Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ASKEP KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM

Oleh:
Mailena 1914301042
Alita Merinda Anggraini 1914301043
Isma Yunita Sari 1914301044
Della puspita sari 1914301045
Mulya trianisa 1914301046

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASKEP KEPERAWATAN JIWA
DENGAN MASALAH WAHAM”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para pembaca dapat
memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami selalu
bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.

Bandar lampung, 22 juli 2021


Penyusun,

Tim Penulis

1
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................3

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Konsep Gangguan Jiwa..................................................................................................4
2.2 Konsep Masalah Waham...............................................................................................4
2.3 Asuhan Keperawatan Masalah.......................................................................................7
2.3.1 Pengkajian..............................................................................................................7
2.3.2 Diagnosa...............................................................................................................11
2.3.3 Tindakan Keperawatan.........................................................................................12
2.3.4 Evaluasi................................................................................................................17

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................20
3.2 Saran............................................................................................................................20

Daftar Pustaka.................................................................................................................21

2
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas social.( Gail W. Stuart).
Waham dibangun atas unsure – unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti – bukti yang objektif tentang
kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan – keinginan
dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari
berbagai problem sendiri atau tekanan – tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang didapat beberapa rumusan masalah,yaitu:
1. Apa saja jenis-jenis waham?
2. Apa saja tanda dan gejala waham?
3. Bagaimana sumber koping waham?

Tujuan
1. Menjelaskan jenis – jenis waham
2. Menjelaskan tanda dan gejala waham
3. Menjelaskan sumber koping waham

Manfaat Penulisan
2. Mengetahui jenis – jenis waham
3. Mengetahui tanda dan gejala waham
4. Mengetahui sumber koping waham

3
BAB II

KAJIAN TEORI

Pengertian waham

1. Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial (Stuart dan Sunden, 1990 :
90).
2. Waham adalah suatu kepercayaan yang salah/ bertentangan dengan kenyataan dan tidak tetap
pada pemikiran seseorang dan latarbelakang sosial budaya (Rowlins, 1991: 107)
3. Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pikiran seseorang yaitu dengan
menca,puri kemampuan pikiran diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Heber, 1987: 722).
4. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun dibuktikan
kemustahilannya itu (W. F.Maramis 1991 : 117).

Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi pikir
yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan kenyataan,
keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah dengan logika atau hal-
hal yang bersifat nyata.

Rentang respon waham

Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut :

Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara
adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara
adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu.
Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia
akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir waham.
Faktor predisposisi

Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi 2
teori yang diuraikan sebagai berikut :

1. Teori Biologis

1 Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu


kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang
sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
2 Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada
bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-
sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
3 Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter
yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang
berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada
psikosis.

2. Teori Psikososial

Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan


perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara
suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga
yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya
suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak.
Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam
masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan
dewasanya.

Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan


menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-
pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa
percaya terhadap orang lain.

Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah.
Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak.
Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan
yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan
dan segmen diri dalam kepribadian.

Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir waham, yaitu :

Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk


gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

Stres lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan
sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

Pemicu gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,
infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan,
kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
BAB III

PEMBAHASAN

Jenis-jenis waham

Waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

Waham Kejar

Individu merasa dirinya dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien dengan stres anektif tipe
depresi dan gangguan organik.

Waham Kebesaran

Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan
yang luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai
puluhan rumah, dll.

Waham Somatik

Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada
tubuhnya.

Waham Agama

Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya
yang telah ia perbuat dengan keagamaan.

Waham Curiga

Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa
curiga terhadap sekitarnya.
Waham Intulistik

Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah
mati, sering ditemukan pada klien depresi.

Tanda dan gejala waham

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai
seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan
perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan
mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri,
rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.

Sumber koping waham

Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti :
modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-
anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar
dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang
cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
Pohon masalah waham :

Kerusakan komunikasi verbal Akibat

Contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan
waham :

1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yng berulang-ulang diungkapkan
atau menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakak pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya ?
4. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain? Apakah
pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
5. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yahin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Tindakan keperawatan pasien dengan waham :

1. Membina hubungan saling percya antara perawat dengan klien:


a. Bina hubungn saling percaya dengan klien: beri salam terapeutik (panggil nama
klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang, buat kontrak yang jelas (topic yang dibicarakan,waktu, dan tempat)

b. Jangan membantah dan mendukung waham klien.


-katakan perawat menerima klaen : “saya menerima keyakinan anda”disertai
ekspresi menerima
- katakana perawat tidak mendukung : “sukar bagi sya untuk mempercayainya
“disertai ekspresi ragu tapi empati.
- tidak membicarakan isi waham klien

c. yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :

- “anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda”.

- gunakan keterbukaan dan kejujuran.

- jangan tinggalkan klien sendirian.

d. observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri.

2. klien dapat mengidentivikasi kemampuan yang dimiliki :


a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu dulu dan saat ini
yang realistis (hati-hati terlibat diskusi dengan waham).
c. Tanyakan apa yang bisa klien lakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat itu.
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi, baik selama dirumah maupu di
rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).
c. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu
dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal).
e. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realistis :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas ( realitas diri, realitas orang lain,
realitas tempat, dan realitas waktu ).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompk : orientasi realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, dan efek
samping akibat penghentian.
b. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.
c. Berikan obat dengan prinsip lima benar ( benar orangnya, benar obatnya, benar
dosisnya, benar cara penggunaannya, dan benar waktu penggunaanya ).

Tindakan Keperawatan Keluarga Pasien dengan Waham :

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.


2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien waham di rumah.
b. Follow up dan keteraturan pengobatan.
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien ( nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat ).
5. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
6. Latih cara merawat.
7. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga.

Strategi Pelaksanaan Komunikasi Pasien dengan Waham:

1. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan waham pertama. Membina hubungan


saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi
kebutuhan, mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :

“ Om swastiastu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
Melati. Saya dinas dari jam 07.00 – 14.00, saya yang akan merawat bli hari ini. Nama bli
siapa, senangnya dipanggil apa?”
“ Bisa kita berbincang – bincang tentang apa yang bli B rasakan sekarang ?”
“ Berapa lama bli B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit
?” “ Di mana enaknya kita berbincang – bincang bli ?

