Anda di halaman 1dari 17

LAPISAN LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT

Nama Kelompok 1 :
 19040 – Amelia Putri
 19054 – Julfi Aulia Putri
 19066 – Rizka Rosita
 19067 – Selvi Agustina
 19055 – Leyla Magfirota Ramadona
 19049 – Fauzahtul Utmah

AKADEMIK KEPERAWATAN PELNI


Jln. Aipda K.S Tubun No. 92-94 JAKARTA BARAT
Tahun Ajaran 2019-2020
Bab I
Pendahuluan
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.
Daftar Isi
Bab I
Bab II Pembahasan

A. Pengertian Lapisan Sosial Masyarakat


B. Dasar dan Inti Lapisan Sosial atau Stratifikasi Sosial
C. Bentuk-bentuk Lapisan Sosial
D. Karakteristik dan Sifat Stratifikasi Sosial
E. Dimensi dan Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
F. Terjadinya Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
G. Perbedaan dan Ciri Masyarakat Tradisional dan Modern
H. Perilaku Kesehatan Masyarakat Tradisional
I. Perilaku Kesehatan Masyarakat Modern
J. Perilaku Kesehatan Masyarakat di Negara Industri dan Masyarakat
Negara Berkembang

Bab III
Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Lapisan Sosial Masyarakat


Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat.
Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat itu
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat di bedakan menjadi tiga unsur,
yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan yang berada dalam
kelas atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan, dan
mungkin juga kehormatan.
Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali.
Lapisan-lapisan tersebut tetap ada sekalipun dalam masyarakat kapitalistis,
demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi mulai
ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu
organisasi bersama. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf
kebudayaan masih bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula di dasarkan
pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dengan yang di pimpin,
golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja, dan bahkan juga suatu
perbedaan berdasarkan kekayaan. Lapisan masyarakat memiliki banyak
bentuk-bentuk kongkrit. Akan tetapi, secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut
dapat di klasifikasikan ke dalam tiga macam kelas yaitu yang ekonomis,
politis, dan yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.
Umumnya, ketiga bentuk kelompok tadi mempunyai hubungan yang erat satu
dengan yang lainya, di mana terjadi saling mempengaruhi. Misalnya, mereka
yang termasuk ke dalam suatu lapisan atas dasar ukuran politis biasanya
juga merupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atas
dasar ekonomis. Dimikian pula mereka yang kaya biasanya menempati
jabatan-jabatan yang senantiasa penting. Akan tetapi hal itu tergantung pada
sistem nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat bersangkutan.
Menurut para ahli lapisan sosial, adalah:
a. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt,
Sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
b. Robert M.Z Lawang,
Penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi
kekuasaan,privele dan prestise.
c. P.J. Bouman,
Golongan masyarakat yang ditandai dengan suatu cara hidup
dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.
d. Cuber,
Suatu pola penempatan kategori kelas sosial berdasarkan hak-
hak yang berbeda.
B. Dasar dan Inti Lapisan Sosial atau Stratifikasi Sosial
Dasar terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat di sebabkan oleh
adanya yang dihargai lebih. Menurut Max Weber di dasarkan menurut dimensi
kekuasaan, hak istimewa, dan prestise. Robert M.Z. Lawang pun menurut dimensi
kekuasaan, prilivilese, san prestise. Sedangkan Soerjono Soekrno adanya empat
dasar yang dipakai yag dipakai kedalam suatu lapisan sosial antara lain,
a. Kekayaan (capital)
Seseorang yang ditempatkan pada lapisan atas biasaya mempunyai
kriteria umum, antara lain: rumah mewah, mobil mewah, kepemilikan
tanah yang luas.
b. Kekuasaan (power)
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menentukan kehendaknya terhadap orang lain. Unsur lain yang berkaitan
dengan kekusaan seperti kedudukan atau posisi, kekayaan, kepandaian,
bahkan kecurangan.
c. Kehormatan (nobility)
Keturunan bangsawan cenderung secara otomatis menyandang status
sosial orang tuanya. Biasanya ukuran kehormatan terlepas dari ukuran-
ukuran kekayaan dan kekuasaan.
d. Pendidikan (education)
Orang-orang yang memiliki pendidikan otomatis secara otomatis
menempati lapisan sosial yang lebih tinggi daripada orang yang
berpendidikan rendah, tidak mempunyai keahlian, maupun buta huruf.

