Anda di halaman 1dari 35

VISI

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan lanjut usia
dengan menerapkan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

PENCEGAHAN MITIGASI, PENDIDIKAN, DAN PENCEGAHAN


PENANGGULANGAN BENCANA

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi


Pendidikan Profesi Ners Program Profesi
Mata Kuliah : Manajemen Bencana
Dosen Pembimbing : Ace Sudrajat, S.Kp., M.Kes.

Kelompok : 1
Angggota : Annisa Triwijaya Tumuyu (P3.73.20.2.17.002)

Desy Nurohma Aviyanti (P3.73.20.2.17.011)

Kartika Witrianti (P3.73.20.2.17.020)

Rachmaningrum P.N.W. (P3.73.20.2.17.028)

Vidia Eka Septiasari (P3.73.20.2.17.035)

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat yang diberikan. Shalawat serta salam tak lupa kita sampaikan pada Nabi Muhammad
SAW, dengan mengucap rasa syukur kami sebagai tim penulis berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “PENCEGAHAN MITIGASI, PENDIDIKAN, DAN
PENCEGAHAN PENANGGULANGAN BENCANA” untuk memenuhi tugas mata kuliah
manajemen bencana

Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu tim penulis dalam menyelesaikan
Makalah yang berjudul “PENCEGAHAN MITIGASI, PENDIDIKAN, DAN PENCEGAHAN
PENANGGULANGAN BENCANA” ini. Ucapan terimakasih tim penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Ace Sudrajat, S.Kp., M.Kes. selaku dosen pembimbing kami dan dosen mata
kuliah Manajemen Bencana di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Dan kepada Orang Tua yang telah memberikan do’a, arah, dukungan, dan dorongan dari
segi material maupun moral.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu
pengetahuan yang kami kuasai. Oleh karena itu kami selaku tim penulis mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan pembuatan laporan atau karya tulis
dimasa mendatang. Atas perhatian dan waktunya kami ucapkan terima kasih.

Tim Penulis

Bekasi, 11 Februari
2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................1
C. Sistematika Penulisan......................................................................................................2
BAB II ISI.................................................................................................................................3
A. Pencegahan Mitigasi.......................................................................................................3
B. Pendidikan Penanggulangan Bencana.............................................................................6
C. Penanggulangan Bencana..............................................................................................23
BAB III JURNAL....................................................................................................................2
A. Analisis Mitigasi Bencana salam Meminimalisir Risiko Bencana (Studi pada
Kampung Wisata Jodipan Kota Malang)…………………………………………….29
B. Pengelolaan Manajemen Risiko Bencana Alam di Indonesia......................................29
BAB IV PENUTUP................................................................................................................30
A. Kesimpulan...................................................................................................................30
B. Saran..............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar
data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi
Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini
dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam
terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam
untuk banjir. Data yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB),
setidaknya ada 1.134 bencana yang terjadi pada tahun 2018. Tercatat jumlah korban yang
terdampak dan mengungsi karena bencana tersebut sekitar 777.620 jiwa.
Terlepas dari keadaan tersebut, penerapan manajemen bencana di Indonesia
masih terkendala berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi
kebencanaan. Indonesia masih dihadapkan dengan tantangan terkait sistem peringatan
bencana dan respon terintegrasi dalam penanganan bencana. Fundamental yang dihadapi
Indonesia meliputi sulitnya memprediksi bencana alam, kurangnya kesadaran warga yang
tinggal di wilayah-wilayah rentan bencana, serta adanya keterbatasan analisis data yang
dapat menjadi rujukan sistem peringatan awal bencana (early warning) dan kualitas
jaringan telekomunikasi yang tidak merata menyebabkan manajemen bencana di
Indonesia berjalan kurang optimal.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk
menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi. 

B. Tujuan Penulisan Makalah


2. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep Pencegahan, Mitigasi, Pendidikan, dan Perencanaan
Penanggulangan Bencana dalam Manajemen Bencana
3. Tujuan khusus
a. Menjelaskan Konsep Dasar Pencegahan Bencana

1
b. Menjelaskan Konsep Dasar Mitigasi
c. Menjelaskan Konsep Dasar Pendidikan Penanggulangan Bencana
d. Menjelaskan Konsep Dasar Perencanaan dan Penanggulangan Bencana
e. Menerapkan Upaya Pencegahan, Mitigasi, Pendidikan, dan Perencanaan
Penanggulangan Bencana

C. Sistematika Penulisan
Secara garis besar isi dan sistematika penulisan makalah ini terdiri atas:
1. Cover makalah
2. Kata pengantar
3. Daftar isi
4. BAB I Pendahuluan
5. BAB II Tinjauan Teori
6. BAB III Jurnal
7. BAB IV Penutup
8. Daftar Pustaka

2
BAB II
ISI

A. Mitigasi Bencana

1. Pengertian Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.21 tahun 2008,mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi (mitigation) yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
dari suatu ancaman.
Pencegahan/mitigasi adalah proses yang dirancang untuk mencegah atau
meminimalkan risiko yang terkait dengan bencana (International Council Nursing,
2009).

2. Tindakan Mitigasi
a. Tindakan non struktural
Tindakan non struktural terdiri dari pengurangan risiko bencana, pencegahan
penyakit dan promosi kesehatan.
b. Tindakan struktural
Tindakan struktural meliputi kebijakan pemerintah dan perencanaan

3. Pendekatan Mitigasi
Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komperhensif melalui berbagai upaya
dan pendekatan antara lain:
a. Pendekatan Teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu
bencana,misalnya:
1) Membuat rancangan atau design yang kokoh dari bangunan sehingga
tahan terhadap gempa.
2) Membuat material yang tahan terhadap bencana,misalnya material tahan
api.
3) Membuat rancangan teknis pengaman,misalnya tanggul banjir,tanggul
lumpur,tanggul tangki untuk mengendalikan tumpahan bahan berbahaya.

3
b. Pendekatan Manusia
Pendekatan secara manusia ditunjukan untuk membentuk manusia yang paham
dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia
harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi
bencana yang dihadapinya.
c. Pendekatan Administratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif
dalam manajemen bencana,khususnya ditahap mitigasi sebagai contoh:
1) Penyusunan tata ruang dan tahan lahan yang memperhitungkan aspek
risiko bencana.
2) Sistem perijinan dengan masukkan aspek analisa risiko bencana.
3) Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industri
berisiko tinggi.
4) Mengembangkan program pembinaan dan pelatihan bencana diseluruh
tingkat masyarakat dan lembaga pendidikan.
5) Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi baik pemerintahan
maupun industri berisiko tinggi.
d. Pendekatan Kultural
Masih ada anggapan dikalangan masyarakat bahwa bencana itu adalah
takdir sehingga harus diterima apa adanya. Hal ini tidak sepenuhnya benar,karena
dengan kemampuan berpikir dan berbuat,manusia dapat berupaya menjauhkan
diri dari bencana dan sekaligus mengurangi keparahannya.
Oleh karena itu,diperlukan pendekatan kultural untuk meningkatkan
kesadaran mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural,pencegahan bencana
disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang telah membudaya sejak lama.
Upaya pengendalian dan pencegahan bencana disesuaikan dengan budaya
lokal dan tradisi yang berkembang di tengah masyarakat. Wali Songo
mengembangkan agama Islam melalui pendekatan budaya melalui wayang atau
tradisi lainnya. Sebaiknya pemerintah daerah setempat mengembangkan budaya
dan tradisi lokal tersebut untuk membangun kesadaran akan bencana di tengah
masyarakat.

4
4. Peran Perawat
Perawat sebagai lini depan pada suatu pelayanan kesehatan mempunyai tanggung
jawab dan peran yang besar dalam penanganan pasien gawat darurat sehari-hari
maupun saat terjadi bencana. Perawat memiliki keterampilan yang unik dan
kemampuan menghubungkan sistem yang penting dalam rangkaian bencana seperti
penyakit, investigasi kesehatan, penilaian kebutuhan cepat, pendidikan kesehatan,
pengorganisasian masyarakat, penjangkauan dan rujukan. Peran perawat sebagai
tenaga kesehatan mempunyai keahlian dalam siklus kebencanaan salah satunya pada
tahap pencegahan/mitigasi bencana yang tebagi menjadi yaitu pengurangan risiko,
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Dengan demikian, perawat memiliki
kesiagaan dari populasi rentan di masyarakat dan masyarakat yang mungkin berisiko
tinggi terhadap bencana (International Council Nursing, 2009).
a. Peran perawat dalam fase pra impact
1) Menenali instruksi ancaman bahaya
2) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
3) Berkoordinasi dengan berbagai lembaga kedinasan pemerintah dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman
bencana kepada masyarakat
4) Pendidikan kesehatan untuk menghadapi beberapa ancaman bahaya
b. Peran perawat dalam fase post impact
1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban
2) Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria
utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut
mengalami gejala ulang traumanya melaluiflashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
3) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan
aman.

5
B. Pendidikan Penanggulangan Bencana

1. Defisi Pendidikan, Bencana dan Penanggulangan Bencana


Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia dengan berbasis pada
budaya. Pendidikan atau pengetahuan memainkan peran penting dalam masyarakat.
Definisi bencana menurut Setyowati, dkk., (2016) bencana sebagai sebuah dampak
kegiatan atau resiko yang memberikan efek negargatif terhadap manusia. Kejadian
bencana hanya sesaat dan datang secara tiba-tiba, sehingga ingatan manusia terbatas
dalam hal menyampaikan pengetahuan dari satu generasi ke generasi. Perlu upaya
untuk mempromosikan dan mensosialisasikan budaya pencegahan dan sadar bencana.
Melalui reformasi pendidikan kebencanaan, akan dapat mengubah pola pikir manusia
Indonesia, untuk selalu sadar dan peduli bencana. Kesadaran bencana merupakan
warisan budaya, maka setiap individu harus sadar dan pengembangan sikap peduli
bencana, yang ditanamkan sejak anak usia dini.
Penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis, terpadu dan
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan
dengan penanganan, rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali. Terkait
dengan upaya untuk melindungi warga negaranya terhadap bencana, Pemerintah
Indonesia telah memberlakukan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. UU tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana
maupun situasi terdapat potensi bencana. Melalui pendidikan diharapkan agar upaya
pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat
diperkenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, dengan
mengintegrasikan pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum
sekolah maupun ke dalam kegiatan ekstrakurikular.
2. Materi Pendidikan Penanggulangan Bencana
Materi pendididikan penanggulangan bencanaan mengkaji tentang karakteristik
dan ancaman bencana geologi dan hidrometeorologi di Indonesia, penanggulangan

6
bencana di indonesia, kesiapsiagan, dan siaga bencana. Tujuan mempelajari materi
pendidikan penanggulangan bencana supaya siswa atau mahasiswa di Indonesia
mengetahui tentang bencana, menanamkan sikap sadar bencana, tindakan dan
perilaku peduli pada bencana.

