Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. ANAENGSIH
2. DIAN PUSPITA ANGGRAENI
3. LUSI FADILAH
4. NURDIN SYAPUTRA
5. SITI NURLAELA HAYATI
6. TATANG MULYANA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehinga makalah yang berjudul “Makalah Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu”
dapat tersusun hingga selesai. Selawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya.
Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga. Dalam upaya penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan, baik itu berasal dari kami sendiri maupun datang dari luar. Akan tetapi, dengan
penuh ketekunan dan pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan
makalah ini secara tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini. Karna berkat bantuan tersebut makalah ini bisa
terselesaikan tepat pada waktunya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya bagi pihak pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
MAKALAH.........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Makalah..................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4
2.1. Dasar Hukum Penanggulangan Bencana Di Indonesia................................4
2.2. Sistem Penanggulangan Bencana Di Indonesia...........................................5
2.3. Manajemen Penanggulanagan Bencana Sesuai Siklus Bencana..................8
2.4. Manajemen Penanggulangan Bencana Pada Fase Pra-Bencana..................10
2.5. Manajemen Penanggulangan Bencana Pada Fase Bencana.........................12
2.6. Manajemen Penanggulangan Bencana Pada Fase Pasca Bencana...............13
2.7. Prinsip Penanggulangan Bencana................................................................15
2.8. Prinsip Penanggulangan Bencana Internasional..........................................15
BAB III PENUTUP.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................iii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
2. Kelembagaan
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 menyebutkan bahwa penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tingkat pusat ditangani oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan di tingkat daerah oleh Badan Penaggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Berikut akan diuraikan pengorganisasian penanggulangan
bencana di tingkat pusat dan daerah.
a. Tingkat pusat
7
b. Tingkat daerah
Penanggulangan bencana di daerah ditangani oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Pada tingkat propinsi, BPBD dipimpin oleh seorang
pejabat setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat
kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota
atau setingkat eselon IIa.
Pada saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB dan Kepala BPBD berwenang
mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik dari instansi/lembaga dan
masyarakat untuk melakukan tanggap darurat yang meliputi permintaan, penerimaan
dan penggunaan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik.
3. Pendanaan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor22 tahun 2008, dana penaggulangan
bencana adalah dana yang digunakan bagi penaggulangan bencana untuk tahap pra
bencana, saat tanggap darurat, dan/atau pascabencana. Pendanaan yang terkait dengan
penanggulangan bencana di Indonesia bersumber dari DIPA (APBN/APBD), dana on-
call, dana bantuan sosial berpola hibah, dana yang bersumber dari masyarakat, dana
dukungan komunitas internasional. Namun dalam hal bantuan untuk penanggulangan
bencana yang berasal dari Negara asing, BNPB wajib berkonsultasi dengan
Kementrian Luar Negeri. BNPB dan BPBD dapat menggunakan dana siap pakai yang
ditempatkan dalam anggaran BNPB dan BPBD untuk pengadaan barang dan/atau jasa
pada saat tanggap darurat bencana. Pengunaan dana siap pakai terbatas pada
8
pengadaan barang dan/atau jasa untuk pencarian dan penyelamatan korban bencana,
pertolongan darurat, evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi,
pangan, sandang, pelayanan kesehatan, serta penampungan dan tempat hunian
sementara.
4. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas dapat dilakukan melalui :
a. pendidikan dan latihan; misalnya memasukkan materi pendidikan kebencanaan
dalam kurikulum sekolah, melakukan pelatihan manajer dan teknis
penanggulangan bencana, mencetak tenaga professional dan ahli penanggulangan
bencana.
b. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan kebencanaan; contohnya
penelitian tentang karakteristik ancaman/hazard di wilayah Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam.
c. penerapan teknologi penanggulangan bencana; seperti pembangunan rumah tahan
gempa, deteksi dini untuk ancaman bencana, teknologi untukpenanganan darurat.
Gambar 1.2. di atas memperlihatkan pada kita bahwa di setiap fase/tahapan bencana
banyak hal yang bisa kita lakukan. Bukan hanya pada saat bencana saja, namun justru
jauh sebelum bencana terjadi, banyak hal yang harus kita lakukan. Uraian tentang
manajemen penanggulangan bencana dapat dijelaskan pada paparan di bawah ini.
2. Pencegahan
11
3. Mitigasi
Mitigasi (mitigation) adalah langkah-langkah struktural dan non struktural
yang diambil untuk membatasi dampak merugikan yang ditimbulkan bahaya
alam, kerusakan lingkungan dan bahaya teknologi (ISDR, 2004 dalam MPBI,
2007). Mitigasi dapat dilakukan secara struktural yaitu pembangunan
infrastruktur sabo, tanggul, alat pendeteksi atau peringatan dini, dan dapat
dilakukan secara non struktural seperti pelatihan dan peningkatan kapasitas di
masyarakat.
Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang
tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah :
a. Penyusunan peraturan perundang-undangan
b. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah
c. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
d. Pembuatan brosur/leaflet/poster
e. Penelitian/pengkajian karakteristik bencana
f. Pengkajian/analisis risiko bencana
g. Internalisasi penanggulangan bencana dalam muatan lokal pendidikan
h. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
i. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
j. Pengaruh utamaan penanggulangan bencana dalam perencanaan
pembangunan
Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan
membaginya menjadi “fase akut” dan “fase sub akut”. Dalam fase akut, 48 jam pertama
sejak bencana terjadi disebut “fase penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis
darurat”. Pada fase ini dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan medis
darurat terhadap orang-orang yang terluka akibat bencana.
Kira-kira satu minggu sejak terjadinya bencana disebut dengan “fase sub akut”.
Dalam fase ini, selain tindakan “penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis
darurat”, dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada saat
mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan terhadap munculnya
permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian.
Dimana dalam piagam ini ada penjelasan khusus tentang prinsip-prinsip khusus
dalam konteks “konflik bersenjata”, tentang prinsip “pembedaan antara
pemanggul senjata dan yang bukan”; dan “prinsip tidak mengusir paksa”.
b) Prinsip Perlindungan
Prinsip Perlindungan dalam SPHERE adalah sebagai jawaban bahwa
orang yang mendapat ancaman atau bahaya dalam suatu bencana atau konflik
harus tetap mendapat perlindungan. Prinsip ini akan menjadi panduan bagi
lembaga kemanusiaan bagaimana mereka menyelenggarakan perlindungan
dalam suatu aksi kemanusiaan.
Ada empat prinsip perlindungan dasar dalam suatu aksi kemanusiaan
dalam SPHERE yaitu :
Menghindari terjadinya bantuan kemanusiaan yang semakin
menyengsarakan orang yang terkena dampak bencana.
17
3.1. Kesimpulan
Dijelaskan bahwa Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia
dilakukan pada berbagai tahapan kegiatan, yang berpedoman pada kebijakan pemerintah
yaitu Undang-Undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan
Peraturan Pemerintah terkait lainnya yang telah memasukkan Pengurangan Risiko
Bencana. Pentingnya pemahaman prinsip – prinsip penanggulangan bencana nasional
dan prinsip penanggulangan bencana indonesia. Sistem penanggulangan bencana dalam
pembangunan merubah paradigma penanggulangan bencana yang berfokus pada tanggap
darurat berubah menjadi fokus pada pengurangan risiko bencana.
3.2. Saran
Kita sesama manusia harus saling berinteraksi agar mancapai tujuan bersama.
19
DAFTAR PUSTAKA
BNPB. 2012. Buku Panduan Fasilitator : Modul Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana,
Diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional. Cetakan
Pertama.
Sriutomo, S. 2007. Sistem Nasional Penanggulangan Bencana, Menuju Upaya
Penanggulangan Bencana yang Tepat Di lndonesia Berdasarkan UU No. 24 Tahun
2007.
Core Humanitarian Standard. Sphere Project.Prinsip-Prinsip Panduan bagi Perlindungan
Pengungsi Internal, OCHA.
Erita, Donny, dkk. 2019. Buku Materi Pembelajaran Manajemen Gawat Darurat Dan Bencana.
BMP.UKI :EDA-025-MGDD-PK-III. Jakarta.
iii