Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Stratifikasi sosial adalah proses pembagian masyarakat menjadi kelompok-
kelompok yang berbeda berdasarkan status sosial, kekayaan, dan kekuasaan. Latar
belakang stratifikasi sosial melibatkan sejumlah faktor yang mempengaruhi
bagaimana masyarakat terstruktur dan bagaimana individu ditempatkan dalam
hierarki sosial.

Berikut ini adalah beberapa latar belakang yang dapat mempengaruhi


stratifikasi sosial:

1. Kekayaan dan kepemilikan: Salah satu faktor utama dalam stratifikasi sosial
adalah kekayaan atau kepemilikan. Orang-orang yang memiliki lebih banyak
aset materi, seperti tanah, properti, dan modal finansial, cenderung memiliki
akses yang lebih besar terhadap kekuasaan dan kesempatan. Hal ini dapat
menghasilkan kesenjangan ekonomi yang signifikan antara kelompok-
kelompok sosial.
2. Pendidikan: Pendidikan juga memainkan peran penting dalam stratifikasi
sosial. Individu dengan akses yang baik terhadap pendidikan berkualitas
cenderung memiliki peluang yang lebih baik untuk mencapai pekerjaan yang
lebih baik, pendapatan yang lebih tinggi, dan status sosial yang lebih tinggi.
Sebaliknya, individu yang memiliki akses terbatas terhadap pendidikan
seringkali terjebak dalam pekerjaan yang berpenghasilan rendah dan status
sosial yang lebih rendah.
3. Pekerjaan dan status pekerjaan: Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh individu
dapat menjadi faktor penting dalam stratifikasi sosial. Pekerjaan tertentu sering
kali dihargai lebih tinggi dan memiliki status sosial yang lebih tinggi,
sementara pekerjaan lain dianggap rendah dalam hierarki sosial. Misalnya,
pekerjaan di sektor profesional, seperti dokter, pengacara, atau insinyur,
cenderung memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada pekerjaan di sektor
buruh kasar atau pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah.
4. Kekuasaan politik: Kekuasaan politik juga berkontribusi terhadap stratifikasi
sosial. Individu atau kelompok yang memiliki akses dan kontrol terhadap
sumber daya politik, seperti posisi politik atau kepemilikan media, dapat
mempengaruhi kebijakan, hukum, dan distribusi sumber daya dalam
masyarakat. Hal ini dapat memperkuat ketimpangan sosial dan menghasilkan
stratifikasi yang lebih dalam.
5. Etnisitas, agama, dan gender: Identitas sosial seperti etnisitas, agama, dan
gender juga dapat mempengaruhi stratifikasi sosial. Beberapa masyarakat
memiliki struktur sosial yang didasarkan pada perbedaan etnis atau agama
tertentu, di mana kelompok-kelompok tersebut dapat mengalami ketimpangan
dalam akses terhadap kekayaan, kekuasaan, dan kesempatan. Selain itu, peran
gender juga dapat mempengaruhi stratifikasi sosial, di mana perempuan sering
menghadapi diskriminasi dan memiliki akses terbatas terhadap sumber daya
dan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Semua faktor ini saling terkait dan dapat saling mempengaruhi, membentuk
struktur stratifikasi sosial yang kompleks dalam masyarakat. Stratifikasi sosial
dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan individu dan
masyarakat secara keseluruhan, mempengaruhi kesempatan, kesejahteraan, dan
kesetaraan dalam masyarakat.Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis
tertarik untuk membuat makalah dengan judul “STRATIFIKASI SOSIAL”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial ?
2. Apa saja bentuk-bentuk stratifikasi sosial?
3. Apa saja tolak ukur stratifikasi sosial ?
4. Apa saja unsur-unsur stratifikasi social
5. Apa penyebab terjadinya stratifikasi sosial?
6. Apa saja bentuk-bentuk mobilitas sosial?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat di ketahui tujuan penulisan
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk stratifikasi sosial
3. Untuk mengetahui apa saja tolak ukur stratifikasi sosial
4. Untuk mengetahui unsur unsur stratifikasi sosial
5. Untuk mengetahui apa apa penyebab stratifikasi sosial
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk mobilitas social
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stratifikasi Sosial


Dalam Moeis (2008), stratifikasi berasal dari kata stratum (jamak:
strata) yang bermakna lapisan. Stratifikasi social sendiri dalam Singgih (2007)
didefinisikan sebagai pembedaan dan/atau pengelompokkan suatu kelompok
social secara bertingkat (hierarkis) yang didasari pada adanya suatu symbol-
simbol tertentu yang dianggap berhara dan bernilai, baik secara social, ekonomi,
politik, hukum, budaya, maupun dimensi lainnya.
Seorang sosiolog, Pitirin A. Sorokin (1957) mengatakan bahwa sistem
berlapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang
hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah
yang sangat banyak, suatu keadaan tidak semua orang bisa demikian bahkan hanya
sedikit orang yang bisa, dianggap oleh masyarakat berkedudukan tinggi atau
ditempatkan pada lapisan atas masyarakat; dan mereka yang hanya sedikit sekali
atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut, dalam pandangan
masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Atau ditempatkan pada lapisan
bawah masyarakat. Perbedaan kedudukan manusia dalam masyarakatnya secara
langsung menunjuk pada perbedaan pembagian hak-hak dan kewajiban-
kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai sosial dan perbedaan pengaruh di antara
anggota-anggota masyarakat. Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk
kehidupan bersama di dalam bentuk organisasi sosial, lapisan-lapisan masyarakat
mulai timbul. Pada masyarakat dengan kehidupan yang masih sederhana,
pelapisan itu dimulai atas dasar perbedaan gender dan usia, perbedaan antara
pemimpin atau yang dianggap sebagai pemimpin dengan yang dipimpin, atau
perbedaan berdasarkan kekayaan.
Seorang ahli filsafat, Aristoteles, pernah mengatakan bahwa dalam tiap-tiap
negara terdapat tiga unsur ukuran kedudukan manusia dalam masyarakat, yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-
tengahnya. Sedangkan pada masyarakat yang relatif kompleks dan maju tingkat
kehidupannya, maka semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan dalam
masyarakat itu, keadaan ini mudah untuk dimengerti karena jumlah manusia yang
semakin banyak maka kedudukan (pembagian tugas-kerja), hak-hak, kewajiban,
serta tanggung jawab sosial menjadi semakin kompleks pula.

B. Bentuk Stratifikasi Sosial

Menurut J. Milton Yinger dalam Moeis (2008), secara teoritis, keterbukaan


suatu sistem stratifikasi diukur oleh mudah-tidaknya dan sering-tidaknya
seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang
lebih tinggi, setiap anggota masyarakat dapat menduduki status yang berbeda
dengan status orang tuanya, bisa lebih tinggi bisa lebih rendah; sedangkan
stratifikasi sosial yang tertutup ditandakan dengan keadaan manakala setiap
anggota masyarakat tetap berada pada status yang sama dengan orang tuanya.Ilmu
sosiologi menggambarkan bahwa setidaknya ada dua bentuk dari stratifikasi
sosial.Kedua bentuk tersebut adalah:
1. Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi terbuka adalah bentuk stratifikasi yang memiliki sifat dinamis
dan memiliki kemungkinan mobilitas yang sangat besar. Maksudnya, setiap
anggota strata dapat berpindah-pindah dengan bebas dalam strata sosial, baik
vertikal maupun horizontal. Walaupun kenyataannya mobilitas ini harus
melalui perjuangan yang berat, kemungkinan untuk berpindah dalam strata ini
selalu ada. Contohnya, seseorang yang semula pekerjaannya hanya sebagai
staff biasa di bank kemudian mendapatkan promosi untuk menjadi manager di
cabangnya.

2. Stratifikasi Sosial Tertutup


Stratifikasi tertutup merupakan bentuk stratifikasi yang setiap anggota dari
stratanya sukar melakukan mobilitas vertikal. Mobilitas dalam stratifikasi ini
hanya terbatas pada mobilitas horizontal. Oleh karena itu, stratifikasi sosial ini
bersifat diskriminatif. Contohnya adalah sistem kasta yang ada pada agama
Hindu, dimana anggota masyarakatnya dikelompokkan ke dalam 4 kasta, yaitu
Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Pada sistem itu seseorang akan sulit
melakukan perpindahan kelas, karena sistem kasta didapatkan melalui garis
keturunan.

C. Tolak Ukur Stratifikasi Sosial


Stratifikasi memerlukan sebuah ukuran atau kriteria untuk memposisikan
individu ke dalam sebuah kelompok. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai
untuk menggolong- golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam lapisan-
lapisan tersebut adalah:
1. Kekayaan dan kepemilikan: Salah satu faktor utama dalam stratifikasi sosial
adalah kekayaan atau kepemilikan. Orang-orang yang memiliki lebih banyak aset
materi, seperti tanah, properti, dan modal finansial, cenderung memiliki akses
yang lebih besar terhadap kekuasaan dan kesempatan. Hal ini dapat menghasilkan
kesenjangan ekonomi yang signifikan antara kelompok-kelompok sosial.
2. Pendidikan: Pendidikan juga memainkan peran penting dalam stratifikasi sosial.
Individu dengan akses yang baik terhadap pendidikan berkualitas cenderung
memiliki peluang yang lebih baik untuk mencapai pekerjaan yang lebih baik,
pendapatan yang lebih tinggi, dan status sosial yang lebih tinggi. Sebaliknya,
individu yang memiliki akses terbatas terhadap pendidikan seringkali terjebak
dalam pekerjaan yang berpenghasilan rendah dan status sosial yang lebih rendah.
3. Pekerjaan dan status pekerjaan: Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh individu
dapat menjadi faktor penting dalam stratifikasi sosial. Pekerjaan tertentu sering
kali dihargai lebih tinggi dan memiliki status sosial yang lebih tinggi, sementara
pekerjaan lain dianggap rendah dalam hierarki sosial. Misalnya, pekerjaan di
sektor profesional, seperti dokter, pengacara, atau insinyur, cenderung memiliki
status sosial yang lebih tinggi daripada pekerjaan di sektor buruh kasar atau
pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah.
4. Kekuasaan politik: Kekuasaan politik juga berkontribusi terhadap stratifikasi
sosial. Individu atau kelompok yang memiliki akses dan kontrol terhadap sumber
daya politik, seperti posisi politik atau kepemilikan media, dapat mempengaruhi
kebijakan, hukum, dan distribusi sumber daya dalam masyarakat. Hal ini dapat
memperkuat ketimpangan sosial dan menghasilkan stratifikasi yang lebih dalam.
5. Etnisitas, agama, dan gender: Identitas sosial seperti etnisitas, agama, dan gender
juga dapat mempengaruhi stratifikasi sosial. Beberapa masyarakat memiliki
struktur sosial yang didasarkan pada perbedaan etnis atau agama tertentu, di mana
kelompok-kelompok tersebut dapat mengalami ketimpangan dalam akses
terhadap kekayaan, kekuasaan, dan kesempatan. Selain itu, peran gender juga
dapat mempengaruhi stratifikasi sosial, di mana perempuan sering menghadapi
diskriminasi dan memiliki akses terbatas terhadap sumber daya dan kesempatan
yang sama dengan laki-laki.

D. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial


1. Kedudukan atau Status,
Kedudukan atau Status diartikan sebagai posisi seseorang dalam suatu
kelompok social.Kedudukan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Ascribe Status, merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampan, serta
diperolehkarena kelahiran.
b) Achieved Status, merupakan keududukan seorang yang dicapai karena
usaha atau kemampuan yang disengaja dan tidak diperoleh atas dasar
kelahiran, sertabersifat terbuka bagi siapa saja.
c) Assigned Status, merupakan kedudukan yang diberikan karena alasan-
alasan tertentu seperti orang yang berjasa, sehingga seseorang mendapat
kedudukan yang lebih tinggi.

Dalam suatu kedudukan atau status dapat terjadi sebuah konflik yang dikenal
sebagai status konflik. Status konflik adalah pertentangan antara kedudukan-
kedudukan yang dimiliki seseorang dalam masyarakat. Status konflik terdiri
dari status konflik pribadi,antar kelompok dan antar kelas sosial.
1. Konflik Pribadi
Macam-macam konflik yang pertama adalah konflik pribadi. Konflik
ini terjadi disebabkan adanya dua individu yang saling tidak menyadari
kesalahan dari masing-masing. Dalam konflik pribadi, masing-masing
individu akan saling berusaha untuk saling menjatuhkan. Contohnya
saja perselisihan diantara ketua dan sekrertaris dalam suatu organisasi yang
diantaranya memiliki pendapat yang berbeda. Karena tidak adanya pihak
yang mengalah, maka terjadilah konflik diantara mereka.
2. Konflik Kelompok
konflik kelompok merupakan Konflik yang terjadi diantara dua
kelompok atau lebih yang memiliki tujuan yang sama namun memiliki
pendapat dan cara pandang yang berbeda. Dalam konflik ini, biasanya
menimbulkan beberapa kerugian yang sifatnya materi dan menimbulkan
kerusakan infrastruktur.
Contohnya saja tawuran antar pelajar yang terjadi di Ibu Kota yang
meyertakan banyak perserta tawuran, mengakibatkan kerusakan
infrastruktur kota seperti halte, maupun tanaman hias di pinggir jalan.
Tawuran pelajar terjadi tidak jarang karena ingin menunjukkan seberapa
kuat atau solidnya siswa sekolah tersebut atau karena salah paham.

3. Konflik Antar Kelas sosial


Macam-macam konflik yang selanjutnya adalah konflik antar kelas.
Konflik yang terjadi pada individu maupun kelompok yang berada di
tingkatan kelas yang berbeda. Kelas yang dimaksud dalam hal ini adalah
kedudukan seorang individu atau kelompok dalam masyarakat secara
vertikal. Contohya saja seperti adanya demo para buruh pabrik yang
menuntut pemilik pabrik untuk menaikkan upah yang selama ini mereka rasa
kurang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Cerminan kedudukan atau status yang sedang ditempati seseorang dapat
dilihat dari ciri-ciri tertentu, yang dalam sosiologi dikenal sebagai symbol
status. Ciri-ciri tersebut sudah melekat dan menjadi bagian dari hidupnya.
Contoh dari symbol status adalah cara berpakaian, pergaulan, cara-cara mengisi
waktu senggang, memilih tempat tinggal, berkendaraan, rekreasi, serta
kebiasaan-kebiasaan lain yang membedakannya dengan orang-orang
kebanyakan.

2. Peranan
Peranan atau role merupakan suatu aspek di mana saat seseorang
melaksanakan hak- hak serta kewajiban-kewajiban sesuai dengan
kedudukannya. Maka, peranan merupakan suatu perilaku yang diharapkan oleh
orang lain pada seseorang yang menduduki status tertentu. Sekurang-
kurangnya suatu peranan mencakup tiga hal(Singgih, 2007):
a) Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungakan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat; peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan;
b) Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi;
c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting
bagi struktur sosial.
Peranan memiliki beberapa istilah untuk menggambarkan sesuatu yang
terjadi didalamnya, yaitu:
a) Model peranan, orang-orang yang dijadikan contoh;
b) Prescribed role, peranan yang diharapkan oleh orang lain atau masyarakat;
c) Enacted role, peranan yang nyata dan sesungguhnya
d) Role distance, atau kesenjangan peranan adalah ketimpangan yang terjadi
antarakewajiban dan tujuan peran;
e) Kegagalan peran, terjadi karena individu dalam masyarakat memiliki
beragam peran yang dapat bertentangan;
f) Konflik peran, terjadi bila individu memiliki keanggotaan ganda dan
dituntut untukmelakukan peranan lebih dari satu sehingga menimbulkan
ketidakserasian.

E. Terjadinya Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial dapat terjadi dengan sendirinya maupun disusun secara
sengaja (Singgih,2007).
1. Stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya terjadi berdasarkan:
a) Umur, contoh: orang tua dan pemuda;
b) Kepandaian, contoh: orang yang berkepandaian lebih dan kurang;
c) Kekerabatan, contoh: kelompok dengan kekerabatan yang lebih dekat
mendapatwarisan yang lebih besar;
d) Gender, contoh: sistem pewarisan beberapa masyarakat menunjukkan
laki-lakimendapat warisan lebih dari perempuan.

2. Stratifikasi yang sengaja disusun contohnya adalah:


a) Stratifikasi pekerjaan, contohnya adanya atasan dan bawahan;
b) Stratifikasi ekonomi, berdasarkan penguasaan dan kepemilikan materi.
Chester I. Barnard mengemukakan pernyataannya mengenai stratifikasi
social yaitu:
a) Sistem berlapis sengaja disusun dlm organisasi formal mengejar suatu
tujuan;
b) Pembagian kedudukan pada pokoknya diperlukan secara mutlak, agar
organisasi tersebut dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan
yang dimaksud;
c) Sistem berlapis timbul karena perbedaan kebutuhan, kepentingan dan
kemampuan individu.

Nah,dengan berbagai pernyataan diatas mengenai penyebab terjadinya


stratifikasi sosial.berikut Alasan adanya keberadaan stratifikasi sosial dalam
kehidupan bermasyarakat
1.Manusia pada umumnya bercita-cita agar ada perbedaan kedudukan dan
peranan dalam masyarakat. Tetapi cita-cita tersebut terkadang tidak sesuai
kenyataan.
2.Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat-
tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong untuk melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan.
3.Masyarakat menghadapi dua persoalan yaitu pertama menempatkan
individu-individutersebut dan kedua mendorong agar mereka melaksanakan
kewajibannya.
4.Kedudukan dan peranan tertentu memerlukan kemampuan latihan terlebih
dahulu. Pentingnya kedudukan dan peranan juga tidak selalu sama.

5.Hal yang terpenting adalah individu-individu tersebut mendapatkan hak atas


kewenangan untuk melakukan tindakan. Hak-hak tersebut di lain pihak juga
mendorong individu-individu untuk memperoleh kedudukan dan peran
tertentu dalam masyarakat.

F. Mobilitas Sosial
Mobilitas social atau gerak social adalah pergerakan yang terjadi pada objek
sosial dari suatu kedudukan ke kedudukan lainnya. Terdapat dua macam
mobilitas social yaitu:
1.Gerak Horizontal
Merupakan perpindahan individu atau objek social dari suatu
kelompok social ke kelompok social lain yang sederajat. Perpindahan ini tidak
meinmbulkan perubahan dalam derajat kedudukan objek social.
2.Gerak Vertikal
Merupakan perpindahan individu atau objek social dari suatu
kelompok dari suatu kedudukan ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.
Perpindahan ini kembali dibedakan menjadi dua gerak yaitu gerak vertical naik
(social climbing) dan gerak vertical turun (social sinking).
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stratifikasi sosial merujuk pada pembedaan atau pengelompokkan masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan hierarkis berdasarkan simbol-simbol yang dianggap bernilai dalam berbagai
aspek kehidupan, seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, dan dimensi lainnya.

Terdapat dua bentuk utama dari stratifikasi sosial, yaitu stratifikasi sosial terbuka dan
stratifikasi sosial tertutup. Dalam stratifikasi sosial terbuka, setiap individu memiliki
kesempatan yang sama untuk naik ke lapisan yang lebih tinggi, didasarkan pada usaha dan
kecakapan mereka sendiri. Sedangkan dalam stratifikasi sosial tertutup, terdapat perbedaan
kesempatan untuk naik lapisan, dan faktor-faktor seperti kelahiran, usia, dan lainnya
menentukan posisi seseorang.

Terdapat beberapa ukuran atau kriteria yang digunakan dalam stratifikasi sosial, antara
lain kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Ukuran-ukuran ini digunakan
untuk menggolongkan individu ke dalam lapisan-lapisan masyarakat.

Unsur-unsur stratifikasi sosial mencakup kedudukan atau status, yang dapat dibedakan
menjadi ascribed status (kedudukan yang didapat melalui kelahiran), achieved status
(kedudukan yang dicapai melalui usaha atau kemampuan individu), dan assigned status
(kedudukan yang diberikan berdasarkan alasan tertentu). Selain itu, peranan atau role juga
merupakan aspek penting dalam stratifikasi sosial, di mana individu diharapkan memainkan
peran yang sesuai dengan kedudukannya.

Stratifikasi sosial dapat terjadi secara alami berdasarkan faktor-faktor seperti usia,
kepandaian, kekerabatan, dan gender, atau dapat disusun secara sengaja melalui pembagian
kedudukan dalam pekerjaan atau bidang ekonomi.

Mobilitas sosial adalah pergerakan individu atau objek sosial dari satu kedudukan ke
kedudukan lainnya. Gerak horizontal merupakan perpindahan antara kelompok sosial yang
sederajat, sedangkan gerak vertikal dapat berupa gerak naik (social climbing) atau gerak turun
(social sinking).

Keberadaan stratifikasi sosial dapat dijelaskan oleh berbagai alasan, seperti adanya
aspirasi untuk perbedaan kedudukan dan peranan dalam masyarakat, perlunya menempatkan
individu dalam struktur sosial, kebutuhan akan kemampuan latihan, pentingnya kedudukan dan
peranan tertentu, serta hak individu atas kewenangan dalam tindakan.

Dalam kesimpulannya, stratifikasi sosial adalah proses pembedaan dan


pengelompokkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan hierarkis berdasarkan symbol-simbol
yang memiliki nilai. Terdapat dua bentuk stratifikasi sosial, yaitu terbuka dan tertutup.
Stratifikasi sosial didasarkan pada ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu
pengetahuan. Kedudukan atau status serta peranan memainkan peran penting dalam stratifikasi
sosial.

Stratifikasi sosial dapat terjadi secara alami atau disusun secara sengaja. Mobilitas sosial
mencakup gerak horizontal dan gerak vertikal. Keberadaan stratifikasi sosial dapat dijelaskan
oleh aspirasi individu, perlunya penempatan dalam struktur sosial, kebutuhan akan latihan,
pentingnya kedudukan dan peranan, serta hak individu dalam tindakan.

Anda mungkin juga menyukai