Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KHAWARIJ DAN MURJI’AH

Dosen pengampu : Dr. Moh Ropiq, Ma

Di susun oleh:

Sadiah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
KHAWARIJ DAN MURJI’AH tanpa ada halangan suatu apapun. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang
senantiasa kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul Qiyamah, Aamiin.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami sangat berharap kepada bpk dosen dan
juga teman-teman semua agar dapat memberikan kritik maupun saran dan juga
masukan untuk kami demi kebaikan makalah selanjutnya dan bisa bermanfaat
bagi kita semua.

Atas kritikan dan masukannya, kami terlebih dahulu mengucapkan banyak


terima kasih.

Tangerang, 18 September 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................... 2


2.1. Latar Belakang Berdirinya Aliran Khawarij dan Murji’ah ............................... 2
2.2. Doktrin – Doktrin Ilmu Kalam Khawarij dan Murji’ah ..................................... 4
2.3. Sekte – Sekte Khawarij dan Murji’ah................................................................. 6

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Satu yang unik dalam sejarah perkembangan pemikiran Kalam Islam,munculnya
berbagai aliran justru mendahului lahirnya Ilmu Kalam itu sendiri. Munculnya aliran-
aliran ini,sebagimana telah dikemukakan pada pembahasan terdahulu, hampir
bersamaan dengan masalah kalam yang muncul tidak lama setelah Rasulallah SAW
meninggal dunia.
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud-wujud Tuhan (Allah),
sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-
sifat yang mesti pada-Nya dan membicarakan tentang Rasul-Rasul Tuhan, untuk
menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-
sifat yang tidak mungkin ada pada-Nya dan sifat-safat yang mungkin terdapat pada-
Nya.
Ego kesukuan dan kelompok yang saling mementingkan kelompok masing-masing,
memuncak pada masa khalifah Utsman bin Affan sampai masa Ali bin Abi Thalib
yang mereka anggap sudah menyeleweng dari ajaran Islam. Sehingga terjadilah
saling bermusuhan, bahkan pembunuhan sesama umat Islam. Masalah pembunuhan
adalah masalah besar dalam Islam, dalam menyikapi masalah inilah persoalan politik
merabah keranah teologi dalam Islam. Dalam makalah ini penulis membahas tentang
sejarah, Tokoh dan Ajaran Pokok golongan Khawarij dan Murji’ah yang muncul
karena terjadinya masalah politik.

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat di ambil beberapa rumusan masalah
diantaranya:
1.      Apa yang melatar belakangi berdirinya aliran Khawarij dan Murji’ah?
2.      Apa saja doktrin-doktrin pokok dalam aliran Khawarij dan Murji’ah?
3.      Sekte –sekte apa saja yang terdapat pada aliran Khawarij dan Murji’a

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Latar Belakang Berdirinya Aliran Khawarij dan Murji’ah

1. Khawarij
Khawarij secara bahasa diambil dari bahasa arab khawaarij, secara harfiah berarti
mereka yang keluar. Istilah Khawarij adalah istilah umum yang mencakup sejumlah
aliran dalam Islam yang pada awalnya mengakui kekuasaan Khalifah Ali bin Abi
Thalib lalu menolaknya karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya yang telah
menerima tawaran tahkim(artibrase) dalam perang siffin (37H/657M). Pertama kali
muncul pada pertengahan abad ke-7, berpusat didaerah yang kini terletak dibagian
Negara Irak bagian Selatan.
Ini adalah aliran kalam tertua dalam Islam. Aliran ini munculditengah-tengah
kemelut politik yang terjadi di kalangan muslimin pada masa kahalifah Ali bin Abi
Thalib. Mereka ini, kelompok al quraa dan al huffazh,semula adalah pendukung dan
pengikut khalifah. Karena tidak setuju terhadap kebijakan arbitrase atau tahkim yang
diambil oleh pihak khalifah Ali bin Mu’awiyah,mereka menyatakan keluar dari
barisan khalifah dan membuat kelompok sendiri.Dari kasus inilah asal nama
Khawarij diberikan kepada mereka,dalam arti “keluar” dari barisan Khalifah Ali.
Tokoh-tokoh aliran Khawarij Abdullah bin Wahhab Ar Rasyidi, Urwah bin
Hudair.Mustarid bin Sa'ad, Hausarah Al Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin Al
Azraq, Abdullah bin Basyir, Najdah bin Amir Al Hanafi.
Ada pula teori lain yang mengatakan bahwa nama Khawarij tersebut diambil dari
QS.an-nisaa’[4]:100,yang memuat ungkapan “keluar dari rumah untuk berhijrah
kepada Allah dan rasul-Nya.Dengan demikian ,kaum Khawarij memandang diri
mereka sebagai kelompok yang keluar meninggalkan rumah dan kampong halaman
untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasulnya. Bila nama ini dinisbatkan
kepada ayat diatas, maka nama Khawarij tidak lagi berkonotasi negative dan bahkan
merupakan kebanggaan bagi komunitas aliran. Dengan demikian, nama itu sangat
mungkin diberikan oleh kaum Khawarij sendiri. 

