Dalam hal ini, penghargaan pada seorang individu yang menduduki serta melaksanakan tugasnya
dapat dipandang sebagai insentif yang menarik mereka untuk dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik.
Contohnya ketika ada seseorang yang memiliki keturunan keluarga kerajaan atau keraton, maka
orang tersebut berhak untuk mendapatkan gelar kebangsawanan sebagai penghargaan maupun
prestise yang ia miliki.
Contohnya adalah tingkah laku dan cara berpakaian setiap individu yang berasal dari strata sosial
yang berbeda, maka cara berpakaiannya pun berbeda. Sebab, tingkah laku dan cara berpakaian
seseorang yang berasal dari kalangan borjuis pasti akan berbeda dengan masyarakat dengan
tingkat sosial yang lain.
Pada umumnya, stratifikasi sosial terbentuk melalui dua cara yaitu secara ilmiah dengan selaras
melalui pertumbuhan masyarakat serta dengan disengaja atau direncanakan oleh manusia. Akan
tetapi, dasar-dasar yang menjadi faktor dari terbentuknya stratifikasi sosial ada empat faktor.
Berikut penjelasannya.
1. Kekuasaan
Faktor pertama adalah karena kekuasaan. Seorang individu maupun sekelompok masyarakat
yang memiliki kewenangan besar atau kekuasaan akan berada pada tingkat lapisan atas serta
bawah. Kekuasaan ini terbentuk sebab ada faktor yang mendorong lingkungan sosial untuk
menciptakan serta mempertahankannya.
Adanya kewenangan dan kekuasaan ini untuk mengukur kepemilikan kekuatan seseorang dalam
mengatur sekaligus menguasai sumber produksi atau pemerintahan. Orang yang memiliki
kekuasaan maupun kewenangan paling besar lah yang akan menempati lapisan paling atas dalam
masyarakat.
Dasar dari pembentukan stratifikasi sosial juga berkaitan dengan kekayaan seseorang. Sebab,
orang kaya cenderung bisa menguasai orang lain yang masuk dalam kategori tidak kaya dalam
masyarakat. Di sisi lain, kekuasaan serta kewenangan seseorang juga akan mendatangkan
kekayaan.
2. Kekayaan
Faktor lain yang membentuk adalah kekayaan. Sebab orang yang memiliki kekayaan atau
memiliki penghasilan tinggi akan menduduki lapisan teratas dalam masyarakat.
Kekayaan yang dimiliki oleh seseorang tersebut bisa mempengaruhi gaya hidup, jenis makanan
yang dikonsumsi, cara berpakaian, transportasi pribadi hingga kepemilikan atas barang mewah.
Kekayaan seseorang dapat diukur dari kepemilikan harta benda yang terlihat dari jumlah
materilnya. Kekayaan tersebut yang akhirnya menentukan kedudukan seseorang dalam
masyarakat. Karena, orang yang memiliki kekayaan paling banyak akan masuk dalam kelompok
masyarakat terbatas.
Sementara itu, orang yang tidak memiliki kekayaan atau jumlah kekayaannya paling rendah,
maka ia akan berada dalam lapisan sosial masyarakat paling rendah pula. Seseorang dapat
melihat kekayaan orang lain dari tempat tinggalnya, cara berpakaian, benda yang ia miliki,
kebiasaanya dalam berbelanja maupun berbagi dengan orang lain.
3. Kehormatan
Kehormatan yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya diukur dari kekayaan yang dimiliki atau
kekuasaannya. Kehormatan seseorang juga diukur dari cara pandang masyarakat terhadap orang
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Cara lain untuk mengukur kehormatan seseorang adalah dari gelar kebangsawanan yang dimiliki.
Orang yang paling disegani atau dihormati di kalangan masyarakat akan menempati lapisan
sosial paling atas.
Ukuran kehormatan seseorang akan sangat terasa pada kehidupan masyarakat tradisional. Sebab,
orang yang paling dihormati biasanya akan memberikan banyak jasanya pada masyarakat,
orangtua atau orang yang memiliki perilaku dan budi yang luhur.
Dalam masyarakat tradisional, seorang individu yang paling dihormati biasa disebut sebagai
tetua adat. Orang tersebut adalah seorang pemimpin di masyarakat yang pernah memiliki jasa
besar pada masyarakat di masa lalunya.
4.Ilmu Pengetahuan
Faktor terakhir adalah karena ilmu pengetahuan. Maksudnya, orang yang memiliki tingkat
pendidikan paling tinggi maka ia dapat menempati lapisan sosial paling atas dalam masyarakat.
Namun, tingkat pendidikan seseorang sebagai salah satu faktor pembentuk stratifikasi sosial
sering kali menjadi polemik yang akhirnya memberikan dampak negatif. Oleh sebab itu, orang-
orang memandang tingginya tingkat pendidikan seseorang dari mutu ilmu pengetahuan yang ia
miliki, tetapi hanya dari gelar akademiknya saja.
Hal inilah yang akhirnya membuat banyak orang berusaha untuk mendapatkan gelar akademik
setinggi-tingginya atau ijazah dengan berbagai cara, meskipun dengan cara yang tidak terpuji
atau tidak mementingkan ilmu pengetahuan yang didapatkan.
Karena hal inilah, ilmu pengetahuan untuk membentuk stratifikasi sosial sering kali digunakan
sebagai acuan bagi masyarakat yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Orang yang paling
banyak menguasai ilmu pengetahuan, maka ia akan berada dalam lapisan sosial teratas dalam
masyarakat.
Stratifikasi sosial dibagi menjadi tiga macam yang setiap macamnya memiliki sifat berbeda-
beda. Setiap bentuk dari stratifikasi akan menentukan kebebasan setiap individu atau anggota
masyarakat dalam strata sosial.
Meskipun mobilitas yang dibutuhkan harus melalui sebuah perjuangan yang berat, akan tetapi
kemungkinan seorang individu untuk berpindah strata sosial tetap selalu ada. Contohnya ketika
ada seorang individu yang dahulu bekerja hanya sebagai staf kantor biasa di kantornya,
kemudian ia mendapatkan kesempatan promosi jabatan sebagai manajer atau pemimpin di kantor
cabangnya.
Contoh lainnya dari stratifikasi terbuka adalah seorang anak yang bapaknya bekerja sebagai
tukang becak. Anak tersebut dengan gigih berusaha menempuh pendidikan di perguruan tinggi,
kemudian karena kecerdasan dan kemampuannya ia mendapatkan beasiswa hingga menjadi
lulusan terbaik.
Lalu ia bekerja di salah satu pekerjaan ternama. Pencapaian dari sang anak tersebut termasuk
salah satu faktor dari terbentuknya stratifikasi sosial, sebab ia mulanya berasal dari lapisan
rendah, kemudian karena berusaha ia berhasil menuju ke lapisan menengah atau teratas. Tidak
hanya itu saja, ia juga mengangkat derajat dari orang tuanya.
Kegigihan seseorang termasuk menjadi faktor dari terbentuknya stratifikasi sosial dan penentu
seseorang bisa berpindah lapisan atau tingkatan kelas dari terbawah menjadi teratas.
Contohnya seperti sistem kasta yang ada pada agama Hindu. Sistem kasta tersebut
mengelompokan anggota masyarakat menjadi empat kasta yaitu Ksatria, Brahmana, Waisya dan
Sudra. Menurut sistem kasta tersebut, seseorang akan kesulitan apabila ingin berpindah kelas,
karena kasta diperoleh dari garis keturunan seseorang.
Contoh lainnya adalah sistem kasta yang menentukan hak waris seseorang. Seperti sistem kasta
pada kerajaan Inggris atau kerajaan lain di Eropa. Seseorang yang menjadi keturunan raja
ataupun ratu maka sudah pasti mendapatkan warisan atau dapat meneruskan tahta dari sang raja
maupun ratu.
Seorang individu dapat berpindah ke lapisan atau tingkat sosial yang lain dengan cara pindah ke
daerah yang lapisan sosialnya memiliki sifat terbuka. Contohnya ketika ada seorang individu
yang memiliki kasta sudra, maka ia bisa berpindah ke daerah yang masyarakatnya tidak
mengenal atau menganut sistem kasta.
Contoh lain dari sifat campuran adalah sistem kasta di Bali yang membuat masyarakat setempat
sulit berpindah kedudukan. Akan tetapi, stratifikasi ini membuat orang yang memiliki kasta
paling tinggi di Bali lebih memiliki kebebasan untuk berubah.
Meskipun masyarakat Bali akan kesulitan untuk berpindah kasta di daerah tersebut, akan tetapi
mereka tetap bisa berpindah kedudukan dengan berpindah ke wilayah lain.