SOSIOLOGI PERTANIAN
KELOMPOK 8
Anggota :
FARHANI MAULANA PASHA
(2310221031)
ABI RAFDI AUFAR
(2310221053)
ARIEF RAHMATULLAH
(2310222022)
TRIE HERMANI
(2310221038)
SHONIA MANETA
(231022)
STRATIFIKASI DAN DIFERENSIASI SOSIAL
STRATIFIKASI SOSIAL
A. Pengertian
Definisi, stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya
pembedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara
bertingkat. Misalnya: dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang dan strata
rendah. Pembedaan dan/atau pengelompokan ini didasarkan pada adanya suatu simbol-
simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai baik berharga atau bernilai secara
sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi lainnya dalam suatu kelompok
sosial (komunitas).
Secara sosiologis jika dilacak ke belakang konsep stratifikasi sosial memang kalah
populer dengan istilah kelas sosial, di mana istilah kelas sosial pada awalnya menurut
Ralp Dahrendorf (1986), diperkenalkan pertama kali oleh penguasa Romawi Kuno. Pada
waktu itu, istilah kelas sosial digunakan dalam konteks penggolongan masyarakat
terhadap para pembayar pajak. Ketika ituada dua golongan masyarakat, yaitu golongan
masyarakat kaya dan masyarakat golongan miskin.
Contohnya: stratifikasi sosial yang terdapat pada masyarakat perkotaan, dimana setiap
anggota masyarakat dapat naik ke lapisan sosial yang lebih tinggi berdasarkan kondisi
ekonominya, keterampilan/kepandaian yang dimiliki, serta status sosial yang berhasil
dicapainya.
3. Stratifikasi sosial campuran
Merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan stratifikasi sosial terbuka.
Sebagai contoh, seseorang yang berkasta Brahmana sangat dihargai dan menempati
lapisan sosial yang paling tinggi di suatu komunitas yang menghargai kasta. Ketika ia
pindah ke kota yang menghargai keterampilan dan pendidikan, ia harus menyesuaikan
diri dan menempati kedudukan sosial yang mungkin berbeda dari tempat
asalnya/sebelumnya.
4. Sistem Apartheid
Sistem apartheid ini akan menentukan pekerjaan, pendidikan, fasilitas-fasilitas yang
dapat diterima, serta aturan-aturan dalam kontak/relasi sosial. Penjelasan di atas
menunjukkan bahwa status seseorang dalam sistem apartheid merupakan status yang
dibawa sejak lahir, sehingga sangat tertutup kemungkinan untuk berpindah status ke
lapisan yang lebih tinggi.
Pada dasarnya, stratifikasi sosial dapat dibagi ke dalam dua (2) macam status, yaitu :
1. Berdasarkan status yang diperoleh secara alami, terdiri dari :
Stratifikasi berdasarkan perbedaan usia.
Stratifikasi berdasarkan senioritas, berkaitan dengan usia dan jenjang
pengalaman akan sesuatu.
Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin.
Stratifikasi berdasarkan sistem kekerabatan, antara ayah, ibu dan anak-anak.
Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam kelompok tertentu, misalnyaras
dan suku bangsa.
A. PENGERTIAN
Kata diferensiasi sosial diadopsi dari bahasa Inggris, yaitu difference yang berarti
perbedaan. Jika diterapkan pada istilah diferensiasi sosial, memang pada kenyataannya
proses pembedaan masyarakat sebagai inti utama dari konsep diferensiasi sosial, akan
memunculkan kelompok-kelompok sosial yang berbeda satu sama lain. Berbagai sumber
mengungkapkan definisi diferensiasi sosial ini dengan kalimat yang beragam, seperti di
bawah ini :
Diferensiasi sosial terjadi akibat pola interaksi individu yang memiliki ciri-ciri fisik dan non fisik
berbeda-beda, meliputi :
Ciri fisik seperti bentuk dan tinggi tubuh, raut muka, warna kulit, warna rambut, dan lain-
lain
Ciri sosial budaya, antara lain kecerdasan, motivasi, dedikasi, minat dan bakat. Dalam
lingkup yang lebih luas meliputi bentuk organisasi, kebiasaan dan sistem nilai budaya
lainnya.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan ciri fisik yang dibawa sejak lahir, diperoleh secara alami, dan tidak
ditentukan oleh seseorang berdasarkan pilihannya. Dapat dikatakan jenis kelamin merupakan ciri-
ciri fisik yang bersifat kodrati. Perbedaan jenis kelamin secara langsung dan tidak langsung akan
mempengaruhi peran gender antara laki-laki dan perempuan. Gender dapat dikatakan sebagai
konstruksi sosial budaya yang membedakan perlakuan dan harapan terhadap laki-laki dan
perempuan, sehingga pada akhirnya akan membedakan pembagian peran dan tanggung jawab di
antara kedua jenis kelamin yang berbeda ini.
3. Umur
Walaupun secara teoritis perbedaan umur tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam
penggolongan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat, tetapi pada
kenyataannya orang-orang yang memiliki umur/usia lebih tua ditempatkan lebih istimewa dan
memiliki hak yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Baik dalam masyarakat yang masih
tradisional maupun yang sudah lebih modern, golongan tua cenderung lebih dihargai dan dijadikan
panutan dalam berperilaku. Kata-kata yang diucapkan oleh orang tua seringkali menjadi keputusan
yang tidak bisa ditawar lagi, sehingga harus didengarkan dan dilaksanakan oleh anak- anaknya.
