Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGELOLAAN KEGAWATDARURATAN BENCANA


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Manajemen Bencana
Dosen : Sumbara, S..Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :
Silvia Gisty Almarona (19FK03076)

Kelas : 4-B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Manajemen Bencana yang berjudul “Pengelolaan Kegawatdaruratan
Bencana” dalam bentuk makalah.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana berjudul “Pengelolaan
Kegawatdaruratan Bencana” ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah Manajemen Bencana serta bantuan teman-teman
mahasiswa dalam pembuatan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal „Alamiin.

Bandung, 15 April 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
1.4 Metode Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Definisi Pengelolaan Bencana .................................................................. 3
2.2 Tujuan Penanggulangan Bencana............................................................. 3
2.3 Sasaran Penanggulangan Bencana ........................................................... 4
2.4 Tahapan Pengelolaan Bencana ................................................................. 4
2.5 Perencanaan Pengelolaan Bencana........................................................... 6
2.6 Siklus Pengelolaan Bencana ..................................................................... 9
2.6.1 Mitigasi ................................................................................................. 9
2.6.2 Kesiapsiagaan ....................................................................................... 9
2.6.3 Tanggap Darurat ................................................................................. 10
2.6.4 Pemulihan ........................................................................................... 11
BAB III KAJIAN SITUASIONAL....................................................................... 13
3.1 Rapid Health Assessment ....................................................................... 13
3.2 Alur Mekanisme Penyampaian Informasi .............................................. 13
3.3 Menghitung Kebutuhan Tenaga Kesehatan............................................ 14
3.4 Tugas dan Peran Tim Penanganan Bencana ........................................... 16
3.5 Tugas dan Fungsi Peran Tenaga Kesehatan ........................................... 19
3.6 Pelaporan Korban Bencana .................................................................... 20
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 21
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
4.2 Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan bencana adalah proses yang terus menerus dilakukan oleh
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk merencanakan mengurangi
pengaruh bencana,mengambil tindakan segera setelah bencana terjadi, dan
mengambil langkah-langkah untuk pemulihan. Hal ini merupakan proses penting
untuk menyikapi pengambilan tindakan dari penyelesaian pasca bencana. Oleh
karena itu, proses lintas sektoral terintegrasi dan berkelanjutan dalam rangka
mencegah dan mengurangi akibat bencana meliputi mitigasi, kewaspadaan,
tanggapan terhadap bencana, serta upaya pemulihan (Adiyoso, 2018).
Pengelolaan bencana pada dasarnya berupaya menghindarkan masyarakat
dari bencana pada dasarnya berupaya menghindarkan masyarakat dari bencana,
baik mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan.
Pengelolaan bencana sering diartikan sebagai pengetahuan terapan (aplikatif)
dengan observasi sistematis dan analistis bencana untuk meningkatkan tindakan-
tindakan terkait upaya pengelolaan (Adiyoso, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka
rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana konsep pengelolaan bencana?
2. Bagaimana kajian situasional suatu bencana?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka
rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep pengelolaan bencana.
2. Untuk mengetahui kajian situasional suatu bencana.

1
2

1.4 Metode Penulisan


Metode yang dilakukan dalam pengerjaan makalah ini adalah dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
berupa buku, maupun informasi di internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengelolaan Bencana


Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Indonesia, 2007).
Penanggulangan atau pengelolaan bencana merupakan serangkaian
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
(Indonesia, 2007).

2.2 Tujuan Penanggulangan Bencana


Penanggulangan bencana bertujuan untuk.
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.
4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan; dan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Tujuan penanggulangan bencana tahun 2020-2044 adalah
meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dalam menghadapi bencana serta mengurangi risiko bencana dalam jangka
panjang (Indonesia, 2020).

3
4

2.3 Sasaran Penanggulangan Bencana


1. Terwujudnya kerangka peraturan perundang-undangan yang kuat dan
keterpaduan kelembagaan yang adaptif dalam penanggulangan bencana.
2. Tercapainya peningkatan investasi kesiapsiagaan dan pengelolaan risiko
bencana sesuai dengan proyeksi peningkatan risiko bencana.
3. Terwujudnya peningkatan kualitas tata kelola penanggulangan bencana
yang profesional, transparar., dan akuntabel.
4. Terwujudnya penanganan darurat bencana yang cepat dan andal.
5. Tercapainya pemulihan infrastruktur, pelayanan publik, dan penghidupan
masyarakat pascabencana yang lebih baik dan lebih aman (Indonesia,
2020).

