Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU TAUHID DAN AKHLAK TASAWUF

ALIRAN TEOLOGI MURJI’AH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu tauhid dan akhlak tasawuf

Dosen pengampu : Dr. H. Darmu’in, M.Ag.

Nama Kelompok :

1. Shoffa Hard Yana (2207026097)


2. Muhammad Firmansyah (2207026100)
3. Dinda Ainun Ni’mah (2207026111)
Kelas :
GZK 2D

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya serta memberikan kemudahan penulis dalam menyelesaikan makalah tepat
waktu. Tanpa rahmat dan karunia-Nya, penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi agung
Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulis mengucapkan
rasa syukur kepada Allah SWT sehingga makalah “Aliran Teologi Murji’ah” ini
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Tauhid dan Akhlak Tasawuf yang diampu oleh Dr. H. Darmu’in,
M.Ag.

Penulis ucapkan terimakasih banyak kepada Dr. H. Darmu’in, M.Ag. selaku


dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tauhid dan Akhlak Tasawuf yang telah
membimbing, memberi pengetahuan dan wawasan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Penulis ucapkan terimakasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu, memberi masukan, dan mendukung selama proses pembuatan
makalah.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca untuk dijadikan pembelajaran agar penulis bisa
menjadi lebih baik dimasa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah
wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Semarang, 6 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB l .................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................ 3

A. Pengertian Aliran Teologi Murji’ah ......................................................................... 3

B. Sejarah Munculnya Aliran Teologi Murji’ah ........................................................... 3

C. Doktrin Aliran Teologi Murji’ah .............................................................................. 4

D. Sekte Aliran Murji’ah ............................................................................................... 7

BAB III............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran Murji’ah merupakan salah satu aliran yang dipelajari dalam Teologi
Islam. Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal
khalifah (kekhalifahan).Setelah terbunuhnya khalifah Usman ibn Affan, umat Islam
terpecah kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali dan Mu’awiyah.
Kelompok Ali lalu terpecah pula kedalam dua golongan yaitu golongan yang setia
membela Ali (disebut Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut
Khawarij).

Ketika berhasil mengungguli dua kelompok lainnya, yaitu Syiah dan Khawarij
dalam merebut kekuasaan, kelompok Mu’awiyah lalu membentuk dinasti
Umaiyah. Syiah dan Khawarij bersama-sama menentang kekuasaannya. Syiah
menentang Mu’awiyah karena menuduh Mu’awiyah merebut kekuasaan yang
seharusnya milik Ali dan keturunannya.

Sementara itu Khawarij tidak mendukung Mu’awiyah karena ia dinilai


menyimpang dari ajaran Islam. Dalam pertikaian antara ketiga golongan tersebut,
terjadi ditengah-tengah suasana pertikaian ini, muncul sekelompok orang yang
menyatakan diri tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang
terjadi.Kelompok inilah yang kemudian berkembang menjadi golongan
“Murji’ah”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aliran teologi murji’ah?

2. Bagaimana sejarah munculnya aliran teologi murji’ah?

3. Apa saja doktin-doktrin dalam aliran teologi murji’ah?

4. Apa saja yang termasuk sekte-sekte aliran murji’ah?


1
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari aliran murji’ah

2. Mengetahui sejarah munculnya aliran murji’ah

3. Mengetahui doktrin-doktrin yang diajarkan dalam aliran murji’ah

4. Mengetahui sekte-sekte dalam aliran murji’ah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Teologi Murji’ah

Kata Murji’ah berasal dari kata bahasa Arab arja’a, yarji’u, yang berarti menunda
atau menangguhkan. Aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka
menunda penyelesaian persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah
bin Abi Sufyan dan Khawarij di hari perhitungan di akhirat nanti. Karena itu mereka
tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang dianggap
kafir diantara ketiga golongan yang tengah bertikai tersebut. Alasannya, keimanan
merupakan keyakinan hati seseorang dan tidak berkaitan dengan perkataan ataupun
perbuatan. Selama seseorang masih memiliki keimanan didalam hatinya, apapun
perbuatan atau perkataannya, maka ia tetap dapat disebut seorang mukmin, bukan
kafir.