Bagi masyarakat tradisional, pemimpin informalnya selalu terdiri dari orang- orang yang berusia
tua, karena dianggap lebih mengerti dan berpengalaman dalam adat istiadat.
4. Intelektualitas
Perbedaan intelektualitas akan mempengaruhi perolehan hak dan kewajiban yang berbeda bagi
setiap anggota masyarakat secara horisontal, sesuai dengan kepandaian atau intelejensinya.
Intelektualitas ini menjadi bagian dari ciri-ciri biologis karena dipercaya dapat diturunkan secara
genetis. Sama halnya dengan perbedaan umur, fakta menunjukkan perbedaan intelektualitas pun
dapat berpengaruh terhadap posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. Biasanya, orang-
orang yang intelek akan menempati posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan yang
dianggap memiliki intelektualitas yang rendah. Secara tidak langsung, perbedaan intelektualitas
ini dapat mengarah pada pemberian hak-hak istimewa bagi golongan- golongan tertentu dalam
masyarakat dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan kekuasaan, sehingga pada akhirnya
dapat dimaknai sebagai suatu stratifikasi sosial.
5. Etnis
Kelompok etnis atau suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
jati diri mereka akan kesatuan kebudayaan mereka, sehingga kesatuan kebudayaan tidak
ditentukan oleh orang luar, melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan. Kriteria yang
menentukan batas- batas kebudayaan suatu suku bangsa, adalah :
(1) kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
(2) kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh identitas penduduk sendiri.
(3) kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh wilayah geografis.
(4) kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologis.
(5) kesatuan masyarakat yang memiliki persamaan pengalaman sejarah.
(6) kesatuan penduduk yang berinteraksi secara mendalam.
(7) kesatuan masyarakat dengan sistem sosial yang seragam.
Walaupun di Indonesia terdapat lebih kurang 300 suku bangsa, tetapi di antara suku-suku
bangsa yang berbeda tersebut terdapat dasar-dasar persamaan, yaitu :
(1) Dasar kehidupan sosialnya yang sama berdasarkan asas kekerabatan (kekeluargaan).
(2) Asas-asas yang sama dalam hak atas tanah (hak kepemilikan tanah).
(3) Asas-asas persamaan dalam hukum adat.
(4) Memiliki persamaan dalam kekerabatan, adat istiadat, perkawinan, dan lain sebagainya.
6. Klan
Klan adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri atas semua keturunan dari seorang nenek
moyang yang diperhitungkan melalui garis keturunan tertentu, yaitu garis keturunan dari laki-
laki/ayah atau perempuan/ibu. Selain merupakan kesatuan genealogis yang didasarkan pada
kesatuan keturunan tertentu, klan juga merupakan kesatuan religio magis (kesatuan kepercayaan)
dan tradisi (kesatuan adat). Sifat religio magis ini tercermin dalam pandangan mereka terhadap
kesakralan/kesucian hubungan kekeluargaan klan, yang ditandai dengan kesetiaan terhadap tradisi
leluhur.
Terdapat dua (2) bentuk klan utama, yakni :
(1) klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal), misalnya pada suku Minangkabau
(2) klan atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal), misalnya pada masyarakat Batak.
7. Agama
Setiap agama akan mengembangkan nilai-nilai, norma-norma, dan ajaran- ajaran agamanya
masing-masing. Dalam hubungannya dengan agama-agama lain, tidak ada suatu agama pun yang
ditempatkan lebih tinggi dibandingkan dengan agama yang lain. Namun fakta menunjukkan,
biasanya agama yang menjadi mayoritas di suatu daerah karena memiliki umat yang paling besar,
akan memperoleh lebih banyak keistimewaan. Keberadaan agama di suatu masyarakat merupakan
pengembangan dari kultur masyarakat tersebut yang selanjutnya disepakati menjadi pedoman
hidup. Agama pun muncul dari keterbatasan manusia yang tidak mampu menangkap seluruh
rahasia alam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki.
Sistem kepercayaan dan agama yang terdapat di masyarakat memiliki komponen-komponen
yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu :
(1) Emosi keagamaan, yaitu sisi irasionalitas yang dimiliki manusia yang mampu
menggetarkan jiwa dan meyakini adanya “suatu kekuatan lain” yang lebih besar dari dirinya.
(2) Sistem keyakinan yang terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia berkaitan dengan
keyakinannya atas sifat-sifat dan wujud dari “kekuatan lain” yang lebih besar tersebut.
(3) Upacara keagamaan merupakan ibadah atau ritus yang terdapat dalam kepercayaan dan
agamanya.
(4) Tempat ibadah dan peralatan ibadah.
(5) Umat yang merupakan kesatuan sosial.
8. Profesi
Profesi adalah jenis pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan teknik atau
keterampilan secara intelektual. Oleh karena itu, diferensiasi profesi mengelompokkan masyarakat
didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesi tertentu. Menurut teori, sesungguhnya tidak ada
profesi yang dianggap lebih mulia atau lebih tinggi dari yang lain. Itulah yang menyebabkan
pengelompokkan berdasarkan profesi ini dimasukkan dalam diferensiasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Idianto, M. (2005). Sosiologi Untuk SMA Kelas XI. Bogor: Duta Grafika.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar ( Edisi Baru ). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suryawati, M. K. (2003). Sosiologi Jilid 1 dan 2 Untuk SMU Kelas 2 dan 3. Jakarta: ESIS.
Sitorus, M. 2003. Berkenalan dengan Sosiologi Jilid 1 dan 2 untuk SMUKelas 2
dan 3. Jakarta: Erlangga.