KERJA :

“ Saya mengerti bli B merasa bahwa bli B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bli ?”
“ Tampaknya bli B gelisah sekali, bisa bli ceritakan apa yang bli B rasakan ?”
“ O, jadi bli B merasa takut nanti diatur – atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri bli sendiri ?”
“ Siapa menurut bli B yang sering mengatur – atur diri bli ?”
“ Jadi ibu yang terlalu mengatur – ngatur ya bli, juga kakak dan akik bli yang lain ?”
kalau bli sendiri inginnya seperti apa ?”
“ O, bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri.”
“ Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bli.”
“ Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya bli ingin ada kegiatan di luar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya ?”
TERMINASI :

“ Bagaimana perasaan B setelah berbincang – bincang dengan saya ?”


“ Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“ Bagaimana kalau jadwal ini bli coba lakukan, setuju bli ?”
“ Bagaimana kalau saya dating kembali dua jam lagi ?”
“ Kita bercakap – cakap tentang kemampuan yang pernah bli miliki? Mau dimana kiata
bercakap – cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

2. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan waham kedua :


Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya.

ORIENTASI :

“ Om swastiastu bli B, bagaimana perasaannya saat ini ? Bagus.”


“ Apakah bli B sudah mengingat – ingat apa saja hobi atau kegemaran bli ?”
“ Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang ?”
“ Di mana enaknya kita berbincang – bincang tentang hobi bli B tersebut ?”
“ Berapa lama bli B mau kita berbincang – bincang? Bagaimana kalau 20 menit ?”

KERJA :

“ Apa saja hobi bli? Saya catat ya bli, terus apa lagi ?”
“ Wah, rupanya bli B pandai main voly ya, tidak semua orang bisa bermain voly seperti
itu lo bli” ( atau hobi lain sesuai yang diucapkan pasien ).
“ Bisa bli B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voly, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada bli B, dimana ?”
“ Bisa bli B peragakan kepada saya bagaimana bermain voly yang baik itu ?”
“ Wah, baik sekali permainannya.” Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bli B ini ya,
berapa kali sehari/seminggu bli B mau bermain voly ?”
“ Apa yang bli B harapkan dari kemampuan bermain voly ini ?”

“ Ada tidak hobi atau kemampuan bli B yang lain selain bermain voly ?”

TERMINASI :

“ Bagaimana perasaan bli B setelah kita bercakap – cakap tentang hobi dan kemampuan
bli ?”
“ Setelah ini coba bli B lakukan voly sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya ?”
“ Besok kita ketemu lagi ya bli ?”
“ Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, setuju ?”
“ Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang hrus bli B minum, setuju ?”

3. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan waham ketiga. Mengajarkan dan melatih
cara minum obat yang benar.
ORIENTASI :
“ Om swastiastu bli B .“
“ Bagaimana bli sudah dicoba latihan volynya? Bagus sekali.”
“ Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu, bagaimana kalu sekarang kita membicarakan
tentang obat yang bli minum ?”
“ Dimana kita mau membicarakannya? Dikamar makan ?”
“ Berapa lama bli mau kita memebicarakannya? 20 menit atau 30 menit ?”

KERJA :
“ Bli B berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat diminum?”
“ Bli B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenag, tidurnya juga tenang.”
“ Obatnya ada 3 macam bli, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3xsehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam.”
“ Bila nanti setelah minum obat mulut bli B terasa kering, untuk membantu mengatasinya
bli bisa banyak minum dan mengisap – isap es batu.”
“ Sebelum minum obat ini bli B dan Ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
“ Obat – obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bli B tidak mengentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”

TERMINASI :
“ Bagaimana perasaan bli B setelah kita bercakap – cakap tentang obat yang bli minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“ Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan bli! Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada suster!”
“ Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bli!”
“ Bli, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiaatan yang telah dilaksanakan.
Bagaiaman kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”
“ Sampai besok.”

Strategi pelaksanaan komunikasi keluarga pasien dengan waham:

1. Strategi pelaksanaan keluarga pasien denganwaham pertama :


Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi masalah
menjelaskan proses terjadinya masalah, dan obat pasien.
ORIENTASI :
“ Om swastiastu pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang
Melati ini. Saya yang merawat bli B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa ?”
“ Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bli B dan cara merawat
B di rumah ?”
“ Di mana kita mau berbicara? Bagaiman kalau di ruang wawancara
?” “ Berapa lama kita berbincang? Bagaimana kalau 30 menit ?”

KERJA :
“ Pak, bu, apa masalah yang bapak dan ibu rasakan dalam merawat bli b ?” Apa yang
sudah dilakukan di rumah? Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu
mengaku – ngaku sebagai seorang dewa tetapi tetapi nyatanya bukan dewa merupakan
salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara
menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang dewa, bapak
dan ibu bersikap dengan mengatakan : pertama, bapak/ibu mengerti B merasa seorang
dewa, tapi sulit bagi bapak dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua
dewa sudah meninggal. Kedua, bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia
melakukan hal – hal yang baik.”
“ Ketiga, hal – hal sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
B. Bapak dan ibu dapat bercakap – cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan
B, misalnya: ‘bapak dan ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak dan ibu, B kan punya kemampuan….” (kemampuan yang pernah dimiliki
oleh anak).
“ Keempat, bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” (jika anak mau mencobanya, berikan
pujian).
“ Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”
“ Obatnya ada tiga macam, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikirannya tenang. Semuanya harus diminum secara teratur 3 kali
sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali. (Libatkan
keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bli B sudah mempunyai
jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!”

TERMINASI :
“ Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap – cakap tentang cara merawat
B di rumah?”
“ Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“ Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu dating kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita
tadi?” Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di
tempat ini ya pak, bu.”

