KELOMPOK II
Assyifah Rahmatika P10120036
Firda Aulia P10120048
Anggeline Virginia Lumi P10120054
Nur Aini Nuriyah P10120066
Dinda Rifqa Arifah A.Djuni P10120072
Deta Nispen Halawa P10120090
Yulfika Putri Amelia P10120114
Sahrul K. Ibrahim P10120114
Melindasari P101020132
Rebecca M Dondokambey P10120192
Rifqah Khofifah P10120262
i
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘Sistwm Penanggulangan
Bencana” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan dan
Gizi Pasca Bencana. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
mengenai pencegahan bencana dan upaya-upaya pencegahannya bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
2.1 Definisi Bencana................................................................................................6
2.2 Kesiapsiagaan.....................................................................................................7
2.3 Status Keadaan Darurat Bencana........................................................................8
2.4 Status Siaga Darurat Bencana.............................................................................8
2.5 Status Tanggap Darurat Bencana........................................................................9
2.6 Status Transisi Darurat Bencana ke Pemulihan..................................................9
BAB III............................................................................................................................10
PEMBAHASAN.............................................................................................................10
3.1 Definisi dan Jenis Bencana...............................................................................10
3.2 Tahapan Bencana.............................................................................................10
3.2.1 Tahap Pra-Disaster...................................................................................11
3.2.2 Tahap Serangan atau Terjadinya Bencana (Impact phase)........................11
3.2.3 Tahap Emergensi......................................................................................11
3.3.4 Tahap Rekonstruksi..................................................................................12
3.3 Definisi Manajemen Bencana...........................................................................12
3.4 Tahapan dan Kegiatan dalam Manajemen Bencana..........................................13
3.4.1 Pada Pra Bencana.....................................................................................13
3.4.2 Tahap Tanggap Darurat............................................................................15
3.4.3 Pasca Bencana..........................................................................................16
3.5 Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana........................................................16
3.6 Asas-asas Dalam Penanggulangan Bencana.....................................................18
3.7 Pendekatan Manajemen Penanggulangan Bencana..........................................19
3.7.1 Mitigasi.....................................................................................................19
3.7.2 Kesiapsiagaan...........................................................................................20
3.7.3 Tanggap Darurat.......................................................................................20
iii
BAB IV............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
4.1. kesimpulan.......................................................................................................22
4.2. Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..……………………………………23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sejauh ini upaya pemerintah dalam membentuk masyarakat yang siap
dan siaga dalam menghadapi bencana telah diimplementasikan dengan adanya
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang memiliki
tugas dan tanggung jawab penuh dalam mengkoordinasi institusi dan lembaga
dalam menanggulangi bencana. Peraturan terkait dengan kesiapsiagaan
bencana di tingkat sekolah pun telah disahkan dalam Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sekolah Aman dari Bencana. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008 telah menerbitkan Pengembangan Model-Model Kurikulum
Pendidikan Layanan Khusus Pendidikan Non Formal Paket A untuk Daerah
Bencana Alam.
Kesiapsiagaan merupakan tindakan yang dilakukan pada masa pra
bencana (sebelum terjadi bencana). Tujuan dilakukannya kesiapsiagaan
bencana adalah untuk mengurangi risiko (dampak) yang diakibatkan oleh
adanya bencana. Nick Carter (Deny Haryati, dkk, 2006: 5) menjelaskan bahwa,
kesiapsiagaan adalah Tindakan - tindakan yang memungkinkan pemerintah,
organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu menanggapi
suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Tindakan kesiapsiagaan juga
meliputi penyusunan penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan
pelatihan personil.
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
bencana yang terjadi karena ulah manusia atau ciptaannya (tekonologi),
(Gustin, 2005: 61).
Bencana alam meliputi seperti angin puyuh, tornado, banjir, serta gempa
bumi. Sementara contoh lain dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia
atau inciden teknologi meputi kecelakan material, kecelakaan radiologi,
kecelakaan transportasi, peledakan bom serta kegagalan listrik.
2.2 Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan bukan lagi menjadi istilah yang asing bagi kita. Istilah ini
kerap dikaitkan dengan peristiwa bencana. Kesiapsiagaan (preparedness)
adalah setiap aktivitas sebelum terjadi bencana yang bertujuan
untukmengembangkan kapabilitas operasional dan memfasilitasi respon yang
efektif ketika suatu bencana terjadi (Heru Susetyo, 2006:1). Nick Carter (Deny
Hayati, dkk, 2006: 5) memaparkan setiap aktifitas bencana yang dilakukan
merupakan upaya terpadu seluruh elemen dalam masyarakat, termasuk
masyarakat sebagai individu. Setiap elemen secara terpadu dan terorganisir
bersama-sama mengupayakan untuk dapat merespon bencana dengan efektif,
tepat guna dan berdaya guna. UNISDR (Dheny Prasetyo danFlorensia Malau
(ed), (2013: 7) menjelaskan kesiapsiagaan adalah upayamengembangkan
pengetahuan dan kapasitas pemerintah, lembaga, masyarakat dan perorangan
dalam mengantisipasi, merespon dan pulih secara efektif dari dampak-dampak
peristiwa atau kondisi bencana yang mungkin ada, segera ada atau saat ini ada.
Sedangkan Achmad Jaelani (2008:53) menjelaskan bahwa kesiapsiagaan
mencakup upaya-upaya yang memungkinkan pemerintah, masyarakat dan
individu merespon secara cepatsituasi bencana secara efektif dengan
menggunakan kapasitas sendiri
Berdasarkan pemikiran para ahli dalam pemaparan di atas dapat diketahui
bahwa kesiapsiagaan merupakan tindakan yang dilakukan pada masa pra
bencana. Kesiapsiagaan bencana merupakan kepentingan semua lembaga,
masyarakat dan individu. Masing-masing komponen dalam stakeholders
5
memiliki peran yang berbeda dan harus dipadukan untuk dapat mencapai
kesiapsiagaan secara menyeluruh.
Artinya, setiap lembaga dan masyarakat memiliki kewajiban dan peran
dalam menanggulangi bencana dan menyiapkan diri untuk dapat menghadapi
bencana dengan cepat dan tepat. Tidak hanya lembaga dan masyarakat secara
komunitas saja, akan tetapi individu pun juga harus menyiapkan diri mereka
sendiri. Setiap individu harus mampu mengetahuai dan mampu melakukan
tindakan-tindakan dalam merespon bencana. Dari pendapat para ahli tersebut,
penulis membatasi pengertian kesiapsiagaan sebagai upaya yang dilakukan
pada masa pra bencana yang memungkinkan pemerintah, organisasi,
masyarakat maupun individu untuk dapat menghadapi bencana yang mungkin
akan terjadi dengan cara cepat dan tepat.
6
2.5 Status Tanggap Darurat Bencana
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya
mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact.
Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis
karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap
terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan
kepada petugas dan masyarakat akan sangat berdampak kepada jumlah
besarnya korban saat bencana menyerang (impact), peringatan dini
dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana.
9
bersih, atau personal higiene. Masalah kesehatan dapat berupa sakit
lambung (maag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan
serangga.
10
pencegahan dan mitigasi, baik yang bersifat struktural maupun non-
struktural di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana, dan upaya
membangun kesiap-siagaan.
Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan
paradigma manajemen bencana tersebut, pada bulan Januari tahun 2005 di
Kobe-Jepang, diselengkarakan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia
(World Conference on Disaster Reduction) yang menghasilkan beberapa
substansi dasar dalam mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian
jiwa, sosial, ekonomi dan lingkungan. Substansi dasar tersebut yang
seanjutnya merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005‐2015
yaitu:
1. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional
maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh
kelembagaan yang kuat.
2. Mengidentifikasi,mengkaji dan memantau risiko bencanaserta me
nerapkan sitem peringatan dini
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan membangun
kesadaran kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana pada semua tingkat masyarakat.
4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana. Memperkuat
kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat
agar respons yang dilakukan lebih efektif
3.4 Tahapan dan Kegiatan dalam Manajemen Bencana
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap darurat,
dan tahap pascabencana.
11
tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak
terjadi bencana meliputi :
perencanaan penanggulangan bencana;
pengurangan risiko bencana;
pencegahan;
pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
persyaratan analisis risiko bencana;
pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
pendidikan dan pelatihan; dan
persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
12
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
13
terjadi disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat
sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3 minggu.
14
koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan
“prinsip keterpaduan” adalah bahwa penanggulangan bencana
dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada
kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip
berdaya guna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang
berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah
bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna,
khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
5. transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan “prinsip
transparansi” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan
“prinsip akuntabilitas” adalah bahwa penanggulangan bencana
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik
dan hukum.
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
8. Nondiskriminatif. Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi”
adalah bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak
memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,
agama, ras, dan aliran politik apa pun.
9. Nonproletisi. Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa
dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan
darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan
darurat bencana.
15
1. kemanusiaan. Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan”
termanifestasi dalam penanggulangan bencana sehingga undang-
undang ini memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional.
2. Keadilan. Yang dimaksud dengan”asas keadilan” adalah bahwa setiap
materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara
tanpa kecuali.
3. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Yang dimaksud
dengan “asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan”
adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan
bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang,
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
4. keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Yang dimaksud dengan
“asas keseimbangan” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana mencerminkan keseimbangan kehidupan
sosial dan lingkungan. Yang dimaksud dengan “asas keselarasan”
adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan
bencana mencerminkan keselarasan tata kehidupan dan lingkungan.
Yang dimaksud dengan ”asas keserasian” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan keserasian
lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
5. ketertiban dan kepastian hukum; Yang dimaksud dengan “asas
ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian
hukum.
6. Kebersamaan. Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah
bahwa penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan
16
tanggung jawab bersama Pemerintah dan masyarakat yang dilakukan
secara gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan “asas
kelestarian lingkungan hidup” adalah bahwa materi muatan ketentuan
dalam penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian lingkungan
untuk generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi
kepentingan bangsa dan negara.
17
merupakanupaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko bahaya
untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.
3.7.2Kesiapsiagaan
Merupakan usaha-usaha untuk memperlengkapi orang-orang yang
mungkin terkena dampak oleh bencana atau yang mungkin dapat
membantu mereka yang terkena dampak dengan alat untuk
meningkatkan kesempatan mereka untuk bertahan hidup dan
untuk meminimalkan kerugian keuangan dan lainnya. Jika melihat
pengertian diatas, kesiapsiagaanmerupakan sebuah aksi dalam
menghadapi bencana yang dilakukan untuk menghadapi respon
dan konsekuensi dari terjadinya sebuah bencana. Kesiapsiagaan
berbeda dengan mitigasi, walaupun kedua tahapan tersebut
beradapa dalam ruang lingkup yang sama yaitu, pra bencana.Yang
membedakanadalah bahwa kesiapsiagaan merupakan tindakan
dimana setiap individu akan yang terkena bencana mengetahui
apa yang harus dikerjakan sebagai tindakan utama dalam
menghadapi bencana. Semetara mitigasi perupakan persiapan atau
usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana.
3.7.3Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
digunakan dgn segera pada saat kejadian bencana utk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelematan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelematan serta pemulihan sarana dan prasarana.
3.7.4 Pemulihan
Pemulihan adalahserangkaian kegiatan untuk mengembalikan
kondisi masyarakatdan lingkungan hidup yang terkena bencana
18
dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, sarana
dengan melakukan upaya rehabilitasi.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga
diperlukan manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan
terencana. Manajemen bencana merupakan serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana di mulai dari tahap pra bencana, tahap tanggap
darurat, dan tahap pasca bencana.
Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk
meminimalkan kerugian dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada
keadaan bencana menggunakan prinsip triage.
4.2. Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban
pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan
dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan masyarakat dari tiap
lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.
20
DAFTAR PUSTAKA
21