Murji’ah mengacu kepada segolongan sahabat Nabi SAW, antara lain Abdullah
bin Umar, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Imran bin Husin yang tidak mau melibatkan
diri dalam pertentangan politik antara Utsman bin Affan (khalifah ke-3; w. 656) dan
Ali bin Abi Thalib (khalifah ke-4; w. 661). Menurut Syahristani orang pertama yang
membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad Dimasyqi.

Tokoh aliran ini adalah Abu Hasan Ash-Shalihi, Yunus bin An-Namiri, Ubaid Al-
Muk- taib, Ghailan Ad-Dimasyqi.

B. Sejarah munculnya aliran murji’ah


Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang berarti penundaan, penangguhan,
dan pengharapan. Kata arja’a juga memiliki arti memberi harapan, yakni memberi harapan
kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Oleh karena
itu, murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak
kaum Murji’ah ditimbulkan oleh persoalan politik sama halnya dengan kaum Khawarij,
tegasnya persoalan kholifah yang membawa perpecahan dikalangan umat Islam setelah
3
terbunuhnya Usman Ibn Affan. Seperti telah dibahas, kaum Khawarij pada mulanya adalah
penyokong Ali tetapi kemudian menjadi musuhnya. Karena adanya perlawanan ini,
kelompok yang setia pada Ali bertambah keras dan kuat membelanya dan merupakan satu
golongan lain yang disebut Syi’ah. Akan tetapi mereka sama-sama menentang kekuasaan
Bani Umayyah, tetapi dengan motif yang berbeda.

Dalam permusuhan inilah muncul satu aliran baru yang bersikap netral yang tidak ikut
dalam kafir-mengkafirkan yang terjadi pada golongan tersebut. Bagi merekan golongan yang
bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan
yang benar. Oleh karena itu, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang salah dan
benar dan lebih baik menunda penyelesaian hingga hari perhitungan di depan Allah. Dengan
demikian, kaum Murji’ah adalh kaum yang tidak ikut campur dalam pertentangan tersebut
dan mengambil sikap menyerahkan penentuan kafir atau tidaknya orang-orang yang
bertentangan tersebut kepada Allah.
Ada beberapa teori tentang kemunculan Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa
gagsan irja atau arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat untuk menjamin persatuan dan
kesatuan umat Isam ketika terjadi pertikaian politik antara Khawarij dan Syi’ah.
Diperkirakan Murji’ah muncul bersamaan dengan kemunculan Khawarij dan Syiah.
Teori lain mengatakan bahwa Murji’ah muncul pertama kali sebagai gerakan politik
oleh cucu Ali, yaitu Al-Hasn bin Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Teori lain
menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan Muawiyah, dilakukan tahkim
(arbitrase) atas usulan Amr bin Ash, seorang kaki tangan Muawiyah. Kelompok Ali terpecah
menjadi dua kubu, kubu yang pro dan kubu yang kontra. Kubu yang kontra akhirya keluar
dari Ali, yakni kaum Khawarij. Mereka berpendapat bahwa tahkim merupakan dosa besar
dan orang yang melaksanakanya termasuk orang yang kafir. Pendapat ini ditentang oleh
kaum Murj’ah.