2. Strategi pelaksanaan keluarga pasien dengan waham kedua melatih keluarga cara
merawat pasien.
ORIENTASI :
“ Om swastiastu pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi.”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”” Sekarang kita akan latihan cara – cara merawat tersebut ya pak, bu.”
“ Kita akan coba di sini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada B
ya?” “ Berapa lama bapak dan ibu punya waktu ?”

KERJA :
“ Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku sebagai dewa, coba bapak dan ibu
praktikkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini !”
“ Bagus, betul begitu caranya. Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian atas
kemampuan yang dimiliki B. bagus !”
“ Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadwal !”” Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B.”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?” (ulang lagi semua
cara di atas langsung kepada pasien).

TERMINASI :
“ Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“ Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan
ibu membesuk B!”
“ Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu dating kembali kesini dan kita
akan mencoba cara merawat B sampai bapak dan ibu lancer melakukannya?”
“ Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” “ Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat
ini ya pak, bu.”

3. Strategi pelaksanaan komunikasi keluarga ketiga. Membuat perencanaan pulang bersama


keluarga.

“ Om swastiastu pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadwal B
selama di rumah.” “ Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus
dilatih cara merawat B?” “Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di
rumah? Mari bapak dan ibu duduk di sini!”
“ Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum bapak dan ibu
menyelesaikan administrasi di depan.”

KERJA :
“ Pak, bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap
melakukannya di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau
T (tidak mau melaksanakan)>”
“ Hal – hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama di rumah. Misalnya B mengaku sebagai seorang dewa terus
menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di
Puskesmas Nirwana, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor
teleponnya:…!” selanjutnya Suster E yang akan membantu perkembangan B selama di
rumah.”

TERMINASI :

“ Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu? Sudah
siap melanjutkannya di rumah?”
“ Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Suster E di puskesmas Nirwana. Kalau
ada apa – apa bapak dan ibu boleh juga menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan
administrasi ke kantor depan!”
ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

I. IDENTITAS PASIEN
Inisial Px : Tn. A
Ruang Rawat : Ruang Kemuning
Umur : 48 Tahun
Informan : Pasien dan Status pasien
Tgl MRS : 23 Januari 2013
Tgl pengkajian : 25 Februari 2013
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : STM
RM no. : 08-02-25
Alamat : Jl. Raya Kedawung wetan Kec. Grati ( Dinsos Pasuruan )

II. ALASAN MASUK


- Pasien mengatakan bahwa dirinya terus memecahkan kaca dan mondar-mandir dan harus dirawat di
Rumah Sakit untuk menyembuhkan penyakitnya.
- Status : Pasien adalah pasien lama yang sering dirawat di Rumah sakit jiwa ini dan sudah sebanyak 9
kali. Pasien merupakan kiriman dari Dinsos Pasuruan, pasien tampak bingung, mondar-mandir, banyak
bicara ngelantur, dan tertawa sendiri.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Riwayat penyakit lalu
Px mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sejak bertahun-tahun yang lalu. Menurut status
pasien, pasien ini pertama kali dibawa berobat oleh Dinsos Pasuruan sejak tanggal 03 Maret 2010, dan
pasien sudah 9 kali dibawa di Rumah sakit ini. Pasien mengatakan penyebab sakitnya adalah Karena
trauma sering dipukuli oleh kakaknya pada waktu remaja (sekitar 15 tahun), kemudian pasien dibawa
ke RSJ Lawang dengan alasan pasien sering mondar-mandir, bicara sendiri, tidak bisa tidur, dan
gelisah.
2. Riwayat pengobatan
Pasien sudah 9 kali menjalani program pengobatan/perawatan di RSJ Lawang, yaitu :
a. 03 maret 2010 – 04 mei 2010
b. 07 juli 2010  Rawat Jalan
c. 12 agustus 2010 – 06 oktober 2010
d. 04 november 2010 – 05 januari 2011
e. 10 pebruari 2011 – 16 maret 2011
f. 06 april 2011 – 14 september 2011
g. 30 november 2011 – 21 maret 2012
h. 12 september 2012 – 21 november 2012
i. 23 januari 2013 - sekarang
3. Riwayat trauma
Pasien mengatakan pernah mengalami trauma saat remaja (kurang lebih usia 15 Tahun), pasien
mengaku sering dipukul oleh kakaknya.
Diagnosa keperawatan : - Penatalaksanaan regimen terapeutik in-efektif
- Respon Pasca Trauma
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ada keluarganya (nenek) yang mengalami gangguan seperti dirinya, dengan gejala
suka ngelantur dan mondar-mandir, dan tidak pernah menjalani program pengobatan.
Diagnosa keperawatan : - Koping keluarga in-efektif : ke-tidak mampuan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan sejak kecil sampai remaja (sekitar umur 15 tahun) sering dipukul oleh kakaknya,
dan pasien juga mengaku pernah pergi meninggalkan rumah dan tidak kembali.
Diagnosa keperawatan : - Koping keluarga tidak efektif

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan tanggal 25 Februari 2013
1. Keadaan umum : Pasien dalam keadaan cukup, namun terlihat kurus, pasien masuk ruang Kemuning
dangan riwayat TBC, dan sedang menjalani program pengobatan OAT (Obat Anti Tb).
2. Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit
S : 36 0C RR : 20 x/menit
3. Ukuran : Berat badan (BB) : 48 kg Tinggi badan (TB) : 165 cm
4. Keluhan fisik : Pasien mengatakan sering mengalami batuk-batuk.
Diagnosa keperawatan : - Resiko tinggi terhadap penyebaran Infeksi.

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Pasien merupakan anak ke-5 dari 9 bersaudara, 5 laki-laki dan 4 perempuan, pasien tinggal bersama
orangtuanya, kedua kakaknya, dan keempat adiknya.
Diagnosa keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Px menyukai semua anggota tubuhnya karena anugerah dari Tuhan. Px mengatakan bahwa dirinya
sudah tua dan terlambat mendekati wanita untuk diajak menikah. Px terlihat minder saat bergaul
dengan pasien lainya.
b. Identitas diri
Px mengaku bernama A S, berumur 48 tahun, pernah bekerja sebagai petani, agama Islam, jenis
kelamin laki-laki, alamat Blitar, px mengaku pernah sekolah sampai lulus STM, dan px mengaku
dirinya adalah seorang artis.
c. Peran
Rumah : Px mengatakan bahwa selama di Rumah, dirinya adalah sebagai anak dari kedua
orangtuanya, sebagai adik dari keempat kakaknya, pasien mengaku pernah bekerja sebagai petani dan
perangkat desa.
RS : Pasien mengatakan sebagai pasien, tugasnya mencuci baju, dan mencuci piring saat
disuruh kalau tidak disuruh px cenderung mondar-mandir dan bicara sendiri.
d. Ideal diri
Px mengatakan sudah bisa hidup saja sudah bersyukur.
Menurut status, px tidak bekerja.
e. Harga diri
Px mengatakan merasa malu untuk mendekati wanita, karena px merasa sudah tua dan sudah tidak
pantas lagi, pasien juga merasa tidak dihiraukan dan dijauhi oleh teman-temanya.
Diagnosa keperawatan : harga diri rendah
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan tidak ada orang yang berarti, karena selama sakit pasien merasa tidak dihiraukan
oleh keluarga dan teman-temanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Rumah : Px mengatakan sebagai seorang petani dan perangkat desa.
RS : Px mengatakan suka membantu untuk mencuci piring dan baju, dan kadang-kadang
pasien ikut membantu membersihkan ruangan. Dan kalau ada waktu senggang pasien sering mondar-
mandir dan menyanyi.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Px mengatakan ingin berkumpul dengan teman-temanya, namun Px merasa tidak diharaukan.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai keyakinan
Px mengatakan agamanya islam. Dan menurut px masalah penyakit ini karena takdir dari tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Px mengatakan hanya menjalankan sholat ashar, karena sholat 5 waktu hanya untuk anak-anak, px
juga suka mengaji dan berdzikir.
Diagnosa keperawatan : - Distress spiritual.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Px berpenampilan kurang rapi, rambut cepak, pakaian kusut, mandi dan gosok gigi mandiri, memakai
sandal.
Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Px berbicara cepat memakai bahasa indonesia, kalau ditanya jawabannya cepat, terkadang jawaban
berhenti dan tidak diteruskan atau malah menggumam sendiri, saat diajak berbicara tatapan mata sering
kebawah, sering menunduk. Terkadang jawaban satu dengan yang lain tidak sama, terkadang ngelantur
dan bergumam.
Diagnosa keperawatan : - Gangguan proses pikir
- Kerusakan komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik
Px mengatakan tubuhnya masih kuat, pergerakan kaku, px melakukan tugasnya apabila disuruh, kalau
tidak px cenderung mondar-mandir.
Diagnosa keperawatan : Defisit aktivitas deversional
4. Suasana perasaan (emosi afek)
a. Afek labil. Saat dilakukan pengkajian px menjawab pertanyaan dengan seadanya saja dan kalau px
merasa tidak suka dengan pertanyaan perawat, px pergi dari lokasi wawancara namun kemudian
kembali lagi, tau pasien ngelantur dan tersenyum sendiri.
Px sering menunduk ke bawah, tidak suka menatap muka lawan bicara, suka mondar-mandir, dan
menggumam.
b. Alam perasaan (emosi)
Px mengatakan senang berada disini karena bisa main film sepuasnya.
Diagnosa keperawatan : -
5. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang, px saat ditanya hanya menundukkan kepala dan jarang melakukan kontak mata
dengan lawan bicara. Kalau ditanya jawabannya terkadang tidak sesuai dengan pertanyaan, px
kooperatif tetapi sering meninggalkan lokasi wawancara dan mondar-mandir, sesekali pasien kembali
mengajak wawancara lagi.
Diagnosa keperwatan : Kerusakan komunikasi Verbal
6. Persepsi - sensorik
Px mengatakan tidak mengalami halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi, pasien mampu
menyadari bahwa dirinya harus berinteraksi.
Diagnosa keperawatan : -
7. Proses berpikir
a. Arus pikir
Blocking : saat ditanya px sering berhenti dalam menjelaskan sesuatu tetapi saat di tanya kembali
beberapa saat kemudian px menjawab pertanyaan dengan singkat, terkadang juga px tidak meneruskan
jawaban sebelumnya.
Diagnosa keperawatan : perubahan arus pikir

b. Isi pikir
Pasien sering berualng-ulang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis dan seluruh waktunya
dibuat untuk menjalani pembuatan film. Dan kalau tidak menjalani pembuatan film maka pasien akan
merasa mati.
Diagnosa keperawatan : - Perubahan isi pikir : Waham
8. Tingkat kesadaran
a. Kwantitatif : Compos mentis, GCS :456
b. Kwalitatif : Kesadaran berubah, px sering mondar-mandir, disaat sendiri mulut komat-kamit, dan
sering menyanyi dengan keras, terkadang pasien sering berperilaku seperti memgang pistol/senapan.
c. Disorientasi
Px tidak mampu mengenali pagi, siang, dan malam, px mampu menyebutkan jam, px tidak mampu
menyebutkan hari, tanggal, tahun.
Px mampu menyebutkan bahwa dirinya sekarang berada di ruang kemuning RSJ Lawang.
Px mampu menyebutkan nama pasien lainya dan perawat.
Diagnosa keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Memori
a. Jangka panjang
Saat ditanya kapan dirinya lahir, pasien mampu menjawab bahwa dirinya lahir tanggal 29 Juni 1965.
b. Jangka pendek
Saat ditanya tadi kegiatan di pagi hari, pasien mampu menyebutkan kegiatanya, yaitu bangun tidur,
mandi, cuci baju, sarapan, dan minum obat.
Diagnosa keperawatan : -
10. Konsentrasi dan berhitung
Px tidak mepunyai masalah berhitung dan kosentrasi, terbukti dengan px mampu menurutkan angka
dan ketika ditanya 15 + 3, px menjawab 18
Diagnosa keperawatan : -
11. Kemampuan menilai (judgement)
Ketika ditanya makan dulu atau cuci tangan dulu, px menjawab cuci tangan dulu.
Diagnosa keperawatan : -

12. Daya tilik diri


Px menyadari bahwa dia mengalami gangguan jiwa. Px mengatakan dibawa kesini kareka suka
memecahkan kaca rumah, ngelantur, dan mondar-mandir, dan saat ini dia menganggap dirinya belum
sembuh.
Diagnosa keperawatan : -

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan memenuhi kebutuhan
Px memenuhi kebutuhan makanan, keamanan, perawatan kesehatan, pakaian, tempat tinggal dengan
dibantu baik oleh perawat maupun teman sekamarnya.
Diagnosa keperawatan : -
2. ADL
- Px melakukan ADL (makan, mandi, pergi ke kamar mandi, BAB/BAK, sikat gigi, berpakaian) dengan
mandiri.
Diagnosa keperawatan : -
- Nutrisi
Px makan 3x sehari dengan porsi selalu habis dan sesuai jadwal, px merasa puas dengan makanannya.
Diagnosa keperawatan : -
- Tidur
Px mengatakan dapat tidur di malam hari, namun tidak bisa tidur siang hari karena tidak mengantuk
dan lebih suka jalan-jalan.
Diagnosa keperawatan : gangguan pola tidur
3. Kemampuan klien melakukan hal-hal berikut
Px dapat mengambil keputusan sendiri, mandi, makan, minum obat, tidur tanpa disuruh.
Diagnosa keperawatan : -
4. Klien memiliki system pendukung
Px tidak memiliki teman dan merasa tidak diperhatikan oleh keluarganya.
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?
Px mengatakan mampu menikmati semua kegiatan yang dilakukanya.
Diagnosa keperawatan : -

VIII. MEKANISME KOPING


Px mengatakan jika menghadapi masalah px akan menghindar dari masalah tersebut.
Diagnosa keperawatan : Koping individu in-efektif.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Px mengatakan jika mengalami masalah,px tidak menceritakan pada siapa-siapa, dan disimpan sendiri.
Px mengatakan dirinya mampu berinteraksi dengan orang sekitarnya, namun terkadang px merasa tidak
diperhatikan.
Px mengatakan pendidikan terakhirnya adalah STK/SMK.
Px mengatakan selama dirumah pekerjaanya adalah sebagi petani dan perangkat desa, dan dirumah
sakit membantu mencuci pakaian, kain pel, dan main film.
Px mengatakan bahwa dirinya bertempat tinggal di blitar.
Px mengatakan dirinya adalah orang miskin dan tidak punya harta.
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG PENYAKITNYA


Px mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami sakit jiwa dan harus dirawat di RSJ ini.
Diagnosa keperawatan : -

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnose medic
F.20.04 (Skizofrenia Paranoid delusi tidak sempurna)
2. Terapi medic
 Trifluperazine Tablet 5 mg ( 1-1-1)
 Chlorpromazine Tablet 100 mg (0-1-1)

XII. ANALISA DATA


Tanggal : 25 Februari 2013
No. DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS Perubahan isi pikir : waham
 Px berulangkali mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang artis dan seluruh waktunya dibuat untuk
menjalani pembuatan film. Dan kalau tidak
menjalani pembuatan film maka pasien akan
merasa mati.
 Px mengatakan di RS ini px bisa main film
sepuasnya.
 Px tidak mampu mengenali pagi, siang, dan
malam, px mampu menyebutkan jam, px tidak
mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun.
DO
 Px mondar-mandir, menggumam, dan seeingkali
berperilaku seperti memegang pistol/senapan.
2. DS Koping keluarga tidak
 Px mengatakan ada keluarganya (nenek) yang efektif : ketidakmampuan
mengalami gangguan seperti dirinya, dengan
gejala suka ngelantur dan mondar-mandir, dan
tidak pernah menjalani program pengobatan.
 Px mengatakan sejak kecil sampai remaja (sekitar
umur 15 tahun) sering dipukul oleh kakaknya, dan
pasien juga mengaku pernah pergi meninggalkan
rumah dan tidak kembali.
DO
 Px merupakan pasien kiriman dari Dinsos
Pasuruan
3. DS Penatalaksanaan regiment
 Px mengatakan sering menjalani perawatan di terapeutik In-efektif
Rumah sakit ini dan sudah sejak bertahun-tahun
yang lalu.
DO
 Status : Pasien adalah pasien lama yang sering
dirawat di Rumah sakit jiwa ini dan sudah
sebanyak 9 kali.
 Px merupakan kiriman dari Dinsos Pasuruan.
4. DS Harga diri rendah
 Px mengatakan merasa malu untuk mendekati
wanita, karena px merasa sudah tua dan sudah
tidak pantas lagi, pasien juga merasa tidak
dihiraukan dan dijauhi oleh teman-temanya.
 Px mengatakan sudah bisa hidup saja sudah
bersyukur.
DO
 Px terlihat minder saat bergaul dengan pasien
lainya.
5. DS Kerusakan Komunikasi
 Px mengatakan merasa minder untuk berbicara Verbal
dengan temanya.
DO
 Px berbicara cepat, memakai bahasa indonesia,
kalau ditanya jawabannya cepat, terkadang
jawaban berhenti dan tidak diteruskan atau malah
menggumam sendiri, saat diajak berbicara tatapan
mata sering kebawah, sering menunduk.
Terkadang jawaban satu dengan yang lain tidak
sama, terkadang ngelantur dan bergumam.
 Afek labil. Saat dilakukan pengkajian px
menjawab pertanyaan dengan seadanya saja dan
kalau px merasa tidak suka dengan pertanyaan
perawat, px pergi dari lokasi wawancara namun
kemudian kembali lagi, tau pasien ngelantur dan
tersenyum sendiri.
 Px sering menunduk kebawah, tidak suka menatap
muka lawan bicara, suka mondar-mandir, dan
menggumam.
 Kontak mata kurang saat wawancara.
6. DS Isolasi Sosial
 Px mengatakan tidak ada orang yang berarti,
karena selama sakit pasien merasa tidak
dihiraukan oleh keluarga dan teman-temanya
 Px mengatakan jika mengalami masalah,px tidak
menceritakan pada siapa-siapa, dan disimpan
sendiri
DO
 Px terlihat mondar-mandir sendiri