2
Kaum khawarij umumnya adalah orang-orang Arab Badawi. Bumi padang pasir yang
tandus dan gersang membuat cara hidup dan pola fikir mereka sangat sederhana.,
menjadikan mereka sebagai pribadi yang keras hati dan pemberani, berjiwa bebas
dan tidak bergantung kepada orang lain.
Latar belakang lingkungan dan social budaya yang demikian sangat berpengaruh
terhadap sikap keberagamaan mereka. Mereka terkenal sangat fanatic, tidak dapat
menoleransi pendapat orang lain yang berbeda. Setiap faham yang berbeda, oleh
mereka, di pandang salah. Sikap fanatic dan sikap bebas ini yang menyebabkan
kaum Khawarij sangat mudah terpecah belah menjadi beberapa belah sekte. Ini yang
menyebabkan kaum Khawarij slalu gagal dalam perjuangan merebut kekuasan
politic, karena aliran ini sering mengalami konflik internal. Stiap perbedaan slalu
berakibat perpecahan dikalangan mereka sendiri.
2. Murji'ah
Kata Murji’ah berasal dari bahasa Arab arja’a, yarji’u, yang berarti menunda atau
menangguhkan, atau juga memberi pengharapan. Aliran ini muncul pada abad 1 H,
pembawa paham Murji’ah adalah Gailan Ad Damsiqy. Aliran ini disebut Murji’ah
karena dalam prinsipnya mereka menunda penyelesaian persoalan konflik politik
antara Khalifah Ali bin Abi Thalib ra, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khawarij ke
hari perhitungan di akhirat nanti. Seperti kaum Khawarij, golongan Murji’ah juga
muncul di tengah-tengah kemelut politik yang melanda umat ketika itu.
Semula kelompok ini tidak mau terlibat dalam persoalan politik yang tengah
melanda. Karena itu mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang
benar dan siapa yang dianggap kafir diantara ketiga golongan yang tengah bertikai
tersebut. Faham kaum Murji’ah menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tetap
mukmin selama masih beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Adapun dosa
besar orang tersebut ditunda penyelesaiannya di akhirat. Maksudnya, kelak di akhirat
baru ditentukan hukuman baginya. 
Dengan sikap yang demikian,mereka disebut dengan nama Murji’ah. Aliran Murji’ah
mengacu kepada segolongan sahabat Nabi SAW, antara lain Abdullah bin Umar,
Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Imran bin Husin yang tidak mau melibatkan diri dalam
pertentangan politik antara Khalifah Usman bin Affan ra  dan Khalifah Ali bin Abi
Thalib ra.

3
Tokoh-tokoh aliran Murji’ah :Abu Hasan Ash Shalihi, Yunus bin An Namiri, Ubaid
Al Muktaib, Ghailan Ad Dimasyq, Bisyar Al Marisi, Muhammad bin
Karram. Bermula dari diskusi tentang pelaku dosa besar, yang dihubungkan dengan
masalah kufur, golongan Murji’ah pun akhirnya terlibat dalam diskusi tentang
Iman,yaitu disekitar definisi dan unsur iman itu sendiri. Menurut Murji’ah, iman
semata-mata al-tahdiq (pembenaran melalui hati); amal bukan termasuk unsur dari
iman. Dosa besar, karenanya tidak membuat seseorang menjadi kafir, melainkan
tetap sebagai mukmin. Selagi seseorang itu tetap mukmin, ia tidak kekal didalam
neraka dan lambat atau cepat akan masuk surga.

