Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP BENCANA

Dosen Pengampu :
Ns. Ririn Sri Handayani, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ratih Rizkiyah 2112401023
Siti Khavivah Sholeha 2112401026
Allysa Naura Hanif 2112401007
Muhammad Sahral 2112401017

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN TEKNIK GIGI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan kenikmatannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktu yang ditentukan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul “Konsep Bencana” ini disusun guna memenuhi


tugas mata kuliah Bantuan Hidup Dasar. Tak lupa ucapan terimakasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna baik dalam segi bahasa, penyusunan, maupun pengetikannya, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran terkait makalah ini agar kami bisa menyusun
makalah yang lebih baik lagi.

Sekali lagi, kami selaku penulis mengucapkan terimakasih dan memohon


maaf sebesar-besarnya kepada para pembaca makalah ini.

Bandar Lampung, 1 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 4
2.1 Pengertian Bencana ............................................................... 4
2.2 Klasifikasi dan Jenis Bencana ............................................... 5
2.3 Dampak Bencana Terhadap Kesehatan Masyarakat ............. 6
2.4 Sistem Penanganan Bencana Terpadu................................... 9
BAB III PENUTUP .......................................................................... 12
3.1 Kesimpulan............................................................................ 12
3.2 Saran ...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia.
Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Sejarah
Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk
tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada masa
kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di
Samudera Hindia pada abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut
sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma
penanggulangan bencana.Bencana merupakan kejadian yang disebabkan
oleh alam maupun oleh kelalaian manusia. Tanah longsor, gempa bumi,
puting beliung, tsunami, banjir dan tanah longsor, letusan gunung merapi,
kekeringan serta gelombang pasang adalah bencana yang disebabkan oleh
alam. Sementara itu aksi teror, konflik, kecelakaan industri, kecelakaan
transportasi, dan kebakaran hutan merupakan bencana akibat kelalaian
manusia. Bencana yang disebabkan oleh alam dan kelalaian manusia
samasama menimbulkan kerugian terhadap lingkungan dan perekonomian.
Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi
kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong
Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa
dalammenghadapi bencana. Wilayah Indonesia merupakan gugusan
kepulauan terbesar di dunia. Wilayah yang juga terletak di antara benua
Asia dan Australia dan Lautan Hindia dan Pasifik ini memiliki 17.508
pulau.
Meskipun tersimpan kekayaan alam dan keindahan pulau-pulau
yang luar biasa, bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa wilayah
nusantara ini memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of
fire, serta terletak berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif
dunia?Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ring of fire dan

1
berada di pertemuan tiga lempeng tektonik menempatkan negara
kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana alam.
Di sisi lain, posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta
kondisi hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin
puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Tidak
hanya bencana alam sebagai ancaman, tetapi juga bencana non alam sering
melanda tanah air seperti kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial,
maupun kegagalan teknologi. Menghadapi ancaman bencana tersebut,
Pemerintah Indonesia berperan penting dalam membangun sistem
penanggulangan bencana di tanah air. Pembentukan lembaga merupakan
salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari waktu ke waktu.
Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan dideklarasikan pada tahun
1945 dan perkembangan lembaga penyelenggara penanggulangan bencana
dapat terbagi berdasarkan periode waktu sebagai berikut.
Dengan dikeluarkannya UU No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, maka terjadi berbagai perubahan yang cukup
signifikan terhadap upaya penganggulangan bencana di Indonesia, baik
dari tingkat nasional hingga daerah yang secara umum, peraturan ini telah
mampu memberi keamanan bagi masyarakat dan wilayah Indonesia
dengan cara penanggulangan bencana dalam hal karakeristik, frekuensi
dan pemahaman terhadap kerawanan dan risiko bencana.
Sejak tahun 2001, Pemerintah Indonesia telah memiliki
kelembagaan penanggulangan bencana seperti tertuang dalam Keputusan
Presiden Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana danPenanganan Pengungsi sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2001.
Di dalam UU tersebut, diamanatkan untuk dibentuk badan baru,
yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggantikan
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas-PB) dan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggantikan Satkorlak
dan Satlak di daerah.Sistem pendanaan penanggulangan bencana dalam
mekanisme Bakornas PB dilaksanakan melalui anggaran masing-masing
departemen/satuan kerja pemerintah.
Apabila dalam pelaksanaan terdapat kekurangan, maka pemerintah
melalui ketua Bakornas PB dapat melakukan alih anggaran dan mobilisasi
dana. Pada mekanisme tersebut, peranan masyarakat dan lembaga donor
tidak terintegrasi dengan memadai. Dengan adanya perubahan sistem
khususnya melalui BNPB dan BPBD maka alokasi dana untuk
penanggulangan bencana, baik itu di tahap mitigasi hingga rehabilitasi dan
rekonstruksi tetap memiliki alokasi yang cukup melalui BNPB maupun

2
BPBD. Sementara aturan tentang dana cadangan juga sudah diatur oleh
UU, Namun belum memiliki aturan main yang jelas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Bencana ?
2. Bagaimana Klasifikasi dan Jenis Bencana ?
3. Bagaimana Dampak Bencana bagi Kesehatan Masyarakat ?
4. Bagaimana System Penanganan Bencana Terpadu ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Bencana
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dan Jenis Bencana ?
3. Untuk mengetahui Dampak Bencana bagi Kesehatan
Masyarakat
4. Untuk mengetahui System Penanganan Bencana Terpadu

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bencana
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara
normatif maupun pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor
17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai berikut : Bencana adalah
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia,
dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana
dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah
peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar
biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002)
adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip
Wijayanto (2012), Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap
masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik
oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak
yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya
dengan sumber daya yang ada.
Lebih lanjut, menurut Parker (1992) dalam dikutip Wijayanto
(2012), bencana adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi
disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya
merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari

4
masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan
antusiasme yang bersifat luas. 1
Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP
mengemukakan bahwa : Bencana adalah Satu kejadian atau serangkaian
kejadian yang member meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan,
kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau
sarana kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma.2
Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Mengemukakan bahwa:
Bencana adalah Terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal,
bersipat merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya
kebutuhan masyarakat. 3
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana
diatas, bahwa pada dasarnya pengertian bencana secara umum yaitu suatu
kejadian atau peristiwa yang menyebabkan kerusakan berupa sarana
prasana maupun struktur sosiak yang sifatnya mengganggu kelangsungan
hidup masyarakat.

2.2 Klasifikasi dan Jenis Bencana


Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.4
A. Jenis-jenis Bencana
Menurut UN International Strategy for Disaster Reduction
(UNISDR, 2009) terdapat dua jenis bencana, yaitu :
1. Bencana Teknologi
2. Bencana Alam
Bencana alam terdiri dari tiga, yaitu :
a. Bencana hydro-meteorological berupa topan, badai,banjir, kekeringan,
topan, banjir bandang, kebakaran dan tanah longsor.
b. Bencana geologi meliputi proses internal bumi seperti gempa, tsunami,
dan aktifitas vulkanik.

1
Wijayanto, koko. 2012. Pencegahan dan Manajemen Bencana. (online).
https://socialstudies17.blogspot.com/2012/11/recognizepencegahanbencana
2
A.W. Coburn, dkk. 1994. Mitigasi Bencana Edisi 2.UNDP
3
Harianto, Heru Sri, 2001. Manajemen Penanggulangan Bencana. Jakarta : Profil
Manggalla Agni Keban. 2009, Prinsip Kerjasama. Jakarta : Rosda.
4
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta :
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

5
c. Bencana biological berupa wabah penyakit epidemi, penyakit tanaman
dan hewan.
d. Bencana teknologi terbagi menjadi tiga grup yaitu :
1. Kecelakaan industri berupa kebocoran zat kimia, kerusakan
infrastruktur industri, kebocoran gas, keracunan dan radiasi.
2. Kecelakaan transportasi berupa kecelakaan udara, rail, jalan dan
transportasi air.
3. Kecelakaan miscellaneous berupa struktur domestik atau struktur
nonindustrial, ledakan dan kebakaran.
Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, yaitu:5
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa
gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat.
d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang
diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan
kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan atau
insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan,
korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

2.3 Dampak Bencana Terhadap Kesehatan Masyarakat


Secara geologis dan hidrologis, Indonesia merupakan wilayah rawan
bencana alam. Salah satunya adalah gempa bumi dan potensi tsunami. Hal
ini dikarenakan wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng
tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng
Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga
lempengan tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga Lempeng
Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dan menimbulkan
gempa bumi, jalur gunung api, dan sesar atau patahan. Penunjaman

5
Departemen Komunikasi dan Informatika RI. 2007. PenanggulanganBencana Alam
dalam Perspektif Agama di Indonesia . Departemen Komunikasi dan Informatika RI :
Jakarta.

6
(subduction) Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke utara
dengan Lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur
gempa bumi dan rangkaian gunung api aktif sepanjang Pulau Sumatera,
Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur penunjaman
kedua lempeng tersebut.
Potensi bencana alam dengan frekuensi yang cukup tinggi lainnya
adalah bencana hidrometerologi, yaitu banjir, longsor, kekeringan, puting
beliung dan gelombang pasang. Frekuensi bencana hidrometerologi di
Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan data
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB}, selama tahun 2002-
2012 sebagian besar bencana yang tetjadi disebabkan oleh faktor
hidrometerologi (BNPB, 2012). Bencana lainya yang sering menelan
korban dan harta benda yang cukup besar lainnya adalah bencana letusan
gunung berapi. Letusan Gunung Merapi di Provinsi Daerah Istimewa Y
ogyakarta yang tetjadi pada 26 Oktober tahun 2010 telah mengakibatkan
banyak korban jiwa dan harta benda. Aliran awan panas yang dimuntahkan
lava/material Merapi dengan kecepatan mencapai 100 km per jam, dan
panas mencapai kisaran 450-600°C membakar hutan dan pemukiman
penduduk sehingga dilakukan evakuasi penduduk secara besar-besaran.6
Bencana menimbulkan dampak terhadap menurunnya kualitas hidup
penduduk, termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi
setelah terj adi bencana adalah pelayanan kesehatan terhadap korban
bencana. Untuk penanganan kesehatan korban bencana, berbagai piranti
legal (peraturan, standar) telah dikeluarkan. Salah satunya adalah peraturan
yang menyebutkan peran penting Puskesmas dalam penanggulangan
bencana (Departemen Kesehatan RI, 2007; Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, 2006; Pusat
Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen
Kesehatan, 2001). Namun demikian, literatur atau studi yang berkaitan
dengan permasalahan kesehatan Banyaknya bencana alam yang terjadi di
Indonesia memberikan dampak dan pengaruh terhadap kualitas hidup
penduduk yang dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. 7
Salah satu dampak langsung dari terjadinya bencana alam terhadap
penduduk adalah jatuhnya korban jiwa, hilang dan luka-luka. Sedangkan
6
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPBj. 2008. Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara
Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Jakarta: BNPB; 2008.
7
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes. 2006. Pedoman Puskesmas
dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: Depkes.

7
dampak tidak langsung terhadap penduduk antara lain adalah terjadinya
banyak kerusakan-kerusakan bangunan perumahan penduduk, sarana
sosial seperti bangunan sekolah, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya,
perkantoran dan infrastruktur jalan, jembatan, jaringan listrik dan
telekomunikasi. Selain itu, terjadinya bencana alam juga mengakibatkan
adanya kerugian ekonomi bagi penduduk, seperti kerusakan lahan
pertanian dan kehilangan mata pencaharian, terutama bagi penduduk yang
bekerja disektor in formal.
Salah satu dampak hencana terhadap menurunnya kualitas hidup
penduduk dapat dilihat dari herhagai permasalahan kesehatan masyarakat
yang terjadi. Bencana yang diikuti dengan pengungsian herpotensi
menimhulkan masalah kesehatan yang sehenamya diawali oleh masalah
hidang/sektor lain. Bencana gempa humi, hanjir, longsor dan letusan
gunung herapi, dalam jangka pendek dapat herdampak pada korhan
meninggal, korhan cedera herat yang memerlukan perawatan intensif,
peningkatan risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas kesehatan dan
sistem penyediaan air (Pan American Health Organization, 2006).
Timhulnya masalah kesehatan antara lain herawal dari kurangnya air
hersih yang herakihat pada huruknya kehersihan diri, huruknya sanitasi
lingkungan yang merupakan awal dari perkemhanghiakan heherapa jenis
penyakit menular. 8
Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan awal dari
proses terjadinya penurunan derajat kesehatan yang dalam jangka panjang
akan mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhan ~ehutuhan gizi
korhan hencana. Pengungsian tempat ttnggal (shelter) yang ada sering
tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga secara langsung maupun tidak
langsung dapat menurunkan daya tahan tuhuh dan hila tidak segera
ditanggulangi akan menimhulkan masalah di hidang kesehatan. Sementara
itu, pemherian pelayanan kesehatan pada kondisi hencana sering menemui
hanyak kendala akihat rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya
jumlah dan jenis ohat serta alat kesehatan, terhatasnya tenaga kesehatan
dan dana operasional. Kondisi ini tentunya dapat menimhulkan dampak
lehih huruk hila tidak segera ditangani (Pusat Penanggulangan Masalah
Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2001). 9

8
Pan American Health Organization. 2000. Bencana Alam: Perlindungan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
9
Departemen Kesehatan (Depkes ). 2001 Standar minimal penanggulangan masalah
kesehatan akibat bencana dan penanganan pengungsi. Jakarta: Pusat Penanggulangan
Masalah Kesehatan - Sekretariat Jenderal Depkes.

8
Dampak hencana terhadap kesehatan masyarakat relatif herheda-
heda, antara lain tergantung dari jenis dan hesaran hencana yang terjadi.
Kasus cedera yang memerlukan perawatan medis, misalnya, relatif lehih
hanyak dijumpai pada hencana gempa humi dihandingkan dengan kasus
cedera akihat hanjir dan gelomhang pasang. Sehaliknya, hencana hanjir
yang terjadi dalam waktu relatif lama dapat menyehahkan kerusakan
sistem sanitasi dan air bersih, serta menimhulkan potensi kejadian luar
biasa (KLB) penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water-
borne diseases) seperti diare dan leptospirosis. Terkait dengan hencana
gempa humi, selain dipengaruhi kekuatan gempa, ada tiga faktor yang
dapat mempengaruhi hanyak sedikitnya korhan meninggal dan cedera
akihat hencana ini, yakni: tipe rumah, waktu pada hari terjadinya gempa
dan kepadatan penduduk (Pan American Health Organization, 2006).
Bencana menimbulkan herhagai potensi permasalahan kesehatan
hagi masyarakat terdampak. Dampak ini akan dirasakan lehih parah oleh
kelompok penduduk rentan. Sehagaimana disehutkan dalam Pasal 55 (2)
UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, kelompok
rentan meliputi :
1. Bayi, Balita dan anak-anak;
2. Ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
3. Penyandang cacat; dan
4. Orang lanjut usia.
Selain keempat kelompok penduduk tersehut, dalam Peraturan
Kepala BNPB Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara
Pemenuhan Kehutuhan Dasar ditambahkan 'orang sakit' sebagai hagian
dari kelompok rentan dalam kondisi bencana. Upaya perlindungan
tentunya perlu diprioritaskan pada kelompok rentan tersehut, mulai dari
penyelamatan, evakuasi, pengamanan sampai dengan pelayanan kesehatan
dan psikososial.10

2.4 Sistem Penanganan Bencana Terpadu


Bencana alam merupakan kejadian luar biasa yang disebabkan oleh
peristiwa/faktor alam atau perilaku manusia yang menyebabkan kerugian
besar bagi manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar
kemampuan manusia untuk dapat mengendalikannya. Mengingat bencana

10
BNPB (2007). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. BNPB. Jakarta.

9
alam yang cukup beragam dan semakin tinggi intensitasnya, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang (UU) No 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Dengan lahimya UU tersebut, terjadi perubahan
paradigma penanganan bencana di Indonesia, yaitu penanganan bencana
tidak lagi menekankan pada aspek tanggap darurat, tetapi lebih
menekankan pada keseluruhan manajemen penanggulangan bencana mulai
dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat sampai dengan rehabilitasi.
Berdasarkan UU No 24 tersebut, tahapan penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:
1. Prabencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana,
pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan,
persyaratan analisis risiko bencana, penegakan rencana tata
ruang, pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan
standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan,
peringatan dini dan mitigasi bencana).
2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap
lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadan
darurat, penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan
kebutuhan dasar, pelayanan psikososial dan kesehatan.
3. Pascabencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi
(pemulihan daerah bencana, prasarana dan sarana umum,
bantuan perbaikan rumah, sosial, psikologis, pelayanan
kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi
(pembangunan, pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana,
termasuk fungsi pelayanan kesehatan). Penanggulangan masalah
kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera diberikan baik
saat terjadi dan paskabencana disertai pengungsian. Upaya
penanggulangan bencana perlu dilaksanakan dengan
memperhatikan hak-hak masyarakat, antara lain hak untuk
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan

10
sosial, pendidikan dan keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana serta hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU No 24 tahun 2007,
pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi pada kondisi bencana, di samping kebutuhan-kebutuhan dasar
lainnya, yaitu :
1. Air bersih dan sanitasi,
2. Pangan,
3. Sandang,
4. Pelayanan psikososial serta
5. Penampungan dan tempat hunian.
Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi bencana
ditujukan untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi
korban akibat bencana dan pengungsi sesuai dengan standar minimal.
Secara khusus, upaya ini ditujukan untuk memastikan:
1. Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban bencana
dan pengungsi sesuai standar minimal;
2. Terpenuhinya pemberantasan dan pencegahan penyakit
menular bagi korban bencana dan pengungsi sesuai standar
minimal;
3. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi korban
bencana dan pengungsi.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Bencana alam memang tidak selalu bisa dicegah kemunculannya, begitu
juga dengan kerugihan materi maupun korban jiwa yang
ditimbulkannya, namun penting untuk disadari bahwa kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan mengenai bencana sejak dini,
merupakan kunci utama mengurangi dampak bencana alam. Berbagai
cara telah diupayakan petugas bencana maupun relawan untuk
menanggulangi masalah ini, tidak sedikit membawakan hasil yang baik,
tidak sedikit pula yang kurang berdampak.
2. Kunci kesuksesan suatu upaya atau program berawal dari tiap pribadi,
bagaimana kesadaran masyarakat berperan aktif dalam sebuah gerakan
kepedulian sosial bagi sesama, gerakan yang menjangkau banyak jiwa di
berbagai daerah, terdekat hingga pelosok. Penyebaran informasi dan
sosialisasi secara langsung maupun menggunakan media, dapat menjadi
tradisi yang baik di tengah masyarakat modern saat ini yang sering kali
acuh tak acuh kepada sesama.
3. Animasi sendiri merupakan media yang penuh dengan imajinasi, segala
sesuatu yang sulit dijelaskan dengan kalimat, dapat dengan mudah
ditampilkan dalam animasi, begitu pula dengan masalah bencana alam
yang sebagian orang sulit memahami prosedur penanggulangan dengan
benar, dapat memahami dengan tampilan animasi yang sederhana
dengan penggambaran suatu peristiwa yang jelas. Pembuatan animasi
juga memerlukan proses pendetailan tujuan, untuk dapat berdampak
bagi target audience.
3.2 Saran
Isu kebencanaan dalam kehidupan masyarakat memang tidak bisa
terlepas dari adanya beberapa faktor, yakni kondisi geografis, manusia dan

12
kebijaka tat ruang wilayah.Sehingga terdapat beberapa catatan untuk
menjadikan masyarakat memiliki kesiapsiagaan dalam bencana, yakni
sebagai berikut :
1. Membangun penguasaan wilayah menjadi salah satu faktor utama
yang menjadi upaya dalam proses mitigasi bencana, dimana
masyarakat diajak untuk bersama-sama terlibat aktif dalam
melakukan pemetaan dan membangun kembali kekuatan gotong
royong dan sikap keterbukaan satu sama lain. Kegiatan ini bertujuan
untuk membangun kesadaran akan pentingnya tata ruang wilayah
yang didasarkan pada upaya pengurang risiko bencana, yang
diharapkan dapat mengurangi atau mereduksi dampak baik secara
material maupun non material (korabn jiwa dan harta benda).
2. Membangun kesadaran masyarakat akan tingginya ancaman
bencana hidrometeorolgi juga merupakan kegiatan yang sangat
penting untuk dilakukan. Karena selama ini masyarakat masih
menganggap bahwa bencana merupakan hal yang lumrah terjadi
dan tidak perlu ditakuti (karena sudah terbiasa). Hal ini terjadi
karena masyarakat belum benar-benar mengetahui apa saja
ancaman bencana yang ada di desa mereka dan bahaya yang
mengancam. Sehingga diharapkan setelah proses pendampingan ini
masyarakat dapat menyadari secara penuh bahwa ancaman
bencana dapat sewaktu-waktu terjadi dan masyarakat sudah siap
siaga dalam menghadapinya.
3. Membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana juga
merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilakukan dalam
pendampingan ini. Disamping masyarakat mengetahui ancaman
bencana, masyarakat juga harus memiliki kesadaran dalam
mengurangi risiko bencana serta dapat bekerjasama dalam
melakukan upaya kesiap-siagaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wijayanto, koko. 2012. Pencegahan dan Manajemen Bencana.


(online).https://socialstudies17.blogspot.com/2012/11/recognizepencegaha
nbencana
A.W. Coburn, dkk. 1994. Mitigasi Bencana Edisi 2.UNDP
Harianto, Heru Sri, 2001. Manajemen Penanggulangan Bencana.
Jakarta : Profil Manggalla Agni Keban. 2009, Prinsip Kerjasama. Jakarta :
Rosda.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Jakarta : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Departemen Komunikasi dan Informatika RI. 2007.
PenanggulanganBencana Alam dalam Perspektif Agama di Indonesia .
Departemen Komunikasi dan Informatika RI : Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPBj. 2008.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7
Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar. Jakarta: BNPB; 2008.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes. 2006.
Pedoman Puskesmas dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: Depkes.
Pan American Health Organization. 2000. Bencana Alam:
Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Departemen Kesehatan (Depkes ). 2001 Standar minimal
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penanganan
pengungsi. Jakarta: Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan -
Sekretariat Jenderal Depkes.
BNPB (2007). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana. BNPB. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai