Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KERJASAMA TIM INTER DAN MULTIDISIPLIN

MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA

DOSEN:
MERAH BANGSAWAN, SKM., M.Kes.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 11

Qurrota A’yun Nurhasanah 1914301096


Sinta Rizqiani 1914301082
Putra Zulfijar Febiantoni 1914301078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Manajemen Bencana. Makalah ini yang berjudul “Kerjasama Tim Inter dan
Multidisiplin.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, Bapak Merah Bangsawan,
SKM., M.Kes. serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide sehingga
makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 13 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Disiplin Ilmu dalam Manajemen Bencana..............................................................3

2.2 Kerjasama Interdisiplin............................................................................................3

2.3.1 Pengertian.............................................................................................................3

2.3.2 Ciri-Ciri................................................................................................................4

2.3.3 Keuntungan Tim Interdisipliner dalam Perawatan Kesehatan.............................5

2.3 Kerjasama Multidisiplin...........................................................................................6

2.3.1 Pengertian.............................................................................................................6

2.3.2 Ciri-Ciri................................................................................................................7

2.3.3 Anggota Tim........................................................................................................7

2.3.4 Keuntungan Tim Multidisiplin...........................................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini, kejadian bencana banyak terjadi di belahan bumi termasuk Indonesia.
Data Informasi Bencana Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB,
2019) mencatat dalam 10 (sepuluh) terakhir ini (2000-2019), telah terjadi 27.022 kali
kejadian bencana alam. Belum lagi bencana non-alam seperti teknologi, transportasi,
kurusuhan sosial dan pada saat ini pademi Covid-19. Dalam kurun waktu tersebut jumlah
korban meninggal (dan hilang) mencapai 187.092 jiwa, luka-luka 372,254 jiwa, dan
menderita serta mengungsi 48.931.229 jiwa (BNPB, 2019). Dalam bencana tersebut, telah
menghancurkan rumah sebanyak 1.067.980 (berat), rusak sedang 132,721 dan rusak
ringan 1.396.588. Belum lagi kerusakan terhadap fasilitas publik seperti kantor
pemerintahan, kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan infrastruktur penting lainnya.
Pada tahun 2019, dunia juga dikagetkan dengan pandemic Covid-19 yang pada saat
artikel ini ditulis telah menginfeksi sekitar 207,784,507 orang dan menyebabkan
4,370,424 orang meninggal dunia (WHO, 2021). Bencana non-alam ini meskipun
dikatakan masih lebih kecil jumlah korban di banding Spanish Flu yang terjadi pada
tahun 1918-1919 (Robinson, 2021), mungkin akan berdampak panjang karena adanya
perkembangan varian virus. Sayangnya, menurut para ahli, tidak banyak dokumentasi
yang menjelaskan dan merekam penyebaran dan cara penanganan Spanish Flu sehingga
kita tidak memiliki lesson learned untuk mengantisipasi dan menangan Covid-19 dengan
baik (Feehan & Apostolopoulos, 2021).
Dengan ancaman yang lebih besar dan frekuensi makin tinggi, upaya untuk
penanggulangan bencana terus dilakukan. Manajemen bencana menjadi isu sentral dalam
bidang politik, ekonomi, kebijakan, masyarakat, akademisi dan lainnya. Peran ilmu
pengetahuan dan penelitian dalam bencana memberikan kontribusi yang tidak sedikit.
Ilmu dan teknologi sangat penting untuk implementasi strategi dan kebijakan untuk
memitigasi risiko dan membangun ketangguhan terhadap bencana alam dan non-alam,
terutama dalam 20 tahun terakhir ini (Aitsi-Selmi et al., 2015). Pengembangan ilmu dan
penelitian tentang bencana juga terus berkembang. Namun demikian belum banyak
diskusi yang membahas tentang peran ilmu pengetahuan dalam manajemen bencana.