2.2     Doktrin- Doktrin Ilmu Kalam Aliran Khawarij dan Murji’ah

1. Khawarij
Secara umum, ajaran-ajaran pokok golongan ini adalah kaum muslimin yang berbuat
dosa besar adalah kafir. Kemudian, kaum muslimin yang terlibat dalam perang
Jamal, yakni perang antara Aisyah Talhah dan Jubair melawan Khalifah Ali bin Abi
Thalib dihukumi kafir. Kaum khawarij memutuskan untuk membunuh mereka
berempat tetapi hanya berhasil membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib. Menurut
mereka khalifah harus dipilih rakyat serta tidak harus dari  keturunan Nabi
Muhammad SAW dan tidak mesti keturunan Quraish. Jadi, seorang muslim dari
golongan manapun bias menjadi Khalifah asalkan mampu memimpin dengan benar.
Doktrin Aqidah

 Setiap umat nabi Muhammad SAW yang terus menerus melakukan dosa besar
hingga matinya belum melakukan tobat, maka di hukumkan kafir serta kekal dalam
neraka.
 Membolehkan tidak mematuhi aturan-aturan kepala Negara, bila kepala Negara
tersebut khianat dan dzalim.
 Amal salah merupakan bagian esensial dari iman. Oleh karena itu, para pelaku
dosa besar tidak bias lagi disebut muslim, tetapi kafir. Dengan latar belakang watak
dan karakter kerasnya, mereka selalu melancarkan jihad (perang suci) kepada
pemerintah yang berkuasa dan masyarakat pada umumnya.

4
 Kaum khawarij mewajibkan semua manusia untuk berpegang kepada
keimanan,apakah dalm berpikir,maupun dalam segala perbuatannya. Apabila segala
tindakannya itu tidak didasarkan kepada keimanan, maka konsekuensinya
dihukumkan kafir.
 Adanya wa’an dan wa’id (orang yang baik harus masuk kedalam surga,
sedangkan orang jahat harus masuk neraka.
 Amar ma’ruf nahi munkar.
 Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.
 Qur’an adalah makhluk.
 Memalingkan ayat-ayat al-qur’an yang bersifat mutasyabuhat (samar).

Doktrin Politik

 Mengakui kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar bin Khattab ra,
sedangkan Umar bin Affan rad an Ali bin Abi Thalib ra, juga orang-orang yang ikut
perang jamal, dipandang telah berdosa.
 Dosa dalam pandangan mereka sama dengan kekufuran. Mereka mengkafirkan
setiap pelaku dosa besar apabila ia tidak bertobat. Dari sinilah muncul istilah kafir
dalam faham kaum Khawarij.
 Khalifah tidak sah, kecuali melalui pemilihan bebas diantara kaum muslimin.
Oleh karenanya, mereka menolak pandangan bahwa khalifah harus dari suku
Quraisy.
 Ketaatan kepada khalifah adalah wajib, selama berada pada jalan keadilan dan
kebaikan. Jika menyimpang, wajib dibunuh dan diperangi.
 Mereka menerima Al-Quran sebagai salah satu sumber diantara sumber-sumber
hukum Islam.
 Khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib ra adalah sah, tetapi setelah terjadi peristiwa
tahkim tahun ke-7 dan kekhalifahannya Utsman bin Affan ra dianggap telah
menyeleweng.
 Muawwiyah dan Amr bin Ash dan Abu Musa Al ‘Asyari juga dianggap telah
menyeleweng dan juga telah menjadi kafir.

2. Murji'ah

5
 Menunda hukuman atas Ali bin Abi Thalib ra, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Amr
bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya
kepada Allah di hari kiamat kelak.
 Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.       
 Meletakkan (pentingnya) iman dari amal.Memberikan pengharapan kepada
muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

