Anda di halaman 1dari 15

Tugas Administrasi Kesehatan

Makalah Tentang Bentuk Implementasi Dari Kerjasama


Lintas Sektor Antara Dinas Kesehatan Dengan
Pengelolaan Daerah Pada Program Kesehatan
Lingkungan
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

Tugas Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Administrasi Kesehatan

Dosen Pengampu :

Anom Dwi Prakoso, SKM,MKM

Disusun Oleh :

Nama : Deswita Safitri

NIM : 021120003

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI KESEHATAN

INSTITUT MEDIKA Drg. SUHERMAN

TAHUN 2020

Jalan Raya Industri Pasir Gombong, Jababeka Cikarang – Bekasi 17530

Telp.(0218) 9111110 Email: info@imds.ac.id

Website : www.imds.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunianya saya bisa menyelsaikan makalah ini dengan waktu yang
telah ditentukan. Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini menyangkut
tentang “Implementasi Dari Kerjasama Lintas Sektor Antara Dinas Kesehatan
Dengan Pengelolaan Daerah Pada Program Kesehatan Lingkungan.”

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sekalian


yang telah membantu saya untuk membuat makalah ini. Terutama untuk dosen
yang telah membantu mengarahkan saya dalam memberikan masukan untuk
mengembangkan makalah ini.

Demikian hal ini saya sampaikan agar kiranya makalah ini dapat berguna
bagi siapa saja dan tidak merugikan siapapun. Terima kasih.
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. PENDAHULUAN.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................6
C. Tujuan Makalah...................................................................................................6
D. Manfaat Makalah.................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................8
A. Kerjasama Lintas Sektor.....................................................................................8
B. Hubungan Kerjasama Lintas Sektor dinas kesehatan daerah pengelolaan
daerah pada program kesehatan lingkungan............................................................9
BAB III KESIMPULAN................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................13
Daftar Pustaka...............................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Masalah lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di perdesaan
adalah masalah bersama dan secara kolektif hal ini menjadi masalah
nasional. Untuk dapat mewujudkan penanganan hal tersebut diatas,
diperlukan komitmen berbagai pihak untuk mengubah pendekatan
pembangunan yang selama ini terlalu berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi semata tanpa memperhitungan batasan toleransi daya dukung
lingkungan ataupun ekologi.

Program ini memerlukan dukungan tidak hanya dari kalangan


pemerintah atau birokrat tetapi juga dunia usaha dan masyarakat.
Pemerintah memandang perlu untuk melakukan intervensi terhadap
penanganan masalah lingkungan mengingat situasi dan kondisi yang ada
tidak mengalami perbaikan justru mengalami penurunan kualitas
lingkungan. Hal ini makin dipercepat dengan adanya pelaksanaan
otonomi daerah dalam bidang lingkungan. Tidak ada common platform
yang jelas diantara daerah otronom dalam menangani masalah lingkungan
hidup. Demikian pula kurang ada law enforecement dalam masalah
lingkungan hidup secara transparan. Keberhasilan program ini akan
sangat tergantung dari sejauhmana pelaksanaan kepemerintahan dan
pengelolaan pembangunan yang baik (good governance and management)
dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan
masyarakat secara bertanggung jawab.

Berbagai kepentingan yang diusung oleh individu, kelompok atau


organisasi yang saling berinteraksi dalam kehidupan sosial, dapat berjalan
serasi, tetapi pada suatu ketika mungkin akan saling berbenturan.
Manakala kepentingan-kepentingan yang saling berlawanan tidak mampu
diakomodir melalui kesepakatan atau dukungan sistem pranata dan
mekanisme sosial yang berlaku, besar kemungkinan benturan kepentingan
yang tajam akan mengarah menjadi konflik. Konflik dapat terjadi secara
horizontal yang melibatkan kelompok-kelompok di dalam masyarakat,
bisa juga secara vertikal di mana suatu kelompok berhadap-hadapan
dengan pemerintah.

Lingkungan adalah suatu hal yang penting dalam siklus kehidupan


manusia. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 butir (1),
menyatakan : “Lingkungan hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain “.
Lingkungan sebagai sumber daya merupakan aset yang dapat
mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat
(3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,menyatakan : “
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan
untuk sebesar-bersarnya kemakmuran rakyat”.

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Buton Utara Tahun 2016-2021 merupakan bentuk pelaksanaan
Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Undang-undang ini secara substansi
mengamanatkan penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah untuk
periode 5 (lima) tahun. Selain itu juga sebagai instrumen untuk menyusun
dan mengukur kinerja sesuai tugas dan fungsi OPD. Rencana Strategis
Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan OPD yang tidak
terpisahkan dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Renstra OPD disusun sebagai penyempurna dari
dokumen RPJMD. Rancangan akhir Renstra OPD menjadi perpanjangan
dari RPJMD yang sudah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Proses penyusunan Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup


memuat latar belakang, landasan hukum, tujuan dan sasaran, strategi,
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai tugas pokok dan
fungsi Dinas Lingkungan Hidup dengan berpedoman kepada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Buton
Utara Tahun 2016- 2021. Pertimbangan yang dipakai dalam pembuatan
Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup adalah lingkungan internal
dan eksternal. Lingkungan Eksternal yaitu program Kepala Daerah
terpilih, kondisi objek urusan Dinas Lingkungan Hidup, kemudian kondisi
lingkungan regional yang merupakan penelaahan Renstra Dinas
Lingkungan Hidup dengan Renstra Provinsi Sulawesi Tenggara, dan
lingkungan nasional yang berisi penelaahan dengan Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup. Sedangkan lingkungan internal yaitu kondisi internal
dari Dinas Lingkungan Hidup yang meliputi sumber daya manusia (SDM),
sarana dan prasarana dan juga kebijakan Dinas Lingkungan Hidup.

Sehingga dalam makalah ini akan membahas tentang Implementasi


Dari Kerjasama Lintas Sektor Antara Dinas Kesehatan Dengan
Pengelolaan Daerah Pada Program Kesehatan Lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:

1. Apa itu Kerjasama lintas sektor ?


2. Apa tugas dan fungsi dari dinas kesehatan daerah pengelolaan
daerah pada program kesehatan lingkungan?
3. Apa kaitan kerjasama lintas sektir dengan dinas kesehatan daerah
pada program kesehatan lingkungan?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan masalah yang terdapat dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui apa itu Kerjasama lintas sektor ?


2. Mengetahui tugas dan fungsi dari dinas kesehatan daerah
pengelolaan daerah pada program kesehatan lingkungan?
3. Mengetahui kaitan kerjasama lintas sektir dengan dinas kesehatan
daerah pada program kesehatan lingkungan?

D. Manfaat Makalah
Adapun manfaat makalah ini sebagai berikut:

1. Sebagai media pembelajaran


2. Sebagai bahan ajar bagi tenaga pengajar
3. Menambah wawasan bagi para pembaca
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerjasama Lintas Sektor
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan
antara beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan
yang sama. Kerja sama lintas program yang diterapkan di puskesmas
berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di puskesmas.
Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja
sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama lintas sektoral.
(WHO,1998) Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang
di luar sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi
faktor yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga
ikut serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan,
dan interpretasi informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan
merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari
sektor yang berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu
masalah agar hasil yang tercapai dengan cara yang lebih efektif,
berkelanjutan atau efisien dibanding sektor kesehatan bertindak sendiri.
Prinsip kerja sama lintas sektor melalui pertalian dengan program di
dalam dan di luar sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih
besar terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan
praktek organisasi sektor-sektor yang berbeda. (WHO, 1998)

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan


diperlukan kerja sama lintas sektor yang mantap. Demikian pula
optimalisasi pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, menuntut adanya
penggalangan kemitraan lintas sektor dan segenap potensi. Kebijakan dan
pelaksanaan pembangunan sektor lain perlu memperhatikan dampak dan
mendukung keberhasilan program kesehatan. Untuk itu upaya sosialisasi
masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan kepada sektor lain
perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerja sama lintas
sektor harus dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan
dan pengendalian, sampai pada pengawasan dan penilaiannya (Renstra
Depkes 2005-2009). Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kerjsasama lintas sektor penganggulangan yang meliputi anggaran,
peraturan, komunikasi, komitmen, peran, dan tanggung jawab. Masalah
anggaran sering membuat beberapa institusi membentu kerja sama.
Pengendalian melalui manajemen lingkungan memerlukan kejelasan yang
efektif antara sektor klinis, kesehatan lingkungan, perencanaan
pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat setempat. (Renstra
Depkes 2005-2009) Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujuan
serta penetapan kepercayaan yang lebih tinggi dan tanggung jawab timbal
balik untuk tujuan bersama. Peran dan tanggung jawab menunjuk
masalah siapa yang akan melakukan keseluruhan kerja sama. Semua kerja
sama memerlukan struktur dan proses untuk memperjelas tanggung
jawab dan bagaimana tanggung jawab tersebut dikerjakan. (Renstra
Depkes 2005-2009).

B. Hubungan Kerjasama Lintas Sektor dinas kesehatan


daerah pengelolaan daerah pada program kesehatan
lingkungan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja
sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI)
meliputi :

a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi minimal antara


dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra”
atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.

c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,


kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.

Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau


organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan
melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang
berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan
masingmasing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan.(Ditjen P2L & PM, 2004).

Menurut Phillips El Ansori (2001), dalam peningkatan dampak kemitraan


agar lebih baik dipengaruhi oleh faktor personal, adanya hambatan dari
personal,faktor kekuasaan, faktor organisasional, hambatan dalam
pengorganisasian, danfaktor lainnya. Faktor-faktor tersebut akan
mempengaruhi kepuasaan danpeningkatan keefektifan komitmen serta
keberhasilan aktivitas atau kegiatan. (Anshori, 2001).

Lingkungan hidup seharusnya dikelola dengan baik agar dapat


memberikan kehidupan dan kesejahteraan bagi manusia. Adapun tujuan
pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan


hidup sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.

2. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

3. Terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup


4. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi
sekarang dan mendatang.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, tentang RPJPN 2005-


2025 bahwa prioritas pembangunan kesehatan dilakukan melalui kegiatan
perbaikan lingkungan, dan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang
RPJMN 2010–2014, bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan promotif
dan preventif, kesehatan lingkungan ditujukan untuk menurunkan kasus
gizi buruk serta menurunkan angka kematian ibu dan balita. Program
promotif lebih mengutamakan peningkatan pendidikan dan pengetahuan
kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai kesadaran, kemauan
dan kemampuan untuk hidup sehat. Program preventif lebih menekankan
pada pencegahan penyakit melalui perbaikan kualitas dan kesehatan
lingkungan. Pilihan program kesehatan lingkungan di puskesmas
perkotaan dan perdesaan dilakukan karena beberapa alasan. Sanitasi
sekolah merupakan program kesling pilihan puskesmas perkotaan dan
perdesaan karena dianggap penting, mengingat sekolah merupakan
tempat berkumpulnya murid sekolah atau tunas bangsa dalam menuntut
ilmu, sehingga sangat perlu mendapatkan lingkungan sekolah yang sehat,
bersih dan nyaman serta bebas dari ancaman penyakit bagi pengguna
sekolah, baik pelajar, guru, pegawai lainnya dan masyarakat. Hal ini sesuai
Kepmenkes RI No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan.

Terkait dengan TTU, UU Nomor 36, Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal
165 menyatakan bahwa,” Pengelolaan tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja”, sehingga sangat tepat
pengawasan TTU atau tempat kerja yang telah dilakukan puskesmas di
Kabupaten Tuban. Pelaksanaan pemeriksaan sanitasi tempat pengolahan
makanan dan minuman (TPM) yang sudah dilakukan oleh puskesmas
perdesaan (93%) di Kabupaten Tuban dan puskesmas perkotaan (67%).
Pengawasan sanitasi pengelolaan makanan dan minuman sangat penting
dilakukan, agar dapat melindungi masyarakat dari makanan dan
minuman yang tidak sehat atau berbahaya yang dapat menimbulkan
penyakit dan penularan penyakit. Hal ini sejalan dengan kebijakan
Kemenkes RI melalui Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003
tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan pada
Pasal 1 adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat
dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan. Dalam aspek pengawasan sanitasi
rumah tangga termasuk pemeriksaan jentik nyamuk, dilakukan oleh 90%
puskesmas di perdesaan, dan 33% puskesmas di perkotaan. Pengawasan
sanitasi rumah tangga (perumahan), sangat penting dilakukan karena
rumah berpengaruh besar terhadap peningkatan derajat kesehatan
keluarga dan masyarakat.

Kepmenkes No. 829/tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan


Perumahan menyatakan kesehatan perumahan bertujuan untuk
melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan
rumah tinggal yang tidak sehat. Pelaksanaan pengawasan rumah sehat
meliputi aspek lingkungan perumahan dan kondisi rumah tinggal
tersebut. Pengawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah
dilakukan oleh puskesmas yang wilayah kerjanya terdapat TPA. Di setiap
kabupaten/ kota jika wilayah kerjanya tidak mempunyai TPA, maka tidak
perlu melakukan pengawasan sanitasi TPA. Hal ini terjadi khususnya di
puskesmas perdesaan, karena umumnya masyarakat memusnahkan
sampah dengan di buang ke tegalan untuk pupuk humus tanaman atau di
bakar. Pengendalian TPA untuk mencegah berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, kecoak dan tikus, serta limbah cair
(leachate) yang keluar dari dampak timbunan sampah. Pemerintah
melalui Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa, termasuk
kerusakan tanah akibat timbunan sampah dari domistik dan industri,
menekankan pentingnya pengendalian kerusakan tanah akibat timbunan
sampah.

Kebijakan klinik sanitasi di atur dalam Kepmenkes


858/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas, bagian III B yaitu Puskesmas boleh membuka
klinik khusus untuk menyediakan tempat bagi pasien yang memerlukan
konsultasi atau konseling kesehatan.
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam implementasinya kerja sama yang terkait dengan dinas pengelolaan
daerah yang berkaitan dengan lingkungan menjadi salah satu hal yang
dapat terlihat secara terkait dengan kelangsungan. Adanya hal ini tentunya
akan membantu program pemanfaatan yang terdiri dari pemanfaatan itu
sendiri. Memberikan kemitraan dalam meningkatkan pelayanan
lingkungan. Lingkungan hidup seharusnya dikelola dengan baik agar
dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan bagi manusia.
Kepmenkes No. 829/tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan menyatakan kesehatan perumahan bertujuan untuk
melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan
rumah tinggal yang tidak sehat.

B. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dalam segi bahan atau
referensi sehingga untuk kedepannya bisa meningkatkan kembali isi dari
pada makalah.
Daftar Pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/95281-ID-faktor-faktor-
dalam-koordinasi-lintas-se.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/80904-ID-peran-tenaga-
kesehatan-dan-kerjasama-lin.pdf

http://repository.unpas.ac.id/28165/2/BAB%20I.pdf

https://butonutarakab.go.id/publikasi/dlh/dlh.renstra.pdf

http://kawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/PemantauanEvaluas
i/2016/Laporan_Akhir_2016_2.pdf

https://lingkunganhidup.papua.go.id/gi/fckimage/file/LAP%20THN
%20APBD%2015%20Oke.pdf

Adriyani, Seto. 2005. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik di Gresik.


Jurnal Kesehatan Lingkungan. Surabaya

Friscasari K, Jootje MLU, Billy JK. 2011. Hubungan Antara Sanitasi


Lingkungan dengan Infestasi Cacing pada Murid Sekolah Dasar di
Desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado.
WWW. ejournal.unsrat.ac.id. Di unduh tanggal 14 Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai