Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEKTE MURJIAH SEJARAH DAN PEMIKIRANNYA

Mata Kuliah : Tauhid / Ilmu Kalam


Dosen Pengampu : Ahmad Sodiq, M.Ag

Disusun Oleh :
Amallia Sobriana (2111100157)
Dea Triana (2111100337)
Lira Agustriani (2111100241)
Rival Afriady (2111100117)
Nada Naurah Putri Azizah (2111100261)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
Aliran Murjiah. Makalah ini dibuat untuk memperdalam pemahaman mata
kuliah ilmu Kalam.

Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak terdapat


kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena
itu kami meminta kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan pada
makalah ini diwaktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 1 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................2
A. Latar Belakang Aliran Murji’ah.............................................2
B. Doktrin Doktrin pokok Murji’ah............................................3
C. Sekte Sekte Murji’ah..............................................................5
D. Tokoh-tokoh Aliran Murji’ah.................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Problem ketauhidan muncul di zaman pemerintahan Ali bin Abi
Thalib (656-661M) dengan munculnya beberapa kelompok/aliran karena
perbedaan pendapat dalam masalah tahkim antara Ali dengan Muawiyah
bin Abi Sufyan, gubernur syam, pada waktu perang shiffin. Salah satu
aliran yang muncul adalah aliran Murji’ah.
Melalui makalah ini penyusun beraharap pembaca lebih mengenal
tentang peradaban islam khususnya pada kaum aliran murjia’ah agar
memperluas wawasan tentang ke-Islaman.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana asal-usul kemunculan aliran Murji’ah?
2. Apa saja sekte-sekte yang ada dalam aliran Murji’ah?
3. Bagaimana doktrin yang ada dalam aliran Murji’ah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui asal-usul kemunculan Aliran Murji’ah dalam
peradaban Islam.
2.  Untuk mengetahui sekte-sekte yang ada di Aliran Murji’ah.
3. Untuk mengetahui doktrin-doktrin yang ada di Aliran Murji'ah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Aliran Murji’ah
Nama Murji’ah diambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna
penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arji’ah mengandung arti
memberi pengharapan, yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat Allah SWT selain itu, arji’ah berarti pula
meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang
mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu murji’ah artinya orang
yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu
Ali dan Muawwiyah.

Ada beberapa teori yang mengemukakan asal-usul adanya aliran


Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa
gagasan irja’a atau arja’a dikembangkan oleh sebagiansahabat dengan
tujuan menjaminpersatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadinya
pertikaian politik dan juga bertujuan untuk menghindari sektarianisme.
Deperkirakan murjiah ini muncul bersamaan dengan munculnya khawarij.
Teori lain mengatakan bahwa basis doktrin murjiah muncul pertamakali
sebagai gagasan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib,
Al-Hasan bin muhammad al-hanafiyah,

Ada juga teori yang mengatakan bahwa ketika dilakukan tahkim,


kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yaitu pro dan kontra. Kelompok
kontra akhirnya keluar dan disebut dengan kelompok khawarij,  yang
memandang bahwa keputusan tahkim bertentangan dengan al-Qur’an,
sehingga pelakunya melakukan dosa besar dan pelakunya dihukumi kafir.
Pendapat tersebut ditolak oleh sebagian sahabat yang kemudian disebut
dengan aliran Murji’ah. Dimana aliran ini menyatakan bahwa pembuat

2
dosa besar tetaplah mukmin, sementara dosanya diserahkan kepada Allah
SWT.1

B. Doktrin-Doktrin Pokok Murji’ah


Di bidang politik, doktrin irja’ diimplementasikan dengan sikap
politik netral atau nonblok, yang hampir selalu diimplementasikan dengan
sikap diam. Itulah sebabnya kelompok murji’ah dikenal juga sebagai
kelompok bungkam.
1. Doktrin teologi Murjiah menurut Abu ‘A’ala Al-Maududi
Abu ‘A’ala Al-Maududi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran
Murji’ah, yaitu:
a. Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT dan rasul-
Nya merupakan suatu keharusan bagi adanya iman.Berdasarkan
hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan
perbuatan yang diwajibkan dan melakukan dosa besar.
Kebanyakan aliran murji'ah berpendapat bahwa iman adalah hanya
membenarkan dengan hati,atau dengan kata lain iman ialah
pandangan kepada Allah SWT Dengan hati,bukan pengertian
lahirnya.Apabila seseorang beriman dengan hatinya,maka dia
adalah Mukmin dan Muslim, sekalipun lahirnya menyerupai
yahudi atau nasrani dan lisannya tidak mengucapkan dua kalimat
syahadat. itu temasuk bukan bagian daripada iman.

b. Dasar keselamatan adalah iman semata, selama masih ada iman di


hati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun
gangguan atas seseorang, untuk mendapatkan pengampunan,
manusia cukup hanya menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam
keadaan akidah tauhid. Murji'ah memandang  bahwa perbuatan atau
amal tidaklah sepenting iman,yang meningkat pada pengertian
bahwa,hanyalah imanlah yang penting dan yang menentukan
1
Abul A’la Al Maududi, Al- Khalifah Wa Al Mulk, Terj. Muhammad Al Baqir, (Bandung;Mizan,
1994), hlm 279 – 280

3
mukmin atau tidak mukminnya seseorang,iman letaknya dalam
hati seseorang dan tidak diketahui manusia lainnya,begitupun
perbuatan-perbuatan manusia tidak menggambarkan apa yang ada
dalam hatinya.Oleh karena itu ucapan dan perbuatan tidak mesti
mengandung arti bahwa ia tidak memiliki iman yang terpenting
ialah iman dalam hati. Dengan demikian ucapan dan perbuatan
tidak merusak iman seseorang. Walaupun perbuatan yang di
lakukannya melanggar dari syariat islam,tetapi kalau hatinya
masih beriman,aliran ini mengatakan orang itu mukmin. Adapun
mengenai orang yang lalai dalam melaksanakan kewajiban-
kewajibannya,atau dia melakukan dosa-dosa besar, maka sebagian
dari tokoh-tokoh murji'ah berpendapat: tiadalah mungkin
menentukan hukum bagi orang itu di dunia.Hal itu harus di
serahkan kepada Tuhan untuk menentukannya di akhirat.Dari sini
timbulnya istilah "murji'ah",yaitu berasal dari kata "irja'" yang
berarti menangguhkan.
2. Doktrin teologi Murji’ah menurut Harun Nasution
Doktrin teologi Murji’ah menurut Harun Nasution menyebutkan
empat ajaran pokok, yaitu:
1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr Bin Ash, dan Abu
Musa Al-Asy’ary yang terlibat tahkim dan menyerahkan kepada
Allah di hari kiamat kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang
berdosa besar.
3. Meletakan (pentingnya) iman daripada amal.
4. Memperbaiki pengharapan kepada muslim yang berdosa besar
untuk memperoleh ampunan dan rahmat Allah.2

C. Sekte-Sekte Murji’ah
2
Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung ;Mizan, 1995), h. 124

4
Secara garis besar aliran Murji’ah terbagi ke dalam 2 sekte, yaitu Al-
Murji’ah Moderat dan Al-Murji’ah Ekstrem.

1. Al-Murji’ah Moderat
Al-Murji’ah moderat disebut juga al-Murji’ah al-Sunnah yang pada
umum terdiri dari para fuquha dan muhditsin. Mereka berpendapat bahwa
orang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, dia
akan dihukum dalam neraka sesuai dosa yang telah diperbuatnya dan
kemungkinan Allah SWT bisa mengampuni dosanya.
Dengan demikian, Murji’ah Moderat masih mengakui keberadaan
amal perbuatan dan mengakui pentingnya amal perbutan manusia,
meskipun bukan bagian dari iman. Yang termasuk golongan al-Murji’ah
moderat, di antaranya al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib,
Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadis.

2. Al-Murji’ah Ekstrem
Golongan al-Murji’ah yang ekstrem adalah mereka yang secara
berlebihan melakukan pemisahan antara iman dan amal
perbuatan Mereka menghargai iman terlalu berlebihan dan merendahkan
amal perbuatan tanpa perhitungan sama sekali. Amal perbutan tidak ada
pengaruhnya terhadap iman. Iman hanya berkaitan dengan Tuhan dan
hanya Tuhan yang mengetahuinya. Oleh karena itu, selagi orang
beriman perbuatan apapun tidak dapat merusak imannya sehingga tidak
menyebabkan kafirnya seseoarang.
Adapun yang termasuk al-Murji’ah Eksterm sebagai berikut :
a. Golongan Al-Jahmiyah,
Golongan ini merupakan para pengikut Jahm bin Safwan.
Mereka berpandangan bahwa orang yang percaya kepada tuhan
kemudian menyatakan kekufurannya, secara lisan, tidaklah menjadi
kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada
bagian lain dalam tubuh manusia.

5
b. Golongan Al-Sahiliyah
Ash Shalihiyyah adalah kelompok yang mengikuti ajaran
Shalih ibn Umar ash Shalihi. Ash Shalihi, Muhammad ibn Syuaib,
Abu Syamar dan Ghailan, semuanya adalah pengikut Qadariah dan
Murjiah. Menurut Ash Shalihi, iman adalah semata – mata
pengenalan kepada Alloh dan mengakui Alloh sebagai pencipta
alam semesta. Sedangkan kekafiran adalah ketidaktahuan terhadap
Alloh. Orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu tiga, menurutnya,
bukanlah kafir tetapi ucapan itu tidak akan keluar kecuali dari
orang yang kafir. Dan menurutnya makrifah kepada Alloh itu
adalah mahabbah dan khudhu (tunduk) kepada Alloh. Iman
tumbuh dari pemberitaan Rasul dan menurut ukuran akal mungkin
wajib beriman kepada Alloh dan munkin tidak beriman kepada
Rasul namun Rasulullah Bersabda ,” Barangsiapa yang tidak
beriman kepadaku ia tidak beriman kepada Alloh”.
Menurutnya shalat bukan ibadah, kecuali dari orang yang
beriman kepada-Nya, karena ia telah mengenal-Nya. Dan iman
menurutnya hanya terdiri dari satu unsure yang tidak bertambah
dan tidak berkurang, demikian juga kafir tidak bertambah dan tidak
berkurang.
Golongan ini merupakan pengikut Abu Hasan al-Salahi. Iman
adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu
Tuhan, dan sholat bukan merupakan ibadah kepada Allah. Yang
disebut ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahui
Tuhan. Begitu pula zakat, puasa da haji bukanlah ibadah melainkan
sekedar menggambarkan kepatuhan.

c. Golongan Al-Yunusiyah

6
Golongan ini merupakan pengikut Yunus bin Aun al-
Numairi.yang berpendapat bahwa melakukan maksiat atau
pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Al Yunusiyyah
adalah kelompok yang mengikuti ajaran Yunus ibn Aun an
Numairi. Menurut mereka bahwa, iman itu adalah totalitas dari
pengetahuan tentang Tuhan, kerendahan hati, dan tidak takabur.
Kufur adalah kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir bukan karena
tidak percaya kepada Tuhan, melainkan karena ketakaburannya.
Mereka juga percaya bahwa perbuatan jahat dan maksiat sama
sekali tidak merusak iman.

d. Golongan Al-Ubaidiyah
Kelompok Ubaidiyyah adalah mereka yang mengikuti
ajaran Ubaid al Muktaib. Dia disebutkan pernah berkata bahwa
selain perbuatan syirik diampuni Allah. Seorang yang meninggal
dunia dalam keadaan masih memiliki ketauhidan tidak akan binasa
oleh kejahatan dan dosa besar yang diperbuatnya Pengikut dari
Ubaid al-Muktaib. Berpendirian sebagaimana al-Yunusiyah dengan
menambahkan jika seseorang mati dalam iman, dosa-dosa, dan
perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan bagi yang
bersangkutan.

e. Golongan Al-Ghozaniyah
Pengikut Ghassan al-Kuffi, berpendirian bahwa iman
adalah mengenal Allah SWT dan Rosul-Nya serta mengakui
apa-apa yang diturunkan Allah SWT dan yang dibawa Rosul-
Nya.3

3
Al-Gurabi, Ali Mustafa, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah Wa Nasy’atu Ilmi Kalam ‘indal Muslimin

7
D. Tokoh-tokoh  Aliran Murji’ah 

Pemimpin utama Madzhab murji’ah ialah Hasan ibn Bilal Al Muzni,


Abu Salat As-Sammam dan Dirar ibn Umar. Dari segi
politik, Murji’ah sangat menguntungkan para khalifah, semasa
Bani Umayyah karena dengan dogma/kepercayaan mereka dapat
mencegah pemberontakan terhadap pemerintah.4

BAB III

4
Al-Farq, Abdu Al-Qahir bin Thahir bin Muhammad Al-Bagdadi, Al-Azhar, Mesir

8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa aliran
murji’ah berawal dari sekumpulan orang yang tidak setuju dengan
keyakinan aliran khawarij, yaitu yang menganggap bahwa orang yang
melakukan dosa besar adalah kafir. Aliran murji’ah meyakini bahwa iman
tidak dinilai dari amal perbuatan, iman datang dari hati bukan amal.
Dua doktrin pokok ajaran Murji’ah yaitu yang pertama,Iman adalah
cukup dengan percaya kepada Allah SWT dan rasul-Nya yang dimana
merupakan suatu keharusan bagi adanya iman.
Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun
meninggalkan perbuatan yang diwajibkan dan melakukan dosa besar.
Yang kedua, dasar keselamatan adalah iman semata, selama masih ada
iman di hati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun
gangguan atas seseorang, untuk mendapatkan pengampunan, manusia
cukup hanya menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah
tauhid.5

DAFTAR PUSTAKA
5
Rahmat, Jalaluddin , Resiko Keterbukaan, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991

9
Abul A’la Al Maududi, Al- Khalifah Wa Al Mulk, Terj. Muhammad Al Baqir,
(Bandung;Mizan, 1994), hlm 279 – 280
Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung ;Mizan, 1995), h. 124
Al-Gurabi, Ali Mustafa, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah Wa Nasy’atu Ilmi Kalam ‘indal
Muslimin
Al-Farq, Abdu Al-Qahir bin Thahir bin Muhammad Al-Bagdadi, Al-Azhar, Mesir
Rahmat, Jalaluddin , Resiko Keterbukaan, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991

10

Anda mungkin juga menyukai