MAKALAH
STRATIFIKASI SOSIAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Ilmu Sosial
Dasar
Dosen :
Drs. Idad Suhada, M.Pd
Buhori Muslim, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Anggota :
Andri Andriansyah (1142080007)
Hazmi Fauzi ( 1142080031)
KELAS A/ SEMESTER 2
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam perannya sebagai masyarakat terdiri dari bermacam-macam kelompok dan
memiliki beberapa ciri-ciri pembeda, yakni jenis kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan
agama atau politik, warna kulit, tinggi badan, pendapatan atau pendidikan. Hal tersebut mau
tidak mau selalu terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, kenyataan itu adalah ketidaksamaan. Beberapa
pendapat sosiologis mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai ketidaksamaan di
berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi: sebagian anggota masyarakat
mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya terjamin, sedangkan
sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Dalam dimensi yang lain
misalnya kekuasaan: sebagian orang mempunyai kekuasaan, sedangkan yang lain dikuasai.
Suka atau tidak suka inilah realitas masyarakat, setidaknya realitas yang hanya bisa ditangkap
oleh panca indera dan kemampuan berpikir manusia. Pembedaan anggota masyarakat ini
dalam sosiologi dinamakan stratifikasi sosial.
Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial seperti seseorang yang
tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari memperoleh status yang lebih tinggi
daripada status sebelumnya. Hal demikian disebut mobilitas sosial. Sistem Stratifikasi
menuruf sifatnya dapat digolongkan menjadi straifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup,
contoh yang disebutkan diatas tadi merupakan contoh dari stratifikasi terbuka dimana
mobilitas sosial dimungkinkan.
Suatu sistem stratifikasi dinamakan tertutup manakala setiap anggota masyarakat tetap pada
status yang sama dengan orang tuanya, sedangkan dinamakan terbuka karena setiap anggota
masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya, bisa lebih tinggi atau lebih
rendah. Mobilitas Sosial yang disebut tadi berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial.
Banyak sebab yang dapat memungkinkan individu atau kelompok berpindah status,
pendidikan dan pekerjaan misalnya adalah salah satu faktor yang mungkin dapat meyebabkan
perpindahan status ini.
Perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat sejak jaman perbudakan sampai revolusi
industri hingga sekarang secara mendasar dan menyeluruh telah memperlihatkan pembagian
kerja dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka diferensiasi sosial yang tidak hanya
berarti peningkatan perbedaan status secara horizontal maupun vertical. Hal ini telah menarik
para perintis sosiologi awal untuk memperhatikan diferensiasi sosial, yang termasuk juga
stratifikasi sosial. Perbedaan yang terlihat di dalam masyarakat ternyata juga memiliki
berbagai macam implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Status yang diperoleh kemudian
menjadi
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari stratifikasi sosial (pelapisan masyarakat)?
2. Apa saja fungsi stratifikasi sosial?
3. Apa dampak stratifikasi sosial?
4. Apa saja faktor terjadinya stratifikasi sosial?
5. Apa saja bentuk-bentuk stratifikasi sosial?
6. Apa saja kriteria dasar penentuan stratifikasi sosial?
BAB II
ISI PEMBAHASAN
1.Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau
“strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan
sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat.
Beberapa definisi stratifikasi sosial adalah Sebagai berikut:
a. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial Sebago perbedaan penduduk atau
masyarak kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
b. Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial Sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege, Dan prestise.
c. Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial Sebagai suatu pola yang di tempatkan diatas
kategori dari hak-hak yang berbeda.
Sejak lahir seseorang memperoleh sejumlah status tanpa memandang perbedaan antar
individu atau kemampuan. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya itu, anggota
masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan kekerabatan, dan
keanggotaan dalam kelompok tertentu, seperti kasta, dan kelas.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial (lapisan) masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali.
Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalis, demokratis,
komunis dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi, mulai ada sejak manusia mengenal
adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula
didasarkan pada perbedaan seks, perbendaan antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Golongan buangan/budak dengan golongan dan bukan buangan/budak, pembagian kerja dan
bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju
teknologi suatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem lapisan masyarakat.
Pada masyarakat-masyarakat kecil dan bersahaja, biasanya pembedaan kedudukan dan
peranan bersifat minim, karena warganya sedikit dan orang-orang yang dianggap tinggi
kedudukanya juga tak banyak baik macam maupun jumlahnya. Di dalam masyarakat yang
sudah kompleks, pembedaan kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks karena
banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat diterapkan padanya.
Bentuk –bentuk konkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Akan tetapi secara prinsipil
bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga macam yaitu yang ekonomis,
politis, dan yang didasarkan kepada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.
Selain itu, stratifikasi sosial pada masyarakat Jawa didasarkan pula atas pekerjaan
atau keturunan, yaitu golongan priayi dan golongan wong cilik. Golongan priayi adalah
orang-orang keturunan bangsawan dan para pegawai pemerintah serta kaum cendekiawan
yang menempati lapisan atas. Sedangkan golongan wong cilik antara lain para petani, tukang,
pedagang kecil, dan buruh yang menempati lapisan kelas bawah. Pada tahun 1960-an,
Clifford Geertz seorang pakar antropolog Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi tiga
kelompok, yaitu santri, abangan, dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah penganut agama
Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau menganut
Kejawen, sedangkan kaum priayi adalah kaum bangsawan.
1. Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi
pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota
masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota
masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu:
metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah
pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian
seseorang dalam bermasyarakat.
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi
sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang
disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”.
3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya
stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur stratifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan pemilikan
modal.
Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan
perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori
Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah
kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang
menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.