Oleh:
Mailena 1914301042
Alita Merinda Anggraini 1914301043
Isma Yunita Sari 1914301044
Della puspita sari 1914301045
Mulya trianisa 1914301046
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASKEP KEPERAWATAN JIWA
DENGAN MASALAH WAHAM”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para pembaca dapat
memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami selalu
bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.
Tim Penulis
1
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................3
Daftar Pustaka.................................................................................................................21
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas social.( Gail W. Stuart).
Waham dibangun atas unsure – unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti – bukti yang objektif tentang
kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan – keinginan
dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari
berbagai problem sendiri atau tekanan – tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang didapat beberapa rumusan masalah,yaitu:
1. Apa saja jenis-jenis waham?
2. Apa saja tanda dan gejala waham?
3. Bagaimana sumber koping waham?
Tujuan
1. Menjelaskan jenis – jenis waham
2. Menjelaskan tanda dan gejala waham
3. Menjelaskan sumber koping waham
Manfaat Penulisan
2. Mengetahui jenis – jenis waham
3. Mengetahui tanda dan gejala waham
4. Mengetahui sumber koping waham
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Pengertian waham
1. Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial (Stuart dan Sunden, 1990 :
90).
2. Waham adalah suatu kepercayaan yang salah/ bertentangan dengan kenyataan dan tidak tetap
pada pemikiran seseorang dan latarbelakang sosial budaya (Rowlins, 1991: 107)
3. Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pikiran seseorang yaitu dengan
menca,puri kemampuan pikiran diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Heber, 1987: 722).
4. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun dibuktikan
kemustahilannya itu (W. F.Maramis 1991 : 117).
Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi pikir
yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan kenyataan,
keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah dengan logika atau hal-
hal yang bersifat nyata.
Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara
adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara
adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu.
Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia
akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir waham.
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi 2
teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis
2. Teori Psikososial
Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah.
Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak.
Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan
yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan
dan segmen diri dalam kepribadian.
Faktor presipitasi
Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan
sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,
infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan,
kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
Jenis-jenis waham
Waham Kejar
Individu merasa dirinya dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien dengan stres anektif tipe
depresi dan gangguan organik.
Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan
yang luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai
puluhan rumah, dll.
Waham Somatik
Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada
tubuhnya.
Waham Agama
Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya
yang telah ia perbuat dengan keagamaan.
Waham Curiga
Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa
curiga terhadap sekitarnya.
Waham Intulistik
Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah
mati, sering ditemukan pada klien depresi.
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai
seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan
perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan
mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri,
rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti :
modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-
anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar
dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang
cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
Pohon masalah waham :
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan
waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yng berulang-ulang diungkapkan
atau menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakak pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya ?
4. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain? Apakah
pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
5. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yahin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Tindakan keperawatan pasien dengan waham :
d. observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri.
ORIENTASI :
“ Om swastiastu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
Melati. Saya dinas dari jam 07.00 – 14.00, saya yang akan merawat bli hari ini. Nama bli
siapa, senangnya dipanggil apa?”
“ Bisa kita berbincang – bincang tentang apa yang bli B rasakan sekarang ?”
“ Berapa lama bli B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit
?” “ Di mana enaknya kita berbincang – bincang bli ?
KERJA :
“ Saya mengerti bli B merasa bahwa bli B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bli ?”
“ Tampaknya bli B gelisah sekali, bisa bli ceritakan apa yang bli B rasakan ?”
“ O, jadi bli B merasa takut nanti diatur – atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri bli sendiri ?”
“ Siapa menurut bli B yang sering mengatur – atur diri bli ?”
“ Jadi ibu yang terlalu mengatur – ngatur ya bli, juga kakak dan akik bli yang lain ?”
kalau bli sendiri inginnya seperti apa ?”
“ O, bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri.”
“ Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bli.”
“ Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya bli ingin ada kegiatan di luar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya ?”
TERMINASI :
ORIENTASI :
KERJA :
“ Apa saja hobi bli? Saya catat ya bli, terus apa lagi ?”