C. Doktrin Ajaran Aliran Murji’ah

Ajaran pokok Murji’ah Pada dasarnya bersumber dari gagasan doktrin irja
atau ar-Ja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persolan politik
maupaun persoalan teologis. Pada bidang theologi, doktrin Irja’ dikembangkan
Murji’ah ketika menanggapi persoalan-persoalan teologis yang muncul saat itu
pada perkembangan berikutnya, persoalan-persoalan yang ditanggapinya menjadi
semakin kompleks sehingga mencakup iman, kufur dosa besar dan ringan (mortal
and venial sams) tauhid Tafsir al-Qur’an, eskatologi, pengampunan atas dosa besar,
4
kemaksuman nabi (the is peccability of the prthet), hukuman atas dosa (pansihment
of sins), ada yang kafir ( infdel) di kalangan generasi awal Islam, tobat (redress of
wrongs), hakekat al-qur’an, nama dan sifat Allah, serta ketentuan Tuhan
(predestination) demikian diungkapakan oleh Gibb dalam Rosihan Anwar
(2000:58).
Dalam Perspektif Murji’ah orang Islam yang berbuat dosa besar tidaklah
menjadi, kafir, melainkan tetap mukmin persoalan dosa besarnya diserahkan kepada
Tuhan dalam keputusannya kelak di hari perhitungan. Kalaulah dosa besarnya itu
diampuni Tuhan maka jelas ia akan masuk surga. Akan tetapi misalnya tidak
diampuni Tuhan maka harapan bagi orang/pelaku dosa besar untuk diberi ampun
oleh Tuhan sehingga seterusnya dapat masuk surga (Harun Nasution, 1986; 34.
Dasar argument dari pandangan teologis kaum Murji’ah ini ialah dengan
satu asumsi bahwa orang islam yang melakukan dosa besar masih mengucapkan
dua kalimah syahadah. Maka orang serupa ini masih yakin dan bukan kafir atau
musyrik. Oleh karena itu inti ajaran yang paling luas dibicarakan dikalangan
Murji’ah antara lain: iman, kufur, dan dosa besar, yang dalam tahap perkembangan
lebih lanjut berkaitan pula dengan persoalan- persoalan teologis yang lain.
Untuk Murji’ah moderat berpendapat bahwa orang - orang Islam yang berbuat
dosa besar tetap mukmin tidak menjadi kafir. Karena itu tidak kekal di dalam neraka
(Syahrastani : 146), tetapi kalaulah mereka dihukum sesuai dengan besarnya dosa
yang mereka lakukan dan setelah itu mereka masuk surga. Ada kemungkinan jika
Tuhan mengampuni dosa mereka tidak akan masuk neraka sama sekali. (Abu
Zahrah; 205).
Pengertian iman umumnya ialah pengakuan tentang Tuhan dan Rasul- Nya
dan dengan segala apa yang datang dari Tuhan dan Rasulnya. Mereka menyakini
iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang dan tidak terdapat perbedaan
antara manusia dalam hal iman. Harun Nasution menganalisa bahwa faham tersebut
mengandung konsekuensi logis bahwa iman semua orang Islam sama? baik berdosa
besar maupun berdosa kecil. Konklusi ini akan membawa pada gagasan bahwa
perbuatan kurang penting atau bahkan tidak terpengaruh kepada iman.
Dari kalangan Murji’ah moderat juga umumnya berpendapat bahwa selama
seseorang masih bersyahadat, maka orang demikian itu tetap dikatakan islam, dosa
yang dilakukannya sekalipun dosa besar tidak akan membuat dia keluar dari islam
5
dan akan masuk surga. Diantara sederetan nama - nama yang termasuk kepada
golongan Murji’ah moderat antara lain :
1. Hasan ibn Muhammad ibn Ali ibn Abi Thalib
2. Abu Hanifah’
3. Abu Yusuf’
4. Said ibn Zubair;
5. Hammad ibn Ali Sulaiman ( Abu Zahrah dalam Harun : 1986).
Ajaran pokok Murji’ah ektrim diukur dari “kelebihan” pandangan yang
dikemukakan secara radikal dibanding orang Murji’ah yang tergolong moderat.
Pengertian iman menurut kelompok ini hanyalah ma’rifah saja kepada Allah. Ma’rif
yang dimaksud hanyalah cukup mengetahui terhadap Allah tidak perlu dengan
ucapan lisan apalagi dengan pembuktian melalui perbuatan. Pengakuan dengan
dengan ucapan lisan dan pembuktian dengan perbuatan bukan bagian dari
iman. Karena itu bagi orang yang telah “ma’rifah” tersebut sekalipun mengatakan
kekufuran secara lisan tidaklah akan menjadi kafir ia tetap iman bahkan ia tidak
menjadi kafir kendati menyembah berhala, menyembah salib.
Secara umum, pokok ajaran dari Murji’ah dapat dilihat dari beberapa
pendapat, sebagai berikut:
1. Rukun iman ada dua, yaitu: iman kepada Allah dan iman kepada utusan
Allah.
2. Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah beriman,
dan bila meninggal dunia dalam keadaan berdosa, maka segala
ketentuannya tergantung Allah di akhirat kelak.
3. Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apa pun terhadap orang bila
telah beriman.
4. Perbuatan kebajikan tidak berarti apa pun apabila dilakukan di saat kafir.
Ini berarti perbuatan-perbuatan baik tidak dapat menghapuskan
kekafirannya dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena
melakukannya sebelum masuk Islam.
5. Golongan Murji’ah tidak mau mengkafirkan orang yang telah masuk
Islam, sekalipun orang tersebut zalim, berbuat maksiat dan lain-lain, sebab
mereka mempunyai keyakinan bahwa dosa sebesar apa pun tidak dapat
memengaruhi keimanan seseorang selama orang tersebut masih muslim.
6
Golongan Murji’ah tidak mau mengkafirkan orang yang telah masuk
Islam, sekalipun orang tersebut zalim, berbuat maksiat dan lain-lain, sebab
mereka mempunyai keyakinan bahwa dosa sebesar apa pun tidak dapat
memengaruhi keimanan seseorang selama orang tersebut masih muslim.
6. Aliran Murji’ah juga menganggap bahwa orang yang lahirnya terlihat atau
menampakkan kekufuran, namun bila batinnya tidak, maka orang tersebut
tidak dapat dihukum kafir, sebab penilaian kafir atau tiaknya seseorang itu
tidak dilihat dari segi lahirnya namun tergantung batinnya. Sebab
ketentuan ada pada i’tiqad seseorang dan bukan segi lahiriahnya
(Burhanuddin, 2016)
D. Sekte-sekte dalam Aliran Murji’ah
Sekte dalam aliran Murji’ah tidak jelas jumlahnya karena masing-masing ahli
memiliki pendapat masing-masing. Al-Baghdadi membagi mereka dalam tiga
golongan , yaitu al-Murji’ah yang dipengaruhi ajaran-ajaran al-Qodariyah, al-
Murji’ah yang yang dipengaruhi ajaran-ajaran al-Jabariyah, dan al-Murji’ah yang
tidak dipengaruhi keduanya.
Golongan ketiga ini terdiri dari lima sekte, yaitu al-Yunusiyah, al-
Ghazaniyah, alSaubaniyah, al-Tumaniyah, dan al-Murisiyah. Al-Asy’ary membagi
menjadi 12 golongan, sedangkan al-Syahrastani membagi menjadi tiga sekte, yaitu
al-Murji’ah al-Khawarij, al-Murji’ah al-Jabariyah, dan alMurji’ah asli.
Aliran murji’ah dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu golongan
moderat dan golongan ekstrem. Al-Murji’ah moderat disebut juga al-Murji’ah al-
Sunnah yang pada umum terdiri dari para fuquha dan muhditsin. Mereka
berpendapat bahwa orang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam
neraka, dia akan dihukuk dalam neraka sesuai dosa yang telah diperbuatnya dan
kemungkinan Allah bisa mengampuni dosanya. Dengan demikian, Murji’ah
moderat masih mengakui keberadaan amal perbuatan dan mengakui pentingnya
amal perbutan manusia, meskipun bukan bagian dari iman. Yang termasuk
golongan alMurji’ah moderat, di antaranya al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin
Abi Tholib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadis.
Golongan al-Murji’ah yang eksterm adalah mereka yang secara berlebihan
mengadakan pemisahan antara iman dan amal perbuatan. Mereka menghargai iman
terlalu berlebihan dan merendahkan amal perbuatab tanpa perhitungan sama sekali.
7
Amal perbutan tidak ada pengaruhnya terhadap iman. Iman hanya berkaitan dengan
Tuhan dan hanya Tuhan yang mengetahuinya. Oleh karena itu, selagi orang
beriman, perbuatan apapun tidak dapat merusak imanya sehingga tidak
menyebabkan kafirnya seseoarang.
Adapun yang termasuk al-Murji’ah eksterm sebagai berikut.
1. Golongan al-Jahmiyah Golongan ini merupakan para pengikut Jahm bin
Safwan. Mereka berpendapat bahwa orang Islam yang percaya kepada
Tuhan tidak akan menjadi kafir menyatakan kekufuran secara lisan karena
iman dan kufur letaknya dalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh
manusia.
2. Golongan al-Sahiliyah Golongan ini merupakan pengikut Abu Hasan al-
Salahi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Tuhan, sedangkan
kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat bukan merupakan ibadah kepada
Allah. Yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahui
Tuhan. Begitu pula zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah, melainkan
sekedar menggambarkan kepatuhan.
3. Golongan al-Yunusiyah Golongan ini merupakan pengikut Yunus bin Aun
al-Numairi melontarkan penyataan bahwa melakukan maksiat atau
perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-
dosa dan perbuatan – perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan
orang yang bersangkutan. Dalam hal ini Mutaqil bin Sulaiman berpendapat
bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang
sebagai musyrik.
4. Golongan al-Ubaidiyah Pengikut dari Ubaid al-Muktaib. Berpendirian
sebagaimana al-Yunusiyah dengan menambahkan jika sesorang mati dalam
iman, dosa-dosa, dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan bagi
yang bersangkutan.
5. Golongan al-Ghozaniyah Golongan al-Ghozaniyah menyebutkan bahwa jika
seseorang mengatakan, “saya tahu Tuhan melarang makan babi, tetapi
sayatidak tahu apakah babi yang diharamkan adalah kambing ini”, maka
orang tersebut tetap mukmin bukan kafir. Begitu pula yang mengatakan,
“saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’ba, tetapi saya tidak tahu
apakah Ka’bah di India atau tempat l
8
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nama Murji’ah berasal


dari kata irja atau arja’a yang berarti penundaan, penangguhan, dan pengharapan.
Kata arja’a juga memiliki arti memberi harapan, yakni memberi harapan kepada
pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Oleh karena
itu, murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari
kiamat kelak.

Kaum Murji’ah ditimbulkan oleh persoalan politik, tegasnya persoalan Kholifah


setelah terbunuhnya Usman Ibn Affan. Diantara pertikaian antara golongan yang
setia pada Ali dan keluar dari Ali, munculah satu aliran yang bersikap netral yang
tidak ikut dalam kafir-mengkafirkan yang terjadi antara golongan tersebut. Golongan
yang bersifat netral ini disebut Kaum Murji’ah. Kaum Murji’ah dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu : Murji’ah Moderat dan Murji’ah eksterm.

Secara umum, pokok ajaran dari Murji’ah dapat dilihat dari beberapa pendapat,
sebagai berikut, rukun iman ada dua, yaitu: iman kepada Allah dan iman kepada
utusan Allah, orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah beriman,
dan bila meninggal dunia dalam keadaan berdosa, maka segala ketentuannya
tergantung Allah di akhirat kelak, perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apa pun
terhadap orang bila telah beriman, perbuatan kebajikan tidak berarti apa pun apabila
dilakukan di saat kafir, golongan Murji’ah tidak mau mengkafirkan orang yang telah
masuk Islam, sekalipun orang tersebut zalim, berbuat maksiat dan lain-lain, sebab
mereka mempunyai keyakinan bahwa dosa sebesar apa pun tidak dapat memengaruhi
keimanan seseorang selama orang tersebut masih muslim, Aliran Murji’ah juga
menganggap bahwa orang yang lahirnya terlihat atau menampakkan kekufuran,
namun bila batinnya tidak, maka orang tersebut tidak dapat dihukum kafir, sebab
penilaian kafir atau tiaknya seseorang itu tidak dilihat dari segi lahirnya namun
tergantung batinnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, M., Faridah, F., & Pakatuwo, L. M. (2021). AL-KHWARIJ DAN ALI-MURJI’AH
(SEJARAH MUNCUL DAN POKOK AJARANNYA). TEKNO AULAMA, 1(2), 164-178.

Murji’ah, A. (2013). ALIRAN MURJI’AH. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


SURABAYA.

Hasibuan.I (2021). Teologi Pemikiran Klasik Mu’tazilah dan Murji’ah. Universitas


Islam Negeri Sumatra Utara Medan.

Suriah (2017). MURJI’AH DALAM PERSEPEKTIF THEOLOGIS. Uin Suska Riau

10
11

Anda mungkin juga menyukai