1
Publik sudah terbiasa menggunakan istilah “manajemen bencana” yang merujuk pada
suatu pendekatan, strategi, metode, prosedur serta penggambaran tentang tata cara
penanggulangan bencana. Apakah manajemen bencana adalah suatu ilmu pegnetahuan
atau bagian dari ilmu manajemen atau seberapa penting peran disiplin ilmu dalam
penanggulangan bencana? Penelitian multidisipliner, intradispsliner dan transdispliner
telah mendapatkan perhatian besar melingkupi ilmu-ilmu, sains, sosial, dan teknik untuk
menelaah dan memberikan solusi terhadap suatu persoalan (National Research Council,
2006). Penggunaan berbagai disiplin ilmu dalam penelitian kebencanaan juga menyadari
bahwa masih adanya ketimpangan (gap) pengetahuan dan penelitian tentang
kebencanaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu disiplin ilmu dalam manajemen bencana?
2. Apa itu kerjasama tim interdisiplin dalam manajemen bencana?
3. Apa itu kerjasama tim multidisiplin dalam manajemen bencana?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami disiplin ilmu dalam manajemen bencana.
2. Mahasiswa mampu memahami interdisiplin dalam manajemen bencana.
3. Mahasiswa mampu memahami multidisiplin dalam manajemen bencana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Disiplin Ilmu dalam Manajemen Bencana


Perkembangan riset dalam manajemen bencana yang sudah berkembang, sayangnya
masih sedikit yang membahas tentang disiplin ilmu dalam manajemen bencana. Berbeda
dengan ilmu-ilmu lain, pembahasan tentang pentingnya posisi sebuah ilmu apakah itu
multidisplin, interdisiplin, dan transdipslin dalam disiplin manajemen bencana masih
terbatas (Stock & Burton, 2011). Seperti diketahui bahwa tingkat kompleksitas suatu
masalah memerlukan adanya upaya pemecahan masalah yang melibatkan berbagai
disiplin ilmu (Sku\vcaiu & Klein, 2010). Interaksi disiplin ilmu secara umum dapat
dibedakan menjadi Interdisipliner (interdisciplinary), multidisipliner (multidisciplinary),
interdisipliner (interdisciplinary) transdisipliner (transdisciplinary) dan krosdisipliner
(crossdisiplinary).

2.2 Kerjasama Interdisiplin


2.3.1 Pengertian
Mengintegrasikan informasi, data, metode, alat, konsep, dan/atau teori dari
dua atau lebih disiplin ilmu yang berfokus pada pertanyaan, masalah, topik, atau
tema yang kompleks. Konsep kunci mendefinisikan interdisipliner adalah integrasi,
perpaduan masukan beragam yang berbeda dari dan lebih dari jumlah
bagian. Misalnya, sekelompok insinyur hidrolik, ekonom, perencana kota, dan
sosiolog bekerja sama untuk menguji hipotesis penelitian yang dikembangkan
bersama tentang pendekatan mitigasi gelombang badai dan banjir. Tim akan
menggunakan berbagai sumber data terintegrasi yang dihasilkan melalui lensa teori
interdisipliner dan penggunaan metode interdisipliner.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional
yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan
pelayanan kesehatan terbaik.
Dalam perawatan kesehatan, tim interdisipliner terdiri dari para profesional
dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja sama untuk menangani pasien dengan
berbagai kebutuhan fisik dan psikologis. Tim interdisipliner bukan hanya
3
sekelompok ahli yang menerapkan perawatan terpisah pada pasien. Mereka
melengkapi keahlian satu sama lain dan secara aktif berkoordinasi untuk bekerja
menuju tujuan pengobatan bersama. Contoh tim interdisipliner adalah tim trauma
yang merawat pasien setelah kecelakaan kendaraan bermotor. Ahli bedah, dokter
ruang gawat darurat, perawat, terapis, spesialis lab, dan spesialis pencitraan
semuanya bekerja sama untuk tujuan bersama perawatan dan pemulihan pasien.
Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam tugas,
namun dalam pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan disiplin ilmu
lain, saling berkaitan.
Interdisiplin merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik
yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program
penenlitian dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
Interdisipliner merujuk pada suatu pendekatan yang menggunakan berbagai
sudut pandang ilmu dengan melakukan integrasi metode dan analisis baik
serumpun atau tidak untuk memecahkan suatu masalah (Ratnasiri, 2016), (Jessup,
2007). Menurut NRC (National Research Council, 2006) “the term
interdisciplinary is used as an umbrella term to represent efforts usually conducted
by research teams that involve ideas and methods from more than one discipline”.
Namun seringkali bahwa apa yang dimaksud “interdisiplin” pada kenyataannya
adalah “multidisiplin” (National Research Council, 2006). Menurut Ingham et al
(Ingham et al., 2012) manajemen bencana akan lebih bagus dengan menggunakan
pendekatan interdisiplin yang tidak hanya meningkatkan pengembangan
pengelolaan bencana tetapi juga dapat mentransfer pengetahuan dari konsep
kepada kebijakan dan praktek-praktek yang dikembangkan untuk tujuan
pencegahan, tanggap darurat dan pasca bencana.
.
2.3.2 Ciri-Ciri
a. Peran dan tanggung jawab tidak kaku, dapat beralih sesuai dengan
perkembangan.
b. Menyadari adanya tumpang tindi kompetensi dan menerapkan dalam praktek
sehari-hari.
c. Menemui dan mengenali keunikan peran berbagai disiplin yang tidak bias
diabaikan dan merupakan modal bersama.

4
d. Ranah perluasan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki dan akan diterapkan
merupakan yang paling komprehensif, terdapat keinginan untuk memikul
beban berat bersama, hasrat untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.
e. Interdisiplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan
seputar disiplin tersebut

2.3.3 Keuntungan Tim Interdisipliner dalam Perawatan Kesehatan


Tim interdisipliner dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pasien dan
profesional kesehatan. Ini termasuk:
a. Perawatan dan hasil yang ditingkatkan
Profesional perawatan kesehatan dalam disiplin ilmu yang terpisah
dapat memberikan wawasan unik tentang kondisi pasien. Jika seorang dokter,
ahli jantung, ahli endokrinologi, dan tim perawat bekerja sama untuk merawat
pasien, masing-masing kemungkinan akan memperhatikan gejala khusus
untuk spesialisasi mereka. Secara individual, mereka masing-masing dapat
menangani satu aspek dari kondisi pasien. Bekerja sama, bagaimanapun,
mereka dapat memberikan perawatan komprehensif yang mengatasi gejala
multifaset pasien, sehingga meningkatkan kemungkinan pemulihan yang baik.
b. Lebih sedikit kesalahan
Kesalahan medis seperti kesalahan diagnosis, gejala yang terlewatkan,
dan kombinasi obat farmasi yang tidak tepat dapat berbahaya dan bahkan fatal
bagi pasien. Seringkali, kesalahan seperti itu diakibatkan oleh pasien yang
menemui banyak penyedia, masing-masing menerapkan rencana perawatan
khusus khusus yang mungkin tidak mempertimbangkan resep dan diagnosis
yang diberikan oleh dokter lain. Kolaborasi interdisipliner dapat mengurangi
terjadinya kesalahan dengan membantu membuat catatan yang lebih lengkap
yang memandang gejala pasien secara holistik.
c. Perawatan lebih cepat
Pendekatan interdisipliner meningkatkan kesadaran akan kebutuhan
individu dalam tim dan mendorong komunikasi sehingga anggota lain
memiliki informasi yang mereka butuhkan untuk menerapkan aspek lain dari
rencana perawatan. Misalnya, jika ahli ortopedi membutuhkan hasil lab
sebelum mereka dapat menentukan diagnosis yang pasti, spesialis lab dapat

5
memberi tahu mereka saat hasilnya tiba, mencegah data penting yang tidak
digunakan. Menghilangkan waktu tunggu dengan cara ini dapat membantu
pasien menerima perawatan lebih cepat.
d. Peningkatan efisiensi
Kombinasi perawatan yang lebih cepat dan pengurangan kesalahan
membantu merampingkan operasi. Perawatan yang akurat menyebabkan lebih
sedikit kebutuhan untuk pengujian atau pemeriksaan lebih lanjut, dan
perawatan yang lebih cepat berkontribusi pada operasi yang lebih cepat dan
pemulangan berikutnya dari rumah sakit. Peningkatan efisiensi
menguntungkan institusi medis dan pasien di rumah sakit yang dapat
menerima lebih banyak pasien baru, sementara pasien menikmati pengurangan
biaya terkait dengan masa inap yang lebih pendek.
e. Peningkatan moral
Karena tim interdisipliner menekankan kolaborasi, itu berfokus pada
pengakuan kontribusi dan pengetahuan setiap anggota tim. Ini dapat
membantu anggota merasa lebih dihargai, sehingga meningkatkan keterlibatan
dan keinginan mereka untuk berkontribusi. Ini dapat memberdayakan pasien
juga, yang harus didorong oleh tim untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan.