2.4 Tahapan Pengelolaan Bencana


Tahapan pengelolaan bencana terdiri dari (Adiyoso, 2018).
1. Perencanaan (Planning)
Tahapan ini meliputi.
a. identifikasi masalah bencana, sasaran, tujuan pengelolaan bencana
secara khusus,
b. pengumpulan data primer dan data sekunder,
c. penentuan metode yang digunakan dalam pengelolaan, investigasi,
analisis, dan kajian,
d. penentuan solusi denganberbagai alternatif untuk setiap tingkatan
pengelolaan bencana.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan pengaturan dalam pembagian tugas dan
fungsi pihak-pihak yang berkewajiban untuk melaksanakan pengelolaan
bencana.
3. Kepemimpinan (Leadership)
Proses kepemimpinan, bimbingan, pembinaan, pengarahan, reward and
punishment, dan motivasi dalam pengelolaan bencana mempunyai peran
vital karena akan memengaruhi semua aspek tingkatan yang melaksanakan
pengelolaan. Faktor lain yang membedekana pengelolaan bencana dengan
5

pengelolaan yang lain, yaitu siklus atau tahapan-tahapan bencana yang


dinilai berdasarkan kondisinya. Sistem kepemimpinan dalam upaya
pengelolaan dapat membuat perubahan sistem dan proses pengelolaan
apabila pemimpin lembaga dapat mengontrol SDM dengan baik dan
membuat mereka dapat bekerja dengan efektif dan efisien sehingga hasil
dari pengelolaan bencana akan menjadi lebih baik.
4. Pengoordinasian (Coordinating)
Koordinasi adalah upaya menghubungkan tindakan antarsetiap sumber
daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan. Koordinasi dapat bersifat
horizontal maupun vertikal. Koordinasi horizontal dilakukan antarbagian
yang mempunyai kedudukan setara, sedangkan koordinasi vertikal
dilakukan antarbagian yang satu dengan bagian di atas atau di bawahnya
sesuai dengan struktur yang ada.
5. Pengendalian (Controling)
Pengendalian merupakan upaya kontrol, pengawasan, dan evaluasi
terhadap sumber daya manusia (SDM), organisasi serta hasil kegiatan
yang telah dilakukan dalam pengelolana bencana. Manfaat dari
pengelolaan, yaitu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi yang
dilihat dari sisi waktu,ruang, dan biaya. Selain itu, pengendalian dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas dari pengelolaan serta dapat
mengetahui hambatan dan menekan kerugian sekecil mungkin juga
menyesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi normal ke kondisi
kritis atau darurat.
6. Pengawasan (Supervising)
Pengawasan dilakukan untuk memastikan SDM bekerja dengan benar
sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Pengawasan juga berfungsi
memastikan suatu proses dapat berjalan dengan semestinya dan keluaran
yang dihasilkan sesuai dengan tujuan, target, dan sasaran.
7. Penganggaran (Budgeting)
Di dalam pengelolaan bencana, penganggaran merupakan suatu hal
penting. Pengelolaan bencana membutuhkan penganggaran yang tepat
untuk setiap tahap dan menjadi salah satu faktor utama suksesnya suatu
6

proses pelaksanaan baik dalam kondisi normal maupun kondisi darurat


bencana yang meliputi penganggaran, perencanaan kontruksi, operasi, dan
pemeliharaan infrastruktur kebencanaan yang telah ada.
8. Keuangan (Financing)
Awal dari perencanaan finansial adalah proses penganggaran ketika tugas
pokok dan fungsi dari tiap-tiap kegiatan institusi atau organisasi teleh
teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menentukan program kerja,
perhitungan biaya dan manfaat, serta analisis risiko dan kesuksesan dari
hasil kegiatan tersebut.