3. Karakteristik dan Ancaman Bencana Geologi dan Hidremeteorologi di Indonesia


Secara geologi wilayah indonesia yang terletak di antara 3 lempeng tektonik
yaitu: lempeng eurasia, lempeng pasifik dan lempeng hindia-australia. Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap gempa bumi, tsunami, letusan gunung
berapi, dan jenis-jenis bencana geologi yang lain. Ancaman bahaya gempa bumi
tersebar di hampir seluruh wilayah Kepulauan Indonesia, baik dalam skala kecil
sehingga skala besar. Hanya di Pulau Kalimntan bagian barat, tengah dan selatan
sumber gempa bumi tidak ditemukan, walaupun masih ada goncangan yang berasal
dari sumber gempa bumi yang berasal di wilayah Laut Jawa dan Selat Makassar.
Secara Hidrometeorologi Indonesia juga terletak di garis khatulistiwa sehingga
wilayahnnya beriklim tropis. Akibat posisi geografis ini, Indonesia memiliki dua
musim, yaitu musim penghujan yang apabila curah hujan tinggi, kondisi ini memicu
terjadinya puting beliung, banjir dan tanah longsor, dan musim kemarau san curah
hujan rendah yang akan mengakibatkan terjadinya bencana kekeringan, kebakaran
hutan dan lahan.

4. Penanggulangan Bencana di Indonesia


Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Badan Nasional Penanggualangan
Bencana (BNPB) menjadi penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan
bencana di tingkat nasional dengan didukung kementrian atau Lembaga terkait,
seperti Kementrian Pekerjaab Umum dan perumahan Rakyat, Kementrian Kesehatan,
Kementrian Sosial, Kementrian Dalam Negeri, TNI, Polri, Badan Pencarian dan
Pertolongan (Basarnas), Badan Meteorologi, Kimatologi dan kementrian atau
lembaga terkait lain.

7
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi, kabupaten dan kota
merupakan penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana di tingkat
daerah dengan didukung Organisasi Perangkat Daerah (OPd) terkait. Dalam masa
tanggap darurat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat akan membentuk Pos
Komando (Posko) Tanggap Darurat, yang bertugas untuk melakukan upaya
penanganan darurat (Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2016).

5. Kesiapsiagaan

Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan


Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna dan mengharapkan partisipasi Anda dan semua pihak untuk
melakukan latihan kesiapsiagaan.

Banyak upaya kesiapsiagaan bermanfaat dalam berbagai situasi bencana.


Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan yaitu;

a. Memahami bahaya di sekitar anda


b. Memahami sistem peringatan dini setempat dan mengetahui rute evakuasi dan
rencana pengungsian
c. Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan
mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri
d. Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan mempraktekan
rencana tersebut dengan latihan.
e. Mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi
f. Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan

6. Siaga Bencana
a. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunungapi, atau
runtuhan batuan. Pengkajian bahaya dan teknik-teknik pemetaan dilakukan

8
berdasarkan fenomena kejadian gempa masa lampau, pencatatan yang akurat dari
luas lahan dan pengaruhnya, kecenderungan gempa bumi untuk muncul lagi di
daerah-daerah yang sama setelah masa seratus tahun, ataupun identifikasi dari
sistem retakan gempa dan daerah sumber gempa. Ada beberapa hal yang dapat di
lakuakan pada prabencana gempa bumi, yaitu;
1) Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi.
2) Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat
gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan
ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.
3) Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan
persediaan obat-obatan.
4) Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi
dengan fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi bagian bangunan
yang sudah rentan
5) Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan
lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Saat bencana di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah ataupun bangunan


bertingkat ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu ;

1) Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, upayakan
keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah meja untuk
menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan jendela kaca.
Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah di bawah pintu. Bila
sudah terasa aman, segera lari keluar rumah.
2) Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan mematikan
semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya
kebakaran.
3) Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau
material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka,
jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber listrik atau gedung yang
mungkin roboh.

9
4) Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga darurat
untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam elevator, tekan
semua tombol atau gunakan interphone untuk panggilan kepada pengelola
bangunan.
5) Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut
bangunan.
6) Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas keamanan,
ikuti instruksi evakuasi.

Apabila sedang didalam mobil:

1) Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil.
2) Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan
berhentilah.
3) Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan
berhentilah.

Hal yang harus di lakukan saat Pascabencana

1) Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.


2) Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa bumi
berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang membahayakan
pada saat evakuasi.
3) Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
4) Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran
5) Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air.
Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah yang
rawan longsor.
6) Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil. Hindari
berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.

