Anda di halaman 1dari 31

Keperawatan Gawat Darurat

ASUHAN
KEPERAWATAN
ASFIKSIA PADA ANAK
KELOMPOK 3 SARJANA TERAPAN REGULER 1

DILA PUTRI CAHYANTI (1914301019)


DEVA NADA LIANA SARI (1914301026)
NABILA AMANDA PUTRI (1914301030)
ANNISA DIAN UTAMI (1914301031)
M. ABDUH MUSYAFFA (1914301041)
MAILENA (1914301042)
ALITA MERINDA ANGGRAINI (1914301043)
DELLA PUSPITA (1914301045)
MULYA TRIANISA (1914301046)
BELLA ARYANTO HASIBUAN (1914301047)
ALIFA ALHAMMAMI (1914301050)

2
Pengertian
3

Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan
ekstra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan. Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan
bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.
(mochtar, 1989)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (manuaba, 1998). Asfiksia neonatorum adalah suatu
keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Keadaadn ini disertai denga hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis
(wong, 1999)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan
dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah bayi lahir.

4
Klasifikasi
5
JENIS ASFIKSIA

1. Asfiksia livida (biru) 2. Asfiksia pallid (putih)

  1. Warna kulit kebiru-biruan  


 1. Kulit pucat
  2. Tonus otot masih baik   
 2. Tonus otot kurang
  3. Reaksi rangsangan positif   
 3. Tidak ada reaksi
  4. Bunyi jantung redup
  5. Prognosis lebih baik 
 
 4. Bunyi jantung ireguler
 
 5. Prognosis jelek 

6
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR

Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3


Asfiksia ringan sedang nilainya 4-6
Bayi normal dengan sedikit asfiksia nilainya 7-9
Bayi normal dengan nilai 10
Anatomi Fisiologi
8
ANATOMI SALURAN PERNAFASAN

Anatomi Saluran Pernapasan Atas Saluran Pernafasan Bagian Bawah.


  Rongga hidung  Trakhea
  Faring   Bronkus
  Laring  Bronkiolus
  Alveoli

FISIOLOGI SALURAN PERNAFASAN

Fisiologi Sistem Pernafasan


Proses respirasi dapat dbagi menjadi tiga proses utama :
  -Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru
  -Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah
  -Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan cairan tubuh ke dan darisel-
sel.
Proses fisiologi respirasi dibagi menjadi tiga stadium, yaitu:
 - Difusi gas-gas antara alveoli dengan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan darah sistemik dengan sel-
sel jaringan.
 - Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-
alveolus,
- Reaksi kimia dan fisik O2 dan CO2 dengan darah.
9
Etiologi
10
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab
kegagalan pernapasan pada bayi terdiri dari :

1. factor ibu ( hipoksia ibu dan gangguan aliran darah uterus


)
2. factor plasenta
3. factor fetus
4. factor neonatus
Patofisiologi
12
Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat


perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang
pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur.
Pada penderita asfiksia berlanjut usaha napas ini tidak tampak, denyut jantung mulai turun, dan bayi
memasuki periode apneu. Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan mengap-
mengap yang dalam, frekuensi denyut jantung terus menurun (bradikardi) ditemukan pula penurunan
tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apnu sekunder.
Pada asfiksia berat ini denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus menurun.
Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernapasan secara
spontan. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas/transport O2 (menurunnya tekanan O2 darah)
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, apabila hipoksia yang berkelanjutan, kurangnya
oksigen untuk menghasilkan energi bagi metabolisme tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis
anerobik. Produk sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat) menimbulkan peningkatan asam
organik tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga terjadilah asidosis metabolik. selanjutnya
akan terjadi perubahan kardiovaskuler. Perubahan sirkulasi dan metabolisme ini secara bersama-sama
akan menyebabkan kerusakan sel baik sementara ataupun menetap yang akan berakibat buruk
terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa
(squele).

13
Manifestasi klinik
14
Mainfestasi klinik asfiksia

  Pernapasan cepat
  Pernapasan cuping hidung
  Tonus otot berkurang
  Bradikardia atau takikardi
  Sianosis
  Nilai APGAR < 7
 

15
Pemeriksaan
penunjang
16
PEMERIKSAAN PENUNJANG

  Foto polos dada


  USG kepala
  Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah (AGD),
serum elektrolit
  Baby gram (RO dada)

17
Penatalaksanaan
medis
18
Penatalaksanaan medis

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Lakukan langkah awal yaitu : Hangatkan dan
letakkan bayi di
bawah pemancar panas. Lanjutkan dengan tindakan resusitasi mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Airway: Memastikan saluran nafas terbuka
  Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi dengan bahu diganjal
  Menghisap mulut kemudian hidung dan kadang-kadang trachea
  Bila perlu masukan pipa enditrakeal (ETT) untuk memastikan pernapasan
terbuka
2. Breathing : Memulai pernapasan
  Lakukan rangsangan taktil
  Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif seperti mulut ke mulut
3. Circulation: Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan.
Penatalaksanaan medis

