Anda di halaman 1dari 4

Kelas sosial

Stratifikasi sosial atau lapisan masyarakat merupakan sistem dimana masyarakat yang
ada pada suatu wilayah akan dibedakan antar individu atau kelompok berdasarkan status yang
ada di wilayah tersebut secara bertingkat. Biasanya stratifikasi sosial akan dibedakan dalam
beberapa kelas sosial. Kelas sosial dalam lapisan masyarakat dapat diartikan sebagai
keseluruhan orang yang ada dalam suatu tempat dan menyadari kedudukannya pada suatu
lapisan masyarakat tak terkecuali masyarakat umum. Para ahli sosiolog sedikit berbeda
pendapat mengenai istilah “kelas”. Beberapa ada yang menggolongkan stratifikasi sosial
sendiri-sendiri seperti “kelas” yang didasari dari ekonomi, “kelompok status” yang didasari
sosial, dan dasar politik termasuk “partai”. Ada juga ahli sosiolog yang menggabungkan
ketiga dasar tersebut menjadi satu dan salah satunya disebut kelas sosial. Selain ketiga dasar
tersebut, kelas sosial juga dapat didasari dari agama budaya, maupun nilai masyarakat
lainnya. Inti dari ke semua dasar tersebut adalah dari adanya sesuatu yang dianggap berharga
atau bernilai dan mampu meningkatkan tingkatnya dalam masyarakat. Biasanya dalam setiap
kelas sosial akan terdiri dari beberapa tingkatan atas, menengah, dan bawah tergantung
keadaan wilayah tersebut. (Aji, 2015) Semakin besar pengaruhnya dalam masyarakat, maka
individu atau kelompok tersebut bisa menduduki tingkatan paling atas. Selain itu, semakin ke
atas biasanya semakin sedikit individu atau kelompok yang termasuk. Hal tersebut karena
diperlukan usaha dan keinginan yang berbeda supaya menduduki tingkatan paling atas. Akan
tetapi, tingkatan individu atau kelompok bisa berubah sewaktu-waktu tinggal menunggu
siapa yang gagal dan berhasil.

Dasar lapisan masyarakat

Adanya lapisan-lapisan di masyarakat pada umumnya disebabkan karena ada sesuatu


yang dianggap berharga di wilayah tersebut sehingga derajat yang dimiliki individu atau
kelompok berbeda dari yang lainnya. Beberapa ukuran yang bisa dijadikan patokan dari
timbulnya stratifikasi sosial antara lain (Rastillah, 2020):

a. Kekayaan

Dalam masyarakat umum, semua orang pasti menginginkan kekayaan yang


melimpah. Untuk mendapatkan kekayaan, masyarakat melakukan kegiatan ekonomi agar
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya atau membeli barang yang diinginkan. Karena adanya
individu atau kelompok yang mendapatkan kekayaan yang berbeda dari yang lain, maka
terjadilah stratifikasi sosial di wilayah tersebut. Biasanya stratifikasi tersebut menjadikan
kekayaan yang dimiliki berupa uang dan barang sebagai patokan ukur. Individu atau
kelompok yang memiliki uang dan barang melimpah pastinya menduduki kelas teratas di
wilayah tersebut, begitu pun sebaliknya bagi individu atau kelompok yang kurang
mempunyai uang dan barang. Akan tetapi, patokan kekayaan di setiap wilayah bisa berbeda-
beda. Ada yang menerapkan patokan seperti di atas, ada juga yang menggunakan patokan
warisan. Warisan yang digunakan pun berbeda-beda tergantung wilayahnya. Untuk wilayah
perkotaan, warisan yang bisa dijadikan patokan adalah jumlah perusahaan yang dimiliki atau
lahan bisnis kepala keluarga tersebut. Sedangkan untuk wilayah pedesaan, warisan yang bisa
dijadikan patokan adalah jumlah lahan yang bisa dijadikan tempat produksi atau yang
lainnya.

b. Kekuasaan dan wewenang

Dalam bermasyarakat sering kali dijumpai individu atau kelompok yang memiliki
kekuasaan atau wewenang lebih tinggi di wilayah tersebut atau wilayah lain. Kekuasaan
dapat diartikan sebagai kemampuan individu atau kelompok dalam mempengaruhi orang lain
atau bisa juga mempimpin. Cakupan dasar kekuasaan dan wewenang berbeda-beda di setiap
wilayah. Ada individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan dan wewenang hanya satu
wilayah kecil, ada juga yang cakupannya lebih besar, atau di wilayah lain, tetapi dapat
mempengaruhi kekuasaan di wilayah tersebut. Meskipun begitu, dasar kekuasaan dan
wewenang kalau diibaratkan piramida, individu atau kelompok yang menempatinya selalu
semakin kecil atau sedikit. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh kekayaan. Biasanya
individu atau kelompok yang memiliki kekayaan melimpah akan memiliki kekuasaan dan
wewenang yang lebih banyak dan tinggi. Atau bisa juga kekayaan tersebut didapatkan karena
memiliki kekuasaan dan wewenang yang dianggap penting di suatu wilayah. Oleh karena itu,
adanya pengistimewaan terhadap individu atau kelompok tersebut maka stratifikasi sosial
bisa muncul. Semakin penting dan berkuasanya individu atau kelompok, semakin tinggi pula
tingkat stratifikasi sosialnya dalam masyarakat.