2.3 Kerjasama Multidisiplin


2.3.1 Pengertian
Pengertian multidisipliner adalah suatu upaya menggunakan berbagai disiplin
ilmu yang relevan untuk memecahkan masalah (National Research Council, 2006).
Menurut NRC (National Research Council, 2006) yang mengutip Klein “In
multidisciplinary research, investigators representing different disciplines often
work in parallel, rather than collaboratively. Multidisciplinary signifies the
juxtaposition of disciplines. It is essentially additive, not integrative”.
Uwizeyimana dan Basheka (Uwizeyimana & Basheka, 2017) mengartikan
“additive” sebagai materi yang ditambahkan ke sesuatu dalam jumlah kecil untuk
meningkatkan atau menjaga sesuatu itu sebagai produk hasil tambahan. Biasanya
multidisiplin diartikan “ahli dari berbagai disiplin ilmu kerja bersama-sama secara
independent pada beberapa aspek suatu proyek”, sedangkan interdisiplin adalah

6
“ahli dari berbagai disiplin ilmu kerja bersama-sama dalam suatu proyek” (Mallon
and Burnton, S. 2005, dalam (Sku\vcaiu & Klein, 2010).
Pendekatan multidisiplin digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan
mengurangi risiko yang diakibatkan oleh bencana. Tantangan dalam memahami
risiko adalah masih belum terintegrasinya pengetahuan multi bencana di bidang
hard science dan social science. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
sebagai lembaga penelitian telah melakukan kajian multidisiplin sebagai bentuk
tanggungjawab dalam pengurangan risiko bencana.
Multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana sejumlah orang
atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun
masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim
multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun saling
melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing-masing individu
memberikan kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang dilakukan.
Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan atau pekerja
medis yang terdiri dari anggota-anggota dengan latar belakang ilmu profesi yang
berbeda dan masing-masing anggota tim memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.

2.3.2 Ciri-Ciri
a. Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan perencanaan pengelolaan
bersama.
b. Setiap bagian beraktivitas berdasarkan batasan ilmunya.
c. Konseptual dan operasional: terpisah-pisah.
d. Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya mengintegrasikan
pelayanan untuk kepentingan pasien. Namun setiap disiplin membatasi diri
secara ‘tegas’ untuk tidak memasukan ranah ilmu lain.

2.3.3 Anggota Tim


1. Dokter
a. Peran dokter dalam keadaan bencana.
Dokter merupakan salah satu praktis kesehatan yang sangat diperlukan
dalam keadaan bencana peran dokter tersebu diantaranya:

7
1) Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma maupun
non trauma seperti PPGD/GELS, ATLS, ACLS)
2) Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana.
3) Mendiangnosa keadaan korban bencana dan ikut menentukan status
korban triase
4) Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat daruratan dan
mencegah terjadinya kecatatan pada pasien.
5) Memberikan pelayanan pengobatan darurat
6) Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap
bencana.
7) Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila
memerlukan penanganan lebih lanjut
8) Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative
b. Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis
Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM kesehatan,
diantarnya dokter, yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis
yang meliput tim gerak cepat, tim penilaian cepat kesehatan (Tim RHA),
dan tim bantuan kesehatan berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk
masing-masing tim tersebut:
1) Tim gerak cepat
Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya
kejasin bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri dari dokter
umum/BSB (Brigade Siaga Bencana) 1 orang, dokter spesialis
bedah 1 orang, dan dokter spesialis anastesis 1 orang.
2) Tim RHA (Rapid Health Assessment Team)
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersama dengan tim gerak
cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini,
tenaga dokter umum minimal 1 orang dikirikan
3) Tim bencana kesehatan
Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah
tim gerak cepat dan tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan
mereka dilapangan.

8
2. Perawat
Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat dijabarkan menurut fase
dan keadaan berlaku saat terjadi bencana seperti dibawah ini:
a. Fase pra bencana
1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
yang meliputi hal-hal berikut.
- Usaha pengobatan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
- Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
b. Fase bencana
1) Bertindak cepat
2) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
takut memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.