2.5 Perencanaan Pengelolaan Bencana


Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan hal yang ingin
dicapai pada masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang
dibutuhkan untuk mencapainya. Fungsi dari perencanaan ini adalah untuk
memudahkan implementasi pengelolaan bencana dan beberapa hal berikut
(Adiyoso, 2018).
1. Mengarahkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan agar lebih efektif dan
Efisien.
2. Pencapaian kegiatan dapat dievaluasi dengan mudah sehingga dapat segera
diketahui penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan.
3. Dapat teridentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengelolaan
sehingga dapat segera mencari alternatif untuk mengatasi hambatan
tersebut.
Jenis perancanaan untuk pengelolaan bencana berdasarkan tahapan di
dalam siklus pengelolaan terdiri dari.
1. Rencana Mitigasi Bencana
Pada tahap prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana dilakukan
penyusunan rencana penanggulangan bencana (disaster management
plan). Namun, secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi
bencana tertentu aa rencana yang disebut rencana mitigasi (mitigation
plan).
2. Rencana Kontinjensi
7

Pada tahap prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan


penyusunan rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat
yang didasarkan atas scenario menghadapi bencana tertentu maka disusun
satu rencana yang disebut rencana kontinjensi. Rencana kontinjensi dapat
didefinisikan sebagai bagian dari rencana respon bencana yang terdiri dari
seluruh kegiatan untuk mengantisipasi krisis termasuk menentukan tugas
dan tanggung jawab, mengembangkan kebijakan, prosedur,
mengidentifikasi, dan mengembangkan alat-alat umum untuk respon
bencana.
3. Rencana Operasi
Pada saat tanggap darurat dilakukan rencana operasi yang merupakan
operasionalisasi/ aktivasi dari rencana kedaruratan atau rencana
kontinjensi yang telah disusun sebelumnya. Namun, pada dasarnya konsep
dan muatan antara rencana kontinjensi dan operasi adalah sama. Hal yang
membedakan antara dua perencanaan tersebut, yaitu waktu penyusunan.
Rencana kontinjensi disusun menjelang dan sebelum terjadi bencana
sehingga rencana tersebut disusun berdasarkan asumsi dan scenario.
4. Rencana Pemulihan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana pemulihan yang meliputi
rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pascabencana.
Sedangkan jika bencana belum terjadi, untuk mengantisipasi kejadian
bencana pada masa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk/ pedoman
mekanisme penanggulangan pasca bencana.
Rencana penanggulangan bencana (disaster management plan) pada
umumnya terdiri dari tahapan-tahapan, berikut (Adiyoso, 2018).
1. Pengenalan dan Pengkajian Bahaya
Dalam perencnaan, kedudukan kajian bahaya merupakan dasar dalam
penyusunan perencanaan. Pengetahuan dalam tingkat risiko bencana
merupakan hal yang penting untuk menentukan tindakan yang tepat pada
penanggulangan bencana. Pengkajian risiko bencana digunakan sebagai
landasar penanggulangan bencana di suatu kawasan. Setelah mengetahui
risiko bencana yang mungkin terjadi dapat diidentifikasi faktor-faktor lain
8

yang mungkin dapat menyebabkan perubahan risiko bencana. Upaya yang


dapat dilakukan untuk pengurangan risiko bencana antara lain.
a. Memperkecil ancaman kawasan.
b. Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam.
c. Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam.
2. Pengenalan Kerentanan
Kerentanan bencana merupakan salah satu faktor yang termasuk upaya
yang dapat mengurangi tingkatan risiko bencana. Kerentanan adalah
keadaan atau sifat atau perilaku manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.
3. Analisis Kemungkinan Dampak Bencana
Pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana dan kerentanan masyarakat
akan dapat menempatkan masyarakat dan daerah yang bersangkutan pada
tingkatan risiko yang berbeda. Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu
daerah maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena bencana.
Demikian pula, semakin tinggi tingkat kerentanan masyarakat atau
penduduk maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Oleh karena itu,
analisis kemungkinan dampak bencana diketahui dengan menggabungkan
hasil identifikasi kajian bencana, kerentanan, dan kapasitas dari
masyarakat dalam menghadapi bencana.
4. Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana
Pilihan tindakan penanggulangan bencana adalah berbagai upaya yang
akan dilakukan berdasarkan perkiraan ancaman bahaya yang akan terjadi
dan kemungkinan dampak yang ditimbulkan. Pilihan tindakan bencana
harus mencakup keseluruhan pengelolaan bencana, yaitu mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat bencana, rehabilitasi dan rekontruksi yang
sesuai dengan karakteristik risiko bencana.
5. Mekanisme Penanggulangan Dampak Bencana
Mekanisme pengolaan bencana diterapkan sesuai dengan pilihan tindakan
penanggulangan bencana. Proses penanggulangan bencana meliputi.
a. Tahap prabencana yang memerlukan koordinasi pengelolaan sebelum
bencana terjadi bersama para stakeholder terkait.
9

b. Saat tanggap darurat yang membutuhkan mekanisme koordinasi dan


komando dalam pelaksanaan bantuan pada saat tanggap darurat.
c. Pascabencana atau tahapan pemulihan membutuhkan mekanisme
koordinasi dalam pelaksanaan yang sama halnya dengan mekanisme
prabencana.
6. Alokasi Tugas dan Peran Instansi
Didasarkan pada pengelolaan bencana yang bersifat multisektor atau lintas
sektor maka pengelolaan bencana memerlukan koordinasi dengan berbagai
pihak untuk dapat menciptakan sistem peneglolaan bencana yang efektif
dan efisien. Alokasi tugas serta fungsi lembaga dan masyarakat harus jelas
dan terdistribusi sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya.

2.6 Siklus Pengelolaan Bencana


Siklus pengelolaan bencana dibagi menjadi empat tahapan, yaitu
mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat bencana, dan tahapan pemulihan berupa
rehabilitasi dan rekontruksi (Adiyoso, 2018).

2.6.1 Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi digunakan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana (Indonesia, 2007).
Kegiatan mitigasi dilakukan melalui (Indonesia, 2007).
a. Pelaksanaan penataan tata ruang.
b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastrukur, tata bangunan.
c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.

2.6.2 Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Tujuannya untuk memastikan upaya yang cepat dan
tepat dalam menghadapi kejadian bencana (Indonesia, 2007).
10

Kesiapsiagaan dilakukan melalui (Indonesia, 2007).


a. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana.
b. Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini.
c. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar.
d. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat.
e. Penyiapan lokasi evakuasi.
f. Penyusunan data akurat, insormasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tangap darurat bencana.
g. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.

2.6.3 Tanggap Darurat


Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (Indonesia, 2007).
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi (Indonesia, 2007).
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya.Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk mengidentifikasi
cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana,
gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan,
kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana yang dilaksanakan oleh
pemerintah sesuai dengan skala bencana seperti, skala nasional oleh
presiden, skala provinsi dilakukan oleh gubernur, dan skala kabupaten/
kota dilakukan oleh bupati/ walikota.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya
pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan evakuasi
korban.
11

d. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air


bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial, dan penampungan dan tempat hunian.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan (bayi/balita/anak, ibu yang
mengandung atau menyusui, penyandang cacat, dan orang lanjut usia)
meliputi pendataan, penempatan pada lokasi yang aman, dan pemenuhan
kebutuhan dasar. Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan
dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan
psikososial.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital dengan memperbaiki
atau mengganti kerusakan akibat bencana.

2.6.4 Pemulihan
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyaakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan rehabilitasi
(Indonesia, 2007).
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.dilakukan melalui kegiatan. Rehabilitasi meliputi (Indonesia, 2007).
a. Perbaiki lingkungan daerah bencana.
b. Perbaiki prasarana dan sarana umum.
c. Pemberian bantuan perbaikin rumah masyarakat.
d. Pemulihan sosial psikologis.
e. Pelayanan kesehatan.
f. Rekonsialiasi dan resolusi konflik.
g. Pemulihan sosial dan ekonomi budaya.
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban.
i. Pemulihan fungsi pemerintahan.
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik.
12

Rekonstruksi pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,


kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pascabencana. Rekonstruksi meliputi (Indonesia, 2007).
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana.
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana.
e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyaraka.
f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
g. Peningkatan fungsi pelayanan publik.
h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
BAB III
KAJIAN SITUASIONAL

3.1 Rapid Health Assessment


Kaji cepat masalah kesehatan atau Rapid Health Assessment merupakan
serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa
data dan informasi guna mengukur dampak kesehatan dan mengidentifikasi
kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang memerlukan respon segera
(Kemenkes, 2019).
Tim RHA merupakan tim yang ditugaskan untuk melakukan penilaian
kondisi kesehatan, komposisi tim terdiri dari personil masing-masing sub kaster.
Tim RHA dapat diturunkan dalam fase siga darurat, tanggap darurat, dan transisi
ke pemulihan darurat. Penilaian cepat dapat dilakukan dalam beberapa tahapan
sebagai berikut (Kemenkes, 2019).
a. Terdapat potensi krisis kesehatan.
b. Terjadi situasi darurat krisis kesehatan.
c. Pemulihan darurat situasi krisis kesehatan.

