Anda di halaman 1dari 8

STRUKTUR DAN STRATIFIKASI SOS1AL

Di dalam kelompok masyarakat baik lokal maupun global (mendunia), masyarakat


selalu tidak sama atau terjadi perbedaan-perbedaan. Ketidaksamaan dalam masyarakat
tersebut disebabkan oleh sumber daya yang tersedia tidak sama di semua ternpat. kemampuan
manusia juga tidak sama. Ketidaksamaan tersebut di atas mengakibatkan terjadinya
perlapisan masyarakat dalam konteks keruangan. Contoh adanya negara kaya dan negara
miskin, negara maju dan negara berkembang.
Dalam masyarakat terjadi adanya perlapisan/ strata sosial yang besar kecilnya
tergantung pada kriteria tertentu. Perlapisan sosial tersebut merupakan suatu jenis
deferensiasi sosial yang berkait dengan pengertian akan adanya jenjang secara bertingkat.
Jenjang secara bertingkat tersebut menghasilkan strata tertentu. dan ke dalam strata tersebut
warga masyarakat dimasukkan. Secara berkelompok individu-individu tadi dimasukkan ke
dalam suatu stratum tertentu, sehingga mempunyai kedudukan-kedudukan yang lebih rendah
dan ada yang lebih tinggi dapat menunjukkan kedudukan seseorang dalam kelasnya. Fakta
menunjukkan bahwa perlapisan masyarakat dapat didasarkan pada kekayaan, kehormatan.
ataupun posisi/ status. Jika ada sekelompok atau segolongan kecil dari masyarakat memiliki
barang-barang berharga dalam jumlah yang besar, maka masyarakat umumnya menganggap
mereka sebagai kelompok atau golongan yang berada pada lapisan atas. Sebaliknya dengan
mereka yang memiliki sedikit sekali atau hampir tidak memiliki ?arang sesuatu yang
berharga itu, punya kedudukan yang rendahan di mata masyarakat.
Biasanya mereka yang berada pada lapisan atas memiliki “sifat akumulatif” yang
berkenaan dengan kedudukan yang dimiliki itu. Artinya ialah bahwa mereka yang punya
banyak harta/ uang misalnya, dapat leluasa membeli tanah. lalu mereka menjadi berkuasa dan
selanjutnya mereka menjadi dihormati oleh masyarakat sekitarnya.

A. Stratifikasi Sosial
Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Sorokin bahwa pelapisan sosial
merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan
yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata
sosial. Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam klas-klas secara bertingkat
(hierarchis). Di mana perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau klas-klas tinggi, sedang
34
ataupun klas-klas yang rendah. Bouman dan Weber menggunakan istilah tingkatan atau
dalam bahasa belanda disebut stand yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara
hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi
kemasyarakatan. Dasar atau inti, sehingga dapat terjadi lapisan-lapisan dalam masyarakat ada
beberapa sebab antara lain:
• Tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban
• Kurang terpenuhinya kebutuhan daripada manusia
• Adanya kekuatan-kekuatan sosial dan pengaruhnya di antara anggota masyarakat

Stratifikasi terjadi karena makin bertambah besarnya masyarakat dan makin


banyaknya pembagian kerja dalam masyarakat. Stratifikasi dalam masyarakat mulai ada sejak
manusia mulai mengenal adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial, yang
dimulai dengan pembedaan atas sex, dimana kaum wanita hanya mengumpulkan makanan,
sedangkan kaum pria berburu. Kemudian berkembang karena setiap orang mempunyai
kemampuan keahlian berburu yang tidak sama, maka mereka yang ahlilah ingin menjadi
pemimpin, yang sekaligus menjadi kepala suku mereka, maka timbullah kepala suku dan
yang dipimpin. Oleh karena itu dalam masyarakat modern akan nampak kecenderungan ke
Stratifikasi yang lebih kompleks.
Kelompok pembagian stratifikasi sosial dapat diperoleh dari:
1. Keturunan, misalnya adanya kasta dan kelas dimana merupakan perlapisan yang hampir
tertutup; Contoh: secara teoritis. semua umat Hindu tergolong ke dalam empat kasta besar
(yang disebut warnaj. Yang pada awalnya mencakup kasta ksatria, brahma, waisya dan
sudra. yang merupakan tingkatan dari kasta tertinggi sampai terendah. Baru kemudian,
kasta Brahmana mendapat kedudukan sebagai kasta tertinggi, yang menggantikan posisi
kasta ksatria (Soerjono, Soekanto, 1983). Di luar keempat kasta tersebut ada orang Paria,
yang menduduki posisi terendah dalam masyarakat. Sub-sub kasta tersebut bersifat
tertutup karena aturan endogami. Keanggotaan suatu kasta atau sub-sub kasta didasarkan
pada kelahiran yang bersangkutan dan bersifat turun temurun (di India).
2. kekayaan (property), terjadi pengendalian terhadap barang dan pelayanan di mana
perlapisan ini bersifat terbuka:
3. kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya perlapisan
dalam pemerintahan. dan/atau dalam lembaga-lembaga masyarakat.
Sifat perlapisan masyarakat dapat tertutup, terbuka atau campuran. Yang tertutup
adalah perlapisan sosial yang berdasarkan umur, jenis kelamin dan warna kulit. Perlapisan
35
ini terjadi dengan sendirinya. Sedangkan yang terbuka terjadinya karena direkayasa yang
dimaksud untuk mencapai tujuan.
Beberapa ukuran atau kriteria sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah
sebagai berikut:
a. Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada. Barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan
sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan
digolongkan ke-dalam lapisan yang rendah. Kekayaan lersebut dapat dilihat antara
lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam bcrbelanja.
b. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempali
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat tcrlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempali lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masvarakat. Para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkulan. Penguasaan ilmu pengelahuan ini biasanya lerdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter.
insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor.