C. Bentuk-bentuk Lapisan Sosial


a. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
Atas dasar kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat dalam
kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya, misalnya
1) Sistem kasta pada masyarakat Hindu yang dibagi menjadi empat kelompok
yaitu, Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra.
2) Sistem pelapisan berdasarkan ukuran keahlian menurut Astrid S. Susanto,
yaitu elit, profesional, semi profesional, tenaga terampil, tenaga semi terapil,
dan tenaga tidak terlatih atau tidak terdidik.
3) Stratifikasi dibidang pendidikan antara lain, pendidikan sangat tinggi
( profesor dan doktor), pendidikan tinggi (sarjana, dan mahasiswa),
pendidikan menengah (SLTP dan SMA), pendidikan rendah (SD), dan tidak
berpendidikan.
b. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
Menurut Mac Iver, ada 3 pola umum sistem pelapisan kekuasaan, yaitu
sebagai berikut.
1) Tipe Kasta
Lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah yang tegas dan kaku,
hampir tidak mungkin ditembus, sehingga tidak memungkinkan gerak
sosial vertikal.
2) Tipe Oligarki
Garis pemisah masih tegas, tetapi terdapat dasar pembedaan kelas
sosial ditentukan oleh kebudayaan yang diberikan kepada warga
masyarakat untuk memperoleh kekuasaan tertentu. Tipe ini dijumpai
pada masyarakat feodal yang telah berkembang.
3) Tipe Demokratis
Garis-garis pemisah antar-lapisan sifatnya fleksibel dan tidak kaku. Faktor
yang terpenting adalah kemampuan bukan kelahiran, kadang-kadang juga
keberutungan.
c. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi
Adalah pembeda anggota ,asyarakat berdasarkan pemilikan materi,
umumnya disebut dengan kelas sosial. Adapun pembagian dibagi atas tida
golongan, sebagai berikut.
1) Kelas sosial atas
Terdiri atas orang-orang kaya yang dapat memenuhi kebutuhan
hidpnya secara berlebihan.
2) Kelas sosial menengah
Terdiri atas orang-orang yang berkecukupan yang sudah bisa
memenuhi kebutuhan pokoknya (primer).
3) Kelas sosial bawah
Terdiri atas kelompok miskin yang masih belum bisa memenuhi
kebutuhan primer.
D. Karakteristik dan Sifat Stratifikasi Sosial
a. Bersifat Tertutup (close social stratification)
Adalah pelapisan sosial yang membatasi atau tidak memberi kemungkinan
seseorang pindah dari lapisan ke satu lapisan lainnya, misalnya lada masyarakat
kasta dan rasial.
b. Bersifat Terbuka (open social stratification)
Adalah pelapisan sosial yang memberi kemungkinan kepada seseorang untuk
pindah ke lapisan yang lain, baik ke atas atau kebawah sesuai dengan
kemampuan, perjuangan, ataupun usaha-usahanya.
c. Bersifat Campuran (mixed social stratification)
Adalah pelapisan sosial yang membatasi perpindahan lapisan pada bidang
tertentu tetapi memberi kesempatan untuk melakukan perpindahan lapisan di
bidang lain, misalnya seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan
terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia
memperoleh kedudukan rendah. Maka, isa harus menyesuaikan diri dengan
aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
E. Dimensi dan Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
1. Unsur Status Sosial(Kedudukan)
Dapat diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam kelompok
masyarakat.Status seseorang dapat diklasifikasikan menjadi 3(tiga) yaitu:

a) Ascribed Status

Merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah yang melekat


dalam diri seseorang,maksudnya melalui kelahiran,keturunan tanpa melalui
serangkaian usaha.Beberapa status sosial yang melekat dalam diri seseorang yang
di peroleh secara alamiah antara lain:

b) Achieved Status

Adalah kedudukan seseorang yang didapatkan melalui perjuangan.Dalam


struktur seperti itu,biasanya struktur sosial lebih terbuka,sehingga membuka peluang
bagi siapa saja untuk meraih status sosial ekonomi sesuai dengan tujuan masing-
masing.

c) Assigned Status

Adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau sekelompok orang dari
pemberian.Akan tetapi,status sosial yang berasal dari pemberian ini sebenarnya juga
tak luput dari usaha-usaha yang diperolehnya terlebih dahulu.Contoh seorang
pahlawan dihargai oleh masyarakat atas jasa perjuangannya,dibalik itu ia harus
berjuang mencapai statusnya dengan semua pengorbanan baik jiwa maupun raga.