c. Kehormatan

Di suatu masyarakat, pasti ada individu atau kelompok yang dihormati keberadaanya
karena peran yang dimiliki berpengaruh di wilayah tersebut. Bisa dalam hal agamis, sosial,
budaya, politik, atau bahkan pendidikan. Dalam hal agamis, keberadaan pemuka agama
sangatlah penting di suatu wilayah. Pemuka agama tersebut dihormati karena perannya dalam
menyebarkan agamanya di wilayah tersebut sekaligus mengatasi masalaah yang berkaitan
dengan agama supaya tidak terjadi perpecahan. Dalam hal sosial, pemimpin tiap tingkatan
wilayah dihormati karena perannya dalam mengurusi wilayah tersebut agar warganya
makmur. Lalu dalam bidang budaya, seniman juga sering kali dihormati karena perannya
dalam menjaga kelestarian budaya yang dimiliki oleh wilayah tersebut supaya tidak
menghilang. Dalam bidang politik juga, keberadaan partai dapat dihormati apabila partai
tersebut mampu meneruskan aspirasi-aspirasi warga sekitar ke tingkatan yang lebih tinggi.
Kemudian dalam bidang pendidikan bisa dari adanya individu atau kelompok yang mampu
memecahkan permasalahan sehari-hari tergantung bidangnya. Dasar kehormatan sering kali
tidak berhubungan dengan dasar kekayaan dan kekuasaan. Karena ukuran kehormatan
individu atau kelompok didapatkan dari pengakuan orang lain bukan dari dirinya sendiri.
Semakin mendapat pengakuan bahwa individu atau kelompok tersebut pantas dihormati,
maka semakin tinggi pula tingkat stratifikasi sosialnya.

d. Ilmu pengetahuan

Keberadaan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Dengan


didapatkannya ilmu pengetahuan yang cukup, maka permasalahan sehari-hari dapat diatasi
dengan baik dan lancar. Selain itu, dengan memiliki pendidikan yang cukup, maka sifat
kedewasaan dan tanggung jawab dapat terbentuk dengan baik. Ilmu pengetahuan tidak
melulu tentang membaca dan langsung mengerjakan, tetapi ada proses-proses yang harus
ditempuh agar permasalahan yang ada dapat teratasi tanpa menimbulkan masalah baru.
Sistematika atau proses-proses pengetahuan antara lain realita, logika atau penalaran,
permasalahan, metodologi pengetahuan, pengamatan, dan pembuktian. Selain itu, hasil yang
didapatkan juga harus bersifat rasional, empiris, berdasarkan fakta, umum, dan akumulatif.
Tentunya tingkat pendidikan yang dimiliki individu atau kelompok dalam suatu masyarakat
berbeda-beda, maka dari itu terciptalah tingkatan stratifikasi sosial.

Mobilitas Sosial (Social Mobility)

Individu atau kelompok dalam suatu tingkatan kelas bisa jadi tidak selamanya akan
menempati tingkatan tersebut. Mereka bisa berpindah baik ke atas atau ke bawah tergantung
usaha mereka dalam hal mendapatkan sesuatu atau karena kehilangan sesuatu yang berharga.
Perpindahan tersebut disebabkan oleh adanya mobilitas sosial. Pengertian mobilitas pada
umumnya adalah gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam konteks
mobilitas sosial, pengertian tersebut menjadi perpindahan kelas atau mungkin tingkatan kelas
satu ke kelas atau tingkatan kelas lainnya, bisa lebih baik atau lebih buruk. Akibat dari
adanya mobilitas sosial ini, terciptalah sifat stratifikasi sosial tertutup dan terbuka. Pada
stratifikasi terbuka, adanya mobilitas sosial di suatu masyarakat sangat besar. Hal tersebut
karena individu atau kelompok dapat menaikkan tingkatannya dengan usahanya sendiri atau
turun akibat perbuatannya sendiri. Sedangkan pada stratifikasi tertutup, kemungkinan adanya
mobilitas sosial sangat kecil atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena patokan yang
dipakai salah satunya adalah darimana individu atau kelompok tersebut lahir. (Aji, 2015)

Jenis mobilitas sosial ada dua, yaitu vertikal dan horizontal. Mobilitas sosial
horizontal adalah perpindahan individu atau kelompok dari suatu kelas ke kelas lainnya,
tetapi masih memiliki tingkatan yang sama. Jadi mobilitas sosial horizontal hanya berpindah
kelas saja dan tidak merubah struktur tingkatannya. Sedangkan mobilitas sosial vertikal
adalah perpindahan individu atau kelompok dari suatu tingkatan kelas ke tingkatan kelas
lainnya. Bisa dikatakan mobilitas sosial tertutup yaitu perpindahan derajat individu atau
kelompok dari yang rendah ke tinggi atau sebaliknya. Mobilitas sosial vertikal dibagi lagi
menjadi dua, yaitu naik (social climbing) dan turun (social sinking). Bentuk social climbing
ada dua, yaitu masuknya individu atau kelompok tingkat rendah kedalam tingkatan yang
lebih tinggi dan terbentuknya kelompok yang ditempatkan pada tingkatan tertinggi dari
kelompok-kelompok sebelumnya. Sedangkan bentuk social sinking juga ada dua, yaitu
individu atau kelompok yang turun ke tingkatan yang lebih rendah dan turunnya tingkatan
kelompok akibat disintegrasi. (Depita, 2019)

Rastillah, R. (2020). Pengaruh Stratifikasi Sosial Terhadap Pelayanan Publik di Kantor Desa
Kalosi Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang. Praja: Jurnal Ilmiah
Pemerintahan, 8(2), 101-111.

Depita, D. (2019). Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Desa


Runyai Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Way Kanan. Skripsi. Fakultas Usluhuddin dan
Studi Agama. UIN Raden Intan Lampung).

Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi Sosial dan Kesadaran Kelas.Jurnal Sosial dan Budaya
Syar’i. 02(01) : 31-48.

Anda mungkin juga menyukai