2.3      Sekte-sekte Khawarij dan Murji’ah dan Tokoh-Tokohnya

Khawarij, sebagaimana telah dikemukakan, telah menjadikan imamah/khilafah/


politik sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya doktrin-doktrin teologis
lainnya. Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan kelompok khawarij
menyebabkannya sangat rentan pada perpecahan, baik secara internal kaum khawarij
maupun secara eksternal dengan sesama kelompok islam lainnya.
Para pengamat telah berbeda pendapat tentang berapa banyak perpecahan yang
terjadi dalam tubuh kaum khawarij. Al-Bagdadi mengatakan bahwa sekte ini telah
pecah menjadi 20 subsekte. Harun mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi
18 subsekte. Adapun Al-Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi, mengatakan bahwa
sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.
Terlepas dari beberapa banyak subsekte pecahan khawarij, tokoh-tokoh yang
disebutkan di atas sepakat bahwa subsekte khawarij yang besar hanya ada 6, yaitu:
1)    Al-Muhakkimah
Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut golongan Al-
Muhakkimah.Bagi mereka Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr Ibn Al-As dan
Abu Musa Al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui paham bersalah itu dan
menjadi kafir.
2)      Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah golongan
Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah.Daerah kekuasaan mereka
terletak diperbatasan Irak dengan Iran.Nama ini diambil dari Nafi’ Ibn Al-Azraq.
Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya mereka beri
gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam pertempuran di Irak pada tahun
686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik

6
3)      Al-Nadjat
Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-pengikutnya pada
mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-Azariqah. Tetapi dalam
golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan. Sebagian dari pengikut-pengikut
Nafi’ Ibn Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi,
tidak menyetujui paham bahwa orang Azraqi yang tidak mau berhijrah kedalam
lingkungan Al-Azariqah adalah musyrik.
Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi kafir dan
kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka.
Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan mendapatkan siksaan,
tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk surga.
4)      Al-Ajaridah
Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut Al-Syahrastani
merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi.Menurut paham mereka berhijrah
bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn Al-Azraq dan
Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan.Kaum Ajaridah boleh tinggal diluar
daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi kafir.Harta boleh dijadikan
rampasan perang hanyalah harta orang yang telah mati.
5)      Al-Sufriah
Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka dekat sama
dengan golongan Al-Azariqah.
6)      Al-Ibadiyah
Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan Khawarij.
Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M. memisahkan diri
dari golongan Al-Azariqah.
Semua subsekte itu membicarakan persoalan hokum orang yang berbuat dosa besar,
apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya, doktrin teologi tetap
menjadi primadona pemikiran mereka, sedangkan doktrin-doktrin yang lain hanya
merupakan pelengkap. Pemikiran subsekte ini lebih bersifat praktis dari pada
teorotis, sehingga kriteria bahwa seseorang dapat dikategorikan sebagai mukmin atau
kafir tidak jelas. Hal ini menyebabkan -dalam kondisi tertentu- seseorang dapat
disebut mukmin sekaligus pada waktu yang bersamaan disebut sebagai kafir.

7
Tindakan kelompok khawarij di atas telah merisaukan hati semua umat islam saat itu.
Sebab, dengan cap kafir yang di berikan salah satu subsekte tertentu khawarij, jiwa
seseorang harus melayang, meskipun oleh subsekte yang lain orang bersangkutan
masih dikategorikan sebagai mukmin sehingga dikatakan bahwa jiwa seorang
Yahudi atau Majusi masih lebih berharga dibandingkan dengan jiwa seorang
mukmin.13 Meskipun demikian, ada sekte khawarij yang agak lunak, yaitu sekte
Najdiyat dan Ibadiyah. Keduanya membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama.
Kafir nikmat hanya melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada Allah. Orang
seperti ini, kata kedua sekte di atas, tidak perlu dikucilkan dari masyarakat.
Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut, dikategorikan
sebagai aliran khawarij, selama terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran
ini. Berkenaan dengan persoalan ini, Harun mengidentifikasi beberapa indikasi aliran
yang dapat dikategorikan sebagai aliran khawarij masa kini, yaitu:
a.        Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walaupun
orang itu adalah penganut agama islam;
b.       Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan, sedangkan
islam sebagaimana yang di pahami dan di amalkan golongan lain tidak benar;
c.        Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu di bawa kembali ke
islam yang sebenarnya, yaitu islam seperti yang mereka pahami dan amalkan;
d.       Karena pemerintahan dan ulamayang tidak sepaham dengan mereka adalah
sesat, mereka memilih imam dari golongannya, yaitu imam dalam arti pemuka
agama dan pemuka pemerintahan;
e.        Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan
kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuannya;
Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah tampaknya dipicu oleh
perbedaan pendapat (bahkan hanya dalam hal intensitas) di kalangan para pendukung
Murji’ah. Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para
pengamat mengklasifikasi sekte-sekte Murji’ah. Kesulitannya –antara lain- adalah
ada beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat
sebagai pengikut Murji’ah, tetapi pengamat lain tidak mengklaimnya. Tokoh yang
dimaksud adalah Washil bin Atha’ (…-131 H) dari Mu’tazilah dan Abu Hanifah (80-
150 H) dari Ahlus Sunnah. Oleh karena itu, Asy-Syahrastany (w. 548 H), seperti
dikutip oleh Watt, menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut.

8
 Murji’ah Khawarij.
 Murji’ah Qadariah.
 Murji’ah Jabariah.
 Murji’ah Murni.
 Murji’ah Sunni (tokohnya adalah Abu Hanifah).
Sementara itu, Muhammad Imarah (I. 1931) menyebutkan 12 sekte Murji’ah, yaitu
sebagai berikut.
 Al-Jahmiyah, pengikut Jahm bin Shafwan.
 Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalah
 Al-Yunushiyah, pengikut Yunus As-Samary.
 Asy-Syamriayah, pengikut Abu Samr dan Yunus.
 Asy-Syawbaniyah, pengikut Abu Syawban.
 Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan Ad-Dimsaqy
 An-Najariyah, pengikut Al-Husain bin Muhammad An-Najr.
 Al-Hanafiyah, pengikut Abu Haifah An-Nu’man.
 Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib.
 Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz Ath-Thawmy.
 Al-Murisiyah, pengikut Basr Al-Murisy.
 Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam As-Sijistany.
Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah menjadi dua sekte,
yaitu golongan moderat dan golongan ekstrem. Murji’ah moderat berpendirian
bahwa pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka.
Mereka disiksa sebesar dosanya dan diampuni oleh Allah SWT. Praktis tidak masuk
neraka. Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan Rasul-rasul-Nya serta yang
datang darinya secara keseluruhan, namun dalam garis besar. Iman tidak bertambah
dan tidak pula berkurang. Tidak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas
pendirian ini adalah Al-Hasan bin Muhammad bin ‘Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah,
Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadits.
Adapun yang termasuk kelompok ekstrem adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-
Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiap-tiap kelompok itu
dapat dijelaskan seperti berikut.

9
 Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya, berpandangan
bahwa orang yang percaya kepada Tuhan dan kemudian menyatakan
kekufurannya secara lisan tidak menjadi kafir karena iman dan kufur tempatnya di
dalam hati, bukan bagian lain dalam tubuh manusia.
 Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihy, berpendapat bahwa iman adalah
mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat bukan merupakan
ibadah kepada Allah SWT. Karena yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya,
dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah,
melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah
kepada Allah, yang disebut ibadah hanya iman.
 Yunusiyah dan Ubaidiyah, melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat
atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidak merusak iman seseorang. Mati dalam iman,
dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan bagi
yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa
perbuatan jahat banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang sebagai
musyrik atau politeis.
 Hasaniyah, menyebutkan bahwa jika seorang mengatakan,”Saya tahu Tuhan
melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu
adalah kambing ini.” Orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang
yang mengatakan,”Saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke ka’bah, tetapi saya
tidak tahu apakah ka’bah di India atau di tempat lain”.

10
BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis sajikan dalam bab pembahasan di atas, maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Khawarij pada mulanya adalah suatu
golongan yang pada awalnya muncul sebagai pendukung Ali, namun pada akhirnya
keluar dari barisan Ali karena ketidak puasan mereka terhadap Ali yang
menerima tahkim  dari Mu’awiyah, sehingga Khawarij memberikan perlawanan dan
menyatakan perang terhadap Ali dan Mu’awiyah, sehingga dengan keluarnya mereka
dari golongan Ali maka mereka di juluki Khawarij (orang-orang yang keluar).
Murji’ah  cenderung menangguhkan keputusan akan hukuman atas dosa-dosa
besar di masa yang akan datang dan cenderung menyerahkannya kepada Allah
apakah dosa tersebut akan diampuni atau tidak. Murji’ah memandang terbalik
dengan Khawarij bahwa orang muslim yang berbuat dosa besar tidak lah kafir namun
masih memiliki kesempatan atau harapan untuk mendapatkan pengampunan dari
Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad, 1992. Risalah Ilmu Tauhid, Jakarta:PT. Bulan Bintang.


Abdullah, M. Sufyan Raji. 2006. Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam Dan Ciri-Ciri
Ajarannya. Jakarta: Pustaka Alriyadi.
Dr. Suryan A dan Jamrah, M.A,2015.STUDI ILMU KALAM. Jakarta: PT Kharisma
Putra Utama

12

Anda mungkin juga menyukai