“ Wah, rupanya bli B pandai main voly ya, tidak semua orang bisa bermain voly seperti
itu lo bli” ( atau hobi lain sesuai yang diucapkan pasien ).
“ Bisa bli B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voly, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada bli B, dimana ?”
“ Bisa bli B peragakan kepada saya bagaimana bermain voly yang baik itu ?”
“ Wah, baik sekali permainannya.” Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bli B ini ya,
berapa kali sehari/seminggu bli B mau bermain voly ?”
“ Apa yang bli B harapkan dari kemampuan bermain voly ini ?”
“ Ada tidak hobi atau kemampuan bli B yang lain selain bermain voly ?”
TERMINASI :
“ Bagaimana perasaan bli B setelah kita bercakap – cakap tentang hobi dan kemampuan
bli ?”
“ Setelah ini coba bli B lakukan voly sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya ?”
“ Besok kita ketemu lagi ya bli ?”
“ Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, setuju ?”
“ Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang hrus bli B minum, setuju ?”
3. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan waham ketiga. Mengajarkan dan melatih
cara minum obat yang benar.
ORIENTASI :
“ Om swastiastu bli B .“
“ Bagaimana bli sudah dicoba latihan volynya? Bagus sekali.”
“ Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu, bagaimana kalu sekarang kita membicarakan
tentang obat yang bli minum ?”
“ Dimana kita mau membicarakannya? Dikamar makan ?”
“ Berapa lama bli mau kita memebicarakannya? 20 menit atau 30 menit ?”
KERJA :
“ Bli B berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat diminum?”
“ Bli B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenag, tidurnya juga tenang.”
“ Obatnya ada 3 macam bli, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3xsehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam.”
“ Bila nanti setelah minum obat mulut bli B terasa kering, untuk membantu mengatasinya
bli bisa banyak minum dan mengisap – isap es batu.”
“ Sebelum minum obat ini bli B dan Ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
“ Obat – obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bli B tidak mengentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”
TERMINASI :
“ Bagaimana perasaan bli B setelah kita bercakap – cakap tentang obat yang bli minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“ Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan bli! Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada suster!”
“ Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bli!”
“ Bli, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiaatan yang telah dilaksanakan.
Bagaiaman kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”
“ Sampai besok.”
KERJA :
“ Pak, bu, apa masalah yang bapak dan ibu rasakan dalam merawat bli b ?” Apa yang
sudah dilakukan di rumah? Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu
mengaku – ngaku sebagai seorang dewa tetapi tetapi nyatanya bukan dewa merupakan
salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara
menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang dewa, bapak
dan ibu bersikap dengan mengatakan : pertama, bapak/ibu mengerti B merasa seorang
dewa, tapi sulit bagi bapak dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua
dewa sudah meninggal. Kedua, bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia
melakukan hal – hal yang baik.”
“ Ketiga, hal – hal sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
B. Bapak dan ibu dapat bercakap – cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan
B, misalnya: ‘bapak dan ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak dan ibu, B kan punya kemampuan….” (kemampuan yang pernah dimiliki
oleh anak).
“ Keempat, bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” (jika anak mau mencobanya, berikan
pujian).
“ Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”
“ Obatnya ada tiga macam, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikirannya tenang. Semuanya harus diminum secara teratur 3 kali
sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali. (Libatkan
keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bli B sudah mempunyai
jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!”
TERMINASI :
“ Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap – cakap tentang cara merawat
B di rumah?”
“ Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“ Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu dating kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita
tadi?” Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di
tempat ini ya pak, bu.”
2. Strategi pelaksanaan keluarga pasien dengan waham kedua melatih keluarga cara
merawat pasien.
ORIENTASI :
“ Om swastiastu pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi.”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”” Sekarang kita akan latihan cara – cara merawat tersebut ya pak, bu.”
“ Kita akan coba di sini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada B
ya?” “ Berapa lama bapak dan ibu punya waktu ?”