3. Ahli gizi
Kegiatan penaganan dan tugas ahli gizi pada situasi bencana perlu efesien dan
efektif antara lain, sebagai berikut:
a. Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban bencana alam.
b. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari perisapan samppai
perindistribusian.
c. Pegawasan logistik bantuan bahan makanan dan minuman.
d. Memantau keadaan gizi pengungsian khusus balita dan ibu hamil.
e. Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk masyarakat korban
bencana alam.

9
f. Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A, untuk balita dan
tablet besi untuk ibu hamil).

4. Fisioterapi
a. Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara intense dengan
instansi yang diakui secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa
layanan professional dikoordinasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari
program rancangan pembangunan nasional yang berkelajutan dalam
kerangka manajemen bencana.
b. Mitigasi dan kesiapan adalah cara utama untuk mengurangi dampak
bencana dan mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/manajemen
harus menjadi praktek manajemen fisioterapi.
c. Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat
mendapat perawatan di rumah sakit terdekat, atau pada langkah sementara
dilokasi dengan bantuan medis oleh tim bantuan bencana local secaara
organisasi bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk
membangun kembali kehidupan mereka adalah keentingan utama bagi para
korban.

5. Pekerja sosial
Profesi pekerja sosial memiliki peran penting dalam penggulangan bencana
baik pada saat pra bencana, tanggap darurat maupun pasca bencana pada saat
pra bencana, kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya pengurangan risiko
bencana, antara lain melalui kegiatan , peningkatan kesiapsiagaan masyarakat
dan mitigasi dala menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, pemetaan
kapasitas masyarakat, dan melalukan advokasi ke berbagai pihak terkait
kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, pekerja sosial
membantu pemulihan kondisi fisik dan penanganan psikososial dasar bagi
korban bencana. Pada saat pasca bencana, pekerja sosial melakukan upaya
pemulihan kondisi psikologis korban bencana, khususnya mengatasi trauma
dan pemulihan kondisi sosial, serta pengembangan kemandirian korban
bencana.

10
6. POLRI
Peran Polri dalam mendukung manajemen penanggulangan bencana melalui:
a. Meningkatkan pembinaan masyarakat melalui kegiatan community
policing sehingga masyarakat diharapkan mampu mencegah dan
menghindari terjadinya tindakan kejahatan yang akan menimpa dirinya
mampu kelompoknya.
b. Melaksanakan sosialisasi antisipasi terhadap bencana melalui pelatihan
penyelamat saat terjadinya bencana serta terbentuknya sistem deteksi dini
adanya bencana yang dapat dimengerti oleh masyarakat.
c. Meningkatkan kepatuhan hukum dari masyarakat agar tidak melakukan
tindakan yang melanggar hukum pada saat terjadinya bencana penyuluhan
dan pengorganisasian kelompok masyarakat sadar hukum.
d. Melakukan kegitan kepolisian dalam rangka memberikan jaminan rasa
aman kepada masyarakat baik jiwa maupun harta melalui kegiatan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta penegakan
hukum yang professional dengan menjunjung tinggi HAM.
e. Melakukan pembenhan dan peningkatan internasional organisasi polri
melalui peningkatan kuantitas dan kualitas personil medasari paradigma
baru polri, meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat,
menciptakan sistem dan metode serta anggaran yang mampu mendukung
operasional polri dalam penggulangan bencana.

7. Tim SAR (Search and Rescue)


Dalam hal kejadian bencana alam, peranan SAR adalah yang paling
mengemuka karena harus bertindak paling awal pada setiap bencana alam
yang terjadi, sehingga SAR menjadi titik pandang bagi masyarakat yang
tertimpa musibah.

2.3.4 Keuntungan Tim Multidisiplin


a. Dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien
Tim multidisiplin dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien, baik pasien
rawat inap maupun rawat jalan. Tim semacam ini mencakup para profesional
dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan. Karena setiap anggota menerima

11
pelatihan dalam spesialisasi yang berbeda, pasien dapat menerima perawatan
yang lebih terfokus untuk penyakit mereka. Tim multidisiplin juga dapat
membantu pasien merasa lebih nyaman selama perawatan mereka. Unit
mungkin memiliki seseorang, seperti pekerja sosial klinis, yang tugasnya
termasuk mendidik pasien dan keluarganya tentang kondisi pasien dan
menyediakan sumber daya dukungan emosional.

b. Meningkatkan kepuasan karyawan/anggota


Sebuah tim multidisiplin dapat menguntungkan karyawan individu. Bekerja
dalam unit seperti ini mendorong rasa kebersamaan dan interaksi di antara
dokter, perawat, ahli gizi, dan profesional lainnya di fasilitas tersebut. Para
profesional ini mungkin mengalami lebih banyak kepuasan bekerja bersama
daripada sendirian dan dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana keahlian
mereka sendiri dapat berinteraksi dengan keahlian orang lain. Anggota tim
multidisiplin juga dapat mempertahankan rasa otonomi, karena mereka
memiliki peran khusus dalam unit mereka. Mereka selalu dapat mencari
bimbingan dan dukungan dari sesama anggota tim mereka untuk mempengaruhi
rencana perawatan dan membuat rencana pemulangan.

c. Itu dapat meningkatkan hasil/outcome pasien


Tim multidisiplin juga dapat meningkatkan hasil/outcome pasien. Sebagai
sebuah unit, tim multidisiplin dapat mengambil pendekatan yang lebih holistik
untuk kesehatan pasien sementara setiap anggota menggunakan keterampilan
khusus mereka untuk mengobati dan mengelola masalah tertentu. Upaya mereka
memungkinkan pasien untuk mengalami waktu pemulihan yang lebih singkat
dan dapat meningkatkan prospek kesehatan jangka panjang pasien. Multidisiplin
dapat mencegah komplikasi atau kondisi di masa depan yang mungkin tidak
diperhatikan atau ditangani oleh dokter tunggal.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Multidisiplin diartikan “ahli dari berbagai disiplin ilmu kerja bersama-sama secara
independent pada beberapa aspek suatu proyek”, sedangkan interdisiplin adalah “ahli dari
berbagai disiplin ilmu kerja bersama-sama dalam suatu proyek” (Mallon and Burnton, S.
2005, dalam (Sku\vcaiu & Klein, 2010).
Perubahan karakteristik populasi dan sistem perawatan kesehatan telah menyebabkan
pergeseran ke tim interdisipliner. Tim interdisipliner adalah pendekatan untuk perawatan
kesehatan yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui kolaborasi. Tim ini dapat
membantu memastikan bahwa pasien menerima perawatan terbaik dan juga meningkatkan
fungsi fasilitas medis.
Pendekatan multidisiplin digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan
mengurangi risiko yang diakibatkan oleh bencana. Tantangan dalam memahami risiko adalah
masih belum terintegrasinya pengetahuan multi bencana di bidang hard science dan social
science. 

13
DAFTAR PUSTAKA

Fitri. (2019). Kerjasama Tim Inter dan Multidisiplin.


https://www.scribd.com/document/435281256/Kerjasama-Tim-Inter-Dan-Multidisiplin-2
Indeed Editorial Team. (2021). Multidisciplinary Teams: Definition and Advantages. Indeed.
https://www.indeed.com/career-advice/career-development/multidisciplinary-team

Indeed Editorial Team. (2021). What Is an Interdisciplinary Team? Definition, Importance


and Advantages. Indeed.
https://www.indeed.com/career-advice/finding-a-job/interdisciplinary-team

Ingham, V., Hicks, J., Islam, M. R., Manock, I., & Sappey, R. (2012). An interdisciplinary
approach to disaster management, incorporating economics and social psychology.
International Journal of Interdisciplinary Social Sciences, 6(5), 93–106.
https://doi.org/10.18848/1833-1882/CGP/v06i05/52074
National Research Council. (2006). Interdisciplinary Hazards and Disaster Research. In
Facing Hazards and Disasters: Understanding Human Dimensions (pp. 180–215). The
National Academies Press. https://doi.org/10.17226/11671
Pudjiastuti, Tri Nuke. (2020). Kajian Multidisiplin untuk Pengurangan Risiko Bencana.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. http://lipi.go.id/siaranpress/kajian-multidisiplin-
untuk-pengurangan-risiko-bencana-/22192

Ratnasiri, N. (2016). Interdisciplinarity and multidisciplinarity in research. Journal of the


National Science Foundation of Sri Lanka, 44(1), 1–2.
https://doi.org/10.4038/jnsfsr.v44i1.7975

14

Anda mungkin juga menyukai