Beranda
Perihal
Mulia Putri
Jln. Dr. A. Sofyan Kampus Universitas Sumatera Utara – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Email : muliaputri@student.usu.ac.id
Abstrak
Abstract
PENDAHULUAN
Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu objek kajian
yang menarik untuk diteliti. Begitu pula dengan sesuatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut.
Dengan kata lain, sesuatu yang dihargai dalam sebuah komunitas masyarakat akan menciptakan
pamisahan lapisan atau kedudukan seseorang tersebut di dalam masyarakat. Pada kajian yang
dibahas dalam artikel ini, yaitu stratifikasi sosial yang terjadi antara masyarakat kuno dan
modern, kita akan dapat menemukanperbedaan yang terjadi di dalamnya, menarik sebuah
kesimpulan yang terjadi akibat stratifikasisosial.
Secara umum dapat kita pahami bahwa stratifikasi sosial yang terjadi pada zaman kuno dan
modern adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarin membutuhkan sebuah kajian yang berguna
untuk menindak lanjuti dampak-dampak yang berasal dari stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Secara harafiah stratifikasi sosial berasal dari bahasa latin yakni stratum : tingkatan dan socius :
teman atau masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan kelas-kelas secara vertikal yang
diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling
rendah. Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan
sosial adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia
akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang
tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan
teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat
menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun
orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan
tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Namun sering timbul akibat-
akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi
daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang
tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap,
ijazah palsu dan seterusnya.
1. Status
Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta,
golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang
dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dll.
Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat
yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat.
Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
1. Peran
Peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peranan. Menurut
Soerjono Soekanto di dalam peran mengandung tiga hal:
Stratifikasi tertutup :
Sistem pelapisan yang jalan masuk menjadi anggota atau warga suatu pelapisan tertentu
hanyalah melalui kelahiran.
Setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih
tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, atau turun ke pelapisan sosial yang lebih
rendah bagi mereka yang tidak cakap dan tidak beruntung.
Konflik Sosial
Stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat akan berpengaruh secara langsung ataupun tidak
langsung kepada masyarakat. Salah satu dampak dari adanya stratifikasi social adalah konflik.
Perbedaan yang ada diantara kelas sosial dapt menyebabkan terjadinya kecemburuan social
maupun iri hati. Jika kesenjangan karena perbedaan tersebut tajam tidak menutup kemungkinan
terjadinya konflik social antara kelas social satu dengan kelas social yang lain.
Konfik berasal dari bahasa Latin yakni, configere yang artinya “saling memukul”. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, konflik dapat diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan
pertentangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu proses sosial dimana dua orang atau
kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik antara lain:
adanya perbedaan kepribadian diantara mereka, yang disebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang kebudayaan.
adanya perbedaan pendirian atau perasaan antara individu yang satu dengan individu
yang lain, sehingga terjadi konflik diantara mereka.
adanya perbedaan kepentingan individu atau kelompok diantara mereka.
adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat karena adanya
perubahan nilai/sistem yang berlaku.
Bentuk-bentuk Konflik:
Konflik antarkelas
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya
kelompok sosial berdasarkan ideologo, profesi, agama, suku,dan ras. Bila salah satu kelompok
berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh:
tawuran pelajar.
Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan
generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan. Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini
banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut
generasi tua.
Disamping itu beberapa tokoh juga menyampaikan pendapat mereka tentang bentuk-bentuk
konflik :
1. Dahrendorf
Empat macam konflik, yaitu:
Peranan-peranan sosial
Kelompok-kelompok sosial
Kelompok-kelompok sosial yang terorganisasi dan tidak terorganisasi
Satuan nasional (partai politik, antara negara-negara, organisasi-organisasi internasional)
2. Soerjono Soekanto
Lima bentuk khusus konflik atau pertentangan :
Pribadi
Rasial (perbedaan-perbedaan ras)
Antara kelas-kelas sosial
Politik
Bersifat internasional
3. Ursula Lehr
Dari sudut psikologi sosial, yaitu :
Konflik memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas (beda pendapat dalam diskusi).
menyesuaikan kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial sesuai dengan
kebutuhan, meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in group solidarity) yang
sedang berkonflik.
Dampak positif lainnya yaitu : Jalan mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok,
menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru, sarana
mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat, memunculkan
sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang.
Sedangkan Dampak negatif nya adalah : keretakan hubungan antarindividu dan kelompok,
kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia, berubahnya kepribadian individu, dan
munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
Adanya stratifikasi social dalam masyarakat erat kaitannya dengan terjadinya konflik karena
masing-masing dari elemen masyarakat berusaha untuk menemati status tertentu dengan segala
cara. Konflik kekuasan merupakan konflik yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-
hari.
Meskipun seseorang memiliki hak untuk berkuasa, artinya ia memiliki wewenang, tetapi kalau
dalam dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, maka ia tidak akan
dapat melaksanakan hak itu dengan baik. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki kemampuan
mempengaruhi pihak lain, meskipun ia tidak punya wewenang untuk itu, pengaruh itu dapat
berjalan secara efektif. Untuk lebih memahami hal ini, dapat diperhatikan pengaruh tokoh
masyarakat, seperti seorang tokoh agama atau orang yang dituakan dalam masyarakat.
Terjadinya konflik antara warga Papua denga PT Freeport merupakan salah satu contoh nyata
dari penjabaran di atas. Menurut Adnan Buyung Nasution, konflik yang terjadi di Papua
merupakan konflik warisan masa lalu. Kontrak karya yang terjadi antara pemerintah dengan PT
Freeport pada tahun 70-an adalah pemicunya. Tetapi sayangnya, orang-orang “pintar” yang
dikirim ke Papua bukanlah orang yang semestinya karena justru melakukan korupsi disana.
Selain itu, orang-orang dari pemerintah memperlakukan warga Papua sebagai orang kelas nomor
dua.
Hal ini berimbas pada perasaan dianak-tirikan yang melanda orang Papua. Menurut Adnan
Buyung Nasution, orang dari pemerintah pusat yang mengurusi Freeport memiliki perasaan yang
superior. Tidak merasa warga Papua sebagai anak bangsa Indonesia juga.
Kenyataan yang terjadi di Papua sesuai dengan teori Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, dan
Robert Michels bahwa yang mendasari konflik politik dalam stratifikasi social adalah adanya
orang-orang yang memiliki kekuasaan dan orang-orang yang dikuasai. Warga Papua yang
pendidikannya masih rendah diperlakukan tidak semestinya oleh oknum-oknum pemertintahan
yang ditunjuk untuk mengurus PT Freeport.
Vilfredo Pareto,Gretano Mosca, dan Robert Michels juga menjelaskan jika pendistribusian
politik juga mendasari konflik politik dalam stratifikasi social. Di Papua, orang-orang asli Papua
justru menjadi pekerja di PT Freeport sementara yang mengelola PT itu adalah warga asing dan
orang-orang yang ditunjuk lainnya.
Sudah beradab-abad menjadi pemikiran dalam dalil politik, bahwa kekuasaan dalam masyarakat
selalu terdistribusikan tidak merata. Gaetano Mosca (1939) menyatakan bahwa dalam setiap
masyarakat selalu terdapat dua kelas penduduk: satu kelas yang menguasai dan satu kelas yang
dikuasai. Kelas pertama yang jumlahnya lebih kecil, menjalankan semua fungsi politik,
memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu,
sedangkan kelas kedua, yang jumlahnya lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama
itu. Sangat sesuai dengan peristiwa di Papua baru-baru ini.
Mengatasi Konflik
Konflik dapat diatasi dengan jalan Akomodasi. Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertikaian atau konflik, dalam rangka mencapai kestabilan. Pihak-pihak yang
berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tesebut dengan bekerja sama. Selain
itu juga dapat diatasi dengan cara pengendalian konflik melalui 3 syarat:
1. Withdrawal, menunggu sambil berusaha memahami situasi, setelah kira-kira mampu dan
yakin dapat berhasil, baru melangkah untuk mengatasinya.
2. Assertif, berusaha mengatasi secara tegas dan dengan cara yang baik, serta berusaha
membina hubungan yang baik dengan pihak lain ditandai dengan adanya kemauan baik
untuk saling mengerti.
3. Adjusting, berusaha menyesuaikan diri dengan pihak lain.
Cara-cara lain :
1. Win-win solution, setiap pihak ingin menang.Win-lose solution, salah satu ada yang
mengalah.Lose-lose solution, kedua pihak sama-sama mengalah.
2. Konsiliasi
Dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan
pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai.
3. Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik
sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator.
4. Arbitrasi
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik
sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan
memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.
5. Majority Rule
6. Stalemate
7. Elimination
8. Integration
Mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang
memaksa semua pihak.
Dan berikut beberapa contoh konflik yang pernah terjadi akibat stratifikasi sosial yaitu:
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian studi pustaka. Penulis melakukan
pengumpulan data dari berbagai sumber seperti buku dan internet, sehingga pembahasan topik
penelitian sesuai dengan teori yang mendukung.
KERANGKA TEORI
Soerjono Soekanto, proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi
tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan, yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan.
Lewis A. Coser, sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan,
dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai, atau
melenyapkan.
Gilin dan Gillin, proses interaksi sosial manusia yang saling berlawanan
(oppositionalprocess).
Robert MZ Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka
seperti nilai, status, kekuasaan, dsbnya.
Lewis A. Coser, konflik dapat memperkuat struktur hubungan-hubungan sosial.
William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, ”semakin besar permusuhan terhadap kelompok
luar, semakin besar pula integrasi atau solidaritas internal kelompok”.
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan “bagaimana alternatif penyelesaian dan cara untuk menghindari konflik
akibat adanya stratifikasi sosial”. Berdasarkan kajian teoritis jawaban dari pertanyaan itu telah
diuraikan pada bagian pendahuluan diatas.
Disamping itu untuk melengkapi kajian teoritis ini penulis juga memaparkan beberapa
pembahasan yang masih berkaitan dengan topik kajian yaitu : pengertian dari stratifikasi sosial,
dasar-dasar dan fungsi dari pembentukan stratifikasi sosial, faktor pendukung dan sifat-sifat yang
terkandung dalam stratifikasi sosial, pengertian konflik dan dampak-dampak yang ditimbulkan,
konflik yang ditimbulkan oleh stratifikasi sosial dalam masyarakat dan cara mengatasinya.
Maka, berdasarkan hasil penelitian konflik yang ditimbulkan oleh adanya stratifikasi sosial
tersebut sebenarnya masih dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Banyak alternatif
pemecahan masalah yang dapat kita gunakan misalkan cara produktif, cara tidak produktif, serta
cara-cara lainnya. Selain itu juga dibutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk menghindarkan
konflik itu sendiri. Sehingga muncul resolusi konflik sebagai usaha untuk membangun
masyarakat pluralis tanpa kekerasan.
PENUTUP
Kesimpulan
Hanya saja secara umum determinasi dari stratifikasi sosial dapat dilihat dari dimensi usia, jenis
kelamin, agama kelompok etnis atau ras tertentu, tingkat pendidikan formal yang diraihnya,
tingkat perkerjaan, besarnya kekuasaan dan kewenangan, status sosial, tempat tinggal, dan
dimensi ekonomi. Berbagai dimensi strata sosial tersebut tentunya memiliki perbedaan
pengaruhnya didalam masyarakat. Hal itu sangat tergantung pada perkembangan masyarakat dan
konteks sosial yang berlaku dalam suatu daerah.
Stratifikasi sosial pada masyarakat kuno dan masyarakat modern berbeda karena perbedaan
kriteria sosial yang digunakan, pengaruh stratifikasi sosial terhadap konflik disamping
menimbulkan dampak negatif ternyata menimbulkan dampak positif juga yakni Hal-hal yang
muncul sebagai akibat adanya perbedaan status sosial dan peranan sosial.
– Pola tindakan positif, jika tindakan itu terintegrasi dalam kehidupan kolektif dan norma-norma
sosial, sehingga mendorong terwujudnya keteraturan sosial.
– Pola tindakan negatif, jika tindakan warga masyarakat tidak terintegratif, timbul prasangka,
kecemburuan sosial dan munculnya perilaku menyimpang yang menghambat pembaharuan dan
mengganggu ketertiban masyarakat.
1. Konflik
2. Disintegrasi sosial.
Konflik yang ditimbulkan oleh adanya stratifikasi sosial ini sebenarnya masih dapat
diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Banyak alternatif pemecahan masalah yang dapat kita
gunakan misalkan cara produktif, cara tidak produktif, serta cara-cara lainnya. Selain itu juga
dibutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk menghindarkan konflik itu sendiri.
Dengan mengupas lebih dalam wawasan mengenai berbagai perbedaan sosial, ketidaksamaan
sosial, dan stratifikasi sosial yang ada di dalam berbagai masyarakat serta akibat adanya
stratifikasi sosial. Disamping itu juga memberikan landasan teori untuk memahami kaitan antara
stratifikasi sosial dengan berbagai masalah sosial yang berkembang dalam masyarakat.
Saran-saran
1. Stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis
dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan.
2. Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya
diskriminasi.
3. Tidak ada masyarakat tanpa struktur sosial, maka optimalisasi peran adalah yang terbaik
4. Kerjasama masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi dan menghindarkan
terjadinya konflik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kamanto, Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit.
2. Salim, Agus. 2006. Stratifikasi Etnik. Semarang : FIP UNNES dan Tiara Wacana.
3. Setiadi, Elly M dan Kolip Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana.
4. Simammora, Sahat. 1983. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT Bina Aksara.
5. Soemardjan, Selo. 1981. Perubahan Sosial Di Yogyakarta. Yokyakarta : Gadjah Mada
University Press.
6. Kamanto, Sumarto. 2000. Pengantar Sosiologi edisi ke-2. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
7. Vina Amalia.2013.Stratifikasi Sosial dan Contoh Permasalahannya,
http://vynalia.blogspot.com/2013/01/stratifikasi-sosial-dan-contoh.html. (diakses 4 Okt
2014).
8. Itha Mawaddah.2011. Pengaruh Stratifikasi Sosial terhadap Konflik Sosial,
http://ithaterlupa.blogspot.com/2011/12/pengaruh-stratifikasi-sosial-terhadap.html
(diakses 4 Okt 2014).
9. Agus Santosa.2009. Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik dan
Mobilitas Sosial, http://agsasman3yk.wordpress.com/2009/07/14/struktur-sosial/ (diakses
4 Okt 2014).
10. 2012. Stratifikasi Sosial dan Konflik,
http://houseofsci.wordpress.com/2012/02/27/stratifikasi-sosial-dan-konflik/ (diakses 5
Okt 2014).
11. 2012.Dampak Stratifikasi Sosial Ekonomi Terhadap Pendidikan,
http://zieandien.wordpress.com/2012/02/25/dampak-stratifikasi-sosial-ekonomi-terhadap-
pendidikan/ (diakses 5 Okt 2014).
12. Syaiful Husen.2013.Pengaruh Diferensiasi/Stratifikasi Dan Konflik Sosial,
http://syaifulhusen.blogspot.com/2013/02/4-pengaruh-diferensiasistratifikasi-dan.htm
(diakses 5 Okt 2014).
13. Bianca Haiti Dwiyaksa.2012. Makalah Sosiologi tentang Stratifikasi Sosial,
http://biancahaiti.blogspot.com/2012/03/makalah-sosiologi-stratifikasi-sosial.html
(diakses 5 Okt 2014).
14. Tugas Kampus.2014.Konflik Sosial Dan Stratifikasi Sosial,
http://tugaskampuss.blogspot.com/2010/02/konflik-sosial-dan-stratifikasi-sosial.html
(diakses 5 Okt 2014).
15. 2013. Struktur Sosial dan Konflik Sosial,
http://belajarbuatapasaja.blogspot.com/2013/02/struktur-sosial-dan-konflik-sosial.html
(diakses 5 Okt 2014).
Advertisement
Iklan
Report this ad
Report this ad