DOSEN:
MERAH BANGSAWAN, SKM., M.Kes.
DISUSUN OLEH:
Kelompok 11
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Manajemen Bencana. Makalah ini yang berjudul “Kerjasama Tim Inter dan
Multidisiplin.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, Bapak Merah Bangsawan,
SKM., M.Kes. serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide sehingga
makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.3.1 Pengertian.............................................................................................................3
2.3.2 Ciri-Ciri................................................................................................................4
2.3.1 Pengertian.............................................................................................................6
2.3.2 Ciri-Ciri................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Publik sudah terbiasa menggunakan istilah “manajemen bencana” yang merujuk pada
suatu pendekatan, strategi, metode, prosedur serta penggambaran tentang tata cara
penanggulangan bencana. Apakah manajemen bencana adalah suatu ilmu pegnetahuan
atau bagian dari ilmu manajemen atau seberapa penting peran disiplin ilmu dalam
penanggulangan bencana? Penelitian multidisipliner, intradispsliner dan transdispliner
telah mendapatkan perhatian besar melingkupi ilmu-ilmu, sains, sosial, dan teknik untuk
menelaah dan memberikan solusi terhadap suatu persoalan (National Research Council,
2006). Penggunaan berbagai disiplin ilmu dalam penelitian kebencanaan juga menyadari
bahwa masih adanya ketimpangan (gap) pengetahuan dan penelitian tentang
kebencanaan.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami disiplin ilmu dalam manajemen bencana.
2. Mahasiswa mampu memahami interdisiplin dalam manajemen bencana.
3. Mahasiswa mampu memahami multidisiplin dalam manajemen bencana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
d. Ranah perluasan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki dan akan diterapkan
merupakan yang paling komprehensif, terdapat keinginan untuk memikul
beban berat bersama, hasrat untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.
e. Interdisiplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan
seputar disiplin tersebut
5
memberi tahu mereka saat hasilnya tiba, mencegah data penting yang tidak
digunakan. Menghilangkan waktu tunggu dengan cara ini dapat membantu
pasien menerima perawatan lebih cepat.
d. Peningkatan efisiensi
Kombinasi perawatan yang lebih cepat dan pengurangan kesalahan
membantu merampingkan operasi. Perawatan yang akurat menyebabkan lebih
sedikit kebutuhan untuk pengujian atau pemeriksaan lebih lanjut, dan
perawatan yang lebih cepat berkontribusi pada operasi yang lebih cepat dan
pemulangan berikutnya dari rumah sakit. Peningkatan efisiensi
menguntungkan institusi medis dan pasien di rumah sakit yang dapat
menerima lebih banyak pasien baru, sementara pasien menikmati pengurangan
biaya terkait dengan masa inap yang lebih pendek.
e. Peningkatan moral
Karena tim interdisipliner menekankan kolaborasi, itu berfokus pada
pengakuan kontribusi dan pengetahuan setiap anggota tim. Ini dapat
membantu anggota merasa lebih dihargai, sehingga meningkatkan keterlibatan
dan keinginan mereka untuk berkontribusi. Ini dapat memberdayakan pasien
juga, yang harus didorong oleh tim untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan.
6
“ahli dari berbagai disiplin ilmu kerja bersama-sama dalam suatu proyek” (Mallon
and Burnton, S. 2005, dalam (Sku\vcaiu & Klein, 2010).
Pendekatan multidisiplin digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan
mengurangi risiko yang diakibatkan oleh bencana. Tantangan dalam memahami
risiko adalah masih belum terintegrasinya pengetahuan multi bencana di bidang
hard science dan social science. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
sebagai lembaga penelitian telah melakukan kajian multidisiplin sebagai bentuk
tanggungjawab dalam pengurangan risiko bencana.
Multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana sejumlah orang
atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun
masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim
multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun saling
melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing-masing individu
memberikan kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang dilakukan.
Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan atau pekerja
medis yang terdiri dari anggota-anggota dengan latar belakang ilmu profesi yang
berbeda dan masing-masing anggota tim memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.
2.3.2 Ciri-Ciri
a. Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan perencanaan pengelolaan
bersama.
b. Setiap bagian beraktivitas berdasarkan batasan ilmunya.
c. Konseptual dan operasional: terpisah-pisah.
d. Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya mengintegrasikan
pelayanan untuk kepentingan pasien. Namun setiap disiplin membatasi diri
secara ‘tegas’ untuk tidak memasukan ranah ilmu lain.
7
1) Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma maupun
non trauma seperti PPGD/GELS, ATLS, ACLS)
2) Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana.
3) Mendiangnosa keadaan korban bencana dan ikut menentukan status
korban triase
4) Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat daruratan dan
mencegah terjadinya kecatatan pada pasien.
5) Memberikan pelayanan pengobatan darurat
6) Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap
bencana.
7) Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila
memerlukan penanganan lebih lanjut
8) Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative
b. Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis
Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM kesehatan,
diantarnya dokter, yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis
yang meliput tim gerak cepat, tim penilaian cepat kesehatan (Tim RHA),
dan tim bantuan kesehatan berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk
masing-masing tim tersebut:
1) Tim gerak cepat
Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya
kejasin bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri dari dokter
umum/BSB (Brigade Siaga Bencana) 1 orang, dokter spesialis
bedah 1 orang, dan dokter spesialis anastesis 1 orang.
2) Tim RHA (Rapid Health Assessment Team)
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersama dengan tim gerak
cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini,
tenaga dokter umum minimal 1 orang dikirikan
3) Tim bencana kesehatan
Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah
tim gerak cepat dan tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan
mereka dilapangan.
8
2. Perawat
Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat dijabarkan menurut fase
dan keadaan berlaku saat terjadi bencana seperti dibawah ini:
a. Fase pra bencana
1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
yang meliputi hal-hal berikut.
- Usaha pengobatan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
- Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
b. Fase bencana
1) Bertindak cepat
2) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
takut memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.
3. Ahli gizi
Kegiatan penaganan dan tugas ahli gizi pada situasi bencana perlu efesien dan
efektif antara lain, sebagai berikut:
a. Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban bencana alam.
b. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari perisapan samppai
perindistribusian.
c. Pegawasan logistik bantuan bahan makanan dan minuman.
d. Memantau keadaan gizi pengungsian khusus balita dan ibu hamil.
e. Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk masyarakat korban
bencana alam.
9
f. Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A, untuk balita dan
tablet besi untuk ibu hamil).
4. Fisioterapi
a. Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara intense dengan
instansi yang diakui secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa
layanan professional dikoordinasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari
program rancangan pembangunan nasional yang berkelajutan dalam
kerangka manajemen bencana.
b. Mitigasi dan kesiapan adalah cara utama untuk mengurangi dampak
bencana dan mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/manajemen
harus menjadi praktek manajemen fisioterapi.
c. Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat
mendapat perawatan di rumah sakit terdekat, atau pada langkah sementara
dilokasi dengan bantuan medis oleh tim bantuan bencana local secaara
organisasi bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk
membangun kembali kehidupan mereka adalah keentingan utama bagi para
korban.
5. Pekerja sosial
Profesi pekerja sosial memiliki peran penting dalam penggulangan bencana
baik pada saat pra bencana, tanggap darurat maupun pasca bencana pada saat
pra bencana, kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya pengurangan risiko
bencana, antara lain melalui kegiatan , peningkatan kesiapsiagaan masyarakat
dan mitigasi dala menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, pemetaan
kapasitas masyarakat, dan melalukan advokasi ke berbagai pihak terkait
kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, pekerja sosial
membantu pemulihan kondisi fisik dan penanganan psikososial dasar bagi
korban bencana. Pada saat pasca bencana, pekerja sosial melakukan upaya
pemulihan kondisi psikologis korban bencana, khususnya mengatasi trauma
dan pemulihan kondisi sosial, serta pengembangan kemandirian korban
bencana.
10
6. POLRI
Peran Polri dalam mendukung manajemen penanggulangan bencana melalui:
a. Meningkatkan pembinaan masyarakat melalui kegiatan community
policing sehingga masyarakat diharapkan mampu mencegah dan
menghindari terjadinya tindakan kejahatan yang akan menimpa dirinya
mampu kelompoknya.
b. Melaksanakan sosialisasi antisipasi terhadap bencana melalui pelatihan
penyelamat saat terjadinya bencana serta terbentuknya sistem deteksi dini
adanya bencana yang dapat dimengerti oleh masyarakat.
c. Meningkatkan kepatuhan hukum dari masyarakat agar tidak melakukan
tindakan yang melanggar hukum pada saat terjadinya bencana penyuluhan
dan pengorganisasian kelompok masyarakat sadar hukum.
d. Melakukan kegitan kepolisian dalam rangka memberikan jaminan rasa
aman kepada masyarakat baik jiwa maupun harta melalui kegiatan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta penegakan
hukum yang professional dengan menjunjung tinggi HAM.
e. Melakukan pembenhan dan peningkatan internasional organisasi polri
melalui peningkatan kuantitas dan kualitas personil medasari paradigma
baru polri, meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat,
menciptakan sistem dan metode serta anggaran yang mampu mendukung
operasional polri dalam penggulangan bencana.
11
pelatihan dalam spesialisasi yang berbeda, pasien dapat menerima perawatan
yang lebih terfokus untuk penyakit mereka. Tim multidisiplin juga dapat
membantu pasien merasa lebih nyaman selama perawatan mereka. Unit
mungkin memiliki seseorang, seperti pekerja sosial klinis, yang tugasnya
termasuk mendidik pasien dan keluarganya tentang kondisi pasien dan
menyediakan sumber daya dukungan emosional.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Multidisiplin diartikan “ahli dari berbagai disiplin ilmu kerja bersama-sama secara
independent pada beberapa aspek suatu proyek”, sedangkan interdisiplin adalah “ahli dari
berbagai disiplin ilmu kerja bersama-sama dalam suatu proyek” (Mallon and Burnton, S.
2005, dalam (Sku\vcaiu & Klein, 2010).
Perubahan karakteristik populasi dan sistem perawatan kesehatan telah menyebabkan
pergeseran ke tim interdisipliner. Tim interdisipliner adalah pendekatan untuk perawatan
kesehatan yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui kolaborasi. Tim ini dapat
membantu memastikan bahwa pasien menerima perawatan terbaik dan juga meningkatkan
fungsi fasilitas medis.
Pendekatan multidisiplin digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan
mengurangi risiko yang diakibatkan oleh bencana. Tantangan dalam memahami risiko adalah
masih belum terintegrasinya pengetahuan multi bencana di bidang hard science dan social
science.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ingham, V., Hicks, J., Islam, M. R., Manock, I., & Sappey, R. (2012). An interdisciplinary
approach to disaster management, incorporating economics and social psychology.
International Journal of Interdisciplinary Social Sciences, 6(5), 93–106.
https://doi.org/10.18848/1833-1882/CGP/v06i05/52074
National Research Council. (2006). Interdisciplinary Hazards and Disaster Research. In
Facing Hazards and Disasters: Understanding Human Dimensions (pp. 180–215). The
National Academies Press. https://doi.org/10.17226/11671
Pudjiastuti, Tri Nuke. (2020). Kajian Multidisiplin untuk Pengurangan Risiko Bencana.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. http://lipi.go.id/siaranpress/kajian-multidisiplin-
untuk-pengurangan-risiko-bencana-/22192
14