KERJA :
“ Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku sebagai dewa, coba bapak dan ibu
praktikkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini !”
“ Bagus, betul begitu caranya. Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian atas
kemampuan yang dimiliki B. bagus !”
“ Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadwal !”” Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B.”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?” (ulang lagi semua
cara di atas langsung kepada pasien).
TERMINASI :
“ Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“ Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan
ibu membesuk B!”
“ Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu dating kembali kesini dan kita
akan mencoba cara merawat B sampai bapak dan ibu lancer melakukannya?”
“ Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” “ Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat
ini ya pak, bu.”
“ Om swastiastu pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadwal B
selama di rumah.” “ Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus
dilatih cara merawat B?” “Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di
rumah? Mari bapak dan ibu duduk di sini!”
“ Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum bapak dan ibu
menyelesaikan administrasi di depan.”
KERJA :
“ Pak, bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap
melakukannya di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau
T (tidak mau melaksanakan)>”
“ Hal – hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama di rumah. Misalnya B mengaku sebagai seorang dewa terus
menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di
Puskesmas Nirwana, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor
teleponnya:…!” selanjutnya Suster E yang akan membantu perkembangan B selama di
rumah.”
TERMINASI :
“ Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu? Sudah
siap melanjutkannya di rumah?”
“ Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Suster E di puskesmas Nirwana. Kalau
ada apa – apa bapak dan ibu boleh juga menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan
administrasi ke kantor depan!”
ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM
I. IDENTITAS PASIEN
Inisial Px : Tn. A
Ruang Rawat : Ruang Kemuning
Umur : 48 Tahun
Informan : Pasien dan Status pasien
Tgl MRS : 23 Januari 2013
Tgl pengkajian : 25 Februari 2013
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : STM
RM no. : 08-02-25
Alamat : Jl. Raya Kedawung wetan Kec. Grati ( Dinsos Pasuruan )
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Pasien merupakan anak ke-5 dari 9 bersaudara, 5 laki-laki dan 4 perempuan, pasien tinggal bersama
orangtuanya, kedua kakaknya, dan keempat adiknya.
Diagnosa keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Px menyukai semua anggota tubuhnya karena anugerah dari Tuhan. Px mengatakan bahwa dirinya
sudah tua dan terlambat mendekati wanita untuk diajak menikah. Px terlihat minder saat bergaul
dengan pasien lainya.
b. Identitas diri
Px mengaku bernama A S, berumur 48 tahun, pernah bekerja sebagai petani, agama Islam, jenis
kelamin laki-laki, alamat Blitar, px mengaku pernah sekolah sampai lulus STM, dan px mengaku
dirinya adalah seorang artis.
c. Peran
Rumah : Px mengatakan bahwa selama di Rumah, dirinya adalah sebagai anak dari kedua
orangtuanya, sebagai adik dari keempat kakaknya, pasien mengaku pernah bekerja sebagai petani dan
perangkat desa.
RS : Pasien mengatakan sebagai pasien, tugasnya mencuci baju, dan mencuci piring saat
disuruh kalau tidak disuruh px cenderung mondar-mandir dan bicara sendiri.
d. Ideal diri
Px mengatakan sudah bisa hidup saja sudah bersyukur.
Menurut status, px tidak bekerja.
e. Harga diri
Px mengatakan merasa malu untuk mendekati wanita, karena px merasa sudah tua dan sudah tidak
pantas lagi, pasien juga merasa tidak dihiraukan dan dijauhi oleh teman-temanya.
Diagnosa keperawatan : harga diri rendah
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan tidak ada orang yang berarti, karena selama sakit pasien merasa tidak dihiraukan
oleh keluarga dan teman-temanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Rumah : Px mengatakan sebagai seorang petani dan perangkat desa.
RS : Px mengatakan suka membantu untuk mencuci piring dan baju, dan kadang-kadang
pasien ikut membantu membersihkan ruangan. Dan kalau ada waktu senggang pasien sering mondar-
mandir dan menyanyi.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Px mengatakan ingin berkumpul dengan teman-temanya, namun Px merasa tidak diharaukan.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai keyakinan
Px mengatakan agamanya islam. Dan menurut px masalah penyakit ini karena takdir dari tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Px mengatakan hanya menjalankan sholat ashar, karena sholat 5 waktu hanya untuk anak-anak, px
juga suka mengaji dan berdzikir.
Diagnosa keperawatan : - Distress spiritual.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Px berpenampilan kurang rapi, rambut cepak, pakaian kusut, mandi dan gosok gigi mandiri, memakai
sandal.
Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Px berbicara cepat memakai bahasa indonesia, kalau ditanya jawabannya cepat, terkadang jawaban
berhenti dan tidak diteruskan atau malah menggumam sendiri, saat diajak berbicara tatapan mata sering
kebawah, sering menunduk. Terkadang jawaban satu dengan yang lain tidak sama, terkadang ngelantur
dan bergumam.
Diagnosa keperawatan : - Gangguan proses pikir
- Kerusakan komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik
Px mengatakan tubuhnya masih kuat, pergerakan kaku, px melakukan tugasnya apabila disuruh, kalau
tidak px cenderung mondar-mandir.
Diagnosa keperawatan : Defisit aktivitas deversional
4. Suasana perasaan (emosi afek)
a. Afek labil. Saat dilakukan pengkajian px menjawab pertanyaan dengan seadanya saja dan kalau px
merasa tidak suka dengan pertanyaan perawat, px pergi dari lokasi wawancara namun kemudian
kembali lagi, tau pasien ngelantur dan tersenyum sendiri.
Px sering menunduk ke bawah, tidak suka menatap muka lawan bicara, suka mondar-mandir, dan
menggumam.
b. Alam perasaan (emosi)
Px mengatakan senang berada disini karena bisa main film sepuasnya.
Diagnosa keperawatan : -
5. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang, px saat ditanya hanya menundukkan kepala dan jarang melakukan kontak mata
dengan lawan bicara. Kalau ditanya jawabannya terkadang tidak sesuai dengan pertanyaan, px
kooperatif tetapi sering meninggalkan lokasi wawancara dan mondar-mandir, sesekali pasien kembali
mengajak wawancara lagi.
Diagnosa keperwatan : Kerusakan komunikasi Verbal
6. Persepsi - sensorik
Px mengatakan tidak mengalami halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi, pasien mampu
menyadari bahwa dirinya harus berinteraksi.
Diagnosa keperawatan : -
7. Proses berpikir
a. Arus pikir
Blocking : saat ditanya px sering berhenti dalam menjelaskan sesuatu tetapi saat di tanya kembali
beberapa saat kemudian px menjawab pertanyaan dengan singkat, terkadang juga px tidak meneruskan
jawaban sebelumnya.
Diagnosa keperawatan : perubahan arus pikir
b. Isi pikir
Pasien sering berualng-ulang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis dan seluruh waktunya
dibuat untuk menjalani pembuatan film. Dan kalau tidak menjalani pembuatan film maka pasien akan
merasa mati.
Diagnosa keperawatan : - Perubahan isi pikir : Waham
8. Tingkat kesadaran
a. Kwantitatif : Compos mentis, GCS :456
b. Kwalitatif : Kesadaran berubah, px sering mondar-mandir, disaat sendiri mulut komat-kamit, dan
sering menyanyi dengan keras, terkadang pasien sering berperilaku seperti memgang pistol/senapan.
c. Disorientasi
Px tidak mampu mengenali pagi, siang, dan malam, px mampu menyebutkan jam, px tidak mampu
menyebutkan hari, tanggal, tahun.
Px mampu menyebutkan bahwa dirinya sekarang berada di ruang kemuning RSJ Lawang.
Px mampu menyebutkan nama pasien lainya dan perawat.
Diagnosa keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Memori
a. Jangka panjang
Saat ditanya kapan dirinya lahir, pasien mampu menjawab bahwa dirinya lahir tanggal 29 Juni 1965.
b. Jangka pendek
Saat ditanya tadi kegiatan di pagi hari, pasien mampu menyebutkan kegiatanya, yaitu bangun tidur,
mandi, cuci baju, sarapan, dan minum obat.