3.2 Alur Mekanisme Penyampaian Informasi

Alur penyampaian informasi awal terjadinya krisis berprinsip bahwa


situasi emergensi harus diinformasikan secepatnya. Informasi tersebut dikirim dari

13
14

lokasi krisis oleh siapa saja yang pertama kali mengetahuinya (masyarakat,
petugas di fasilitas pelayanan kesehatan) dan tidak harus berjenjang. Penilaian
kebutuhan cepat dilaksanakan oleh Tim Rapid Health Asessment (RHA), dan
hasilnya disampaikan secara berjenjang ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, kemudian disampaikan pada
Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan. Informasi perkembangan
dikumpulkan berdasarkan wilayah kerja.
Semua fasilitas pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, yang berada di
wilayah kabupaten/kota), KKP serta BTKL menyampaikan informasi terkait
Krisis Kesehatan ke Dinkes Kabupaten/Kota. Informasi kemudian disampaikan
secara berjenjang mulai Dinkes Kabupaten/Kota, kemudian disampaikan ke
Dinkes Provinsi, dari Provinsi ke Pusat Krisis Kesehatan. Informasi pada
pascakrisis kesehatan disampaikan setelah masa tanggap darurat berakhir dan
sedang dilakukan upaya rehabilitasi serta rekonstruksi. Informasi tersebut
meliputi:
a. hasil penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan
pascakrisis kesehatan.
b. kesepakatan rencana aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kesehatan.
c. hasil monitoring dan evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kesehatan sesuai Renaksi Informasi yang
dibutuhkan untuk penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan
pascabencana terdapat pada Pedoman Penilaian Kerusakan, Kerugian dan
Kebutuhan Bidang Kesehatan Pasca Bencana oleh Kementerian Kesehatan.
Sedangkan informasi pelaksanaan upaya Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kesehatan
disesuaikan dengan format baku masing-masing program. Pelaporan hasil
monitoring dan evaluasi dilakukan sekurangkurangnya setahun sekali pada akhir
tahun anggaran untuk rencana aksi antara satu sampai tiga tahun. Untuk rencana
aksi kurang dari satu tahun, maka pelaporan dilakukan sekurang-kurangnya1 kali
di akhir penyelesaian pelaksanaan (Kemenkes, 2019).

3.3 Menghitung Kebutuhan Tenaga Kesehatan


Cara menghitung jumlah kebutuhan SDM Kesehatan untuk penanganan
korban bencana adalah, sebagai berikut (Yuantari & Hartini, 2013).
15

a. Jumlah kebutuhan SDM Kesehatan di lapangan untuk jumlah penduduk/


pengungsi antara 10.000-20.000 orang
• Kebutuhan dokter umum adalah 4 orang
• Kebutuhan perawat adalah 10-20 orang
• Kebutuhan bidan adalah 8-16 orang
• Kebutuhan apoteker adalah 2 orang
• Kebutuhan asisten apoteker adalah 4 orang
• Kebutuhan pranata laboratorium adalah 2 orang
• Kebutuhan epidemiolog adalah 2 orang
• Kebutuhan entomolog adalah 2 orang
• Kebutuhan sanitarian adalah 4-8 orang
Untuk pelayanan kesehatan bagi pengungsi dengan jumlah sampai 5000
orang:
1. Pelayanan 24 jam, kebutuhan tenaga yang diusulkan sebagai berikut:
dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan 2 orang, sanitarian 1 orang, gizi
1 orang, asisten apoteker 2 orang, administrasi 1 orang.
2. Pelayanan 8 jam, kebutuhan tenaga yang diusulkan sebagai berikut:
dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1 orang, sanitarian 1 orang, gizi
1 orang.
b. Formulasi untuk menghitung, jumlah kebutuhan SDM Kesehatan fasilitas
rujukan / Rumah Sakit:
1. Kebutuhan dokter umum = (jmlh pasien/40)-jmlh dokter umum yang
ada ditempat
Contoh perhitungan: Andaikan jumlah pasien yang perlu mendapatkan
penanganan dokter umum adalah 80 orang/hari, sementara jumlah
dokter umum yang ada di rumah sakit tersebut adalah 1 orang, maka
jumlah dokter umum yang dibutuhkan adalah:
(80/40)-1=2-1=1 orang
2. Kebutuhan dokter bedah =
( )
16

3. Kebutuhan dokter anestesi =


( )

4. Kebutuhan perawat di IGD = 1:1


5. Kebutuhan perawat di ruang rawat inap =

( )
6. Kebutuhan tenaga fisioterapis = 1:30
7. Kebutuhan apoteker 1 orang dan asisten apoteker 2 orang
8. Kebutuhan pembantu umum = 5-10 orang
c. Jumlah jam perawatan dapat di hitung:
1. Berdasarkan klasifikasi pasien dalam satu ruangan
a. Penyakit dalam = 3,5 jam/hari
b. Bedah = 4 jam/hari
c. Gawat = 10 jam/hari
d. Kebidanan = 2,5 jam/hari
2. Berdasarkan tingkat ketergantungan
a. Minimal = 2 jam/hari
b. Sedang = 3,08 jam/hari
c. Agak berat =4,15 jam/hari
d. Maksimal =6,16 jam/hari

3.4 Tugas dan Peran Tim Penanganan Bencana


Tugas dan peran setiap tim penanganan bencana, terdiri dari (Kurniayanti, 2012).

1. Tim Pendukung
Kelompok ini melakukan analisis kemungkinan dari risiko yang terjadi di
rumah sakit. Beberapa tanggung jawab terdiri dari.
a. Mengamankan perlengkapan rumah sakit.
17

b. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan setelah bencana, termasuk air


bersih, makanan, dan pengobatan yang dibutuhkan.
c. Menggambar dari peta daerah tersebut lokasi dari rumah sakit serta
mengidentifikasi tempat yang aman atau yang berbahaya.
d. Mengaktifkan sistem manajemen bencana di rumah sakit.
2. Tim Manajemen Informasi
Bagian aktivitas dari kelompok manajemen informasi selama bencana,
adalah meliputi.
a. Waspada terhadap kondisi yang mungkin bisa terjadi saat itu.
b. Menyediakan informasi dan panduan untuk pasien dan personal rumah
sakit lainnya.
c. Mengatur informasi dan menghubungkan informasi tersebut pada
setiap tim pencarian, penampungan, pemadam kebakaran, serta tim
pendukung.
d. Memeriksa setiap pintu keluar darurat serta jalan-jalan yang saling
digunakan.
e. Kewaspadaan publik melalui media massa.
f. Memberikan list dari nomor telepon darurat untuk kepentingan pasien
yang membutuhkan.
g. Melaporkan segala akibat dari bencana.
3. Tim Pencarian
Kelompok ini bertujuan untuk pencarian dan penyelamatan pada saat dan
selama terjadinya bencana. Kegiatan utama mereka adalah.
a. Membangun penyidikan untuk mencari korban dan yang terjebak.
b. Melakukan observasi dari kerusakan di daerah tersebut dan mencegah
orang untuk masuk di daerah tersebut.
c. Memindahkan dan mengevakuasi yang cedera dari tempat yang
berbahaya ke tempat yang aman.
4. Tim Penampungan Sementara
Kelompok ini termasuk penempatan tenda, tempat penampungan
sementara atau tenda darurat setelah bencana. Beberapa aktifitas mereka
adalah.
18

a. Melakukan list kondisi fisik dari setiap pasien untuk mengidentifikasi


siapa diantara mereka yang membutuhkan perawatan lebihdalam
kondisi emergency.
b. Mengidentifikasi list dari pasien yang mana tidak membutuhkan
bantuan yang darurat.
c. Menyediakan asisten atau bantuan pada yang terluka, terutama pada
orang yang membutuhkan bantuan alat-alat kesehatan.
d. Menyediakan alat-alat kesehatan seperti alat-alat kesehatan yang steril,
pelayanan kesehatan dan peralatan medis yang bisa dimobiliasikan.
e. Kebutuhan emergency bagi pasien termasuk suplai air dan distribusi
makanan dan obat-obatan diantara pasien dan yang terluka
f. Menyediakan tempat penampungan bagi korban, pasien maupun yang
terluka pada daerah yang aman.
5. Tim Pemadam Kebakaran
Kemungkinan untuk terjadinya kebakaran ketika terjadi bencana adalah
sangat tinggi, kelompok pemadam kebakaran mempunyai tugas sebagai
berikut.
a. Memeriksa gedung rumah sakit akan kemungkinan terjadinya
kebakaran.
b. Menyiapkan panduan untuk keamanan dari terjadinya kebakaran.
c. Menyediakan sistem penanggulangan terjadinya kebakaran di Rumah
Sakit ketika bencana.
d. Melatih secara perseorangan untuk menjadi team pemadam kebakaran
dan menyarankan mereka untuk tenang ketika terjadi kebakaran.
e. Melakukan evakuasi di Rumah Sakit apabila terjadi kebakaran.
6. Tim Pemulihan
a. Pemulihan jangka panjang dan membantu menstabilkan kondisi rumah
sakit.
b. Melakukan pelayanan kesehatan ulang di rumah sakit.
c. Menyediakan bantuan fisik dan psikologis pada pasien, korban yang
terluka dan pada mereka yang kehilangan anggota keluarganya.
7. Tim Rekonstruksi
19

a. Mempertimbangkan area yang rusak dari rumah sakit.


b. Merekonstruksi struktur kerusakan yang ada di Rumah Sakit.
c. Pembangunan jangka panjang dari gedung.

3.5 Tugas dan Fungsi Peran Tenaga Kesehatan


1. Command
Komando merupakan kemampuan memberikan perintah secara efektif
mengenai sebuah insiden. Salah satunya melalui sistem ICS (Incident
Commander) yaitu sistem yang memberikan instruksi secara keseluruhan
melalui komandan insiden.
2. Control
Kontrol informasi dan pencitraan yang ditransfer kepada dunia melalui
media.
3. Commmunication
Kemampuan dalam memberikan informasi tentang bencana mengenai
bahaya dan risiko yang akan dihadapi sehingga adanya persiapan-
persiapan.
4. Coordination
Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara
efektif sebagai suatu tim seperti tim medis, polisi, pemadam kebakaran,
dan tim penanggulangan dampak bencana.
20

3.6 Pelaporan Korban Bencana


Jenis Bencana : Gempa Bumi

Tanggal Kejadian : Senin, 6 Februari 2023

Dibuat tanggal : Senin, 6 Februari 2023

Sumber : (BNPB, 2014)

Korban
Meninggal Hilang Luka Terdampak Mengungsi
No. Lingkungan
L P Total L P Total Ringan Berat L P Total Total L P Total Total
Jiwa KK Jiwa KK
1. Cianjur 74 440
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Senin, 6 Februari 2023 terjadi gempa bumi di daerah Turki dan Suriah
bertekanan magnitudo 7,8 lalu 10 menit kemudian gempa susulan dengan
kekuatan magnitudo 6,7 berdampak pada 140 bangunan runtuh di seluruh daerah
yang terkena gempa, 74 korban jiwa dan 440 warga luka-luka. Dalam pelaksanaan
manajemen bencana perlu ada empat komponen penting diantaranya komando,
komunikasi, kontrol, dan koordinasi.

4.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, W. (2018). Manajemen Bencana. Jakarta: Bumi Aksara.

BNPB. (2014). Petunjuk Teknik Pengumpulan Data dan Informasi Bencana.


Jakarta: BNPB.

Indonesia. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007.


Jakarta: DPR RI.

Indonesia. (2020). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2020


tentang Rencana Induk Penanggulangan Bencana Tahun 2020-2044.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Kemenkes. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes.

Kurniayanti, M. A. (2012). Peran Tenaga Kesehatan dalam Penanganan


Manajemen Bencana. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada.

Yuantari, C., & Hartini, E. (2013). Buku Ajar Manajemen Bencana. Jakarta:
BNPB.

22

Anda mungkin juga menyukai