Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

OLEH :

NAMA : NURWASHILA FITRIANA

NIM : P07134119022

KELAS/SEMESTER : A/VII

PRODI/JURUSAN : DIV TLM

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan
judul “Manajemen Bencana di Indonesia”. Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan dan
penulis dalam penanggulan bencana di Indonesia. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik.
Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik guna penyempurnaan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
memberikan referensi yang bermakna bagi para pembaca.

Mataram, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I .........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................1

A. Latar Belaknang ...............................................................................................................1

B. Tujuan ..............................................................................................................................2

C. Manfaat ............................................................................................................................2

BAB II ........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN .........................................................................................................................3

A. Definisi Manajemen Bencana ...........................................................................................3

B. Manfaat Manajemen Bencana ...........................................................................................4

C. Fungsi Manajemen Bencana .............................................................................................5

D. Tahapan Manajemen Bncana ............................................................................................5

BAB III .......................................................................................................................................9

PENUTUP ..................................................................................................................................9

A. Simpulan ..........................................................................................................................9

B. Saran ................................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belaknang

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data yang
dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional
Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini dihitung dari
jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi.
Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor,
gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk
banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013 mencatat ada 119
kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga mencatat akibatnya ada sekitar 126
orang meninggal akibat kejadian tersebut. kejadian bencana belum semua dilaporkan ke
BNPB. Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945
rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan
penanggulangan bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk
siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga
sekarang, BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke berbagai
daerah di Indonesia yang terkena bencana.
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala berbagai masalah,
antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat masyarakat umum
maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan informasi spasial
kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan manajemen bencana
di Indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit
dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi
kebenarannya.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem manajemen
bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau
meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

1
B. Tujuan

Mahasiswa mengerti tentang sistem manajemen bencana dan dapat menambah wawasan
masyarakat secara umum sehingga dapat turut serta dalam upaya penanggulangan bencana.

C. Manfaat

1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan penulis dalam hal menajemen
bencana.
2. Pembaca dapat menerapkan upaya penanggulangan bencana, terutama untuk para
petugas kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Bencana

Penanggulangan bencana atau yang sering didengar dengan manajemen bencana


(disaster management) adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi.
Konsep manajemen bencana saat ini telah mengalami pergeseran paradigma dari
pendekatan konvensional menuju pendekatan holistik (menyeluruh). Pada pendekatan
konvensial bencana itu suatu peristiwa atau kejadian yang tidak terelakkan dan korban
harus segera mendapatkan pertolongan, sehingga manajemen bencana lebih fokus pada
hal yang bersifat bantuan (relief) dan tanggap darurat (emergency response). Selanjutnya
paradigma manajemen bencana berkembang ke arah pendekatan pengelolaan risiko yang
lebih fokus pada upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, baik yang bersifat struktural
maupun non-struktural di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana, dan upaya
membangun kesiap-siagaan.
Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan paradigma
manajemen bencana tersebut, pada bulan Januari tahun 2005 di Kobe-Jepang,
diselengkarakan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Conference
on Disaster Reduction) yang menghasilkan beberapa substansi dasar dalam mengurang
i kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan lingkungan. Substansi
dasar tersebut yang selanjutnya merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005‐
2015 yaitu:
1. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah
yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat.
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencanaserta menerapkan sist
em peringatan dini

3
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan membangun kesadaran
kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkat
masyarakat.
4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana.
5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatanmasyarakat
agar respons yang dilakukan lebih efektif

B. Manfaat Manajemen Bencana

1. Membatasi jumlah korban


Salah satu manfaat dilaksanakannya manajemen kebencanaan adalah membatasi
jumlah korban. Kerusakan rumah, korban luka, hingga kematian merupakan akibat
terjadinya bencana alam. Namun, dengan melaksanakan manajemen ini, kamu bisa
meminimalkan jumlah korban manusia beserta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup. Apalagi jika kamu tinggal di wilayah rawan bencana. Pasti kamu
sudah mendapatkan peringatan dini tentang risiko, bahaya, kerawanan, dan
kerentanan bencana.
2. Membatasi kerusakan harta benda dan lingkungan hidup
Selain korban manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan hidup juga dapat
dibatasi dengan pelaksanaan manajemen ini. Kegiatan relokasi dan rekonstruksi
sebagai bentuk aksi pascabencana menjadi tindakan nyata. Proses perbaikan dilakukan
dengan memfungsikan kembali sarana prasarana yang ada di wilayah bencana. Tentu
saja proses rekonstruksi dan relokasi harus tetap memperhatikan kaidah kebencanaan.
3. Mengembalikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat
Manfaat lain dari diadakannya manajemen bencana adalah mengembalikan kondisi
ekonomi dan sosial masyarakat. Tentu saja dengan cara mengembalikan fungsi
fasilitas umum sesegera mungkin. Tujuannya agar masyarakat dapat kembali hidup
normal.

4
C. Fungsi Manajemen Bencana

1. Sebagai tindakan pencegahan

Melaksanakan manajemen kebencanaan merupakan sebagai langkah preventif atau


usaha pencegahan agar bencana alam bisa diminimalkan. Caranya dengan melakukan
tindakan pencegahan berupa larangan pembakaran hutan untuk membuka ladang baru,
larangan untuk menambang batu di daerah curam, dan larangan membuang sampah di
sungai. Selain itu, pemberian peringatan dini kepada masyarakat juga dilakukan
sebagai tindakan pencegahan.

2. Sebagai aksi tanggap darurat

Fungsi kedua adalah sebagai tindakan tanggap darurat atau respons saat terjadi
bencana. Dalam hal ini serangkaian kegiatan dilaksanakan sebagai respons cepat
tanggap ketika bencana alam terjadi. Berbagai kegiatan dilakukan selama masa
tanggap darurat, seperti evakuasi korban, penyelamatan harta benda, hingga
pengurusan pengungsi.

3. Sebagai upaya pemulihan

Fungsi terakhir manajemen kebencanaan adalah sebagai upaya pemulihan. Masa-


masa pascabencana juga sangat penting untuk diperhatikan. Melalui manajemen ini,
diharapkan tindakan untuk memulihkan dan memfungsikan kembali lingkungan
hidup dan masyarakat pascabencana.

D. Tahapan Manajemen Bncana

Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan


bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
1. Pada Pra Bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Situasi Tidak Terjadi Bencana

5
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan
analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi
ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam
situasi tidak terjadi bencana meliputi :
 perencanaan penanggulangan bencana;
 pengurangan risiko bencana;
 pencegahan;
 pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
 persyaratan analisis risiko bencana;
 pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
 pendidikan dan pelatihan; dan
 persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Situasi Terdapat Potensi Bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan:
 Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.5
 Peringatan Dini. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang 5.
 Mitigasi Bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector dan multi
stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi koordinasi.
2. Tahap Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana.

6
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
dilakukan untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban,
kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana. Penetapan status darurat bencana
dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, dilakukan dengan
memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada
suatu daerah melalui upaya pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan
darurat, dan/atau evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air bersih dan
sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial; dan
penampungan dan tempat hunian.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan, dilakukan dengan memberikan prioritas
kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan
kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan yang dimaksud terdiri atas bayi,
balita, anak-anak, ibu yang sedang mengandung atau menyusui;, penyandang cacat,
dan orang lanjut usia.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Tahap tindakan dalam tanggap daruratdibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan
fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase
penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak
2-3 minggu.
3. Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
a. Rehabilitasi.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. 5

7
b. Rekonstruksi.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pascabencana.

8
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan manajemen atau
penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana di mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap
pascabencana.
Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian dan
korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip triage.

B. Saran

Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau lembaga-
lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum.
Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan bencana.

Anda mungkin juga menyukai