Diagnosa keperawatan : -
10. Konsentrasi dan berhitung
Px tidak mepunyai masalah berhitung dan kosentrasi, terbukti dengan px mampu menurutkan angka
dan ketika ditanya 15 + 3, px menjawab 18
Diagnosa keperawatan : -
11. Kemampuan menilai (judgement)
Ketika ditanya makan dulu atau cuci tangan dulu, px menjawab cuci tangan dulu.
Diagnosa keperawatan : -
Nama klien : Tn A
NIRM : 08-02-25
Bangsal / tempat : Kemuning
Dx Perencanaan
Tgl No Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 Perubahan TUM : Setelah dilakukan interaksi selama 1 x Bina hub
isi pikir : Setelah dilakukan Pertemuan klien dapat : jelaskan tu
waham tindakan keperawatan,1. Menunjukkan ekspresi wajah bersahabat kontrak ya
Klien tidak terjadi2. Menunjukkan rasa senang Jangan m
perubahan isi pikir,3. Ada kontak mata, mau berjabat tangan menerima
waham. 4. Mau menyebutkan nama ekspresi m
5. Mau menjawab salam ekspresi ra
TUK 1 : 6. Klien mau duduk berdampingan dengan Yaki
Klien dapat membina perawat katakan pe
hubungan saling 7. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi yang aman
percaya dengan klien sendi
perawat Obser
perawatan
TUK 2 : Setelah dilakukan interaksi selama 1 x Beri pujia
Pertemuan klien dapat : Diskusi
Klien mampu
1. Menunjukkan rasa senag ketika diberi lalu dan sa
mengidentifikasi
pujian Tanya
kemampuan yang
2. Klien mampu mengungkapkan kemampuan melakukan
dimiliki
yang dimiliki perawatan
3. Klien mengungkapkan aktifitasnya sehari- Jika k
hari kebutuhan
4. Klien mengungkapkan isi wahamnya sangat pen
P : Lanjutkan TUK 2 :
1. Membuat kontrak wawancara dg
px jam 4 sore di ruang depan TV
2. Px mampu mengidentifikasi
kemampuanyang dimiliki.
NAMA : Tn A NIRM : 08 02 25
RUANGAN : Kemuning
O:
Px mampu menepati kontrak yang
telah dibuat.
Px tampak senang ketika
mendapat pujian.
Pasien mampu kooperatif pada
proses wawancara (kurang lebih
10 menit)
Px menggumam dengan cepat.
Selama proses wawancara
ekspresi wajah px datar dan hanya
menundukan wajahnya.
Px mudah keluar dari konteks
pembicaraan, px seringkali
menyanyi.
Px tampak bingung selama proses
wawancara
Setelah proses wawancara Px
kembali mondar-mandir, dan
berperilaku seperti sedang
berperang.
A : Px mampu mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki,
dibuktikan dengan :
Px menunjukkan rasa senag
ketika diberi pujian
Px mampu mengungkapkan
kemampuan yang dimiliki pada
masa lalu
Px mengungkapkan aktifitasnya
sehari-hari selama di RSJ
Px mengungkapkan isi
wahamnya.
P:
Membuat kontrak dg px jam 9 di
ruang depan/TV
Lanjutkan ke TUK 3 : Px mampu
mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P:
Pertahankan BHSP dan TUK 4 :
klien mampu berhubungan dengan
realitas
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P:
Pertahankan BHSP dan TUK 4 :
klien mampu berhubungan dengan
realitas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
2. Jenis-jenis waham
Waham Kejar
Waham Somatik
Waham agama
Waham curiga
Waham Intulistik
3. Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa,
klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang,
klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik
diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa
curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara
memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, gelisah.
4. Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi
seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa
pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga
dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 46–53
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia
Dr. Budi Anna Keliat,skp. 2009. Model Praktik Keperawatan Jiwa Profesional. Jakarta :
EGC