XIII. DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan isi pikir : waham
2. Kerusakan komunikasi verbal
3. Harga diri rendah
4. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
5. Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
6. Isolasi sosial

XIV. POHON MASALAH


XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan isi pikir : waham
2. Kerusakan komunikasi verbal
3. Harga diri rendah
4. Isolasi sosial
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
6. Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan

RENCANA KEPERAWATAN JIWA

Nama klien : Tn A
NIRM : 08-02-25
Bangsal / tempat : Kemuning
Dx Perencanaan
Tgl No Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 Perubahan TUM : Setelah dilakukan interaksi selama 1 x Bina hub
isi pikir : Setelah dilakukan Pertemuan klien dapat : jelaskan tu
waham tindakan keperawatan,1. Menunjukkan ekspresi wajah bersahabat kontrak ya
Klien tidak terjadi2. Menunjukkan rasa senang Jangan m
perubahan isi pikir,3. Ada kontak mata, mau berjabat tangan menerima
waham. 4. Mau menyebutkan nama ekspresi m
5. Mau menjawab salam ekspresi ra
TUK 1 : 6. Klien mau duduk berdampingan dengan Yaki
Klien dapat membina perawat katakan pe
hubungan saling 7. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi yang aman
percaya dengan klien sendi
perawat Obser
perawatan
TUK 2 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 x Beri pujia
Pertemuan klien dapat : Diskusi
Klien mampu
1. Menunjukkan rasa senag ketika diberi lalu dan sa
mengidentifikasi
pujian Tanya
kemampuan yang
2. Klien mampu mengungkapkan kemampuan melakukan
dimiliki
yang dimiliki perawatan
3. Klien mengungkapkan aktifitasnya sehari- Jika k
hari kebutuhan
4. Klien mengungkapkan isi wahamnya sangat pen

TUK 3 : Setelah dilakukan interaksi selama 2 x Observasi


Pertemuan klien dapat : Diskusi
Klien mampu
1. Klien mengungkapkan kebutuhan selama di rumah mau
mengidentifikasi
rumah Hubungka
kebutuhan yang tidak
2. Klien mampu mengungkapkan kebutuhan Tingka
terpenuhi.
selama di rumah sakit memerluka
3. Aktifitas (pemenuhan ADL) klien Atur situa
mengalami peningkatan wahamnya
4. Klien dapat mengintrepretasikan bahasa
non verbal
5. Klien mampu mengalokasikan waktu
uuntuk wahamnya
TUK 4 : Setelah dilakukan interaksi selama 2 x Berbic
Pertemuan klien dapat : tempat dan
Klien mampu
1. Klien mampu mengungkapkan tentang Sertakan k
berhubungan dengan
realitas diri. Berikan p
realitas.
2. Klien mampu mengungkapkan realitas
orang lain
3. Klien mampu mengungkapkan realitas
tempat dan waktu
4. Klien mampu kooperatif mengikuti
kegiatan TAK
5. Klien merasa senang dengan pujian pada
tiap kegiatan positif.
TUK 5 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 x Diskusik
Klien mampu Pertemuan klien dapat : dan efek
menggunakan obatnya 1. Klien mampu meneyebutkan nama obat dan Bantu
dengan benar kapan saja klien harus minum obat. pasien, oba
2. Klien mampu menerapkan 5 benar dalam Anjurk
pengobatan dirasakan.
3. Klien mampu mengungkapkan efek setelah Beri reinfo
minum obat

TUK 6 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 x Diskusik


Klien dapat dukungan Pertemuan klien dapat : gejala wah
dari keluarga 1. Keluarga klien dapat menyebutkan gejala up obat.
waham, cara merawat, lingkungan keluarga Beri reinfo
2. Keluarga mengungkapkan siap menjadi
pengawas pengobatan klien
2. Harga diri TUM : Setelah dilakukan interaksi selama 1 1.x Bina hubun
rendah Klien mampu memiliki Pertemuan klien dapat : komunikas
1. Ekpresi wajah bersahabat, 
menunjukkan Sapa klien d
konsep diri yang positif
 Perkenalkan
rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
TUK 1 : tangan, mau menyebutkan nama, mau  Tanyakan n
Klien dapat membina menjawab salam, klien mau duduk  Jelaskan tuj
hubungan saling berdampingan dengan perawat,  Jujur dan m
mau
percaya dengan mengutarakan masalah yang dihadapi.  Tunjukan si
perawat  Beri perhati

TUK 2 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 2.1. x Diskusikan


Klien dapat Pertemuan klien dapat : buat daftar
mengidentifikasi 1. Klien mengidentifikasi kemampuan dan dimulai ole
kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki dimiliki kl
positif yang dimiliki o Kemampuan yang dimiliki klien 2.2. Setiap bert
o Aspek positif keluarga 2.3. Utama
o Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
TUK 3 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 3.1. x Diskusika
Klien dapat menilai Pertemuan klien dapat : dilaksanak
kemampuan yang 1. Klien menilai kemampuan yang dimiliki 3.2. Diskusika
dimiliki untuk untuk dilaksanakan
dilaksanakan
TUK 4 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 4.1.
x Rencanaka
Klien dapat Pertemuan klien dapat : sesuai kem
(menetapkakan) 1. Klien membuat rencana kegiatan harian  kegiatan ma
merencanakan kegiatan  kegiatan de
sesuai dengan  kegiatan ya
kemampuan yang 4.2. Tingkatkan
dimiliki 4.3. Beri conto
TUK 5 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 5.1.
x Beri kesem
Klien dapat melakukan Pertemuan klien dapat : direncanak
kegiatan sesuai kondisi1. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi
5.2. Beri pujian
dan kemampuannya dan kemampuannya. 5.3. Diskusikan

TUK 6 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 6.1.


x Beri pendi
Klien dapat Pertemuan klien dapat : dengan har
memanfaatkan system 1. Klien memanfaatkan system pendukung
6.2. Bantu kelu
pendukung yang ada yang ada di keluarga. 6.3. Bantu kelu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn “A” NIRM : 08-02-25


RUANGAN : Kemuning

TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

25/02/2013 Perubahan isi1. Membina hubungan S:


Pikir : waham saling percaya  Px mengatakan namanya Agus
- Menyapa klien dengan Salim, dan suka dipanggil Agus,
ramah (verbal dan non lulusan STM, pernah bekerja
verbal). sebagai tani, dan perangkat desa.
- Memperkenalkan diri dan Px menagtakan dirinya merasa
mempertahankan kontak senang disini, karena bisa
mataa selama komunikasi. bermain film.
- Menanyakan nama Px mengatakan bahwa dirinya
lengkap, nama panggilan adalah seorang pemain film, dan
yang disukai klienn umur, saat ini sedang menjalani
dan asal tempat tinggal. pembuatan film perang-
- Menjelaskan tujuan perangan.
pertemuan hari ini.
- Menunujukkan sikap O:
simpati dan menerima apa Menjawab salam.
adanya.  Menyebutkan nama
2. Mengajak klien bercakap Mau mengungkapkan perasaan
– cakap dan berbincang- Ekspresi wajah datar.
bincang tentang perasaan Menunjukkan rasa senang
klien.
 Mau berjabat tangan
3. Tidak mendukung dan
membantah waham klien  Mau duduk berdampingan
dengan perawat
4. Meyakinkan klien berada
dalam keadaan aman dan Wajah merunduk
terlindungi.  Px susah berkosentrasi pada
5. Mengobservasi apakah proses wawancara
wahamnya mengganggu Px terlihat mondar-mandir dan
aktifitas harian dan berperilaku seperti sedang
perawatan diri. perang dan memegang pistol.
 Ekspresi klien terlihat serius.

A : Px mampu membina hubungan


saling percaya dg perawat,
dibuktikan dengan :
 Menunjukkan rasa senang
 Mau berjabat tangan
 Mau menyebutkan nama
 Px mau menjawab salam
 Px mau duduk berdampingan
dengan perawat
 Px mau mengutarakan
perasaanya.

P : Lanjutkan TUK 2 :
1. Membuat kontrak wawancara dg
px jam 4 sore di ruang depan TV
2. Px mampu mengidentifikasi
kemampuanyang dimiliki.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn A NIRM : 08 02 25
RUANGAN : Kemuning

TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

26/02/13 Perubahan isi1. Memberi pujian terhadap S:


Pikir : waham penanmpilan klien  Px mengatakan semalam bisa
2. Mendiskusikan bersama tidur dengan nyenyak, dan setelah
klien kemampuan yang bangun tidur pasien mandi,
dimiliki pada waktu lalu kemudian sarapan.
dan saat ini yang realistis  Px mengatakan dulunya pernah
3. Menanyakan apa yang bekerja sebagai petani dan
bisa dilakukan oleh klien perangkat desa, px juga bisa untuk
sehari-hari selama di rawat berkebun.
di RSJ ini.  Px mengatakan di RSJ ini mau
4. Mendengarkan bermain film/sandiwara
pembicaraan klien tentang Px mengatakan kalau tidak main
wahamnya. film maka pasien akan mati
5. Memperlihatkan pada Px mengatakan di RSJ ini ikut
klien, bahwa klien sangat berperan unutk mencuci baju
penting dan diperhatikan. pasien, kain pel, dan kadang
mencuci piring.

O:
 Px mampu menepati kontrak yang
telah dibuat.
 Px tampak senang ketika
mendapat pujian.
 Pasien mampu kooperatif pada
proses wawancara (kurang lebih
10 menit)
 Px menggumam dengan cepat.
 Selama proses wawancara
ekspresi wajah px datar dan hanya
menundukan wajahnya.
 Px mudah keluar dari konteks
pembicaraan, px seringkali
menyanyi.
 Px tampak bingung selama proses
wawancara
 Setelah proses wawancara Px
kembali mondar-mandir, dan
berperilaku seperti sedang
berperang.

A : Px mampu mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki,
dibuktikan dengan :
 Px menunjukkan rasa senag
ketika diberi pujian
 Px mampu mengungkapkan
kemampuan yang dimiliki pada
masa lalu
 Px mengungkapkan aktifitasnya
sehari-hari selama di RSJ
 Px mengungkapkan isi
wahamnya.

P:
 Membuat kontrak dg px jam 9 di
ruang depan/TV
 Lanjutkan ke TUK 3 : Px mampu
mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn. A NIRM : 08-02-25


RUANGAN : Kemuning

TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

27-02- Perubahan isi


1. Menanyakan kepada klien S:
apa yang sudah dilakukan Px mengatakan kebutuhanya adalah
13 pikir : waham
sejak tadi pagi. mandi, sholat, makan, olahraga.
2. Mengobservasi kebutuhan Px mengatakan ingin memenuhi
klien sehari-hari kebutuhan untuk merokok.
3. Mendiskusikan dengan Px mengatakan masih menjalani
klien kebutuhan yang tidak proses pembuatan film
terpenuhi sebelum dan
selama dirawat di RSJ ini.
4. Mendiskusikan dengan O:
klien tentang jadwal Px keluar dari konteks pembicaraan,
kegiatan harian klien pasien seringkali menyanyi.
( mandi, sholat, cuci baju, Ekspresi pasien datar, dan terus
sarapan, minum obat, menundukkan wajah ketika proses
mencuci piring, wawancara.
membersihkan ruangan, Px tampak bingung selama proses
olahraga. wawancara
5. Mengatur situasi agar klien Setelah proses wawancara Px
tidak mempunyai waktu kembali mondar-mandir, dan
untuk menggunakan berperilaku seperti sedang berperang.
wahamnya.  Px mandi, makan, minum obat,
6. Memberikan pujian pada olahraga dengan mandiri.
tiap kegiatan positif yang Px juga mau menyapu, mencuci
dilakukan klien. baju, dan kain pel.

A : Px belum mampu mengidentifikasi


kebutuhan yang tidak terpenuhi,
dibuktikan dengan :
 Px tidak mengungkapkan kebutuhan
selama di rumah
 Px mampu mengungkapkan
kebutuhan selama di rumah sakit
 Pemenuhan ADL Px mengalami
peningkatan
 Px merasa senang ketika
diwawancara.
 Px belum mampu mengalokasikan
waktu untuk wahamnya
P:

Pertahankan BHSP dan tetap pada
TUK 3 : klien mampu
mengidentifikasi kebutuha yang tidak
terpenuhi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn. A NIRM : 08-02-25


RUA NGAN : Kemuning

TGL DX KEP IMPEMENTASI EVALUASI TTD

28-02- Perubahan isi


1. Menanyakan kepada klien S:
apa yang sudah dilakukan Px mengatakan kebutuhanya adalah
13 pikir : waham
sejak tadi pagi. mandi, sholat, makan, olahraga, dan
2. Mengobservasi kebutuhan merokok.
klien sehari-hari  Px mengatakan kebutuhan yang
3. Mendiskusikan dengan belum terpenuhi adalah mempunyai
klien kebutuhan yang tidak rumah sendiri dan berkeluarga.
terpenuhi sebelum dan Px mengatakan masih menjalani
selama dirawat di RSJ ini. proses pembuatan film
4. Mendiskusikan dengan O:
klien tentang jadwal Ekspresi pasien datar, dan terus
kegiatan harian klien menundukkan wajah ketika proses
( mandi, sholat, cuci baju, wawancara.
sarapan, minum obat, Px tampak bingung selama proses
mencuci piring, wawancara
membersihkan ruangan, Setelah proses wawancara Px
olahraga. kembali mondar-mandir, dan
5. Mengatur situasi agar berperilaku seperti sedang berperang.
klien tidak mempunyai
 Px mandi, makan, minum obat,
waktu untuk menggunakan
olahraga dengan mandiri.
wahamnya.
 Px juga mau menyapu, mencuci baju,
6. Memberikan pujian pada
dan kain pel.
tiap kegiatan positif yang
A : Px mampu mengidentifikasi
dilakukan klien.
kebutuhan yang tidak terpenuhi,
dibuktikan dengan :
 Px mengungkapkan yang ingin
dipenuhinya.
 Px mampu mengungkapkan
kebutuhan selama di rumah sakit
 Pemenuhan ADL Px mengalami
peningkatan
 Px merasa senang ketika
diwawancara.
 Px belum mampu mengalokasikan
waktu untuk wahamnya
P:
 Lanjutkan pada TUK 4 : klien
mampu berhubungan dengan realitas.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn A NIRM : 08-02-05


RUANGAN : Kemuning

TGL DX KEP IMPEMENTASI EVALUASI TTD

01-03- Perubahan isi


1. Mendiskusikan dengan S:
klien tentang realitas Px mengatakan bahwa dulu dirinya
13 pikir : waham
dirinya adalah seorang petani dan perangkat
2. Mendiskusikan pada klien desa.
tentang orientasi realitas  Px mengatakan dirinya adalah
3. Memberikan pujian pada bintang film dan sedang menjalani
tiap kegiatan positif yang pembuatan film.
dilakukan klien. O:
 Px mudah keluar dari konteks
pembicaraan, pasien seringkali
menyanyi.
 Kosentrasi mudah beralih selama
wawancara
 Setelah proses wawancara Px
kembali mondar-mandir, dan
berperilaku seperti sedang berperang.
 Px mau membantu cuci piring, cuci
kain pel, dan minum obat secara
mandiri.

A : Klien belum mampu berhubungan


dengan realitas, dibuktikan dengan :
 Px mengungkapkan dirinya dulu
adalah seorang petani dan perangkat
desa.
 Px masih merasa masih menjadi
bintang film dan menjalani peorses
pembuatan film perang-perangan.

P:
 Pertahankan BHSP dan TUK 4 :
klien mampu berhubungan dengan
realitas
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn A NIRM : 08-02-05


RUA NGAN : Kemuning

TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

02-03- Perubahan isi


1. Mendiskusikan dengan S:
klien tentang realitas dirinya Px mengatakan bahwa dulu dirinya
13 pikir : waham
2. Mendiskusikan pada klien adalah seorang petani dan perangkat
tentang orientasi realitas desa.
3. Memberikan pujian pada Px mengatakan sekarang sedang
tiap kegiatan positif yang sakit jiwa dan dirawat di RSJ
dilakukan klien. Lawang.
 Px mengatakan dirinya adalah
bintang film dan sedang menjalani
pembuatan film.
 Px mengatakan mau membantu
mencuci baju, kain pel, dan mencuci
piring.
O:
 Px mudah keluar dari konteks
pembicaraan, pasien seringkali
menyanyi.
 Kosentrasi mudah beralih selama
wawancara
 Setelah proses wawancara Px
kembali mondar-mandir, dan
berperilaku seperti sedang
berperang.
 Px mau membantu cuci piring, cuci
kain pel, dan minum obat secara
mandiri.
A : Klien belum mampu berhubungan
dengan realitas, dibuktikan dengan :
 Px mengungkapkan dirinya dulu
adalah seorang petani dan perangkat
desa.
 Px masih merasa masih menjadi
bintang film dan menjalani peorses
pembuatan film perang-perangan.

P:
 Pertahankan BHSP dan TUK 4 :
klien mampu berhubungan dengan
realitas

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan didapat beberapa kesimpulan yaitu:

2. Jenis-jenis waham
Waham Kejar
Waham Somatik
Waham agama
Waham curiga
Waham Intulistik
3. Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa,
klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang,
klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik
diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa
curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara
memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, gelisah.
4. Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi
seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa
pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga
dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 46–53

Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,


Philadelphia.

Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia

Dr. Budi Anna Keliat,skp. 2009. Model Praktik Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai