MAKALAH
STRATIFIKASI SOSIAL
Dosen pengampu
Widiastuti Furbani. S. Sos.. M. S.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Anggota :
Amirudin : (2022B1C005)
Dede arya harisandi : (2022B1C041)
Mussaiyad : (2022B1C025)
KELAS B / SEMESTER 1
PRODI: ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2022
BAB I
PENDAHULUAN
lahir seseorang memperoleh sejumlah status tanpa memandang perbedaan antar individu
atau kemampuan. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya itu, anggota
masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan kekerabatan, dan
keanggotaan dalam kelompok tertentu, seperti kasta, dan kelas.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial (lapisan) masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali.
Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalis, demokratis,
komunis dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi, mulai ada sejak manusia mengenal
adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula
didasarkan pada perbedaan seks, perbendaan antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Golongan buangan/budak dengan golongan dan bukan buangan/budak, pembagian kerja dan
bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju
teknologi suatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem lapisan masyarakat.
Pada masyarakat-masyarakat kecil dan bersahaja, biasanya pembedaan kedudukan dan
peranan bersifat minim, karena warganya sedikit dan orang-orang yang dianggap tinggi
kedudukanya juga tak banyak baik macam maupun jumlahnya. Di dalam masyarakat yang
sudah kompleks, pembedaan kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks karena
banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat diterapkan padanya.
Bentuk –bentuk konkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Akan tetapi secara prinsipil
bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga macam yaitu yang ekonomis,
politis, dan yang didasarkan kepada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.
Selain itu, stratifikasi sosial pada masyarakat Jawa didasarkan pula atas pekerjaan
atau keturunan, yaitu golongan priayi dan golongan wong cilik. Golongan priayi adalah
orang-orang keturunan bangsawan dan para pegawai pemerintah serta kaum cendekiawan
yang menempati lapisan atas. Sedangkan golongan wong cilik antara lain para petani, tukang,
pedagang kecil, dan buruh yang menempati lapisan kelas bawah. Pada tahun 1960-an,
Clifford Geertz seorang pakar antropolog Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi tiga
kelompok, yaitu santri, abangan, dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah penganut agama
Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau menganut
Kejawen, sedangkan kaum priayi adalah kaum bangsawan.
1. Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi
pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat
yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu:
metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah
pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian
seseorang dalam bermasyarakat.
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:
Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan
perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori
Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah
kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang
menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Stratifikasi sosial pada masyarakat nelayan di RT 05 Anak Air yaitu:
1. Berdasarkan kepemilikan anggota masyarakat yang menempati kelas atas adalah (Induk semang:
mempunyai kapal lebih dari 1, tenaga kerja, memiliki tanah, rumah permanen secara pribadi dan
penghasilan Rp. 250.000-300.000 anggota masyarakat yang menempati kelas bawah yaitu Anak
pukek mengoperasionalkan alat tangkapan ikan orang lain, rumah papan, mengontrak rumah orang
lain, tidak mempunyai tanah penghasilan
Rp. 20.000-50.000).
2. Kelompok kekuasaan ditempati oleh anggota masyarakat yang memiliki
pengaruh atau wewenang seperti: ketua RT, ketua Pemuda.
3. Berdasarkan prestise (kehormatan) yaitu pawang karena dianggap mempunyai kemampuan atau
pengalaman dalam kegiatan melaut.
6.2. Saran
1. Bagi masyarakat nelayan untuk lebih dewasa menyikapi adanya stratifikasi sosial karena
startifikasi sosial diperlukan dalam lingkungan masyarakat dan berperan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari dengan adanya kelas atas dan kelas bawah.
2. Bagi pemerintah khususnya pihak perikanan yang mempunyai andil dalam kemajuan kehidupan
masyarakat nelayan diharapkan memberikan khususnya bantuan perahu, jarring dan modal melalui
PNPM atau Kredit 73 Usaha Kecil pada kelompok nelayan buruh guna peningkatan modal
usaha.
3. Untuk peneliti lainnya dapat dijadikan sebagai rujukan maupun kajian
lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan yang sama sehingga dapat menyempurnakan hasil
penelitian yang sudah penulis teliti tentang stratifikasi sosial masyarakat nelayan.