2. Unsur Peran(Role)

Peranan(role) merupakan aspek dinamis kedudukan(status).Apabila seseorang


melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,dia menjalankan
suatu peranan.Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang
satu tergantung pada yang lain dan begitupun sebaliknya.Tak ada peranan tanpa
kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan.Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu(social-
position) merupakan unsur satatis yang menunjukan tempat individu pada organisasi
masyarakat.Peranan lebih banyak menujuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai
suatu proses.
F. Terjadinya Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Unsur – unsur dalam stratifikasi sosial adalah kedudukam (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peran merupakan unsur pokok dalam stratifikasi sosial.
A. Kedudukan (status)
Kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial.
Demikian, seseorang dapat memiliki lebih dari satu status.hal itu disebabkan
seseorang biasanya hidup dalam beberapa pola kehidupan atau menjadi anggota
dalam berbagai kelompak sosial. Misalnya, Dina seorang pelajar sebuah SMA.
Selain sebagai seorang pelajar, Dina juga menjadi ketua OSIS., dan anggota
palang merah remaja. Di rumah, Dina sebagai seorang anak, seorang kakak dari
kedua adiknya. Selain itu Dina juga menjadi sekretaris karang taruna di
kampungnya. Dengan demikian, Dina memiliki lebih dari satu status.
untuk mengukur status seseorang, menurut Pitirim A. Sorokin dapat dilihat pada
hal-hal sebagai berikut.
1. Jabatan atau peketjaan
2. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan
3. Kekayaan
4. Politis
5. Keturunan
6. Agama
Status pada dasarnya dibedakan atas status yang bersifat objektif dan subjektif.
Status yang bersifat objektif disertai dengan hak dan kewajiban yang terlepas dari
individu sementara itu, status yang bersifat subjektif adalah status yang
menunjukan hasil dari penilaian orang lain dimana sumber status yang
berhubyngan dengan penilaian orang lain tidak selamanya konsisten untuk
seseorang. Dalam masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: ascribed status dan achieved status.
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memerhatikan perbedaan seseorang karena kedudukan tersebut diperoleh
berkat kelahiran. Dengan kata lain, status yang diperoleh dengan sendirinya
atau status yang diperoleh tanpa inisiatif sendiri. Status ini dapat di bedakan
menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Kelahiran
b. Jenis kelamin
c. Umur atau usia
d. Anggota keluarga
2. Achieved status
Achieved status adalah kedudukan yang di capai seseorang dengan usaha
sendiri. Kedudukan ini misalnya setiap orang dapat menjadi hakim, dokter,
jika memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu seperti telah menempuh
pendidikan kehakiman dan kedokteran.
B. Peranan (Role)
Peran adalah perangkat harapan yang dikenakan pada individu yang menepatkan
kedudukan sosial tertentu.peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan
atau status. apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya maka dika berarti telah menjalankan suatu peran. Peran dan
kedudukan tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling
tergantung. Tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran.
Seseorang dalam masyarakat bisa memiliki lebih dari satu peran dari pola
pergaulan hidupnya. Suatu peran paling sedikit mencakup tiga hal, yaitu:
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
2.

G. Perbedaan dan Ciri Masyarakat Tradisional dan Modern


1.Masyarakat Tradisional

 Masyarakat bersifat homogen (serba sama)


Dalam satu wilayah, hampir semua golongan dalam masyarakat ini
memiliki mata pencaharian, keturunan, dan tradisi yang sama.
 Penggunaan teknologi rendah
Umumnya, masyarakat tradisional menutup diri terhadap semua
perubahan dan budaya asing, ini menjadikan penggunaan teknologi
dalam kehidupan sehari-hari juga sangat rendah.
 Jumblah anggota masyarakat sedikit
Masyarakat tradisional umumnya berada di daerah tertentu dengan
wilayah yang terbatas.
 Mobilitas/ pergerakan rendah
Sesuai dengan sifat masyarakat yang tertutup.
 Statis
Masyarakat statis, itu artinya cenderungtidak ada pergerakan ke arah
yang lebih maju.