36
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang
berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan misalnya
dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

B. Sifat dan Fungsi Stratifikasi Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedak menjadi
sistem pelapisan sosial tertutup, sistem peiapisan sosial terbuka dan sistem pelapisan sosial
campuran.
1. Stratiflkasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratiflkasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal
saja. Sebagai contohnya adalah:
a. Sistem kasta. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
b. Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah
kedudukan di posisi kulit putih.
c. Feodal. Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.

2. Stratiflkasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)


Stratifilkasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota
strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh
dalam stratiflkasi terbuka adalah:
a. Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya. atau sebaliknya.
37
b. Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada
niat dan usaha.

5. Stratiflkasi Sosial Campuran


Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan
terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di
Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah.
Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta. Stratifikasi
sosial dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif. seperti nienentukan penghasilan,tingkat
kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut
prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yangmenerima anugerah penghargaan/
gelar/ kebangsawanan dan sebagainya.
3. Kriteria sistem pertentangan yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi keanggotaan
kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah-laku, cara
berpakaian dan bentuk rumah.
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem sosial
yang sama dalam masyarakat.

C. Stratifikasi Sosial Terbuka


Perlapisan yang ada dalam masyarakat yang bersifat terbuka terjadi karena:
1. rekayasa, misalnya adanya eselon yang membedakan tugas dan wewenang, hak dan
kewajiban
2. perbedaan kesukaran dari masing-masing pekerjaan atau sesuatu hak misalnya adanya
pimpinan karyawan dan lain-lain
3. perbedaan kepentingan (tanggung jawab) dari masing-masing pekerjaan. Hal ini dapat
menimbulkan kedudukan jabatan tinggi, menengah dan rendah.
Adanya perlapisan sosial dalam masyarakat dapat menimbulkan mobilitas sosial
secara vertikal maupun horisontal. Jadi perlunya perlapisan sosial tersebut adalah untuk
menunjukkan kewenangan/ hak untuk melakukan sesuatu, yang memberikan kemudahan

38
dalam hidupnya. Sistem perlapisan sosial tersebut akan memudahkan pemecahan masalah
yang timbul dalam masyarakat.
Adanya perlapisan masyarakat dalam konteks keruangan global, misalnya adanya
negara maju dan negara berkembang diperlukan organisasi masyarakat dunia, dan/atau
regional, misalnya PBB.,ASEAN, APHC dan lain-lain. Permasalahan yang terjadi antara dua
Negara, misalnya konflik Indonesia-Malaysia mengenai perbatasan, yang menyangkut
kepemilikan P. Sipadan dan Ligitan. Masalah ini diselesaikan lewat organisasi dunia PBB.

D.Struktur Sosial
Struktur sosial dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai
unsur pembentuk masyarakat. Unsur-unsur tersebul saling berhubungan satu dengan yang
lain dan fungsional. Artinya kalau terjadi perubahan salah satu unsur-unsur yang lain akan
mengalami perubahan juga. Unsur pembentuk masyarakat dapat berupa manusia atau
individu yang ada sebagai anggota masyarakat, tempat tinggal atau suatu lingkungan kawasan
yang menjadi tempat dimana masyarakat itu berada dan juga kebudayaan serta nilai dan
norma yang mengatur kehidupan bersama tersebut. Tiap unsur tersebut akan membentuk
sistem atau pola hubungan yang menjadi roh dari struktur tersebut sekaligus menunjukan
dinamika sosial yang terjadi didalamnya. Hubungan antar individu menghasilakan pola-pola
hubungan yang ada, dalam bentuk status dan peran masing-masing. Hubungan antara
individu dan kelompok akan memunculkan proses sosialisasi dan juga pola interaksi yang
ada. Sementara hubungan antara manusia dengan lingkungannya akan menimbulkan
kebudayaan baik yang bersifat material maupun kebudayaan material. Pola
hubungan-hubungan yang terjadi dari berbagai unsur kehidupan masyarakat ini akan menjadi
ciri dari masyarakat mercka sendiri yang mungkin berbeda dengan masyarakat lainnya.
Koentjaraningrat (1983:175) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang
dapat menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara itu Soeleman B.
Taneko (1983:12) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-
unsur sosial yang pokok yakni kaidah-kaidah sosial, lembaga-lernbaga sosial, kelompok-
kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial. Jika struktur sosial diibaratkan sebagai sebuah
gedung bertingkat tiga, dan atap gedung tersebut adalah kebudayaan masyarakatnya. maka
atap tersebut tidak saja sebagai atap bangunan gedung paling atas, melainkan juga atap bagi
lantai dua dan lantai satu juga. Bangunan sosial ini dapat kokoh berdiri karena adanya pola
hubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Pola tersebut adalah hubungan individu dengan
individu, hubungan individu dengan kelompok dan hubungan kelompok dengan kelompok
39
yang ada. Pola hubungan ini akan berlangsung di bawah norma dan nilai yang mereka
sepakati bersama. Misalnya dalam bangunan gedung di atas, pintu dan jendela memiliki
fungsi yang berbeda, pintu dan jendela sebagai norma yang mengatur perilaku penghuninya.
Jika dia memasuki ruangan tertentu dalam gedung tersebut mereka akan menggunakan pintu
sebagai jalan mereka memasuki ruangan dan bukan melalui jendela. Walaupun jendela dekat
dengan posisi berdiri seseorang yang akan memasuki ruangan.dan mereka bisa memasuki
ruangan melalui jendela, akan letapi hal ini tidak lazim atau tidak sesuai dengan peraturan
atau nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.
Demensi Struktural ada dua macam yaitu demensi vertical dan demensi horizontal.
Demensi vertical akan melihat masyarakat secara bertingkat. Jika itu bangunan gedung di
atas adalah tembok dengan lantai-lantainya dengan tangga sebagai penghubung antara lantai
yang ada. Sebagai kenyataan sosial dcrnensi vertical akan nampak pada stratifikasi
sosial,kelas sosial dan status sosial dalam masyarakat.

Gambar 8. Dimensi Horizontal Masyarakat


Apakah seseorang berada pada lapisan atas, menengah atau bawah dan apakan dia termasuk
pada orang yang berada dikelas alas, menengah atau bawah adalah wujud dari demensi
struktur sosial secara vertical.
Demensi horizontal biasa disebut sebagai deferensisasi atau ketidaksamaan sosial;
yaitu sualu pembedaan sosial secara horizontal dalam arti perbedaan-perbedaan tersebut tidak
mengandung perbedaan secara bertingkat, melainkan berbeda saja satu dengan lainnya.
Perbedaan tersebut walaupun dikatakan tidak mengandung unsur perbedaan secara vertical
namun dalam masyarakat sering muncul penilaian yang memandang perbedaan tersebut
dengan demensi vertical. Misalnya pekerjaan, adalah bermacam-macam dan pada hakekatnva

40
pekerjaan di dasarkan kepada nilai kemanusiaan yang sama yaitu bekerja untuk pemenuhan
nafkah bagi diri dan keluarga. Jenis pekerjaan yang ada dapat berbeda, tetapi hakekatnva
adalah sama dalam memenuhi nilai kemanusiaan tersebut. Timbul demensi vertical manakala
orang membandingkan pekerjaaan tersebut dari beberapa aspek, seperti penghasilanya yang
diperoleh, sifat pekerjaannya kasar atau halus; membutuhkan banyak tenaga atau banyak
pikiran. Pandangan demikian akan menyebabkan pekerjaan sebagai unsur deferensiasi sosial
memiliki demensi vertical.

Gambar 9. Dimensi Vertikal Masyarakat

Contoh pekerjaaan sebagai Pegawai Negeri Sipil akan lebih dihargai dari pada pekerjaan
sebagai petani demikian juga pekerjaan yang sama misalnya pegawai negeri akan
dibedakan berdasarkan jabatan yang dimiliki. Misalnya staff akan berbeda penghargaanya
dengan kepala bangunan.

41

Anda mungkin juga menyukai