 1. Asfiksia berat (score Apgar 0-3)


  Berikan 02 dengan tekanan dan intermiten
  Pemberian natrium bikarbonat 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula
glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan
IV secara berlahan melalui vena umbilikalis.
  Pemberian antibiotic sebagai tindakan profilaksis.
  Bila henti jantung lakukan RJP
 
2. Asfiksia sedang (score Apgar 4-6)
  Berikan 02 intranasal dengan aliran 1-2 ltr/mnt
  Ventilasi mouth to mouth
  Apabila tidak berhasil lakukan penanganan seperti asfiksia berat
Komplikasi
21
1. Otak: edema otak dan perdarahan otak 
2. Jantung dan paru-paru: hipertensi pulmonal
persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema
paru.
3. Gastrointerstinal : enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal: tubular, nekrosis akut
5. Hematologi: DIC
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
1. Airway
Pada airway, ada obstruksi pada jalan napas sehingga menghambat udara masuk  ke dalam paru
berupa cairan atau benda asing seperti mekonium dari alveolus atau tidak.
▸ Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan (mekonium di
sepanjang jalan nafas)
▸ Rencana Keperawatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan
nafas kembali efektif 
▸ Kriteria:
 Jalan nafas bersih
 Tidak terdengar suara nafas tambahan
 Klien dapat mempertahankan pernapasan normal

23
Intervensi Keperawatan :

1. Observasi TTV tiap 5-15 menit


R/ untuk mengetahui fungsi paru-paru dan jantung
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
R/ mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak 
3. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung
menghadap ke atas (head till)
R/ Untuk mencegah penyempitan jalan nafas
4. lakukan penghisapan secret (suction)
R/ untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari nasofaring tracea.

24
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
2. Breathing
Sesak, frekuensi pernapasan dalam/dangkal/regular/ireguler. Irama pernapasan cepat atau
lambat, nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5 dengan score <7
Diagnosa
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ventilasi paru
▸ Rencana Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
pertukatan gas adekuat dan pola nafas efektif 
▸ Kriteria :
 Inspirasi dan ekspirasi yang adekuat
 Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
 Frekuensi pernapasan normal (30-40x/mnit)
 Hasil analisa gas darah normal

25
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi TTV tiap 5-15 menit
R/ untuk mengetahui fungsi paru-paru dan jantung
2. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan R/ frekuensi dan
kedalaman pernapasan menunjukkan usaha klien dalam memenuhi kebutuhan oksigennya.
3. Kaji warna kulit dan membran mukosa R/ 
4. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap ke
atas (head till) R/ Untuk mencegah penyempitan jalan nafas
5. Kolaborasi/ lakukan pemeriksaan AGD
6. Kolaborasi / berikan oksigen sesuai indikasi
R/ membantu pemenuhan oksigen klien
7. Kolaborasi / bantu tindakan intubasi dan pertahankan ventilasi mekanik.
R/ memudahkan pengaliran udara ke dalam paru-paru

26
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
3. Circulation
Pada sirkulasi, frekuensi nadi cepat atau tidak, teratur atau tidak. Akral hangat atau dingin,
capillary refill > 3 detik, pucat, sianosis, kemerahan.
▸ Diagnosa:
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi
▸ Rencana Keperawatan
Tujuan : perfusi jaringan dapat dipertahankan Kriteria :
Tekanan darah dalam batas normal
 Kapiler refil <3 menit
 Akral hangat
▸ Intervensi :
1. Observasi TTV R/ 
2. Kaji tanda-tanda yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan
3. Pertahankan tirah baring untuk memudahkan sirkulasi
4. Kolaborasi dala pemberian cairan parenteral
27
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
3. Disability
Pada pasien asfiksia berat, akan mengalami penurunan kesadaran. Ini
diakibatkan transport oksigen ke otak yang kurang/tidak mencukupi
(hipoksia). Yang akhirnya darah akan sulit mencapai jaringan otak 

4. Exposure
Pada exposure, ditemukan hipotensi.

28
SECONDARY SURVEY
1. Keluhan yang terjadi selama kehamilan, Gangguan/kesulitan waktu lahir,
lahir tidak bernafas/menangis.
2. Pengukuran hasil nilai Apgar
3. Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan)
4. Lakukan pemeriksaan AGD
5. Lakukan pemasangan ETT

29
EVALUASI
1. Bersihan jalan nafas kembali efektif, pasien terbebas dari obsruksi secret
2. Ventilasi paru maksimal, pola nafas efektif 
3. Pernapasan pasien kembali normal, dengan frekuensi pernapasan berkisar
30-40x/mnit
4. Pertukaran gas adekuat
5. Tidak terjadi penurunan kesadaran.

30
TERIMA
KASIH
31

Anda mungkin juga menyukai