1. Masyarakat Modern
 Heterogen
Dengan kondisi masyarakat yang lebih terbuka dengan segala hal yang
baru menyebabkan segala sesuatu menjadi lebih heterogen atau
beragam dan juga mata pencarian masyarakat lebih beragam dan tidak
lagi tergantungan pada kondosi alam.
 Penggunaan teknologi tinggi
Masyarakat modern, percayaan mereka terhadap teknologi sangat besar.
 Mobilitas tinggi
Peristiwa perpindahan dan perubahan masyarakat modern yang tinggi.
 Individualistis
Masyarakat modern kebanyakan bersifat individualistis
 Objektif
Masyarakat modern dapat mempertimbangkan segala sesuatu dengan
lebih objekti.
 Daerah tempat tinggal atau wilayah yang didiamkan
Berdasarkan wilayah, masyarakat modern tinggal secara menetap pada
suatu wilayah.
 Rumah tempat tingal
Rumah masyarakat modern cenderung lebih bervariasi sesuai dengan
selera mereka.
 Peralatan yang digunakan
Pelaratan yang dipakai oleh masyarkat modern merupakan alat yang
sudah canggih dan biasanya dibuat orang lain.
 Bahasa
Masyarakat modern menggunakan bahasa yang cenderung bervariasi
dapat berupa bahasa baku.
 Kepercayaan/keyakinan
Kepercayaan /keyakinan yang dianut oleh masyarakat modern berbagai
macam kepercayaan, agama sebagai kepercayaan pun bermacam –
macam.
 Pakaian
Pakaian yang digunakan masyarakat modern mengikuti perkembanagan
yang dipakain secara umum.
H. Perilaku Kesehatan Masyarakat Tradisional
Kesehatan merupakan hal penting dalam kaitannya dengan produktivitas seseorang.
Pada hakikatnya, setiap manusia membutuhkan kehidupan yang sehat untuk menunjang
keberlangsungan hidupnya. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan dan
merupakan hak asasi bagi setiap manusia. Hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan itu bersifat
holistik. Bukan hanya fisik melainkan jiwa dan sosial ekonomi.
Status kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dalam mendukung pembangunan di
suatu negara. Negara akan berjalan secara optimal apabila penduduk memiliki status
kesehatan masyarakat yang baik. Adanya peningkatan status kesehatan masyarakat tentu
bukan hanya tugas dari institusi kesehatan, tetapi juga integrasi dari berbagai pihak dan tidak
lepas dari dukungan masyarakat sendiri.
Jadi, seorang manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga status kesehatan
pada dirinya. Karena sumbangsih individu akan mempengaruhi tinggi rendahnya status
kesehatan masyarakat sebagai pondasi kesejahteraan.
Status kesehatan individu atau masyarakat merupakan hasil interaksi beberapa faktor
dari dalam individu tersebut (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor internal meliputi
faktor psikis dan fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor budaya, ekonomi, politik,
lingkungan fisik dan lain sebagainya.
Salah satu teori yang menjelaskan tentang status kesehatan adalah teori dari HL.
Blum. HL. Blum, dikutip Notoadmodjo (2012) dalam konsepnya menjelaskan bahwa terdapat
empat faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau suatu komunitas
masyarakat.
Beberapa faktor ini meliputi genetik dari keluarga, lingkungan sekitar seperti sosial
masyarakat, ekonomi yang berkembang, politik dan budaya setempat, perilaku termasuk gaya
hidup individu, dan fasilitas pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitas). Status
kesehatan akan tercapai bila keempat faktor tersebut berada dalam kondisi yang optimal.
Sedangkan, determinan yang paling besar mempengaruhi tinggi rendahnya status
kesehatan adalah faktor lingkungan dan perilaku. Oleh karenanya, perlu diupayakan
lingkungan yang sehat dan perilaku hidup sehat.
HL. Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan status atau derajat
kesehatan yaitu:
1. Lamanya usia harapan untuk hidup masyarakat.
2. Keadaan sakit atau cacat secara anatomis dan fisiologis.
3. Keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan fisik, sosial dan juga kejiwaan
pada dirinya.
4. Ketidakmampuan seseorang untuk bersosialisasi dan melakukan pekerjaan
dikarenakan sakit.
5. Kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi menjaga dirinya
agar selalu dalam keadaan sehat.
6. Perilaku individu secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.
7. Perilaku masyarakat terhadap lingkungan, dan ekosistem.
8. Perilaku individu atau masyarakat terhadap sesamanya, keluarga dan
komunitasnya.
9. Kualitas komunikasi antar anggota masyarakat.
10. Daya tahan individu atau masyarakat terhadap penyakit.
11. Kepuasan masyarakat terhadap lingkungan sosialnya yang terdiri dari rumah,
pekerjaan, sekolah, rekreasi, transportasi dan lain-lain.
12. Kepuasan individu atau masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya
sendiri.
Perilaku hidup sehat adalah salah satu peran penting dan berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan masyarakat. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau usaha seseorang agar dapat mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatannya, Notoadmodjo (2007).
Menurut Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2007), mengklasifi kasikan gaya hidup
sehat yaitu olah raga teratur, tidak merokok, makan dengan menu seimbang, tidak
mengonsumsi narkoba dan minuman keras, mengendalikan stres, istirahat cukup, dan
berperilaku hidup positif bagi kesehatan. Menurut Depkes (2002) indikator gaya atau perilaku
hidup sehat adalah perilaku tidak merokok, aktivitas fisik secara teratur dan pola makan
seimbang.
Human Population Laboratory di California Departemen of Health menerbitkan daftar
kebiasaan atau perilaku yang berkaitan dengan kesehatan yaitu olahraga atau aktivitas fisik
secara teratur, tidur yang cukup, makan secara teratur, sarapan yang baik, mengendalikan
berat badan, serta tidak mengonsumsi rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang (Sharkey,
2003 dalam Sulistiarini, 2018:13).
Menurut kemendiknas dalam Suharjana (2012) pola hidup sehat terdiri dari
mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mengonsumsi makanan berserat tinggi,
mengonsumsi buah dan sayur segar setiap hari, menghindari makanan yang mengandung
tinggi lemak, gula dan garam, mengonsumsi susu atau produk lainnya dari susu setiap hari,
selalu berfi kir positif, menjaga berat badan dalam batas normal, olah raga teratur, cukup
istirahat, minum air putih 1,5–2 liter perhari dan tidak merokok.
I. Perilaku Kesehatan Masyarakat Modern
 Pengertian Perilaku
a. Notoadmojo, 2003
Prilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliahm menulis, membaca dan sebagainya. Dari
uraiaan ini dapat di simpulkan bahwa yang di maksud prilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yag diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
b. Skinner
Prilaku merupaka respon atau reaksi seorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena prilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon,
maka teori skinner ini di sebut teori ‘S-O-R’ atau Stimullus-Organisme-
Respon.
c. Talcot Parsons
Prilaku merupakan reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dirinya. Penggolongan prilaku :
 Prilaku pasif/covert : (tidak terlihat oleh mata dan terwujud dalam
pikiran)
 Prilaku aktif/overt : terlihat nyata melalu tindakan (action)
Secara umum prilaku manusia adalah sekumpulan prilaku yang dimiliki oleh
manusia dan di pengaruhi dat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi,
dan genetika. Penerimaan terhadap prilaku seseorang diukur relative terhadap
norma social dan diatur oleh berbagai control social. Dalam kedokteran
prilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi factor
penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan.
Intervensi terhadap prilaku seringkali dilakukan dalam rangka penata laksanna
yang holistic dan komprehensif. Prilaku manusia di pelajari dalam ilmu
psikologi, sosiologi, dan kedokteran. Fakto-faktor yang mempengaruhi prilaku
manusia :
• Genetika
• Sikap
• Norma social adalah pengaruh tekanan social
• Control prilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit
tidaknya melakukan sesuatu prilaku
• Dan lain-lain

 Perilaku kesehatan
a. Notoarmodjo (2003) adalah suatu respon sesorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Dari batas ini, perilaku kesehatan dapat di klarifikasikan
menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance) adalah
prilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak saki dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. Prilaku pemeliharaan kesehatan
terdiri dari 3 aspek:
 Prilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan
bila sakit serta pemulihan bila sembuh
 Prilaku peningkatan kesehatan
 Prilaku gizi (makanan) dan minuman.
2. Prilaku pencarian pengobatan (helath seeking behavior) prilaku
ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan. Prilaku mulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) samapai mencari
pengeobatan keluar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila sesorang
merospon lingkungan, baik lingkungan fisik social budaya dan
sebagainya. Sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Contoh bagaimana mengelola pembuangan tinja,
air limbah sampah dll.
b. Solita sarwono prilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan
serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit .
c Bloom prilaku metupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan maysarakat.
Factor yang mempengaruhi derajat kesehatan (Bloom)

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Prilaku
dan gejala prilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut di pengaruhi
baik oleh factor genetic maupun factor lingkungan. Factor genetik adalah
modal dasar untuk memperkembangakan prilaku makhluk hidup untuk
selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan
tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua factor tersebut di sebut
dengan proses belajar.
 Kesehatan masyarakat modern
Sehat adalah dimanis statusnya yang berubah-ubah mempengaruhi
seseorang dalam tingkat fungsi fisiologis, psikologis dan dimensi kultur
social. Pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu atau lebih
dari prespektif biologis dan klinis, psikologis, sosiologis dan adaptip.
Pasien dan penyedia layanan kesehatan dapat saja mempunyai respektif
yang berbeda tentang sehat sehingga dapat saja terjadi kegiatan yang
berbeda untuk mencapai tujuan yang berbeda yang di sertai konflik atau
tidak. Hal ini di penagruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan, usia,
Pendidikan, pengalaman serta budaya pada orang tersebut sehingga
menimbulkan cara yang berbeda, dalam penatalaksanaan kesehatan tiap
orang tersebut juga berbeda.
Dalam kesehatan masyarakat modern ada kaitannya dengan budaya
karena kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Ethnomedicine mempunyai system kaitan dengan budaya dari
menyembuhkan dan parameret teori dari penyakit. Vareasi dari kontruksi
penuh arti kesebrang kultur dapat dilihat untuk menghadapi tantanagn
reductionist epidemiologi dari biomedicine (Kleiman, 1980).
Etmomedicine merupakan cabang dari ethnobotani atau antropologi
kesehatan yang mempelajari pengobatan tradisional, tidak hanya yang
berhubungan dengan sumber-sumber tertulis. (contohnya pengobatan
tradisional cina, Ayurveda) tetapi terutama pengetahuan dan praktek yang
secara oral di turunkan selama beberapa abad. Dalam ilmu pengetahuan
ethnomedicine pada umumnya di tandai dengan pendekatan antopologi
yang kuat atau pendekatan biomedical yang kuat, terutama dalam program
penemuan obat.
Kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit,
yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang
eksplisit tidak berasal dari kerangka kedokteran modern, merupakan
urutan langsung dari kerangka konseptual ahli-ahli antropologi mengenai
sitem medis non-barat rivers (medicine, magic, and religion). System
pengobatan asli adalah paranata-pranata social yang harus di pelajari
dengan cara yang sama seperti pranata-pranata social umumnya, dan
bahwa praktek-praktek pengobatan asli adalah rasional bila di lihat dari
sudut pandang yang berlaku mengenai sebab akibat.
Setelah antropoligi kesehatan berkembang, terutama dalam bidang-
bidang yang luas, konsep kesehatan internasional dan psikiatri lintas
budaya (psikiatri transcultural), kepentingan pengetahuan praktis maupun
teoritis mengenai system pengobatan non-barat semakin tampak.
Kultur dan kesehatan
Menurut Leban : antropologi kesehatan adalah studi tentang fenomena
medis.
Menurut Fabrega abropologi kesehatan adalah studi yang
menjelaskan :
1. Bebagai factor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan di
dalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan
kelompok-kelompok terkena oleh atau berespon terhadap sakit dan
penyakit.
2. Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan
terhadap pola-pola tingkah laku.
Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai
antropologi kesehatan seperti tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
antropologi kesehatan mencakup :
1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam
masalah tentang hubungan timbal balik biobudaya, antara tingkah laku
manusia dimasalalu dan masakini dengan derajat kesehatan dan
penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut, contohnya penyebab penyakit lerpa atau kusta
karena adanya perbutan dosa sehingga yang maha Kuasa mengutuknya
dengan penyakit ini

J. Perilaku Kesehatan Masyarakat di Negara Industri dan Masyarakat


Negara Berkembang
Di negara berkembang di seperti di indonesia, kesejahteraan masyarakat sangat
tergantung pada kemampuan mereka untuk mendapatkan akses pelayanan publik
seperti pelayanan ekonomi, pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Akan tetapi
karena permintaan melebihi kemampuan pemerintah untuk memenuhi maka timbul
situasi “kekurangan” sehingga diperlukan suatu pengalokasian pusat – pusat
pelayanan publik pada masyarakat yang benar- benar optimal dalam pemerataan
nya, baik dalam dimensi spasial maupun struktur sosial .
pengertian tentang masalah kesehatan tidak dapat dibatasi pada pengaruh timbal –
balik manusia dengan penyakit, tetapi juga harus mempertimbangkan variabel
kesehatan lingkungan dan sarana pelayanan kesehatan.salah satu lembaga yang
diberi tugas oleh pemerintah untuk melaksanakan pembangunan kesehatan adalah
pusat kemasyarakatan atau PUSKESMAS.
https://anakugdepok.wordpress.com/2015/11/06/lapisan-sosial-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai