Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

KERJASAMA TIM INTER DAN MULTIDISIPLIN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11

LAILATUL KHASANAH (1914301040)


M. ABDUH MUSYAFFA (1914301041)
MAILENA (1914301042)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kerjasama
Tim Inter Dan Multidisiplin”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu makalah tidaklah mudah, oleh karena
itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan, sehingga
penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai rintangan selama pengumpulan
literatur dan penyusunannya. Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan
rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik material
maupun moril kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para
pembaca.

Bandar Lampung, 12 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Kerja Sama Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana .............................3
2.2 Kerja Sama Multidisiplin Dalam Keperawatan Bencana............................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................13


3.1 Kesimpulan.....................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan


bencana, baik disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, angin putting beliung dan
kekeringan, maupun yang disebabkan oleh ulah manusia dalam pengolahan
sumber daya dan lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran
lingkungan, kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror
bom) serta konflik antar kelompok masyarakat (Departemen Kesehatan
[DepKes], 2006).

Bencana memiliki dampak yang sangat merugikan manusia. Rusaknya


sarana dan prasarana fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran,
pelayanan kesehatan, sekolah, tempat ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-
lain) hanyalah sebagian kecil dari dampak terjadinya bencana disamping
masalah kesehatan seperti korban luka, penyakit menular tertentu, menurunnya
status gizi masyarakat, stress, trauma dan masalah psikososial, bahkan korban
jiwa. Bencana dapat pula mengakibatkan arus pengungsian penduduk ke lokasi-
lokasi yang dianggap aman. Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah
kesehatan baru di wilayah yang menjadi tempat penampungan pengungsi, mulai
dari munculnya kasus penyakit dan masalah gizi serta masalah kesehatan
reproduksi hingga masalah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan,
penyediaan air bersih, sanitasi serta penurunan kualitas kesehatan lingkungan
(DepKes, 2006).

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional


yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim
akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik.

1
Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam tugas,
namun dalam pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan disiplin
ilmu lain, saling berkaitan serta interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin,
baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program
penenlitian dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.

Multidisiplin mengacu pada tim dimana sejumlah orang atau individu dari
berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun masing-masing
individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim multidisiplin
memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun saling melengkapi
satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing-masing individu memberikan
kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang dilakukan.

Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan atau pekerja


medis yang terdiri dari anggota - anggota dengan latar belakang ilmu profesi
yang berbeda dan masing - masing anggota tim memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Kerja Sama Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana
2. Bagaimana Kerja Sama Multidisiplin Dalam Keperawatan Bencana

1.3 Tujuan
1. Memahami Kerja Sama Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana
2. Mengetahui Kerja Sama Multidisiplin Dalam Keperawatan Bencana

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Kerja Sama Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana

a. Pengertian
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok
professional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda
keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota
tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam
tugas, namun dalam pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan
disiplin ilmu lain, saling berkaitan.
Interdisiplin merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin,
baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-
program penenlitian dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan
analisis.

b. Ciri-Ciri Interdisiplin
a. Peran dan tanggung jawab tidak kaku, dapat beralih sesuai dengan
perkembangan.
b. Menyadari adanya tumpang tindi kompetensi dan menerapkan dalam praktek
sehari-hari.
c. Menemui dan mengenali keunikan peran berbagai disiplin yang tidak bias
diabaikan dan merupakan modal bersama.
d. Ranah perluasan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki dan akan diterapkan
merupakan yang paling komprehensif, terdapat keinginan untuk memikul
beban berat bersama, hasrat untuk saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan.
e. Interdisiplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan
seputar disiplin tersebut.

3
c. Anggota Tim Interdisiplin
a. Peran dan fungsi dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika) BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan.
BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :
1) Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
3) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
4) Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data
dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
5) Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
6) Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan perubahan iklim;
7) Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait
serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
8) Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
9) Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10) Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;

4
11) Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13) Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
14) Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
15) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
16) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG;
17) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18) Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.

2.2 Kerja Sama Multidisiplin Dalam Keperawatan Bencana


a. Pengertian
Multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana sejumlah
orang atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek
namun masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam
tim multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun
saling melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing-masing
individu memberikan kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang
dilakukan.
Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan atau
pekerja medis yang terdiri dari anggota – anggota dengan latar belakang ilmu
profesi yang berbeda dan masing – masing anggota tim memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien.

5
b. Ciri-Ciri Multidisiplin
a. Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan perencanaan
pengelolaan bersama.
b. Setiap bagian beraktivitas berdasarkan batasan ilmunya.
c. Konseptual dan operasional : terpisah-pisah.
d. Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya
mengintegrasikan pelayanan untuk kepentingan pasien. Namun setiap
disiplin membatasi diri secara ‘tegas’ untuk tidak memasukan ranah ilmu
lain.

c. Anggota Tim Multidisiplin


a. Dokter
1) Peran dokter dalam keadaan bencana. Dokter merupakan salah satu praktis
kesehatan yang sangat diperlukan dalam keadaan bencana peran dokter
tersebu diantaranya:
a) Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma maupun non
trauma seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS)
b) Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana.
c) Mendiangnosa keadaan korban bencana dan ikut menentukan status
korban triase.
d) Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat daruratan dan mencegah
terjadinya kecatatan pada pasien.
e) Memberikan pelayanan pengobatan darurat
f) Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap
bencana.
g) Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan
penanganan lebih lanjut
h) Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative

6
2) Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis
Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM kesehatan,
diantarnya dokter, yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis
yang meliput tim gerak cepat, tim penilaian cepat kesehatan (Tim RHA), dab
tim bantuan kesehatan berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk
masing-masing tim tersebut:
a) Tim gerak cepat
Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya kejasin
bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri dari dokter umum/BSB 1
orang, dokter spesialis bedah 1 orang, dan dokter spesialis anastesis 1 orang.
b) Tim RHA
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersama dengan tim gerak cepat
atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter
umum minimal 1 orang dikirikan.
c) Tim bencana kesehatan
Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah tim gerak
cepat dan tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka dilapangan.

b. Perawat
Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat dijabarkan menurut fase
dan keadaan berlaku saat terjadi bencana seperti dibawah ini :
1) Fase pra bencana
a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal – hal
berikut.

7
(1) Usaha pengobatan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)..
(2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
2) Fase bencana
a) Bertindak cepat
b) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan takut
memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
c) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.

c. Ahli gizi
Kegiatan penaganan dan tugas ahli gizi pada situasi bencana perlu efesien dan
efektif antara lain, sebagai berikut:
1) Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban bencana alam.
2) Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari perisapan samppai
perindistribusian.
3) Pegawasan logistik bantuan bahan makanan dan minuman.
4) Memantau keadaan gizi pengungsian khusus balita dan ibu hamil.
5) Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk masyarakat korban
bencana alam.
6) Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A, untuk balita dan
tablet besi untuk ibu hamil).
d. Fisioterapi
1) Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara intense dengan
instansi yang diakui secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa
layanan professional dikoordinasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari
program rancangan pembangunan nasional yang berkelajutan dalam
kerangka manajemen bencana.
2) Mitigasi dan kesiapan adalah cara utama untuk mengurangi dampak
bencana dan mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/manajemen
harus menjadi praktek manajemen fisioterapi.

8
3) Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat
mendapat perawatan di rumah sakit terdekat, atau pada langkah sementara
dilokasi dengan bantuan medis oleh tim bantuan bencana local secaara
organisasi bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk
membangun kembali kehidupan mereka adalah keentingan utama bagi
para korban.

e. Pekerja sosial
Profesi pekerja sosial memiliki peran penting dalam penggulangan
bencana baik pada saat pra bencana, tanggap darurat maupun pasca bencana
pada saat pra bencana, kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya
pengurangan risiko bencana, antara lain melalui kegiatan , peningkatan
kesiapsiagaan masyarakat dan mitigasi dala menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana, pemetaan kapasitas masyarakat, dan melalukan advokasi
ke berbagai pihak terkait kebijakan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat, pekerja sosial membantu pemulihan kondisi fisik dan
penanganan psikososial dasar bagi korban bencana. Pada saat pasca bencana,
pekerja sosial melakukan upaya pemulihan kondisi psikologis korban
bencana, khususnya mengatasi trauma dan pemulihan kondisi sosial, serta
pengembangan kemandirian korban bencana.

f. POLRI
Peran Polri dalam mendukung manajemen penanggulangan bencana melalui:
1) Meningkatkan pembinaan masyarakat melalui kegiatan community
policing sehingga masyarakat diharapkan mampu mencegah dan
menghindari terjadinya tindakan kejahatan yang akan menimpa dirinya
mampu kelompoknya.
2) Melaksanakan sosialisasi antisipasi terhadap bencana melalui pelatihan
penyelamat saat terjadinya bencana serta terbentuknya sistem deteksi dini
adanya bencana yang dapat dimengerti oleh masyarakat.

9
3) Meningkatkan kepatuhan hukum dari masyarakat agar tidak melakukan
tindakan yang melanggar hukum pada saat terjadinya bencana penyuluhan
dan pengorganisasian kelompok masyarakat sadar hukum.
4) Melakukan kegitan kepolisian dalam rangka memberikan jaminan rasa
aman kepada masyarakat baik jiwa maupun harta melalui kegiatan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta penegakan
hukum yang professional dengan menjunjung tinggi HAM.
5) Melakukan pembenhan dan peningkatan internasional organisasi polri
melalui peningkatan kuantitas dan kualitas personil medasari paradigma
baru polri, meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat,
menciptakan sistem dan metode serta anggaran yang mampu mendukung
operasional polri dalam penggulangan bencana.

g. Tim SAR (Search And Rescue)


Dalam hal kejadian bencana alam, peranan SAR adalah yang paling
mengemuka karena harus bertindak paling awal pada setiap bencana alam
yang terjadi, sehingga SAR menjadi titik pandang bagi masyarakat yang
tertimpa musibah.

d. Komunikasi Multidisiplin Dalam Keperawatan


a. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik
Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik adalah penting dalam
upaya penanganan dan perawatan pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa
komunikasi dan hubungan baik antara pasien dan anggota tim memberikan
dampak positif pada kepuasan pasien, pengetahuan dan pemahaman,
kepatuhan terhadap program pengobatan, dan hasil kesehatan yang terukur.
b. Bertukar informasi
Anggota tim yakni dokter perlu memperoleh sebanyak mungkin informasi
dari pasien agar dapat mendiagnosa dengan tepat jenis penyakit yang diderita
pasien dan merumuskan rencana penanganan dan perawatan. Bagi pasien,
pasien perlu mengetahui, memahami, merasa dikenal, dan dipahami oleh

10
anggota tim. Untuk itu, kedua belah pihak sangat perlu melakukan komunikasi
dua arah sebagai upaya untuk saling bertukar informasi.
c. Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian
Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian adalah salah
satu penyebab keberhasilan dalam komunikasi. Perawat sebagai anggota tim
bertanggung jawab dalam memberikan perhatian dan memobilisasi semua
indera untuk mempersespi semua pesan verbal maupun pesan nonverbal yang
diberikan oleh pasien.
Dengan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, perawat dapat
menilai situasi dan masalah yang dialami pasien. Selain itu perawat juga dapat
meningkatkan harga diri pasien dan mengintergrasikan diagnosa keperawatan
dan proses perawatan.
d. Penggunaan bahasa yang tepat
Informasi yang diberikan selama proses konsultasi, penanganan, dan
perawatan pasien perlu dilakukan dengan menggunakan bahasa yang dapat
dipahami oleh pasien dan anggota pasien. Bahasa sebagai alat
komunikasi dalam proses konsultasi, penanganan, dan perawatan pasien
hendaknya tidak menggunakan jargon dan istilah teknis kesehatan kecuali
dijelaskan secara komprehensif. Yang harus dihindari juga adalah penggunaan
eufemisme karena dapat mengarah pada ambigu.
e. Bahasa tubuh dan penampilan
Bahasa tubuh dalam komunikasi dan penampilan juga hendaknya menjadi
bahan pertimbangan dan perlu diperhatikan dengan baik. Berbagai komunikasi
nonverbal yang ditampilkan seperti postur tubuh, gaya, dan perilaku dapat
berdampak pada kemajuan dan hasil konsultasi antara pasien dan anggoa tim.
Untuk itu, bahasa tubuh yang ditampilkan selama proses konsultasi harus
ditampilkan secara lengkap dan fokus pada pasien.
f. Bersikap jujur
Bersikap jujur merupakan salah satu konsep moral dalam komunikasi
keperawatan. Anggota tim seperti perawat harus bersikap jujur agar diskusi
atau konsultasi yang dilakukan tidak menimbulkan kecurigaan, keraguan, dan

11
kesalahpahaman. Jika ada kebutuhan untuk diskusi yang terpisah dengan
anggota keluarga pasien maka harus dilakukan dengan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik seperti hati – hati memperhatikan tempat diskusi, dan
waktu yang tepat.
g. Memperhatikan kebutuhan pasien
Anggota tim seperti pasien perlu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
komunikasi pasien. Beberapa orang pasien hanya ingin didengar tanpa banyak
penjelasan dan beberapa pasien lainnya ingin mengetahui penjelasan yang
lengkap tentang penyakit yang diderita. Perawat harus dapat mendeteksi setiap
apa yang diinginkan pasien.
h. Mengembangkan sikap empati
Empati merupakan salah satu karakteristik komunikasi terapeutik. Yang
dimaksud dengan empati adalah perawat dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh pasien. Dalam artian, perawat hendaknya dapat memposisikan dirinya
pada posisi pasien.

12
BAB 3
KESIMPULAN

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional


yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim
akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Serta kombinasi dari berbagai
disiplin ilmu dalam tugas, namun dalam pemecahan suatu masalah saling
bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, saling berkaitan.
Multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana sejumlah orang
atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun
masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim
multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun saling
melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing-masing individu
memberikan kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang dilakukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/435281256/Kerjasama-Tim-Inter-Dan-
Multidisiplin-2
https://pdfcoffee.com/makalah-keperawatan-bencana-kerja-sama-tim-inter-dan-
multidisiplin-serta-pemberdayaan-masyarakat-3-pdf-free.html
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/
Isi_Artikel_299390773924.pdf
https://pdfcoffee.com/download/topik-8-ani-suciati-a-pdf-free.html
https://workingpapers.bappenas.go.id/index.php/bwp/article/download/104/69

14

Anda mungkin juga menyukai