertentangan masyarakat
• Terjadinya pemberontakan atau
revolusi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses

Perubahan dan Menghalangi Jalannya Proses Perubahan


a). Faktor yang mendorong jalannya proses b). Faktor yang menghalangi jalannya proses perubahan
perubahan 1.Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

1.Kontak dengan kebudayaan lain 2.Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat

2.Sistem Pendidikan formal yang maju 3.Sikap masyarakat yang sangat tradisional

3.Sikap menghargai hasil karya seseorang 4.Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat

4.Toleransi 5.Rasa takut akan kegoyahan integrasi kebudayaan

5.Sistem terbuka lapisan masyarakat


Proses-proses Perubahan Sosial

a. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan


Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari
lembaga- lembaga kemasyarakatan dan penyesuaian dari individu
yang ada dalam masyarakat tersebut. Penyesuaian dan lembaga-
lembaga kemasyarakatan menunjuk pada keadaan, di mana
masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan
sosial dan kebudayaan.
Proses-proses Perubahan Sosial

b. Saluran-Saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan


Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of
change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan.
Lembaga kemasyarakatan yang pada suatu waktu mendapatkan penilaian
tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial
dan kebudayaan. Perubahan lembaga kemasyarakatan tersebut akan
membawa akibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya karena
lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi.
Disorganisasi
Suatu disorganisai atau disintegrasi dapat dirumuskan
sebagai suatu proses berpudarnya norma-norma dan
nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan yang
terjadi pada lembaga kemasyarakatan.
Modernisasi
Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial, secara
historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju
pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik. Karakteristik
umum modernisasi yang menyangkut aspek-aspek sosio-demografis
masyarakat dan aspek-aspek sosio-demografis digambarkan dengan
istilah gerak sosial (social mobility). Artinya, suatu proses unsur-unsur
sosial ekonomis dan psikologis mulai menunjukkan peluang-peluang
ke arah pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku.
Masalah-masalah Sosial
Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, terdapat
beberapa masalah penting dalam masalah-masalah sosial, seperti:
• Kemiskinan, sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan ukuran kehidupan
kelompoknya
• Disorganisai keluarga, perpecahan dalam keluarga sebagai unit, oleh
anggota-anggota keluarga gagal memenuhi kewajiban yang sesuai
dengan peranan sosialnya
• Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. (2015). Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
sekian

Terimakasih
MAKALAH KELOMPOK 9

SOSIOLOGI

Mata Kuliah : Sosiologi

Dosen Pengampu : Afmi Fuad S.Psi., MSi.

Disusun Oleh : 1. Desiya Fitriani (10521411)

2. Najma Marsya Fattiha (11521629)

3. Vincent (11521493)

JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

KARAWACI 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................

1.1 Konsep Perubahan Sosial .......................................................................................


a. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan.................
b. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan ....................................
c. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan ................................................
d. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jalannya Proses Perubahan .....................
1.2 Proses-Proses Perubahan Sosial .............................................................................
a. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan ...............................................
b. Saluran-saluran Sosial dan Kebudayaan .........................................................
c. Disorganisai .......................................................................................................
1.3 Modernisasi .............................................................................................................
1.4 Masalah-Masalah Sosial .........................................................................................
a. Pemecahan Masalah Sosial ...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konsep Perubahan Sosial

Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan social sebagai


suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena perubahan kondisi-
kondisi geografis, kebudayaan, materil komposisi penduduk, ideologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam kehidupan
masyarakat.

Kingsley Davis mengatakan perubahan social merupakan perubahan-


perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, contohnya timbul
pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis yang menyebabkan perubahan-
perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya
menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

Selo Soemardjan menyatakan perubahan-perubahan pada Lembaga


kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk nilai-nilai didalamnya, sikap dan pola perilaku antar kelompok dalam
masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada Lembaga-lembaga
kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia yang mempengaruhi segi
struktur masyarakat lainnya.

a. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan


Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan social merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup, kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan
dalam bentuk serta aturan organisasi social. Sebagai contohnya, perubahan logat
pada Aria setelah berpisah dari induknya.
b. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan social dan kebudayaan dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu :
1. Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan yang memerlukan waktu lama dan perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Ada bermacam-macam teori
tentang evolusi, yang pada umumnya bisa digolongkan ke dalam beberapa
kategori seperti:
a) Unliniear theories of evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari bentuk yang
sederhana, kompleks hingga pada tahap sempurna.
b) Universal theory of evolution
Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia mengikuti
garis evolusi tertentu, prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert
Spencer.
c) Multilines theories of evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat.

2. Perubahan kecil dan perubahan besar


Perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-
unsur struktur social masyarakat yang tidak membawa pengaruh langsung
atau berarti bagi masyarakat, contoh perubahan mode pakaian. Sedangkan
perubahan besar merupakan suatu proses industrialisasi yang berlangsung
pada msyarakat agraris, misalnya perubahan yang akan membawa pengaruh
besar pada masyarakat.

3. Perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki


Perubahan yang dikehendaki memiliki suatu pihak yang disebut agent of
change, yaitu seseorang atau kelompok yang mendapat kepercayaan
masyarakat sebagai pemimpin satu atau Lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki, merupakan perubahan yang
berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat social yang tidak diharapkan.

c. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan


Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ada sumber sebab-sebab yang terletak di
dalam masyarakat dan diluar masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk
2. Penemuan-penemuan baru
3. Pertentangan masyarakat
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan


a) Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
1. Kontak dengan kebudayaan lain
2. Sistem Pendidikan formal yang maju
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang
4. Toleransi
5. Sistem terbuka lapisan masyarakat
6. Penduduk yang heterogeny
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi masa depan
9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtisar untuk memperbaiki
hidupnya
b) Faktor yang menghalangi jalannya proses perubahan
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat
5. Rasa takut akan kegoyahan integrasi kebudayaan
6. Prasangka terhadap hal-hal baru
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
8. Adat atau kebiasaan
9. Nilai pasrah

1.2 Proses-proses Perubahan Sosial


a. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium)
merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian
masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam
keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan akan adanya
ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-
nilai.
Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, masyarakat dapat
menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya
dengan maksud menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadangkala unsur baru
dipaksakan maksudnya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat
menolaknya karean unsur baru tersebut tidaak menimbulkan kegoncangan,
pengaruhnya tetap ada, tetapi sifatnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk
luarnya. Norma-norma dan nilai-nilai social tidak akan terpengaruh olehnya dan
dapat berfungsi secara wajar.
Ada kalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara
bersamaan memengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian
berpengaruh pula pada pada warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang
kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa
ketegangan-ketegangan serta kekecewaan diantara para warga tidak mempunyai
saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah
terjadi suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment).
Bila sebaliknya yang terjadi, maka dinamakan ketidakpenyesuaian sosial
(maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga- lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian dari individu yang ada dalam masyarakat
tersebut. Penyesuaian dan lembaga-lembaga kemasyarakatan menunjuk pada
keadaan, di mana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan
kebudayaan. Sementara itu, penyesuaian dari individu yang ada menunjuk pada
usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti agar terhindar dari disorganisasi
psikologis. Dikenalnya kehidupan dan praktik ekonomi yang berasal dari Barat
menyebabkan semakin pentingnya peranan keluarga batih sebagai lembaga
produksi dan konsumsi.
Peranan keluarga-keluarga besar atau masyarakat hukum adat semakin
berkurang. Kesatuan-kesatuan kekeluargaan besar atas dasar ikatan atau kesatuan
wilayah tempat tinggal terpecah menjadi kesatuan-kesatuan kecil. Di
Minangkabau misalnya, di mana menurut tradisi wanita mempunyai kedudukan
penting karena garis keturunan yang matrilineal terlihat adanya suatu
kecenderungan di mana hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat.
Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula dianggap tidak
mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai
orang luar, cenderung menguat. Pendidikan anak- anak yang sebelumnya
dilakukan oleh keluarga ibu diserahkan kepada ayah. Individu, agar tidak
mengalami tekanan-tekanan psikologis harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Contoh lain pernah dikemukakan oleh Selo Soemardjan, sehubungan
dengan digantinya bahasa Jawa (di Yogyakarta) yang mengenal sistem
pertingkatan bahasa dengan bahasa Indonesia sebagai gejala yang megnikuti
perubahan dari sistem lapisan tertutup ke sistem lapisan terbuka. Juga perubahan-
perubahan di bidang pemerintahan dan administrasi yang menuju kearah
demokrasi. Individu berusaha mendapat pendidikan yang lebih tinggi sebagai
bekal hidup dalam suasana yang demokratis, dimana kemampuan yang
merupakan unsur terpenting untuk dapat bertahan.
b. Saluran-Saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of
change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan.
Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan
seterusnya. Lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung
pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu.
Lembaga kemasyarakatan yang pada suatu waktu mendapatkan penilaian
tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan
kebudayaan. Perubahan lembaga kemasyarakatan tersebut akan membawa akibat
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya karena lembaga-lembaga
kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadilah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, di
mana pertama-tama terjadi perubahan pada struktur pemerintahan, dari jajahan
menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Hal ini menjalar ke lembaga-
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Dengan singkat dapatlah dikatakan
bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima,
diakui, serta dipergunakan oleh khalayak ramai atau mengalami proses
institutionalization (pelembagaan).

c. Disorganisai
Suatu disorganisai atau disintegrasi dapat dirumuskan sebagai suatu proses
berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan
yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan. Sedangkan reorganisasi adalah suatu
proses pembentukan norma-norma dan nilai baru agar serasi dengan lembaga
kemasyarakatan.

1.3 Modernisasi

Modernisasi dan aspirasi-aspirasi modernisasi mungkin merupakan persoalan


menarik yang merupakan gejala umum di dunia ini. Secara historis, modernisasi
merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara
pada abad ke 17 sampai abad 19, kemudian menyebar ke negara-negara Eropa
lainnya serta negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika pada abad 19 sampai
abad ke 20.

Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas, kadang-kadang tak


dapat ditetapkan secara mutlak. Pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup
suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam
arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang
menjadi ciri negara-negara barat yang stabil. Karakteristik umum modernisasi yang
menyangkut aspek-aspek sosio-demografis masyarakat dan aspek-aspek sosio-
demografis digambarkan dengan istilah gerak sosial (social mobility). Artinya,
suatu proses unsur-unsur sosial ekonomis dan psikologis mulai menunjukkan
peluang-peluang ke arah pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku.
Perwujudannya adalah aspek-aspek kehidupan modern seperrti misalnya
mekanisasi, masa media yang teratur, urbanisasi, peningkatan pendapatan
perkapita, dan sebagainya.

Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi juga


merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan
karena prosesnya meliputi bidang-bidang yang sangat luas, seperti proses
disorganisasi, problema-problema sosial, konflik antarkelompok, hambatan-
hambatan terhadap perubahan dan sebagainya.

1.4 Masalah-masalah Sosial

Masalah social menyangkut nilai-nilai social dan moral. Masalah tersebut


merupakan persoalan yang menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan
hukum yang bersifat merusak. Maka dari itu masalah-masalah social tak akan bisa
ditelaah tanpa mempertimbangkan apa yang dianggap baik atau buruk oleh
masyarakat. Masalah social dapat timbul dari kekurangan dalam diri manusia yang
bersumber pada faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan.
Terdapat beberapa masalah penting dalam masalah-masalah social, seperti:

1. Kemiskinan, sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidaksanggup


memelihara dirinya sendiri sesuai dengan ukuran kehidupan kelompoknya;
2. Kejahatan;
3. Disorganisai keluarga, perpecahan dalam keluarga sebagai unit, oleh
anggota-anggota keluarga gagal memenuhi kewajiban yang sesuai dengan
peranan sosialnya;
4. Masalah generasi muda dalam massyarakat modern;
5. Peperangan;
6. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat;
7. Masalah kependudukan;
8. Masalah lingkungan hidup;
9. Birokrasi.

a. Pemecahan Masalah Sosial

Ada metode yang bersifat preventif dan represif, metode preventif lebih sulit
untuk di laksanakan karena harus didasarkan pada penelitian yang mendalam
mengenai sebab-sebab terjadinya masalah social. Sebaliknya metode represif lebih
banyak digunakan, yang artinya setelah suatu gejala dipastikan sebagai masalah
social, baru akan diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya.
Soal

1. Metode apa saja yang digunakan dalam pemecahan masalah social?


a. Metode reprentif dan presentif
b. Metode preventif dan reprentif
c. Metode preventif dan represif
d. Metode presentif dan represif
2. Berikut ini yang bukan merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan social dan kebudayaan adalah?
a. Bertambah atau berkurangnya penduduk
b. Penemuan-penemuan baru
c. Persetujuan masyarakat
d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
3. Dalam perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, terdapat suatu
pihak yang disebut dengan?
a. Agent of change
b. Agent of chance
c. Agent of revolution
d. Agent of evolution
4. Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari bentuk yang
sederhana, kompleks hingga pada tahap sempurna. Teori apa yang
menyatakan pernyataan diatas?
a. Universal theory of evolution
b. Multilines theories of evolution
c. Multiversal theory of evolution
d. Unlinear theories of evolution
5. Perubahan-perubahan social sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang
diterima, baik karena perubahan kondisi-kondisi geografis, kebudayaan,
materil komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam kehidupan masyarakat.
Merupakan pernyataan dari?
a. Kingsley Davis
b. Gillin & Gillin
c. Macvler
d. Selo Soemardjan
6. Dalam proses perubahan social keserasian atau harmoni dalam masyarakat
disebut juga dengan?
a. Social harmony
b. Social entity
c. Social suitable
d. Social equilibrium
7. Proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena
perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan merupakan
pengertian dari?
a. Disorganisasi
b. Reorganisasi
c. Organisasi
d. Modernisasi
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar.


Jakarta: Rajawali Pers.
PARADIGMA
DALAM
SOSIOLOGI
KELOMPOK 10
KELOMPOK 10
ALFY NIZAM
(10521086)
NURLAILA KHOIRUNISA
(11521074)
SITI NURZULAIKHAH
(11521395)
PENGERTIAN
PARADIGMA
SOSIOLOGI
Paradigma adalah seperangkat keyakinan mendasar yang memandu
tindakan-tindakan kita, di mana ketika adanya asumsi harus adanya
perlakuan kegiatan empirik yang tidak terbantahkan. Sosiologi merupakan
ilmu sosial yang berparadigma ganda karena memiliki berbagai paradigma
untuk mengkaji suatu masalah. Paradigma sosiologi lahir dari teori-teori
sosiologi dari masa klasik hingga era modern. Menurut Thomas Khunt
paradigma sosiologi berkembang secara revolusi bukan secara kumulatif
seperti pendapat sosiolog sebelumnya. Tahapan munculnya paradigma
sebagai berikut: Paradigma I - Normal science - anomalies - crisis - Revolusi
science
Referensi: - Paradigma II. Sehingga paradigma sosiologi dapat berkembang
https://www.scribd.com/document/511866203/PARADIGMA-DALAM-SOSIOLOGI
sesuai dengan fakta sosial.
KONSEP
KONSENSUS
DALAM PARADIGMA
SOSIOLOGI
Konsensus adalah sebuah frasa untuk menghasilkan atau menjadikan
sebuah kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama antar kelompok
atau individu setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan
dalam kolektif intelijen untuk mendapatkan konsensus pengambilan
keputusan. Konsensus bisa berawal hanya dari sebuah pendapat/gagasan
yang kemudian diadopsi oleh sebuah kelompok kepada kelompok yang
lebih besar berdasarkan kepentingan hingga mencapai pada tingkat
konvergen keputusan yang akan dikembangkan. Teori Konsensus
berpendapat bahwa aturan kebudayaan suatu masyarakat, atau struktur,
menentukan
Referensi:
perilaku anggotanya, menyalurkan tindakan-tindakan mereka
dengan cara-cara tertentu yang mungkin berbeda dari
https://www.scribd.com/document/511866203/PARADIGMA-DALAM-SOSIOLOGI masyarakat yang lain.
Konsep Konflik
Dalam Paradigma
Psikologi
Teori konflik adalah satu perspektif di dalam sosiologi yang
memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang tediri
dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda di mana komponen yang satu
berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna
memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya. Sedangkan menurut teori fungsionalisme
struktural, elemen-elemen itu fungsional sehingga masyarakat
Referensi:
secara keseluruhan
Raho, Bernard. bisa
2021. Teori Sosiologi berjalan
Modern. secara
Nusa Tenggara normal.
Timur: Ledalero
• TEORI KONFLIK MENURUT KARL
MAX
Menilai bahwa konflik tidak selalu bersifat negatif, namun konflik dapat
mempererat dan menjalin kerukunan dalam suatu kelompok.
2. TEORI KONFLIK MENURUT RALF DAHRENDORF
Memiliki pandangan tentang konflik sosial sebagai pertentangan kelas.
Masyarakat yang berada dalam konflik dikuasai oleh kelompok dominan.
3. TEORI KONFLIK MENURUT LEWIS COSER
Tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang statis namun
dapat berubah oleh adanya konflik di masyarakat.
Referensi:
Raho, Bernard. 2021. Teori Sosiologi Modern. Nusa Tenggara Timur: Ledalero
Gagasan konflik telah meresap dan meluas di hampir semua
cabang psikologi modern sejak awal abad ke-20. Konflik
diartikan sebagai mesin konseptual yang mengubah entitas
psikologis yang tidak dapat diamati menjadi perilaku yang dapat
diamati. Dalam konteks psikoanalitik, konflik muncul sebagai
pertarungan antara Ego, Id, dan Super-Ego. Para psikolog
eksperimental, seperti Ach, dan behavioris menggunakan
konsep konflik untuk menjelaskan respons terkondisi, sementara
Lewin membawa dampak besar dengan tipologi konflik
motivasinya.
Dengan berkembangnya psikologi kognitif, konflik diterapkan dengan
metafora teknologi informasi, dan paradigma eksperimental muncul untuk
menguji konflik secara terkendali. Namun, kendala dan kompleksitas
dalam memahami konflik juga terungkap, dengan pemahaman bahwa
tugas yang sederhana pun dapat menimbulkan sejumlah konflik pada
berbagai tingkatan, memberikan wawasan penting tentang kompleksitas
pemrosesan informasi manusia dan tantangan yang terkait dengan
Referensi:
eksperimen konflik.
Kleinsorge, Thomas. (2021). Stimulus-Response Conflict Tasks and Their Use In Clinical Psychology. Int J Environ
Res Public Health, 18(20):10657.
Konsep Tindakan
Sosial Dalam
Paradigma Sosiologi
Tindakan sosial adalah sebuah tindakan manusia yang dapat
mempengaruhi individu-individu lain yang ada dalam masyarakat. Suatu
tindakan dapat disebut sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi
pada perilaku orang lain. Selain itu, tindakan sosial juga merupakan suatu
perilaku atau perbuatan individu atau kelompok dalam upaya pencapaian
tujuan dirinya. Tindakan tersebut juga bisa dilakukan secara berkelompok
sehingga memberikan pengaruh bagi lingkungannya.

Referensi:
Max Weber. Sosiologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1946)
4 TIPE TINDAKAN SOSIAL MENURUT MAX WEBER

• Rasionalitas Instrumental
• Rasionalitas Berorientasi Nilai
• Tindakan Afektif
• Tindakan Tradisional
Referensi:
Max Weber. Sosiologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1946)
THANK YOU!
Any Question?
MAKALAH SOSIOLOGI
PARADIGMA DALAM SOSIOLOGI
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah sosiologi
Dosen Pengampu:
Afmi Fuad, S.Psi, M.Si

COVER

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

Di susun oleh:
Kelompok 10 - 3PA41
NO NAMA NPM
1. Alfy Nizam 10521086
2. Nurlaila Khoirunisa 11521074
3. Siti Nurzulaikhah 11521395

KARAWACI
OKTOBER 2023
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
PARADIGMA SOSIOLOGI ................................................................................. 1
1. Konsep Konsensus Dalam Paradigma Sosiologi .............................................. 1
2. Konsep Konflik Dalam Paradigma Psikologi ................................................... 3
3. Konsep Tindakan Sosial Dalam Paradigma Sosiologi ...................................... 9
Soal Paradigma Dalam Sosiologi ........................................................................ 11
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 13

ii
PARADIGMA SOSIOLOGI
Secara umum paradigma diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar
yang menentukan seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari hari. ada yang menyatakan
bahwa paradigma merupakan suatu citra yang fundamental dari pokok permasalahan dari suatu
ilmu. Paradigma menggariskan apa yang harus dipelajari, pernyataan-pernyataan apa yang
seharusnya dikemukakan, dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan
jawaban yang diperolehnya. Secara demikian maka paradigma adalah ibarat sebuah jendela
tempat orang mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan
wawasannya (Muslih M, 2004).
Paradigma adalah suatu pendekatan investigasi suatu objek atau titik awal
mengungkapkan point of view (Nurkholis N,2012) menurut Thomas Khunt dalam Muslih M
(2004), paradigma sebagai seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan
kita, yang di mana ketika adanya asumsi harus adanya perlakuan kegiatan empirik yang tidak
terbantahkan. Dengan demikian paradigma bisa dikatakan sebagai frame yang tidak perlu
dibuktikan kebenarannya karena paradigma memiliki pendukung yaitu masyarakat yang
mempercayainya.
Sosiologi memiliki berbagai paradigma untuk mengkaji suatu masalah sehingga sosiologi
merupakan ilmu sosial yang berparadigma ganda (Adibah, 2017). Paradigma sosiologi lahir dari
teori-teori sosiologi dari masa klasik hingga era modern ini. Thomas Khunt mengatakan bahwa
paradigma sosiologi berkembang secara revolusi bukan secara kumulatif seperti pendapat
sosiolog sebelumnya.
Khunt mengemukakan munculnya paradigma sebagai berikut: Paradigma I - Normal
science - anomalies - crisis - Revolusi science - Paradigma II. Sehingga paradigma sosiologi
dapat berkembang sesuai dengan fakta sosial.

1. Konsep Konsensus Dalam Paradigma Sosiologi


Konsensus dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kesepakatan kata
atau permufakatan bersama mengenai pendapat pendirian dan lain sebagainya yang dicapai
melalui kebulatan suara. Pengertian lain mengatakan bahwa konsensus adalah sebuah frasa
untuk menghasilkan atau menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui secara bersama-
sama antar kelompok atau individu setelah adanya perdebatan dan penelitian yang

1
2

dilakukan dalam kolektif intelijen untuk mendapatkan konsensus pengambilan


keputusan. Konsensus bisa berawal hanya dari sebuah pendapat atau gagasan yang
kemudian diadopsi oleh sebuah kelompok kepada kelompok yang lebih besar karena
berdasarkan kepentingan (seringkali dengan melalui sebuah fasilitasi) hingga dapat
mencapai pada tingkat konvergen keputusan yang akan dikembangkan.Teori konsensus
harus menelaah integrasi nilai di tengah-tengah masyarakat.
Teori Konsensus berpendapat bahwa aturan kebudayaan suatu masyarakat, atau
struktur, menentukan perilaku anggotanya, menyalurkan tindakan-tindakan mereka dengan
cara-cara tertentu yang mungkin berbeda dari masyarakat yang lain. Hal ini seperti tata
tertib yang diterapkan di berbagai bidang salah satunya setiap sekolah yang mempunyai
batasan batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar. Begitupun Individu akan berperilaku
yang sama dalam latar sosial karena mereka dibatasi oleh aturan-aturan oleh kebudayaan
yang sama. Meskipun hal ini tidak nampak dalam hal struktur fisiknya, orang yang
disosialisasikan dalam aturan ini menemukan hal yang menentukan dan kepastian.
Emil Durkheim membangun sebuah kesimpulan bahwa eksistensi masyarakat
tergantung pada konsensus moral. Ide bahwa konsensus moral adalah kondisi yang
diperlukan bagi mewujudkan keteraturan sosial adalah salah satu postulat teori sosial
fungsional. Konsensus terkandung di dalam konsepnya yang terkenal yaitu kesadaran
kolektif yang artinya sumber solidaritas yang mendorong mereka untuk mau bekerja sama.
Solidaritas mekanik dari kesadaran kolektif ditentukan oleh rumusan.
Emil Durkheim membangun sebuah kesimpulan bahwa eksistensi masyarakat
tergantung pada konsensus moral. Ide bahwa konsensus moral adalah kondisi yang
diperlukan bagi mewujudkan keteraturan sosial adalah salah satu postulat teori sosial
fungsional. Konsensus terkandung di dalam konsepnya yang terkenal yaitu kesadaran
kolektif yang artinya sumber solidaritas yang mendorong mereka untuk mau bekerja sama.
Solidaritas mekanik dari kesadaran kolektif ditentukan oleh rumusan.
Setiap orang mengetahui bahwa kita sama dengan orang-orang yang
merepresentasi kita (Durkheim, 1951). Representasi yang dipikirkan Durkheim bukan
hanya menyamakan fisik melainkan juga kesamaan-kesamaan pikiran dan perasaan.
Menurut Gibson, et al (1997) hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung juga dapat melahirkan konflik.
3

Dahrendorf (1959, 1968) berpendirian bahwa masyarakat mempunyai dua wajah


(konflik dan konsensus) dan karena itu teori sosiologi harus dibagi menjadi dua bagian:
teori konflik dan teori konsensus. Teoritisi konsensus harus menguji nilai integrasi dalam
masyarakat dan teoritisi konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan
kekerasan yang mengikat masyarakat bersama di hadapan tekanan itu. Dahrendorf
mengakui bahwa masyarakat takkan ada tanpa konsensus dan konflik yang menjadi
persyaratan satu sama lain. Jadi, kita tak akan punya konflik kecuali ada konsensus
sebelumnya. Tak ada integrasi sebelumnya yang menyediakan basis untuk konflik,
sebaliknya, konflik dapat menimbulkan konsensus dan integrasi. Contohnya adalah aliansi
antara Amerika Serikat dan Jepang yang berkembang sesudah Perang Dunia II.

2. Konsep Konflik Dalam Paradigma Psikologi


a. Teori Konflik Dalam Sosiologi
Teori konflik adalah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang
masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-
komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda di mana komponen yang
satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi
kepentingannya atau memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Pada dasarnya pandangan teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak
banyak berbeda dari pandangan teori fungsionalisme struktural karena keduanya sama-
sama memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian.
Perbedaan antara keduanya terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentang
elemen-elemen pembentuk masyarakat itu. Menurut teori fungsionalisme struktural,
elemen-elemen itu fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa berjalan
secara normal. Sedangkan bagi teori konflik, elemen-elemen itu mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda sehingga mereka berjuang untuk saling mengalahkan
satu sama lain guna memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
b. Teori Konflik Karl Marx
Menurut Karl Marx, hakekat kenyataan sosial adalah konflik. Konflik adalah
satu kenyataan sosial yang bisa ditemukan di mana-mana. Bagi Marx, konflik sosial
adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-
aset yang bernilai. Jenis dari konflik sosial ini bisa bermacam-macam yakni konflik
4

antara individu, konflik antara kelompok, dan bahkan konflik antara bangsa. Tetapi
bentuk konflik yang paling menonjol menurut Marx adalah konflik yang disebabkan
oleh cara produksi barang-barang material.
Menurut Marx, dalam proses produksi barang-barang material, ada dua
kelompok yang terlibat. Pertama adalah kelompok kapitalis. Mereka adalah orang-
orang yang mempunyai modal (capital) dan menguasai sarana-sarana produksi. Kedua
adalah kaum proletariat atau kelompok pekerja yang jumlahnya jauh lebih banyak dari
kelompok pertama.
Menurut Marx, kebanyakan anggota masyarakat kapitalis tidak memandang
sistem perundangan sebagai bagian dari sebab konflik yang sedang berlangsung. Hak-
hak individu untuk memiliki barang-barang pribadi diterima begitu saja sebagai hal
yang wajar (take for granted). Kenyataan ini dapat dilihat dari penilaian mereka yang
cenderung mempersalahkan korban (blaming the victim) dalam masalah-masalah
sosial. Sebagai ilustrasi, masyarakat modern berpikir bahwa orang-orang yang tinggal
dalam di wilayah kumuh disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk membeli
atau menyewa rumah yang lebih layak. Menurut mereka itu adalah salah mereka
sendiri. Orang lain tidak mungkin membangun rumah untuk orang-orang seperti itu,
kecuali kalau hal itu akan mendatangkan keuntungan bagi mereka. Menurut Marx, pola
pikir seperti ini sangat dipengaruhi oleh paham kapitalisme. Pada hal menurut dia,
‘kebenaran’ argumentasi seperti itu bisa dipertanyakan. Kehidupan di daerah kumuh
tidak semata-mata disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri melainkan karena sistem
ekonomi yang menguntungkan para pemilik modal. Marx menyebut konsep atau
pemikiran ini sebagai kesadaran palsu, hal ini seolah membenarkan anggapan bahwa
masalah sosial disebabkan oleh kesalahan-kesalahan individual dan bukannya karena
struktur ekonomi makro yang menguntungkan kaum pemilik modal. Kebanyakan
masyarakat hidup dalam kesadaran palsu ini, sehingga mereka tidak bisa keluar dari
masalah sosial yang mereka alami. Tetapi Marx tetap optimis bahwa orang menjadi
sadar akan penyebab sebenarnya dari penderitaan mereka.
c. Teori Konflik Ralf Dahrendorf
Teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf sering kali disebut
teori konflik dialektik. Bagi Dahrendorf, masyarakat mempunyai dua wajah, yakni
5

konflik dan konsensus. Kita tidak mungkin mengalami konflik kalau sebelumnya tidak
ada konsensus. Dahrendorf tidak terlalu optimis bisa membangun satu teori tunggal
yang bisa mencakupi konflik dan konsensus. Karena itu, dia berusaha membangun
suatu teori konflik yang kritis tentang masyarakat. Lewat teorinya itu, ia ingin
menerjemahkan pikiran-pikiran Marx ke dalam suatu teori sosiologi. Dia memulai
teorinya dengan kembali bersandar pada fungsionalisme struktural. Dia mengatakan
bahwa dalam fungsionalisme struktural, keseimbangan atau kestabilan bisa bertahan
karena kerjasama yang sukarela atau karena konsensus yang bersifat umum.
Sedangkan dalam teori teori konflik, kestabilan atau keseimbangan terjadi karena
paksaan. Hal itu berarti bahwa dalam masyarakat ada beberapa posisi yang mendapat
kekuasaan dan otoritas untuk menguasai orang lain sehingga kestabilan bisa dicapai.
Kenyataan ini membawa Dahrendorf kepada tesis penting yang dikemukakannya yakni
bahwa distribusi otoritas atau kekuasaan yang berbeda-beda merupakan faktor yang
menentukan bagi terciptanya konflik sosial yang sistematis. Menurut dia, berbagai
posisi yang ada di dalam masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan dengan
intensitas yang berbeda-beda. Ada orang yang sangat berkuasa atau mempunyai
otoritas yang tinggi dan ada orang lain yang mempunyai cuma sedikit kekuasaan atau
otoritas yang sedikit. Mereka yang menduduki posisi sebagai penguasa atau atasan
diharapkan untuk mengontrol orang-orang yang dikuasai atau bawahan. Dengan
demikian orang-orang itu menjadi berkuasa atau mempunyai otoritas bukan karena tipe
kepribadiannya yang demikian melainkan karena masyarakat mengharapkannya
demikian. Dengan demikian kekuasaan atau otoritas itu adalah sesuatu yang sah
(legitimate). Oleh karena kekuasaan itu adalah sah (legitimate) maka sah pula sanksi-
sanksi yang dikenakan terhadap orang-orang yang melawan kekuasaan itu.
Kekuasaan atau otoritas tidak bersifat tetap karena ia melekat pada posisi dan
bukan pada pribadi. Jadi, orang bisa saja berkuasa atau mempunyai otoritas dalam latar
belakang tertentu dan tidak mempunyai kuasa atau otoritas tertentu dalam latar
belakang yang lain.
d. Teori Konflik Jonathan Turner
Turner lalu memusatkan perhatiannya pada “konflik sebagai suatu proses
dari peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada interakasi yang disertai kekerasan
6

antara dua pihak atau lebih. Dia menjelaskan sembilan tahap menuju konflik terbuka.
Adapun kesembilan tahap itu adalah sebagai berikut (Turner, 1975:194)
1) Sistem sosial terdiri dari unit-unit atau kelompok-kelompok yang saling
berhubungan satu sama lain
2) Di dalam unit-unit atau kelompok-kelompok itu terdapat ketidak-seimbangan
pembagian kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan.
3) Unit-unit atau kelompok-kelompok yang tidak berkuasa atau tidak mendapat
bagian dari sumber-sumber penghasilan mulai mempertanyakan legitimasi sistem
tersebut.
4) Pertanyaan atas legitimasi itu membawa mereka kepada kesadaran bahwa mereka
harus merubah sistem alokasi kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan itu
demi kepentingan mereka.
5) Kesadaran itu menyebabkan mereka secara emosional terpancing untuk marah.
6) Kemarahan tersebut seringkali meledak begitu saja atas cara yang tidak
terorganisir.
7) Keadaan yang demikian menyebabkan mereka semakin tegang.
8) Ketegangan yang semakin hebat menyebabkan mereka mencari jalan untuk
mengorganisir diri guna melawan kelompok yang berkuasa.
9) Akhirnya konflik terbuka bisa terjadi antara kelompok yang berkuasa dan tidak
berkuasa.
Pada akhirnya konflik yang terbuka antara kelompok-kelompok yang
bertikai sangat bergantung kepada kemampuan masing-masing pihak untuk
mendefinisikan kepentingan mereka secara obyektif dan untuk menangani, mengatur,
dan mengontrol kelompok itu.
e. Teori Konflik Lewis Coser
Teori konflik yang dikemukakan oleh Lewis Coser sering kali disebut teori
fungsionalisme konflik karena ia menekankan fungsi konflik bagi sistem sosial atau
masyarakat. Di dalam bukunya yang berjudul The Functions of Social Conflicts, Lewis
Coser memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dari konflik. Dari judul itu bisa
dilihat bahwa uraian Coser terhadap konflik bersifat fungsional dan terarah kepada
pengintegrasian teori konflik dan teori fungsionalisme struktural.
7

Salah satu hal yang membedakan Coser dari pendukung teori konflik lainnya
ialah bahwa ia menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan
kelompok. Pada hal pendukung teori konflik lainnya memusatkan analisa mereka pada
konflik sebagai penyebab perubahan sosial. Lewis Coser menyebutkan beberapa fungsi
dari konflik, yakni:
1) Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar.
2) Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir
menjadi berperan secara aktif.
3) Konflik juga bisa berfungsi untuk berkomunikasi.
Tetapi harus diakui bahwa dalam banyak hal, konflik juga menghasilkan
ketidak-berfungsian, atau disfungsi. Artinya, fungsi-fungsi yang disebutkan oleh Coser
itu tidak seberapa dibandingkan dengan ketidak-stabilan atau kehancuran yang
disebabkan oleh konflik itu.

f. Teori Konflik Dalam Psikologi

Dalam satu atau lain cara, gagasan konflik telah menyebar hampir ke seluruh
cabang psikologi modern sejak awal abad ke-20. Bahkan ada yang berpendapat bahwa
penyelesaian konflik menyediakan mesin konseptual yang mengubah entitas yang
tidak dapat diamati (seperti dorongan, kecenderungan respons, tetapi juga kepribadian,
tujuan, dan sebagainya) menjadi perilaku yang dapat diamati. Misalnya, dalam teori
psikoanalitik, ego, yang membawa kekuatan psikologis ke dalam kontak dengan
kenyataan, dianggap menengahi konflik antara dorongan biologis (Id) dan norma-
norma budaya (Super-Ego). Ach adalah orang pertama yang merancang paradigma
eksperimental untuk memicu konflik dengan terlebih dahulu mengasosiasikan
rangsangan tertentu dengan respons tertentu, yang pada tahap selanjutnya dari
eksperimen tersebut harus diatasi dengan mengganti respons sebelumnya dengan
respons yang baru dipelajari. Dalam nada yang agak mirip, psikolog behavioristik
menggunakan gagasan konflik di antara beberapa respons yang terkondisi atau tidak
terkondisi untuk menjelaskan perilaku terbuka yang kompleks (misalnya, 'teori konflik'
dari 'neurosis eksperimental', lih.
8

Salah satu kisah konflik yang paling berpengaruh pada paruh pertama abad
ke-20 adalah tipologi konflik motivasi Lewin. Lewin membedakan tiga tipe dasar
konflik (pendekatan-pendekatan, penghindaran-penghindaran, pendekatan-
penghindaran) serta konflik pendekatan-penghindaran ganda, yang pada dasarnya
merupakan konflik antara dua alternatif yang muncul dalam kedua konflik pendekatan-
penghindaran. Karya Lewin serta karya selanjutnya oleh Miller, mengenai kecuraman
gradien penghindaran dan pendekatan, telah melahirkan banyak sekali karya, termasuk
teori Sistem Penghambatan Perilaku yang berpengaruh oleh Gray, yang telah
diterapkan pada sejumlah masalah klinis, seperti kecemasan (Bach).
Dengan munculnya psikologi kognitif, gagasan konflik didasari dengan
metafora dari teknologi informasi (misalnya interferensi, crosstalk) yang memberikan
konsep ini nuansa yang lebih mekanistik. Selain itu, sejumlah paradigma
eksperimental muncul yang menerapkan konflik dengan cara yang terkendali. Sejalan
dengan penjelasan seleksi awal mengenai perhatian yang mendominasi fase awal
psikologi kognitif, paradigma eksperimental pertama memahami konflik terutama
sebagai konflik di antara berbagai sumber informasi (misalnya, mendengarkan dikotik).
Dengan semakin berkembangnya laporan seleksi yang terlambat, konflik semakin
banyak terjadi di sisi respon. Saat ini, telah terbukti bahwa tugas-tugas konflik yang
sederhana sekalipun (yang pada awalnya dianggap dapat menangkap konflik baik dari
sisi stimulus maupun respons) dapat memicu konflik pada sejumlah tingkatan secara
bersamaan. Meskipun perkembangan ini telah menyebabkan peningkatan dramatis
dalam pengetahuan mengenai pemrosesan informasi manusia selama beberapa dekade
terakhir, perkembangan ini juga mengidentifikasi sejumlah masalah dan kendala yang
terkait dengan penggunaan tugas-tugas konflik eksperimental begitu saja. Lebih jauh
lagi, kini telah diketahui bahwa tugas-tugas direpresentasikan pada beberapa tingkatan
yang tidak cukup dicirikan oleh perbedaan tradisional antara tingkat persepsi, sentral,
dan motorik. Seiring dengan itu, jumlah potensi konflik juga meningkat.
Tugas yang sangat sederhana pun dapat menimbulkan sejumlah proses yang
dapat menyebabkan banyak konflik. Yang lebih buruk lagi, penyederhanaan tugas tidak
memberikan jaminan bahwa konflik yang ditimbulkannya akan menjadi lebih
transparan.
9

3. Konsep Tindakan Sosial Dalam Paradigma Sosiologi


Tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber, sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dengan pandangannya tentang kenyataan yang konkret. Dalam hal ini, di
samping Max Weber mendasarkan pada prinsip rasionalitas, ia juga mendasarkan pula pada
pandangan dasar yang bersifat subjektivitas. Pandangan subjektivitas menyatakan bahwa
kenyataan itu hanya dapat ditangkap dengan kesadaran. Anggapan Max Weber yang bersifat
rasionalitas dan subjektivitas serta nominalistis tersebut tercermin pada analisisnya tentang
kenyataan sosial yang berupa tindakan sosial. Perlu dimaklumi bahwa rasionalitas
merupakan landasan yang logis dan objektif untuk mendirikan suatu ilmu pengetahuan
mengenai tindakan sosial serta pranata sosial, dan dengan rasionalitas dapat diketahui
sejauh mana tindakan manusia itu bersifat rasional.
Subjektivitas dalam hal ini mempunyai makna bahwa tindakan sosial itu di
samping mempunyai arti bagi orang lain, juga bermakna bagi diri sendiri. Dalam hal ini,
tindakan sosial itu mencakup apakah bersifat lahiriah atau rohaniah. Adapun nominalisme
dalam hal ini mengandung suatu pengertian bahwa kenyataan riil tiada lain adalah berupa
individu. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan tindakan sosial, nominalisme
mempunyai makna tindakan sosial yaitu berupa perilaku yang khusus, dalam arti sebagai
perilaku individu. Dengan anggapan yang demikian itu maka Max Weber menyatakan
bahwa suatu studi tindakan sosial adalah upaya menyelidiki arti subjektif atau motivasi
yang melekat pada tindakan-tindakan sosial.
Tindakan sosial adalah sebuah tindakan manusia yang dapat mempengaruhi
individu-individu lain yang ada dalam masyarakat. Suatu tindakan dapat disebut sebagai
tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku
orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain (Weber, 1945). Selain itu, tindakan
sosial juga merupakan suatu perilaku atau perbuatan individu atau kelompok dalam upaya
pencapaian tujuan dirinya. Tindakan tersebut juga bisa dilakukan secara berkelompok
sehingga memberikan pengaruh bagi lingkungannya. (Putra & Suryadinata, 2020). Berikut
adalah 4 tipe Tindakan sosial menurut Max Weber:
1) Rasionalitas Instrumental merupakan tindakan sosial murni menunjukkan bahwa
tindakan dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan
dan tujuan yang akan dicapai (bersifat rasional).
10

2) Rasionalitas Berorientasi Nilai tindakan ini dilakukan dengan memperhitungkan


manfaatnya, tetapi tujuan yang dicapai tidak terlalu dipertimbangkan yang penting
tindakan tersebut baik dan benar menurut penilaian masyarakat.
3) Tindakan Afektif yaitu tindakan yang dibuat-buat dan didasari oleh perasaan atau
emosi serta kepura-puraan seseorang. Tindakan ini tidak dapat dipahami atau irasional.
4) Tindakan Tradisional tindakan ini didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan oleh orang-orang terdahulu, tanpa perhitungan secara matang, dan sama
sekali tidak rasional.
Soal Paradigma Dalam Sosiologi
1. Suatu tindakan dapat disebut sebagai tindakan sosial apabila….
a. Tindakan tersebut mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada
perilaku orang lain
b. Tindakan tersebut dimanipulasi
c. Tindakan tersebut arogan
d. Tindakan tersebut pantas
2. Tindakan yang dibuat-buat dan didasari oleh perasaan atau emosi serta kepura-puraan
seseorang. Tindakan ini tidak dapat dipahami atau irasional. Definisi tersebut merupakan
definisi dari….
a. Tindakan Sosial
b. Tindakan Rasional
c. Tindakan Irasional
d. Tindakan Afektif
3. Emil Durkheim membangun sebuah kesimpulan bahwa eksistensi masyarakat
tergantung……
a. Konsensus moral
b. Konflik
c. Persaingan
d. Arog
4. Apa yang menjadi perbedaan utama antara teori konflik dan teori fungsionalisme
struktural?
a. Teori konflik tidak memandang masyarakat sebagai sistem.
b. Teori konflik menganggap elemen-elemen masyarakat bersaing, sementara
fungsionalisme struktural menganggap mereka fungsional.
c. Teori fungsionalisme struktural menganggap masyarakat sebagai konflik masyarakat.
d. Teori konflik dan fungsionalisme struktural sama persis dalam pandangan mereka
tentang masyarakat.
5. Apa pengertian paradigma dalam sosiologi menurut Muslih M?
a. Sebuah frame yang perlu dibuktikan kebenarannya
b. Seperangkat keyakinan mendasar yang memandu Tindakan
c. Citra fundamental dari ilmu sosial
d. Kesepakatan bersama antar kelompok
6. Apa yang menjadi fokus teori konsensus dalam paradigma sosiologi?
a. Menelaah integrasi nilai di masyarakat
b. Memeriksa perbedaan struktur fisik masyarakat
c. Mengidentifikasi anomali dalam perilaku individu
d. Membuktikan kebenaran dari suatu frame paradigma
7. Dalam konteks psikologi, bagaimana teori konflik mengartikan konflik?
a. Konflik hanya merujuk pada perkelahian fisik.
b. Konflik adalah konfrontasi antara individu dan kelompok sosial.
c. Konflik adalah pertarungan antara dorongan individu dan tuntutan budaya.
d. Konflik hanya terjadi dalam situasi stres ekstrem.
Daftar Pustaka
Saifuddin, A.F. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma.
Jakarta: Kencana
Putri, Vika Anggraini. Paradigma Dalam Sosiologi. Scribd. [Diakses 2023 Okt 17]; 1-2.
Https://Www.Scribd.Com/Document/511866203/Paradigma-Dalam-Sosiologi
Weber, Max. 1946. Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Putra, Ahmad, & Suryadinata, Sartika. (2020). Menelaah Fenomena Klitih Di Yogyakarta Dalam
Perspektif Tindakan Sosial Dan Perubahan Sosial Max Weber. Jurnal Asketik: Agama
Dan Perubahan Sosial, 4(1).
Raho, Bernard. 2021. Teori Sosiologi Modern. Nusa Tenggara Timur: Ledalero
Kleinsorge, Thomas. (2021). Stimulus-Response Conflict Tasks and Their Use in Clinical
Psychology. Int J Environ Res Public Health, 18(20):10657.
Analisa pendekatan sosiologi
terhadap masalah sosial yang
up to date dan mengkaji
kaitannya dengan psikologi.
“KEMISKINAN”
Kelompok 11

1. Dewi Windy Anggraini (10521430)


2. Izzan Rasyadan Sonhaji (10521689)
3. Najma Irawan (10521996)
Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi sebuah standar hidup rata-rata dari sebuah masyarakat di suatu
daerah. Kondisi kemiskinan ini dapat ditandai dengan rendahnya kemampuan
pendapatan untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok, baik berupa sandang,
pangan, maupun papan. Kemiskinan di Indonesia bersifat multidimensional,
sehingga perlu penanganan dengan melihat aspek lain dari kemiskinan (Niemietz,
2011).
Kemiskinan terjadi bukan karena tidak memiliki komoditi tetapi karena
masyarakat kurang mampu mengoptimalkan fungsi dan manfaat dari komiditi
tersebut (Todaro & Smith, 2015).
Kemiskinan merupakan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu
adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat
Penyebab Kemiskinan
Menurut Paul Spicker (2002)

Individual Familiar Subcultural Structural


Explanation Explanation Explanation Explanation
Faktor
1
Kemiskinan
Menurut Chambers dalam Khomsan (2015)

Kemiskinan Kemiskinan
absolut kultural
2 4

Kemiskinan Kemiskinan
relatif struktural
Pola Kemiskinan
Menurut Djojohadikusumo
(1995)

Persistent Cyclical Seasonal Accidental


Poverty Poverty Poverty Poverty
Indikator
Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik

Head Count Poverty Gap Poverty


Indeks Indeks Severity Indeks
Masalah sosial
Masalah sosial terdiri dari dua komponen yaitu personal trouble dan public
issue. Personal trouble adalah permasalahan individual yang hanya
mengancam nilai-nilai dan kehidupan pribadi seseorang. Sedangkan, public
issue adalah permasalahan yang bersumber dari masalah individual namun
telah mengancam tata nilai dan norma dalam suatu masyarakat hingga
menjadi issue nasional (Wright Mills, 1950).
Masalah sosial merupakan permasalahan yang dapat mengancam kehidupan
pribadi seseorang dan juga masyarakat maupun negara. Karena masalah
sosial bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan negara itu sendiri.
Pendekatan Sosiologi
terhadap Kemiskinan
Teori Konflik
Teori konflik adalah teori yang menjelaskan tentang peranan
konflik, terutama antara kelompok-kelompok dan kelas-kelas
dalam kehidupan sosial masyarakat.
Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat terdiri dari kelompok-
kelompok yang memiliki kepentingan yang bertentangan dan
berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya yang
terbatas.
Kaitan Kemiskinan
dengan Psikologi
• Kesehatan Mental • Perilaku Sosial • Identitas Sosial
Kemiskinan dapat Perilaku sosial adalah Kemiskinan dapat
menyebabkan berbagai aktivitas fisik dan psikis mempengaruhi bagaimana
gangguan mental seperti seseorang memandang dirinya
seseorang terhadap orang
depresi, skizofrenia, gangguan sendiri dan orang lain dalam
lain atau sebaliknya dalam
kepribadian, dan lain-lain. Hal masyarakat. Kemiskinan dapat
rangka memenuhi diri atau
ini disebabkan oleh tekanan menimbulkan stigma, stereotip,
hidup, kurangnya kebutuhan orang lain yang sesuai diskriminasi, dan rendahnya
dasar, kurangnya gizi, dan dengan tuntutan sosial harga diri bagi orang miskin.
masalah lainnya.
Daftar Pustaka
Https://www.kompasiana.com/paridatusilmi/641f8966d3aa0f5a493a10e2/kemiskin
an-sebagai-masalah-sosial-di-indonesia-dan-cara-pemerintah-menanganinya

Hurlock, Elizabeth B. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Markum, M. E. (2009). Pengentasan Kemiskinan dan Pendekatan Psikologi Sosial.


Psikobuana, 1(1), 1-12.

Tualeka, M. W. (2017). Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern. Jurnal Al-Hikmah,
3(1).

Wardaya, S. S. (2018). Kemiskinan dalam Perspektif Sosiologi. Jurnal Sosiologi


Walisongo, 2(1), 71-82.
Terima
Kasih
SOSIOLOGI

Analisa Pendekatan Sosiologi terhadap Masalah Sosial yang Up to Date dan Mengkaji
Kaitannya dengan Psikologi
“Kemiskinan”

Di susun oleh:

Kelompok 11

• Dewi windy Anggraini (10521430)


• Izzan Rasyadan Sonhaji (10521689)
• Najma Irawan (10521996)

Mata Kuliah : Psikologi Abnormal


Dosen Pengampu : Ibu Afmi Fuad, S.Psi, M.Si.
Kelas : 3PA41
Jurusan : Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jl. Kelapa Dua Raya No.93, Klp. Dua, Kec. Klp. Dua, Kabupaten Tangerang, Banten
15810
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 DEFINISI KEMISKINAN ........................................................................1
BAB 2 PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP KEMISKINAN ...............4
2.1 Teori Konflik ........................................................................................4
BAB 3 KAITAN KEMISKINAN DENGAN PSIKOLOGI................................5
3.1 Kesehatan Mental ..................................................................................5
3.2 Perilaku Sosial .......................................................................................5
3.3 Identitas Sosial ......................................................................................5
BAB 4 PERTANYAAN .........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8
BAB 1
DEFINISI KEMISKINAN

Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana ketidakmampuan secara ekonomi


untuk memenuhi sebuah standar hidup rata-rata dari sebuah masyarakat di suatu
daerah. Kondisi kemiskinan ini dapat ditandai dengan rendahnya kemampuan
pendapatan untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok, baik berupa sandang, pangan,
maupun papan. Kemiskinan di Indonesia bersifat multidimensional, sehingga perlu
penanganan dengan melihat aspek lain dari kemiskinan (Niemietz, 2011).
Kemiskinan terjadi bukan karena tidak memiliki komoditi tetapi karena
masyarakat kurang mampu mengoptimalkan fungsi dan manfaat dari komiditi tersebut
(Todaro & Smith, 2015).
Kemiskinan merupakan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu
adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan
dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan
(Suparlan, 1984).
Menurut Paul Spicker (2002), penyebab kemiskinan dibagi menjadi dalam 4
mazhab, yaitu:
a. Individual explanation: Mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan disebabkan
oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud misalnya
malas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja.
Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk dalam memilih sekolah,
memilih pekerjaan, jalan hidup, tempat tinggal, dan lainnya.
b. Familiar explanation: Mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderung
disebabkan oleh faktor keturunan. Dalam hal ini misalnya tingkat pendidikan
orang tua yang rendah telah membawa ke dalam kemiskinan karena kurangnya
skill yang dimiliki untuk bekerja ditempat yang layak. Akibatnya, sang orang tua
juga tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya sehingga
pada akhirnya si anak juga jatuh kepada kemiskinan.
c. Subcultural explanation: Mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan disebabkan
oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku lingkungan.
Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan yang

1
enggan untuk bekerja keras dan menerima apa adanya, keyakinan bahwa
mengabdi kepada para raja atau orang terhormat meski tidak diberi bayaran dan
lainnya yang berakibat pada kemiskinan. Terkadang orang seperti ini justru tidak
merasa miskin karena sudah terbiasa dan memang kulturnya yang sudah
demikian.
d. Structural explanation: Mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan timbul akibat
dari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah
dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya
rendah dan haknya terbatas.
Faktor kemiskinan menurut Chambers dalam Khomsan, dkk (2015) yaitu:
a. Kemiskinan absolut: bila pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan atau
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum atau kebutuhan dasar
termasuk papan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan yang diperlukan
untuk bisa hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan relatif: kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan
yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan atau dapat dikatakan orang tersebut sebenarnya
telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya.
c. Kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan sikap seseorang atau sekelompok
masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada
bantuan dari pihak lain.
d. Kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya politik yang
tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi kerap menyebabkan suburnya
kemiskinan.
Menurut Djojohadikusumo (1995) pola kemiskinan ada empat yaitu:
1. Persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun.
2. Cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara
keseluruhan.

2
3. Seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus nelayan
dan petani tanaman pangan.
4. Accidental poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau
dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat.
Menurut Badan Pusat Statistik, indikator kemiskinan terdiri dari:
a. Head Count Index, yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan
b. Poverty Gap Index (Indeks kedalaman kemiskinan), merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan.
c. Poverty Severity Indeks (Indeks keparahan kemiskinan), merupakan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.
Menurut Tjokrowinoto dalam Sulistiyani (2017:27) menyatakan bahwa:
“Kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalan kesejahteraan (walfare) semata,
tetapi kemiskinan menyangkut persoalan kerentanan (vulnerability), ketidakberdayaan
(powerless), tertutupnya akses kepada pelbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian
besar penghasilannya untuk kebutuhan konsumsi, angka ketergantungan yang tinggi,
rendahnya akses terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan
yang diwarisi dari satu generas ke generasi berikutnya”.
Menurut Wright Mills (1950) dalam Sociological Imagination, Masalah sosial
terdiri dari dua komponen yaitu personal trouble dan public issue. Personal trouble
adalah permasalahan individual yang hanya mengancam nilai-nilai dan kehidupan
pribadi seseorang. Sedangkan, public issue adalah permasalahan yang bersumber dari
masalah individual namun telah mengancam tata nilai dan norma dalam suatu
masyarakat hingga menjadi issue nasional.
Dapat disimpulkan bahwa masalah sosial merupakan permasalahan yang dapat
mengancam kehidupan pribadi seseorang dan juga masyarakat maupun negara. Karena
masalah sosial bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan negara itu sendiri.

3
BAB 2
PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP KEMISKINAN

2.1 Teori Konflik


Teori konflik adalah teori yang menjelaskan tentang peranan konflik terutama
antara kelompok-kelompok dan kelas-kelas dalam kehidupan sosial masyarakat.
Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok yang
memiliki kepentingan yang bertentangan dan berkompetisi untuk memperebutkan
sumber daya yang terbatas. Kemiskinan dapat dipandang sebagai akibat dari
ketimpangan kekuasaan dan distribusi sumber daya antara kelompok-kelompok
tersebut. Misalnya, kelompok yang memiliki modal ekonomi dan politik yang
besar dapat mengeksploitasi dan menindas kelompok yang lemah. Kemiskinan
juga dapat menjadi sumber konflik sosial, karena dapat menimbulkan ketegangan,
protes, atau kekerasan antara kelompok-kelompok yang bersaing.

4
BAB 3
KAITAN KEMISKINAN DENGAN PSIKOLOGI

3.1 Kesehatan Mental


Kemiskinan dapat menyebabkan berbagai gangguan mental seperti depresi,
skizofrenia, gangguan kepribadian, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh tekanan
hidup, kurangnya kebutuhan dasar, kurangnya gizi, dan masalah lainnya.

3.2 Perilaku Sosial


Perilaku sosial adalah aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain
atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan
tuntutan sosial (Hurlock, 2004).
Kemiskinan dapat mempengaruhi cara seseorang berperilaku dalam
masyarakat, baik secara positif maupun negatif. Secara positif, kemiskinan dapat
menumbuhkan solidaritas, kerjasama, dan kemandirian di antara orang miskin.
Secara negatif, kemiskinan dapat menimbulkan perilaku antisosial, seperti
kriminalitas, kekerasan, korupsi, dan radikalisme. Hal ini disebabkan oleh
ketidakpuasan, ketidakadilan, ketidakpercayaan, dan ketakutan yang dirasakan
oleh orang miskin.

3.3 Identitas Sosial


Kemiskinan dapat mempengaruhi bagaimana seseorang memandang dirinya
sendiri dan orang lain dalam masyarakat. Kemiskinan dapat menimbulkan stigma,
stereotip, diskriminasi, dan rendahnya harga diri bagi orang miskin. Hal ini dapat
mengakibatkan orang miskin merasa terisolasi, terpinggirkan, atau tidak berdaya
dalam masyarakat. Sebaliknya, kemiskinan juga dapat menimbulkan rasa bangga,
optimis, atau berani bagi orang miskin yang mampu mengatasi tantangan
hidupnya.

5
BAB 4
PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan absolut?


a. Kemiskinan yang ditentukan oleh standar hidup umum
b. Kemiskinan yang terjadi ketika orang tidak bisa memenuhi kebutuhan
minimum untuk kesehatan fisik
c. Kemiskinan yang terjadi karena kurangnya motivasi individu
d. Kemiskinan yang ditentukan oleh standar kehidupan yang dinikmati sebagian
besar populasi

2. Menurut Tjokrowinoto, kemiskinan bukan hanya tentang kesejahteraan semata,


melainkan juga tentang...
a. Vulnerability, powerless, dan budaya kemiskinan
b. Ketergantungan tinggi dan rendahnya akses terhadap pasar
c. Motivasi individu dan akses terhadap peluang kerja
d. Stigma sosial dan harga diri

3. Menurut Wright Mills, apa beda antara personal trouble dan public issue dalam
konteks masalah sosial?
a. Personal trouble hanya mengancam kehidupan individu, sementara public
issue adalah isu nasional
b. Personal trouble hanya terdiri dari satu komponen, sementara public issue
bersumber dari masalah individual namun telah menjadi isu nasional
c. Personal trouble adalah isu nasional, sementara public issue hanya
mengancam kehidupan individu
d. Personal trouble dan public issue memiliki arti yang sama dalam konteks
masalah sosial

4. Bagaimana kemiskinan dapat mempengaruhi perilaku sosial individu?


a. Kemiskinan hanya mengakibatkan perilaku positif seperti solidaritas dan
kerjasama

6
b. Kemiskinan dapat menyebabkan perilaku antisosial seperti kriminalitas dan
kekerasan
c. Kemiskinan tidak memiliki pengaruh pada perilaku sosial individu
d. Kemiskinan hanya mempengaruhi perilaku individu secara emosional

5. Bagaimana kemiskinan dapat mempengaruhi identitas sosial individu?


a. Kemiskinan tidak memiliki pengaruh pada identitas sosial individu
b. Kemiskinan hanya menyebabkan stigma dan diskriminasi terhadap individu
miskin
c. Kemiskinan dapat membuat individu miskin merasa bangga dan berani
mengatasi tantangan hidup
d. Kemiskinan hanya menyebabkan isolasi dan ketidakberdayaan individu
miskin

6. Apa yang membedakan kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif?


a. Kemiskinan absolut ditentukan oleh standar hidup umum, sedangkan
kemiskinan relatif terkait dengan faktor genetik
b. Kemiskinan absolut hanya terjadi di negara berkembang, sedangkan
kemiskinan relatif terjadi di negara maju
c. Kemiskinan absolut terkait dengan ketercukupan kalori, sedangkan
kemiskinan relatif ditentukan oleh standar kehidupan umum dalam berbagai
masyarakat
d. Tidak ada perbedaan signifikan antara keduanya

7. Apa yang dimaksud dengan identitas sosial dalam konteks kemiskinan?


a. Cara seseorang memandang dirinya sendiri.
b. Stigma dan diskriminasi terhadap orang miskin.
c. Cara seseorang berperilaku dalam masyarakat.
d. Solidaritas dan kerjasama di antara orang miskin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Annur, R. A. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di kecamatan


Jekulo dan Mejobo Kabupaten Kudus. Economics Development Analysis
Journal, 2(4).
Haris, A. M (2018). Masalah Kemiskinan Suatu Tantangan Bagi Profesi Pekerja
Sosial. Jurnal Mimbar Kesejahteraan Sosial, 1(1).
Hurlock, Elizabeth B. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
https://www.kompasiana.com/paridatusilmi/641f8966d3aa0f5a493a10e2/kemiskinan
-sebagai-masalah-sosial-di-indonesia-dan-cara-pemerintah-menanganinya
Markum, M. E. (2009). Pengentasan Kemiskinan dan Pendekatan Psikologi Sosial.
Psikobuana, 1(1), 1-12.
Tualeka, M. W. (2017). Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern. Jurnal Al-
Hikmah, 3(1).
Wardaya, S. S. (2018). Kemiskinan dalam Perspektif Sosiologi. Jurnal Sosiologi
Walisongo, 2(1), 71-82.

8
Masyarakat :
Lembaga &Stratifikasi
Anggota Kelompok 12

02/
01/ Deerla Vidya 03/
Aurell Khanza A.N. Emilia Agustina
Geizka 10521395

10521493
10521281
Lembaga Masyarakat
Robert Maclver dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakatan
sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur
hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok
kemasyarakatan yang dinamakan asosiasi.
Lembaga
Kemasyarakatan
Terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa mempedulikan apakah
masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau
modern karena setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-
kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-kelompokkan, terhimpun
menjadi lembaga kemasyarakatan. Wujud konkret lembaga
kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi
Tujuan Lembaga Kemasyarakatan
yang berfungsi memenuhi kebutuhan
pokok manusia, antara lain;

Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana bertingkah


laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat

Menjaga keutuhan masyarakat


Tujuan Lembaga Kemasyarakatan
yang berfungsi memenuhi kebutuhan
pokok manusia, antara lain;

Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan


sistem pengendalian sosial
Macam-macam Lembaga
Kemasyarakatan
01/ RT/RW 02/ Lurah

03/ Camat 04/ Bupati/Walikota

05/ Gubernur 06/ Presiden


RT/RW
RT dan RW merupakan suatu lembaga
kemasyarakatan yang ada di desa/kelurahan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat sehingga
berfungsi sebagai perantara penyampaian kebijakan,
program, dan kegiatan-kegiatan pemerintah
kelurahan, daerah maupun nasional dan juga sebagai
lembaga pertama penerima aspirasi dan kepentingan
masyarakat.
Tugas RT & RW
RT dan RW sebagai bagian dari Lembaga Kemasyarakatan Desa memiliki tugas
sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) Permendagri 18/2018, yaitu:

1. Membantu Kepala Desa dalam bidang pelayanan pemerintahan


2. Membantu Kepala Desa dalam menyediakan data kependudukan dan perizinan
3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
4. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi
tanggungjawab Pemerintah
Tugas RT & RW
5. Memelihara kerukunan hidup warga
6. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan
aspirasi dan swadaya murni Masyarakat
7. Pengkoordinasian antar warga.
8. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama dan antar
masyarakat dengan Pemerintah DaerahPenanganan masalah-masalah
kemasyarakatan yang dihadapi warga
Lurah
Lurah mempunyai tugas pokok melaksanakan
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh
camat sesuai karakteristik wilayah dan kebutuhan daerah
serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas Lurah
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam Pasal 24.
Berikut adalah fungsi dari lurah:

1. Penyelenggaraan dan evaluasi di bidang pemerintahan;


2. Penyelenggaraan dan pembinaan di bidang pemberdayaan masyarakat;
3. Penyelenggaraan, pembinaan, pengembangan dan fasilitasi ekonomi dan
pembangunan;
4. Penyelenggaraan dan pembinaan di bidang ketentraman dan ketertiban umum;
Tugas Lurah
5. Pembinaan terhadap lembaga kemasyarakatan di wilayah kelurahan;
6. Pengelolaan urusan kesekretariatan.
7. Pengoordinasian pelaksanaan pelayanan perizinan dan nonperizinan sesuai dengan
kewenangan Kelurahan
8. Pengoordinasian dan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan
oleh Perangkat Daerah/unit kerja di tingkat Kelurahan
9. Pengoordinasian pelaksanaan sebagian urusan keistimewaan di tingkat Kelurahan
Camat
Tugas pokok Camat adalah melaksanakan penyelenggaraan
urusan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan
urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota.
Tugas Camat
Tugas Camat diatur pada Pasal 225 UU No 23 Tahun 2014 dalam Pasal 224 ayat
(1). Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Camat mempunyai fungsi:

1. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;


2. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
3. Pengkoordinasian penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-undangan;
4. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
5. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat Kecamatan;
Tugas Camat
6. Pembina penyelenggaraan pemerintahan Desa dan/atau kelurahan;
7. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan Pemerintah Desa atau
Kelurahan;
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota.
9. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada
Bupati/Walikota
Walikota memiliki tugas dan wewenang memimpin
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan bersama
dengan DPRD tingkat Kota.
Tugas Bupati/Walikota
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 menjelaskan tentang tugas, wewenang,
kewajiban dan hak Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Tugas Kepala Daerah
adalah sebagai berikut :

1. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;
2. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
3. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang
RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan
RKPD;
Tugas Bupati/Walikota
4. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang
perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
kepada DPRD untuk dibahas bersama;
5. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan;
6. Mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan
7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Gubernur
Berdasarkan ketentuan Pasal 91 ayat (8) dan Pasal 93 ayat (5) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Tugas dan Wewenang Gubernur, berikut
tugas gubernur ;

1. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan


di daerah kabupaten/kota
2. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya
3. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah kabupaten/kota di wilayahnya
Gubernur
4. Melakukan evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
rencana pembangunan jangka panjang daerah, anggaran pendapatan dan belanja daerah,
perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja daerah, tata ruang daerah, pajak daerah, dan retribusi
daerah
5. Melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah kabupaten/kota
6. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undang
Wewenang Gubernur
Berdasarkan ketentuan Pasal 91 ayat (8) dan Pasal 93 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Tugas dan Wewenang
Gubernur, wewenang gubernur ;

1. Membatalkan peraturan daerah kabupaten/kota


2. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/wali kota terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
3. Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintah antardaerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi
4. Memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
pembentukan dan susunan perangkat daerah kabupaten/kota; dan melaksanakan wewenang
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Presiden
Presiden adalah orang yang terpilih atau dipilih secara
demokratis untuk memimpin negara atau organisasi. Dalam
sistem pemerintahan demokrasi, presiden merupakan kepala
negara dan kepala pemerintahan yang memegang kendali atas
kebijakan dan tindakan pemerintahan.
Tugas Presiden sebagai
Kepala Negara
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angakatan Udara berdasarkan undang-undang Pasal 10
2. Presiden memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul berdasarkan
Undang-undang Pasal 13 ayat 1
3. Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Undang-undang
Pasal 13 ayat 1
Tugas Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan
1. Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat 1
2. Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya
berdasarkan Undang-undang Pasal 3 ayat 2
3. Mengangkat dan memberhentikan para menteri berdasarkan Undang-undang Pasal 17 ayat 2
4. Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-
Undang, berdasarkan Undang-undang Pasal 2 ayat 4
5. Merancang Undang-undang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kemudian
diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berdasarkan Undang-undang Pasal 23 ayat 2
Tugas Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan
6. Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berdasarkan Undang-undang Pasal 23F ayat 1
7. Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya diusulkan oleh komisi
yudisial dan DPR, berdasarkan Undang-undang Pasal 24A ayat 3
8. Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR, berdasarkan Undang-
undang Pasal 24B ayat 3
9. Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR, dan Presiden,
berdasarkan Undang-Undang Pasal 24C ayat 3
Wewenang Presiden
1. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR untuk akhirnya ditindaklanjuti,
berdasarkan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1
2. Dapat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain melalui
persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 1
3. Dapat membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau
mengharuskan pembentukan dan perubahan UU dengan persetujuan DPR, berdasarkan Undang-
Undang Pasal 11 ayat 2 Berwenang menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syarat dan akibatnya
dalam keadaan bahaya telah ditetapkan dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan
Undang-Undang Pasal 12
Wewenang Presiden
4. Berwenang memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 1
5. Berwenang memberi amnesti dan abolasi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 2
6. Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang telah
diatur dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang
Pasal 15
Wewenang Presiden
7. Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang telah
diatur dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal
15
8. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden yang kemudian telah diatus dalam Undang-Undang,
wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 16
9. Berwenang menetapkan peraturan pemerintan penganti Undang-Undang jika dalam
hal genting yang memaksa, berdasarkan Undang-Undang Pasal 22 ayat 1
● Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
● https://mekarjaya-banjaran.desa.id/artikel/2022/2/4/rt-rw
● https://pematangberangan.rokanhulukab.go.id/pages/rt-dan-rw
● https://ngupasankel.jogjakota.go.id/page/index/kedudukan-dan-tupoksi
● https://kecamatanbobotsari.purbalinggakab.go.id/wp-content/uploads/2016/06/Camat_dan_-
Kecamatan_menurut_UU_-23_th_-2014.pdf
● https://setkab.go.id/pp-no-332018-inilah-tugas-dan-wewenang-gubernur-sebagai-wakil-pemerintah-pusat/
● https://banjarkota.go.id/tugas-dan-fungsi/
● https://kecptkselatan.pontianak.go.id/profil/tugas-pokok-dan-fungsi
● https://kelayanbarat.banjarmasinkota.go.id/p/tupoksi.html
● https://www.gramedia.com/literasi/tugas-dan-wewenang-presiden/

Daftar Pustaka
LEMBAGA MASYARAKAT DAN STRATIFIKASI MASYARAKAT

Disusun Oleh:
1. Aurell Khanza Geizka (10521281)
2. Deerla Vidya Andyan Nafeesha (10521395)
3. Emilia Agustina (10521493)

Kelas: 3PA41

FAKULTAS PSIKOLOGI
PRODI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................1


LEMBAGA KEMASYARAKATAN ..........................................................................................2
I. Pengertian Lembaga Masyarakat .................................................................................2
STRATIFIKASI SOSIAL ...........................................................................................................4
I. Pengantar Stratifikasi Sosial .........................................................................................4
II. Contoh Kelembagaan ...................................................................................................5
1) RT dan RW ....................................................................................................................5
2) Lurah .............................................................................................................................6
3) Camat ............................................................................................................................6
4) Bupati/Walikota ..............................................................................................................7
5) Gubernur ........................................................................................................................8
6) Presiden .........................................................................................................................9
SOAL ....................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

1
LEMBAGA KEMASYARAKATAN

I. Pengertian Lembaga Masyarakat


Lembaga kemasyarakatan karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu
bentuk, sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma
dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Lembaga
kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa mempedulikan apakah
masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern karena setiap
masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-
kelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan. Wujud konkret lembaga
kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi.
Menurut Robert Maclver dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakatan
sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar
manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan
asosiasi.
Leopold Von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut
fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikannya sebagai suatu jaringan proses-proses
hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara
hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan
manusia dan kelompoknya.
Seorang sosiolog lain, yaitu Sumner yang melihatnya dari sudut kebudayaan,
mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan
kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi dalam masyarakat.
Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia
pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi yaitu:
 Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah
laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama
yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan,
 Menjaga keutuhan masyarakat,

2
 Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial. Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-
anggotanya.

3
STRATIFIKASI SOSIAL

I. Pengantar Stratifikasi Sosial


Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal
tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-
hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal
lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan materiil daripada kehormatan,
misalnya, mereka yang lebih banyak mempunyai kekayaan materiil akan menempati
kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Gejala
tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang
atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Bahkan pada zaman kuno dahulu, filsuf Aristoteles (Yunani) mengatakan di dalam
negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka kaya sekali, melarat, dan berada di tengah-
tengahnya. Ucapan demikian paling tidak membuktikan bahwa di zaman itu, dan
sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai
kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Seorang sosiolog terkemuka, yaitu
Pitirim A. Sorokin, pernah mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap
dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur.
Barangsiapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak
dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atasan. Mereka yang hanya sedikit
sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai
kedudukan yang rendah.
● Timbulnya Pelapisan Sosial
Selama dalam satu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti
mempunyai sesuatu yang dihargainya, sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat
menumbuhkan adanya sistem lapisan dalam masyarakat itu. Sesuatu yang dihargai di
dalam masyarakat dapat berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin juga keturunan
yang terhormat.
● Pelapisan Sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat (secara hierarkis).

4
II. Contoh Kelembagaan

1) RT dan RW
RT dan RW merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang ada di desa/kelurahan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat sehingga berfungsi sebagai perantara
penyampaian kebijakan, program, dan kegiatan-kegiatan pemerintah kelurahan, daerah
maupun nasional dan juga sebagai lembaga pertama penerima aspirasi dan kepentingan
masyarakat.. RT dan RW sebagai bagian dari Lembaga Kemasyarakatan Desa memiliki
tugas sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) Permendagri 18/2018,
yaitu:
1. Membantu Kepala Desa dalam bidang pelayanan pemerintahan;
2. Membantu Kepala Desa dalam menyediakan data kependudukan dan perizinan;
3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa;
4. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi
tanggungjawab Pemerintah;
5. Memelihara kerukunan hidup warga;
6. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi
dan swadaya murni Masyarakat;
7. Pengkoordinasian antar warga;

5
8. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama dan antar masyarakat dengan
Pemerintah Daerah. Penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi
warga.

2) Lurah
Lurah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh camat sesuai karakteristik wilayah dan kebutuhan daerah serta
melaksanakan tugas pemerintahan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dalam Pasal 24. Berikut adalah fungsi dari lurah:
1. Penyelenggaraan dan evaluasi di bidang pemerintahan;
2. Penyelenggaraan dan pembinaan di bidang pemberdayaan masyarakat;
3. Penyelenggaraan, pembinaan, pengembangan dan fasilitasi ekonomi dan pembangunan;
4. Penyelenggaraan dan pembinaan di bidang ketentraman dan ketertiban umum;
5. Pembinaan terhadap lembaga kemasyarakatan di wilayah kelurahan;
6. Pengelolaan urusan kesekretariatan;
7. Pengoordinasian pelaksanaan pelayanan perizinan dan nonperizinan sesuai dengan
kewenangan Kelurahan;
8. Pengoordinasian dan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan
oleh Perangkat Daerah/unit kerja di tingkat Kelurahan;
9. Pengoordinasian pelaksanaan sebagian urusan keistimewaan di tingkat Kelurahan.

3) Camat
Tugas pokok Camat adalah melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan,
pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh
Walikota. Tugas Camat diatur pada Pasal 225 UU No 23 Tahun 2014 dalam Pasal 224
ayat (1). Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Camat mempunyai fungsi:
1. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
3. Pengkoordinasian penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-undangan;

6
4. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
5. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat Kecamatan;
6. Pembina penyelenggaraan pemerintahan Desa dan/atau kelurahan;
7. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau
yang belum dapat dilaksanakan Pemerintah Desa atau Kelurahan;
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota;
9. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada.

4) Bupati/Walikota
Walikota memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan bersama dengan DPRD tingkat
Kota. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 menjelaskan tentang tugas, wewenang,
kewajiban dan hak Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Tugas Kepala Daerah adalah
sebagai berikut :
1. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan
bersama DPRD;
2. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
3. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda
tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan
menetapkan RKPD;
4. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang
perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;
5. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan;
6. Mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah;
7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7
5) Gubernur
Berdasarkan ketentuan Pasal 91 ayat (8) dan Pasal 93 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Tugas dan Wewenang Gubernur :

 Tugas :
1. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
di daerah kabupaten/kota;
2. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;
3. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah kabupaten/kota di wilayahnya;
4. Melakukan evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
rencana pembangunan jangka panjang daerah, anggaran pendapatan dan belanja
daerah, perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, tata ruang daerah, pajak
daerah, dan retribusi daerah;
5. Melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah kabupaten/kota;
6. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undang.
 Wewenang :
1. Membatalkan peraturan daerah kabupaten/kota;
2. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/wali kota terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintah antardaerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
4. Memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah kabupaten/kota; dan
melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

8
6) Presiden
Presiden adalah orang yang terpilih atau dipilih secara demokratis untuk memimpin negara
atau organisasi. Dalam sistem pemerintahan demokrasi, presiden merupakan kepala negara
dan kepala pemerintahan yang memegang kendali atas kebijakan dan tindakan
pemerintahan.

 Tugas Presiden Sebagai Kepala Negara


1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angakatan
Udara berdasarkan Uundang-undang Pasal 10;
2. Presiden memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul berdasarkan
Undang-undang Pasal 13 ayat 1;
3. Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan pertimbangan
dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Undang-undang Pasal 13 ayat 1.

 Tugas Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan


1. Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pasal 4
ayat 1;
2. Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya berdasarkan Undang-undang Pasal 3 ayat 2;
3. Mengangkat dan memberhentikan para menteri berdasarkan Undang-undang Pasal
17 ayat 2;
4. Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi Undang-Undang, berdasarkan Undang-undang Pasal 2 ayat 4;
5. Merancang Undang-undang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
kemudian diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23 ayat 2;
6. Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23F ayat 1;
7. Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya
diusulkan oleh komisi yudisial dan DPR, berdasarkan Undang-undang Pasal 24A
ayat 3;

9
8. Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-undang Pasal 24B ayat 3;
9. Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR, dan
Presiden, berdasarkan Undang-Undang Pasal 24C ayat 3.

 Wewenang Presiden
1. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR untuk akhirnya
ditindaklanjuti, berdasarkan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1;
2. Dapat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
melalui persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 1;
3. Dapat membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara dan/atau mengharuskan pembentukan dan perubahan UU dengan persetujuan
DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 2;
4. Berwenang menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syarat dan akibatnya dalam
keadaan bahaya telah ditetapkan dalam Undang-Undang, wewenang presiden
berdasarkan Undang-Undang Pasal 12;
5. Berwenang memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 1;
6. Berwenang memberi amnesti dan abolasi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 2;
7. Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang telah
diatur dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang
Pasal 15;
8. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden yang kemudian telah diatus dalam Undang-Undang,
wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 16;
9. Berwenang menetapkan peraturan pemerintan penganti Undang-Undang jika dalam
hal genting yang memaksa, berdasarkan Undang-Undang Pasal 22 ayat 1.

10
SOAL
1. Di ibawah ini yang merupakan tipe lembaga masyarakat dari sudut perkembangannya,
yaitu…
a. Enacted Institutions
b. Subsidiary Institutions
c. Unsanctioned Institutions
d. Approved-Socially Sanctioned Institutions

2. Berikut ini cara-cara untuk mempelajari lembaga kemasyarakatan yaitu, kecuali…


a. Analisis secara historis
b. Analisis secara fungsional
c. Analisis secara empiris
d. Analisis secara komparatif

3. Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa ciri umum, salah
satunya adalah…
a. Analisis komperatif
b. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri sema lembaga kemasyarakatan.
c. Adat istiadat
d. Kriteria sistem pertentangan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan
kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan

4. Salah satu sifat sistem lapisan sosial adalah…


a. Statis
b. Dinamis
c. Acak
d. Terbuka

5. Ada berapa tipe sistem lapisan sosial?


a. 3
b. 6

11
c. 2
d. 5

6. Fungsi camat adalah…


a. Mengajukan rancangan peraturan daerah
b. Menetapkan kebijakan umum pemerintahan
c. Pengkordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat
d. Membentuk dan mengangkat pejabat negara

7. Di bawah ini yang termasuk ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan yaitu, kecuali…
a. Ukuran penghargaan
b. Ukuran kekayaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan

8. Berikut ini yang bukan termasuk dari fungsi Lembaga kemasyarakatan, yaitu..
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat
b. Menjaga keutuhan masyarakat
c. Melaksanakan fungsi politik
d. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial

9. Pada zaman kuno dahulu, filsuf Aristoteles (Yunani) mengatakan di dalam negara
terdapat tiga unsur lapisan masyarakat, yang bukan dari unsur lapisan masyarakat
adalah…
a. Sederhana
b. Kaya sekali
c. Melarat
d. Berada di tengah-tengahnya

12
10. Seorang sosiolog terkemuka, pernah mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri
yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Siapakah sosiolog
tersebut…
a. Aristoteles
b. Pitirim A. Sorokin
c. Robert Maclver
d. Leopold Von Wiese

11. Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara
hierarkis) merupakan pengertian dari…
a. Lembaga Kemasyarakatan
b. Struktur Negara
c. Stratifikasi Sosial (Pelapisan Sosial)
d. Struktur Masyarakat

12. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama dan antar masyarakat dengan
Pemerintah Daerah, merupakan salah satu fungsi dari..
a. Lurah
b. Camat
c. RT/RW
d. Presiden

13. Berikut salah satu tugas dari Gubernur adalah..


a. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angakatan
Udara berdasarkan Uundang-undang Pasal 10
b. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD
c. Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya
diusulkan oleh komisi yudisial dan DPR, berdasarkan Undang-undang Pasal 24A ayat
3
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintah
daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya

13
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
https://mekarjaya-banjaran.desa.id/artikel/2022/2/4/rt-rw
https://pematangberangan.rokanhulukab.go.id/pages/rt-dan-rw
https://ngupasankel.jogjakota.go.id/page/index/kedudukan-dan-tupoksi
https://kecamatanbobotsari.purbalinggakab.go.id/wp-content/uploads/2016/06/Camat_dan_-
Kecamatan_menurut_UU_-23_th_-2014.pdf
https://setkab.go.id/pp-no-332018-inilah-tugas-dan-wewenang-gubernur-sebagai-wakil-
pemerintah-pusat/
https://banjarkota.go.id/tugas-dan-fungsi/
https://kecptkselatan.pontianak.go.id/profil/tugas-pokok-dan-fungsi
https://kelayanbarat.banjarmasinkota.go.id/p/tupoksi.html
https://www.gramedia.com/literasi/tugas-dan-wewenang-presiden/

14

Anda mungkin juga menyukai