Anda di halaman 1dari 13

Lapisan-Lapisan

Masyarakat
Deswita Safitri 021120003
Definisi Stratifikasi Sosial Stratifikasi berasal dari kata stratum atau stratayang berarti lapisan
dan fikasi (fication) bahasarumanianya facere yang berarti membuat. Dua katatersebut dapat
mengartikan stratifikasi sebagai pembuatan lapisan. Stratifikasi sosial adalah lapisanyang dibuat oleh
masyarakat yang ada, gunanyasebagai pemersatu, penggolongan individu yangberbeda, sebagai alat
untuk menyusun, sertamenyelenggarakan kepentingan masyarakat.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi pelapisan sosial sendiri adalah tingkat umur , kepandaian ,
sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan harta kekayaan.Selain hal ini
pelapisan sosial bisa terjadi karena disengaja disusun sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu, dan hal ini biasanya terjadi berkaitan dengan pembagian kekuasan maupun kewenangan resmi
tetapi sebagian seperti kemiliteran hal ini diadakan untuk mempermudah garis komando.
Pengertian Strafikasi Sosial menurut Para Ahli
1. Stratifikasi sosial menurut Pitirim Sorokin adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
2. Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification mengatakan bahwa
sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang
hidup teratur.
3. Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi
kekuasaan, privilese dan prestise.
4. Statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
5. Stratifikasi sosial menurut Astried S. Susanto adalah hasil kebiasaan hubungan antarmanusia secara
teratur dan tersusun sehingga setiap orang mempunyai situasi yang menentukan hubungannya
dengan orang baik secara vertikal maupun mendatar.[3]
6. Stratifikasi sosial menurut D. Hendropuspito adalah tatanan vertikal berbagai lapisan sosial
berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan.
Dasar-Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial

Dalam garis besarnya ialah bahwa pelapisan sosial yang ada di dalam masyarakat terjadi
karena ada sesuatu yang dianggap lebih oleh masyarakat tersebut berupa kekayaan, kekuasaan,
pendidikan, dan keturunan. Namun ada ukuran yang menjadi dasar dimasukannya indiviu dalam
suatu tingkatan yang tidak bersifat kumulatif.Misalnya apabila seorang memiliki harta, individu
ini dengan sangat mudah mendapatkan pendidikan yang tinggi sehingga dia dapat masuk pada
tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, akan tetapi bila yang terjadi sebaliknya, maka individu
tersebut tetap berada pada tingkatannya.
1. Ukuran kekayaan
Ukuran kekayaan adalah kepemilikan harta benda seseorang dilihat dari jumlah materiil
saja.Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat
 ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia
akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak
mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat
dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi
kepada sesama
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Ukuran kekuasaan dan wewenang adalah kepemilikan kekuatan atau power seseorang dalam
mengatur dan menguasai sumber produksi atau pemerintahan. [6] Seseorang yang mempunyai
kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan
sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran
kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain
yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat diukur dari gelar kebangsawanan atau dapat pula diukur dari sisi
kekayaan materiil. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari
sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada 
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya
kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter,
insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun
sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang
yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan
sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja.
Contoh: -Sistem kasta.  Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.-Rasialis. 
Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit
putih.-Feodal.  Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh:-Seorang
miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.-Seorang yang tidak/kurang
pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial c a m p u r a n m e r u p a k a n kombinasi antara stratifikasi tertutup dan
terbuka. Misalnya, seorang Bali b e r k a s t a Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali,
namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta. 
Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial di Masyarakat