10
b. Tsunami
Tsunami terdiri dari rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan mencapai lebih dari 900 km/jam atau lebih di tengah laut. Jenis
bencana ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain gempa bumi yang terjadi
di dasar laut, runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunungapi di laut. Saat
mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, kecepatan gelombang
tsunami akan menurun, namun ketinggian gelombang akan meningkat puluhan
meter dan bersifat merusak. Berikut ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan
untuk menghadapi bencana tsunami.
1) Prabencana
a) Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa
bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi
gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang
airnya surut, dan tanda-tanda alam lain).
b) Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami
setelah gempa bumi terjadi.
c) Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk
sementara waktu setelah satu gempa bumi besar mengguncang.
d) Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau
menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut.
e) Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan
jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi.
2) Saat Bencana
a) Setelah gempa bumi berdampak pada rumah Anda, jangan berupaya untuk
merapikan kondisi rumah. Waspada gempa bumi susulan!
b) Jika Anda berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera
membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih
tinggi dan aman.
c) Tidak semua gempa bumi memicu tsunami.Jika mendengar sirine tanda
bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya

11
tsunami, Anda perlu segera menyingkir dari daerah pantai.Perhatikan
peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam proses evakuasi.
d) Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah disana karena gelombang
tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang
pertama serta dengarkan informasi dari pihak yang berwenang melalui
radio atau alat komunikasi lainnya.
e) Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
f) Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh karena itu,
sebelum ada pengumuman dari pihak berwenang bahwa kondisi telah
aman, janganlah meninggalkan tempat evakuasi karena seringkali
gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi dan berbahaya.
g) Hindari jalan melewati jembatan. Anda dianjurkan untuk melakukan
evakuasi dengan berjalan kaki.
h) Bagi Anda yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi
kemacetan, segera kunci dan tinggalkan kendaraan serta melanjutkan
evakuasi dengan berjalan kaki.
i) Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, upayakan
untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan.
3) Pascabencana
a) Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-barang Anda.Waspada
dengan instalasi listrik dan pipa gas.
b) Anda dapat kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman dari pihak
berwenang.
c) Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari
pihak berwenang.
d) Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi zat-zat
berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik.
e) Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan Anda.
f) Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau terjebak
dalam kubang.

12
g) Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat berpengaruh
terhadap keamanan perahu penyelamat dan orang-orang di sekitar.
h) Bersihkan sarang nyamuk dan serangga lainya.
i) Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih, perbaikan
jamban dan saluran pembuangan air limbah.
j) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak
terlihat seperti pada fondasi.
k) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air genangan
tsunami.
l) Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan tenda darurat, pakaian, dan makanan.
m) Apabila Anda terluka, dapatkan perawatan kesehatan di pos kesehatan
terdekat

c. Erupsi Gunung berapi


Bahaya erupsi gunungr beapi memiliki dua jenis bahaya berdasarkan
waktu kejadian, yaitu bahaya primer dan sekunder. Berikut ini bahaya dari erupsi
gunung berapi.
1) Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas batuan
berat, ringan (berongga) lava masif dan butiran klastik yang pergerakannya
di pengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah. Suhu
material bisa mencapai 300oC-700oC, kecepatan awan panas lebih dari 70
km/jam.
2) Aliran lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui
rekahan. Suhunya >100.000oC dan dapat merusak infrastruktur.
3) Gas beracun adalah gas vulkanik yang mematikan seketika apabila terhirup.
Gas tersebut antara lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCI, HF, H2SO4. Biasanya tidak
berwarna dan tidak berbau.

13
4) Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan magmatic berlangsung. Suhu
mencapai 2000C, diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar ratusan
kilometer.
5) Hujan abu
6) Lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang memiliki kawah, terjadi
bersama setelah letusan.

Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai ancaman bahaya erupsi gunungapi yaitu
tingkat status gunungapi (level) dan Kawasan Rawan Bencana (KRB).

1) Normal, aktivitas gunung api berdasarkan pengamatan hasil visual, kegempaan


dan gejala vulkanik lainnya tidak ada kelainan.
2) Siaga, peningkatan aktivitas vulkanik tampak secara visual atau hasil
pemeriksaan kawah, kegempaan, dan gejala vulkanik lain.
3) Waspada, peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual atau pemeriksaan
kawah, kegempaan dan metode lain saling mendukung
4) Awas, tingkatan yang menunjukkan jelang letusan utama, letusan awal mulai
terjadi berupa abu atau asap.
Berikut ini penjelasan mengenai Kawasan Rawan Bencana (KRB).
1) KRB I, kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan
berupa hujan abu, dan/atau air dngan keasaman tinggi. Apabila letusan
membesar, kawasan ini berpotensi tertanda perluasan awan panas dan
tertimpa jatuhan material. Kawasan ini di bedakan menjadi dua:
a) Kawasan rawan terhadap lahar, kawasan ini terletak di sepanjang lembah
dan bantaran sungai, terutama yang berhulu di daerah puncak.
b) Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhitungkan arah tiupan
angin.
2) KRB II, kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran
pijar dan/atau guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar,
dan gas beracun. Kawasan ini di bedakan menjadi dua:
a) Kawasan rawan terhadap awan panas, aliran lava, guguran lava, dan gas
beracun.

14
b) Kawasan rawan terhadap hujan abu lebat, lontaran batu pijar dan/atau
hujan lumpur panas.
3) KRB III, kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran
pijar dan/atau guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar,
dan gas beracun. Kawasan ini meliputi daerah puncak dan sekitar.

Institusi teknis terkait dengan kegunungan adalah Pusat Vulkanologi dan


Mitigasi\Bencana Geologi (PVMBG). PMVBG juga memiliki produk aplikasi
MAGMA Indonesia yang dapat diakses pada gawai, dengan basis Android dan
IOS. Jika Anda berada di kawasan pegunungan, perhatikan apabila Anda melihat
rambu berikut ini yang berarti kawasan tersebut memiliki ancaman erupsi
gunungapi. Langkah-langkah jika terjadi erupsi gunungapi sebagai berikut:
1) Perhatikan arahan dari PVMBG dan perkembangan aktivitas gunungapi.
2) Siapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengatasi debu vulkanik.
3) Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak
berwenang.
4) Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak letusan meluas di luar
prediksi ahli.
5) Siapkan dukungan logistik, antara lain makanan siap saji, lampu senter dan
baterai cadangan, uang tunai yang cukup serta obat-obatan khusus sesuai
pemakai.

Yang harus dilakukan saat terjadi bencana:

1) Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan.


2) Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai.
3) Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan gunungapi.
4) Gunakan kacamata pelindung.
5) Jangan memakai lensa kontak.
6) Gunakan masker atau kain basah untuk menutup mulut dan hidung
7) Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh seperti, baju lengan
panjang, celana panjang, dan topi.

15
Yang harus di lakukan saat pascabencana:
1) Kurangi terpapar dari abu vulkanik.
2) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik
sebab bisa merusak mesin kendaraan.
3) Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa
merobohkan dan merusak atap rumah atau bangunan.
4) Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar
pada musim hujan.

d. Banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang
biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya terjadi
karena curah hujan turun terus menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai,
danau, laut atau drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung media
penopang air dari curah hujan tadi. Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah
hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena ulah manusia. Contoh, berkurangnya
kawasan resapan air karena alih fungsi lahan, penggundulan hutan yang
meningkatkan erosi dan mendangkalkan sungai, serta perilaku tidak bertanggung
jawab seperti membuang sampah di sungai dan mendirikan hunian di bantaran
sungai.
1) Prabencana
a) Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya
banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah apa
yang harus dilakukan.
b) Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona
rawan banjir.
c) Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah kita dari banjir.
d) Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa
dampaknya untuk rumah kita.
e) Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi
dan daerah yang lebih tinggi.

16
f) Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan
merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-
pencar.
g) Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga
yang terkena banjir.
h) Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas.
i) Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat memicu bahaya saat
bersentuhan dengan air banjir.
2) Saat terjadi bencana
a) Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari
berbagai media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan
kesiapsiagaan.
b) Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
c) Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat
lain yang tergenang air.
d) Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir
bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada
saat hujan biasa atau deras.
e) Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang.
Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh
peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air.
3) Pascabencana
a) Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancaman kesetrum.
b) Waspada dengan instalasi listrik.
c) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan.
d) Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
e) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak
terlihat seperti pada fondasi.

17
f) Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa kotoran
setelah banjir.

e. Tanah Longsor
Bencana tanah longsor seringkali dipicu karena kombinasi dari curah hujan
yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya
pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi, dan getaran. Bencana longsor
biasanya terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan terbatasnya waktu untuk
melakukan evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang berada di
jalur longsoran.
1) Prabencana
a) Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan
fasilitas utama lainnya.
b) Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras
dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).
c) Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak
tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih
dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat
serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan, di
bagian dasar ditanam rumput).
d) Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah
rawan longsor.
e) Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
f) Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
g) Waspada ketika curah hujan tinggi.
h) Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.
2) Saat bencana
a) Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya
longsoran.

18
b) Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi ke
arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di Indonesia
telah terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor).
3) Pascabencana
a) Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
b) Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan.

f. Puting Beliung
Bencana puting beliung sebagai akibat dari peristiwa hidrometeorologis
meningkat intensitas kejadiannya pada masa peralihan musim. Jenis bencana ini
menjadi bagian dari proses pertumbuhan awan hujan cumulus nimbus yang
terbentuk akibat pemanasan intensif. Ancaman puting beliung sulit diprediksi
karena merupakan fenomena atmosfer skala lokal. Beberapa akibat bencana
puting beliung adalah kerusakan rumah dan pohon tumbang.
1) Prabencana
a) Membuat rumah/bangunan yang kokoh.
b) Meningkatkan pengetahuan tentang angin puting beliung dan cara
penyelamatan diri.
c) Memperhatikan tanda-tanda terjadinya angin puting beliung, seperti udara
terasa panas, kemudian muncul awan gelap yang berlangsung hingga sore
hari.
2) Saat bencana
a) Bawa masuk barangg-barang ke dalam rumah, agar tidak terbawa angin.
b) Tutup jendela dan pintu lalu kunci.
c) Matikan semua aliran listrik dan peralatan elektronik.
d) Jika ada potensi petir akan menyambar, segera membungkuk, duduk dan
peluk lutut ke dada.
e) Jangan tiarap di atas tanah.
f) Hindari bangunan yang tinggi, tiang listrik, papan reklame, dan
sebagainya.
g) Segera masuk ke dalam rumah atau bangunan yang kokoh.

19
h) Jangan berlindung di bawah pohon besar dan papan reklame.
3) Pascabencana
a) Pastikan tidak ada anggota keluarga yang cedera.
b) Bila jatuh korban, segera berikan pertolongan darurat.
c) Laporkan segera kepada yang berwenang jika ada kerusakan yang
berhubungan dengan listrik, gas, dan kerusakan lainnya.
d) Jika dalam perjalanan, teruskan kembali dengan berhati-hati.

g. Kekeringan
Kekeringan merupakan kondisi kekurangan pasokan air dari curah hujan
dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu musim atau lebih, yang berakibat pada
kekurangan air untuk beberapa sektor kegiatan, kelompok atau lingkungan
(UNISDR, 2019)
1) Prabencana
a) Menjaga sumber/mata air.
b) Menggunakan air dengan bijak.
c) Tidak merusak hutan/kawasan cagar alam.
d) Secara kolektif membuat waduk atau embung untuk menampung air hujan
dan dipergunakan saat musim kemarau.
e) Dalam konteks pertanian, memanfaatkan mulsa. Mullsa adalah material
penutup tanaman budidaya untuk menjaga kelembaban tanah serta
menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik.
f) Memenuhi kebutuhan keluarga, membuat tandon air di sekitar pekarangan
rumah untuk menampung air hujan.
2) Saat Bencana
a) Melapor dan meminta bantuan air bersih pada pihak yang berwenang.
b) Mengatur jadwal penggunaan air yang masih ada.
c) Pelaksanaan hujan buatan/TMC.
d) Simak informasi terkini dari radio, televisi, media online dan sumber
informasi resmi pemerintah.

20
e) Pascabencana
f) Membuat sumur resapan/biopori.
g) Membuat waduk/bendungan untuk menampung air hujan.
3) Pascabencana
a) Membuat sumur resapan atau biopori
b) Membuat waduk atau bendungan untuk menampung air hujan.

h. Kebakaran Hutan dan Lahan


Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan pada lahan dan
hutan yang dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan serta dampak yang
merugikan. Anda perlu memperhatikan kualitas udara di wilayah yang terdampak
karhutla atau informasi konsentrasi partikulat (PM10). Berikut keterangan
mengenai indikator kualitas udara.

1) Prabencana
a) Memberikan peringatan. Masih banyak warga yang tinggal disekitar hutan
yang masih belum mempunyai pengetahuan yang memadai tentang hutan
dan menyebabkan kerusakan ekosistem yang fatal. Masih banyak warga
yang membakar rumput saat musim kemarau yang disertai angin kencang.

21
Sehingga penyebaran api akan mudah dan meluas. Sehingga memang
perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar hutan untuk
tidak membakar rumput dan puing puing.
b) Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah
ditentukan Seperti diketahui, Jarak minimal yang harus diperhatikan
untuk melakukan pembakaran terhadap sampah atau puing-puing adalah
minimal 50 kaki dari bangunan dan 500 kaki dari hutan. Hal tersebut
harus bisa diterapkan oleh warga yang ingin membakar rumput di area
hutan.
c) Pastikan api sudah mati. Sebelum warga pergi meninggalkan tempat
pembakaran, sangat disarankan untuk membersihkan area tersebut dari
bahan bahan yang mudah terbakar.
d) Hindari membakar ketika cuaca berangin. Angin kencang menjadi faktor
utama kebakaran hutan semakin meluas. Api akan semakin kencang dan
besar dan tentu ini sangat berbahaya.
2) Saat Bencana
a) Apabila tidak memiliki kepentingan, jangan keluar rumah.
b) Tinggal di dalam rumah. Tutup segala akses udara berasap yang bisa
masuk ke dalam rumah dan jaga udara dalam ruangan sebersih mungkin.
c) Nyalakan Air Conditioner (AC) atau filtrasi udara. Jika tidak memiliki
AC dan terlalu pengap untuk tinggal di dalam rumah, carilah
perlindungan di pusat.
d) Segera periksa ke dokter bila memiliki gangguan jantung atau paru-paru.
e) Cukupi asupan air putih, buah dan makanan bergizi.
f) Lindungi lubang pernafasan dengan masker/kain setiap kali beraktivitas di
luar ruangan. Gunakan masker N95 untuk perlindungan lebih baik. Cuci
tangan dan wajah sesudah beraktivitas di luar ruangan. Bila api terus
menjalar, segera laporkan kepada Posko Kebakaran atau pihak terkait.

22
C. Penanggulangan Bencana
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sebagaimana didefinisikan dalam UU 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Sementara itu, Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman
bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
1. Siklus Manajemen Bencana
Manajemen bencana meliputi tahap - tahap sebagai berikut :
a. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah – langkah pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
b. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah – langkah
peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban.
c. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan
pemukiman kembali penduduk.
Tahapan diatas dalam kenyataannya tidak dapat ditarik tegas antara tahapan satu
ketahapan berikutnya. Demikian pula langkah – langkah yang diambil belum tentu
dapat dilaksanakan secara berturut – turut dan runtut. Namun jelas bahwa manajemen
bencana (disarter management) adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang
menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang merupakan siklus kegiatan :
a. Sebelum bencana terjadi
1) Pencegahan, yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya penyusunan
berbagai peraturan perundang – undangan yang bertujuan mengurangi resiko
bencana. Misal peraturan tentang 37 RUTL, IMB, rencana tata guna tanah,
rencana pembuatan peta rawan bencana dan sebagainya.
2) Mitigasi, upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana, misal
pembuatan tanggul, sabo dam, check dam, Break water, Rehabilitasi dan
normalisasi saluran.

23
3) Kesiapsiagaan, Yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan kepada
masyarakat, petugas di lapangan maupun operator pemerintah, disamping itu
perlu dilatih ketrampilan dan kemahiran serta kewaspadaan masyarakat.

b. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi


1) Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat terjadinya
bencana pada kesempatan pertama dan paling awal. Peringatan dini ini
diperlukan bagi penduduk yang bertempat tinggal didaerah rawan bencana
agar mereka mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri.
2) Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi pemberian
pertolongan dan bantuan kepada penduduk yang mengalami bencana.
Kegiatan ini meliputi mencari, menyeleksi dan memilah penduduk yang
meninggal, luka berat, luka ringan serta menyelamatkan penduduk yang masih
hidup.
3) Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat, luka ringan
dan luka berat ketempat pengungian (evakuasi) yang lebih aman dan
terlindung dari resiko dan ancaman bencana.

c. Sesudah bencana
1) Penyantunan dan pelayanan, yaitu kegiatan pemberian pertolongan kepada
para pengungsi untuk tempat tinggal sementara, makan, pakaian dan
kesehatan.
2) Konsolidasi, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh petugas dan mesyarakat dalam tanggap darurat, antara lain
dengan melakukan pencarian dan penyelamatan ulang, penghitungan ulang
korban yang meninggal, hilang, luka berat, luka ringan dan yang mengungsi.
3) Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai yang
diakibatkan oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan sebelumnya
dengan telah mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya bencana di
masa yang akan datang.

24
2. Bencana Non Alami Akibat Kegagalan Teknologi
Kegagalan teknologi dapat menyebabkan pencemaran alam (udara, air dan tanah),
korban harta benda, jiwa, infra srtuktur, kerusakan bangunan dan kerusakan lainnya.
Pada skala yang besar peristiwa ini dapat mengancam kestabilan ekologi secara
global.
a. Penyebab Terjadinya Kegagalan Teknologi
Dikaitkan dengan bencana alam, kegagalan teknologi bisa jadi merupakan
dampak ikutan dari bencana alam seperti gempa bumi, stunami, banjir, gunung
meletus dan sebagainya. Unsur kesengajaan yang dibuat manusia juga
merupakan penyebabnya misal sabotase, kebakaran atau akibat kerusuhan.
Kecelakaan transportasi juga bisa menjadi penyebabnya baik di darat, laut
maupun udara.Selain itu unsur manusia berupa kesalahan desain keselamatan
pabrik/teknologi, kesalahan prosedur pengoperasian pabrik/teknologi, kerusakan
komponen serta kebocoran reaktor nuklir.
b. Gejala dan Peringatan Dini
Kejadiannya sangat cepat (biasanya dalam hitungan detik atau jam) dan
secara tiba – tiba. Dengan demikian desain pabrik harus dilengkapi dengan
sistem monitoring dan sistem peringatan dini akan bahaya kebakaran, kerusakan
komponen/peralatan dan terjadinya kondisi bahaya lainnya. Yang menjadi
pertimbangan lain adalah bahwa pelepasan bahan – bahan pencemar yang
berbahaya pada umumnya tidak terlalu cepat, sehingga memungkinkan untuk
memberikan peringatan dan evakuasi pekerja dan masyarakat sekitarnya.
Termasuk disini adalah kemungkinan terjadinya ledakan pabrik yang untuk
beberapa kasus dapat diantisipasi.
c. Cara Penanganan dan Upaya pengurangan Bencana.
1) Pada desain pabrik harus diantisipasi segala kemungkinan bahaya. Material
bangunan ataupun peralatan harus menggunakan bahan tahan api untuk
meningkatkan ketahanan terhadap kebakaran. Selain itu sebaiknya dibangun
daerah penyangga atau penghalang api serta penyebaran asap/pengurai asap.
2) Tingkatkan standard keselamatan pabrik dan desain peralatan.

25
3) Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan bakar kimia yang berbahaya
dan mudah terbakar.
4) Sosialisasikan rencana penyelamatan kepada karyawan dan masyarakat sekitar
pabrik.
5) Tingkatkan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini.
6) Secara proaktif melakukan monitoring tingkat pencemaran sehingga tidak
terlampaui ambang batas keselamatan.
7) Membuat prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan teknologi dan
mempersiapkan rencana evakuasi penduduk ketempat yang aman serta
tindakan pasca bencana.

3. Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencana dilakukan pada setiap
tahapan dalam penyelenggaran penanggulangan bencana. Dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, agar setiap kegiatan dalam setiap tahapan dapat
berjalan dengan terarah, maka disusun suatu rencana yang spesifik pada
setiap tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

a. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan


penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management
Plan), yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi

26
seluruh tahapan / bidang kerja kebencanaan. Secara khusus untuk upaya
pencegahan dan mitigasi bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana
mitigasi misalnya Rencana Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta.
b. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan
penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang
didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka
disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
c. Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational
Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau
Rencana Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya.
d. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery
Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan
pada pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk
mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan
petunjuk/pedoman mekanisme penanggulangan pasca bencana.

4. Perencanaan Penanggulangan Bencana


Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis
risiko bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam
program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya.
Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan
ini merupakan program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahunan.
Rencana penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Penyusunan
rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:
a. BNPB untuk tingkat nasional;
b. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan

27
c. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota.
Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun
atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.

5. Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana


Secara garis besar proses penyusunan/penulisan rencana
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut :

6. Uraian Proses Perencanaan Penanggulangan Bencana


Sebagaimana diuraikan di atas bahwa langkah pertama adalah
pengenalan bahaya/ancaman bencana yang mengancam wilayah tersebut.
Kemudian bahaya/ancaman tersebut di buat daftar dan di disusun langkah-
langkah/kegiatan untuk penangulangannya. Sebagai prinsip dasar dalam melakukan
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ini adalah menerapkan paradigma
pengelolaan risiko bencana secara holistik. Pada hakekatnya bencana adalah sesuatu
yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Pandangan ini memberikan arahan
bahwa bencana harus dikelola secara menyeluruh sejak sebelum, pada saat dan
setelah kejadian bencana.

28
BAB III

JURNAL

A. Analisis Mitigasi Bencana salam Meminimalisir Risiko Bencana (Studi pada


Kampung Wisata Jodipan Kota Malang)
Kegiatan pariwisata di Kota Malang terus mengalami peningkatan dan perkembangan,
salah satu contoh Kampung Wisata Jodipan. Tentu dengan berkembangnya kegiatan
wisata akan menimbulkan dampak positif seperti peningkatan pendapatan daerah serta
negatif seperti pengurangan kualitas lingkungan atau alam. Di satu sisi kegiatan
pariwisata akan mendapat dampak negatif terhadap lingkungan di sisi lain, Kampung
Wisata Jodipan merupakan daerah yang rentan terhadap bencana karena berada di daerah
sepadan sungai. Jika tidak ada upaya pencegahan atau pengurangan dampak dari
masyarakat setempat tentunya akan menimbulkan bencana. Karena masyarakat harus
mampu melakukan antisipasi dan langkah-langkah untuk menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana setiap saat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Memiliki tiga rumusan masalah yaitu (1)
bagaimana pemahaman masyarakat kampung wsiata jodipan tentang mitigasi bencana
dalam meminimalisir risiko bencana? (2) Bagaimana upaya mitigasi bencana oleh
masyarakat Kampung Wisata Jodipan dalam meminimalisir risiko bencana? (3) Apa saja
faktor pendukung dan penghambat dalam mitigasi bencana oleh masyarakat Kampung
Wisata Jodipan dalam meminimalisir risiko bencana?
B. Pengelolaan Manajemen Risiko Bencana Alam di Indonesia
Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, angin topan, banjir
dan tanah longsor dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimanapun. Menurut
berbagai sumber, Indonesia memiliki 87% daerah rawan bencana alam, yang berarti dari
440 Perkotaan / Kabupaten wilayah, 383 dari mereka adalah daerah rawan bencana alam.
Tujuan dari paper ini adalah untuk membantu sosialisasi pemahaman masyarakat di
Indonesia terhadap bencana alam yang masih sangat rendah. Hal yang harus
diperhitungkan adalah fokus pada kesiapsiagaan, mitigasi, dampak, tanggap darurat,
rehabilitasi dan pemulihan serta rekonstruksi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
dampak.

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia dengan berbasis pada
budaya. Pendidikan atau pengetahuan memainkan peran penting dalam masyarakat.
Bencana sebagai sebuah dampak kegiatan atau resiko yang memberikan efek negargatif
terhadap manusia.
Terlepas dari keadaan tersebut, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih
terkendala berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan.
Indonesia masih dihadapkan dengan tantangan terkait sistem peringatan bencana dan
respon terintegrasi dalam penanganan bencana. Fundamental yang dihadapi Indonesia
meliputi sulitnya memprediksi bencana alam, kurangnya kesadaran warga yang tinggal di
wilayah-wilayah rentan bencana, serta adanya keterbatasan analisis data yang dapat
menjadi rujukan sistem peringatan awal bencana (early warning) dan kualitas jaringan
telekomunikasi yang tidak merata menyebabkan manajemen bencana di Indonesia
berjalan kurang optimal.

B. Saran

Pencegahan mitigasi, pendidikan, dan pencegahan penanggulangan bencana


sangat di perlukan, karena bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Sebagai
perawat kita harus cepat tanggap pada keadaan bencana.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Indonesia negara rawan bencana.


http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110810_indonesia_tsunami.sht
ml. Diakses 14 Februari 2020.
Anonymous. 2018. Perlukah Solusi Manajemen Bencana di Indonesia?
https://www.indotelko.com/read/1544596817/perlukah-solusi-manajemen-bencana-di-
indonesia. Diakses 14 Februari 2020.

BNPB.2008. Pedoman Penyusunan Penanggulangan Bencana. Diakses Pada 15 Februari 2020.


https://www.gitews.org/tsunamikit/en/E6/further_resources/national_level/peraturan_ke
pala_BNPB/Perka%20BNPB%204 2008_Pedoman%20Penyusunan%20Rencana
%20Penanggulangan%20Bencana.pdf

lp3.unnes.ac.id.(2019, 03 Maret).Pendidikan Kebencanaan. Diakses pada 12 Februari 2020, dari


http://lp3.unnes.ac.id/v2/wp-content/uploads/2019/03/Pendidikan-Kebencanaan-
Suplemen-MKU-Pend.-Konservasi-.pdf

Paidi. 2012. Pengelolaan Manajemen Risiko Bencana Alam di Indonesia. Jakarta: STIE Dharma
Bumiputera.

Ramli,S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management). Cetakan Pertama.
(H. Djajadiningrat & R. Praptono,Eds.) Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Siaga.bnpb.go.id.(2018).Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Diakses


pada 12 Februari 2020, dari https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-
content/uploads/documents/Buku_Saku-10Jan18_FA.pdf

Turkanto. 2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis. Surabaya: PSIK Universitas
Airlangga.

WHO dan ICN. 2009. ICN Framework of Disaster Nursing Competencies.

31
Wicaksono, Raudya D., Edriana P. 2019. Analisis Mitigasi Bencana salam Meminimalisir Risiko
Bencana (Studi pada Kampung Wisata Jodipan Kota Malang). Malang. Universitas
Brawijaya: Fakultas Ilmu Administrasi.

32

Anda mungkin juga menyukai