Ada berbagai macam bentuk stratifikasi sosial di masyarakat, secara umum bentuk stratifikasi
sosial dapat dibagi berdasarkan ekonomi, sosial, dan politik.
1. Berdasarkan kriteria ekonomi.
Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi 3 golongan dan menjadikannya
sebuah bentuk piramida, dimana golongan pertama adalah golongan sangat kaya, golongan kaya,
dan golongan miskin.
2. Berdasarkan kriteria sosial (status sosial).
Menurut Ralph Linton, status diartikan sebagai “a collection of rights and duties” atau suatu
kumpulan hak dan kewajiban. Linton membagi status menjadi tiga yaitu:1. Ascribed status.2.
Achieved status.3. Assigned status.
3. Berdasarkan kriteria politik.
pelapisan politik yang dilihat dari segi wewenang dan kekuasaan seseorang. Jadi wewenang
adalah hak untuk memengaruhu karena didukung oleh adanya norma atau peraturan yang
menentukan keteraturan dalam masyarakat. Menurut Maclver, terdapat tiga pola umum dari sistem
lapisan kekuasaan, yaitu:1.tipe kasta (garis pemisah antar kelas yang kaku)2.tipe oligarki(perbedaan
lapisan yang tidak mencolokk)3.tipe demokratis(garis pemisah bersifat dinamis)
Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial dalam
Masyarakat
Dalam suatu masyarakat, stratifikasi sosial terdiri atas dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan
peranan (role).
● Kedudukan (Status)
Status atau kedudukan adalah posisi sosial yang merupakan tempat di mana seseorang
menjalankan kewajibankewajiban dan berbagai aktivitas lain, yang sekaligus merupakan tempat bagi
seseorang untuk menanamkan harapan-harapan. Dengan kata lain status merupakan posisi sosial
seseorang dalam suatu hierarki.
Ada beberapa kriteria penentuan status seperti dikatakan oleh Talcott Parsons, yang
menyebutkan ada lima criteria yang digunakan untuk menentukan status atau kedudukan seseorang
dalam masyarakat, yaitu kelahiran, mutu pribadi, prestasi, pemilikan, dan otoritas.
Sementara itu, Ralph Linton mengatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat kita mengenal tiga
macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.
1. Ascribed Status
Ascribed status merupakan status yang diperoleh seseorang tanpa usaha tertentu. Status sosial ini
biasanya diperoleh karena warisan, keturunan, atau kelahiran. Contohnya seorang anak yang lahir dari
lingkungan bangsawan, tanpa harus berusaha, dengan sendirinya ia sudah memiliki status sebagai
bangsawan.
2. Achieved Status
Status ini diperoleh karena suatu prestasi tertentu. Atau dengan kata lain status ini
diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar
keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta
mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya seseorang dapat menjadi hakim setelah menyelesaikan
kuliah di Fakultas Hukum dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang memerlukan usaha-
usaha tertentu.
 
3. Assigned Status
Assigned status adalah status yang dimiliki seseorang karena jasa-jasanya terhadap pihak
lain. Karena jasanya tersebut, orang diberi status khusus oleh orang atau kelompok tersebut.
Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, peraih kalpataru atau adipura, dan lainnya.
• Peranan (Role)
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Dalam kehidupan di masyarakat,
peranan diartikan sebagai perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena
tidak ada peranan tanpa status, dan tidak ada status tanpa peranan.
Interaksi sosial yang ada di dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan
individu dalam masyarakat. Ada tiga hal yang tercakup dalam peranan, yaitu sebagai berikut.

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang
dalam masyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi

3. Peranan merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Setiap manusia memiliki status atau kedudukan dan peranan sosial tertentu sesuai dengan
struktur sosial dan pola-pola pergaulan hidup di masyarakat. Dalam setiap struktur, ia memiliki
kedudukan dan menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukannya tersebut. Kedudukan dan
peranan mencakup tiap-tiap unsur dan struktur sosial. Jadi, kedudukan menentukan peran, dan peran
menentukan perbuatan (perilaku). Dengan kata lain, kedudukan dan peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat, serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat
kepadanya. Semakin banyak kedudukan dan peranan seseorang, semakin beragam pula interaksinya
dengan orang lain. Interaksi seseorang berada dalam struktur hierarki, sedangkan peranannya berada
dalam setiap unsur-unsur social tadi. Jadi hubungan antara status dan peranan adalah bahwastatus atau
kedudukan merupakan posisi seseorang dalam struktur hierarki, sedangkan peranan merupakan
perilaku actual dari status.
Terimakasi

Anda mungkin juga menyukai