Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KHAWARIJ DAN SYI’AH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu :
Hendi Rustandi, M. Sos

Disusun oleh :
Muhammad Muzaki: 21.03.2900

SEMESTER 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI PERSIS BANDUNG
2021 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “KHAWARIJ DAN SYI’AH”. Salam dan shalawat kami
kirimkan kepada junjungan kita baginda Rasulullah Muhamammad SAW,
keluarga para sahabatnya serta kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran
beliau.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “METODOLOGI
STUDI ISLAM” yang wajib di tempuh di Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan
Islam (STAIPI) Bandung.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada pemakalah. Pemakalah menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik
penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemakalah.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat pemakalah harapkan.

Bandung, 19 Desember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………. 2


Daftar Isi ………………………………………………………………… 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………….….…………………………….... 4
B. Rumusan Masalah …………………..………………………………... 4
C. Tujuan ……………………………….………………………………... 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Khawarij ……………………………………………………………… 5
1. Pengertian Khawarij …………………………………………………… 5
2. Latar Belakang Munculnya Khawarij …………………..……………... 5
3. Perkembangan Sekte-Sekte Khawarij …………...…………………….. 6
B. Syi’ah ….……………………………………………………………… 7
1. Pengertian Syi’ah …………….………………………………………... 7
2. Latar Belakang Munculnya Syi’ah …………………..………………... 8
3. Perkembangan Sekte-Sekte Syi’ah ……..……………………………... 9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 11
B. Saran ………………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang yang ingin mengetahui seluk beluk agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agamanya.
Mempelajari teologi akan memberikan kepada seseorang keyakinan yang
didasarkan pada landasan yang kuat, yang tidak mudah diombang-ambingkan
oleh perubahan zaman. Dalam teologi Islam ada juga bahasan “Ilmu Kalam”.
Dinamakan demikian, karena masalah “kalam” atau firman Tuhan, yaitu Al-
Quran, pernah menjadi polemik yang menimbulkan pertentangan-pertentangan
keras dikalangan umat Islam, terutama dalam abad 9 sampai 10 Masehi yang
membawa kepada penganiayaan bahkan pembunuhan terhadap sesama muslim
pada waktu itu.
Dalam Islam sebenarnya terdapat lebih dari satu aliran teologi. Ada aliran
yang bersifat liberal, ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang bersifat
tengah-tengah antara liberal dan tradisional. Hal ini mungkin ada hikmahnya.
Orang yang bersifat tradisional dalam pemikirannya, mungkin lebih sesuai dan
dapat menerima paham-paham dari ajaran teologi tradisional. Sedangkan orang
yang bersifat liberal dalam pemikirannya, mungkin lebih sesuai dan dapat
menerima paham-paham dari ajaran teologi liberal. Adapun beberapa aliran
teologi dalam Islam, yaitu aliran Khawarij, aliran Syiah. Oleh karena itu dalam
makalahini penulis mencoba menjelakan sedikit tentang pemikiran ilmu kalam
(aliran Khawarij dan aliran Syiah).
makalah ini akan mencoba untuk memberikan sebuah gambaran-gambaran
tentang seluk beluk aliran khawarij dan syiah, entah itu dari latar belakang
munculnya golongan ini, doktrin-doktrin yang digunakan oleh mereka.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan khawarij?
2. Apa yang melatar belakangi timbulnya khawarij?
3. Bagiamana perkembangan sekte-sekte khawarij?
4. Apa yang dimaksud dengan syiah?
5. Apa yang melatar belakangi timbulnya syiah?
6. Bagaimana perkembangan sekte-sekte syiah?

C. Tujuan
Adapun penulisan makalah ini dimaksudkan dengan tujuan berikut ini:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan khawarij?
2. Mengetahui apa yang melatar belakangi timbulnya khawarij?
3. Mengetahui bagiamana perkembangan sekte-sekte khawarij?
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan syiah?
5. Mengetahui apa yang melatar belakangi timbulnya syiah?
6. Mengetahui bagaimana perkembangan sekte-sekte syiah?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Khawarij
1. Pengertian Khawarij
Khawarij adalah aliran kalam pertama dalam sejarah Islam pada
abad ke 1 hijriah. Aliran khawarij ini juga merupakan kelompok sektarian
utama yang ketiga di luar sunni dan syi’ah di bidang politik. Munculnya
aliran khawarij ini berawal dari masalah politik, walaupun pada akhirnya
kebanyakan ulama dan cendikiawan lebih memfokuskan pembahasan aliran
khawarij dalam disiplin ilmu kalam (theologi), karena dalam
perkembangannya kaum khawarij lebih banyak bercorak theologies. Nama
Khawarij berasal dari kata kharaja ‫ خرج‬yang berarti keluar. Kata ini
dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang
keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka
terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari
kelompok Mu’awiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang
Shiffin ( 37H / 657 ).
Jadi, nama khawarij bukanlah berasal dari kelompok ini. Mereka
sendiri lebih suka menamakan diri dengan Syurah atau para penjual, yaitu
orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka demi
keridhaan Allah.

2. Latar Belakang Munculnya Khawarij


Kemunculan aliran khawarij dilatarbelakangi oleh adanya
pertikaian politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi
Sufyan yang pada waktu itu menjabat gubernur Syam. Muawiyah menolak
untuk membaiat Ali yang terpilih sebagai khalifah, sehingga Ali
mengerahkan bala tentara untuk memerangi Muawiyah. Sebaliknya
Muawiyah juga mengumpulkan pasukannya untuk menghadapi Ali.
Pertempuaran terjadi antara kedua belah pihak di Shiffin. Pasukan
Ali bin Abi Thalib memperlihatkan tanda akan menang dan berhasil
mendesak pasukan Muawiyah. Amr bin Ash yang ikut berperang dari pihak
Muawiyah bisa membaca situasi dan mengusulkan kepada Muawiyah agar
memerintahkan pasukannya untuk mengangkat mushaf al-Qur’an dengan
ujung tombak sebagai isyarat genjatan senjata minta untuk damai dengan
mengadakan arbitrase (tahkim atau penjurian).
Pada mulanya Ali bin Abi Thalib tidak mau menerima tawaran
genjatan senjata tersebut, karena beliau tahu permintaan damai tersebut
hanya sebagai strategi tipu muslihat dan akal busuk lawan yang terdesak dan
hampir kalah dalam perang, akan tetapi karena didesak sebagian
pengikutnya terutama para qurra dan huffaz, akhirnya diputuskanlah untuk
mengadakan arbitrase.
Sebagai mediator atas usul sebagian pengikut Ali diangkat Abu
Musa Al-Asy’ary, walaupun sebenarnya Ali sendiri tidak setuju untuk
mengangkat Abu Musa Al-Asy’ary sebagai mediator karena beliau bukan
diplomatik yang mengerti politik dan strategi. Dari pihak Muawiyah
diwakili oleh Amr bin Ash seorang diplomatik ulung sekaligus politikus dan

5
ahli strategi. Akhirnya perundingan damai tersebut dimenangkan oleh kubu
Muawiyah bin Abi Sufyan dan membawa petaka serta kerugian pihak Ali
bin Abi Thalib.
Keputusan Ali bin Abi Thalib menerima arbitrase ternyata tidak
didukung semua pengikutnya. Mereka yang tidak setuju dengan sikap Ali
keluar dari barisan Ali dan mengangkat Abdullah bin Wahab al-Risbi
sebagai pemimpin mereka yang baru. Kelompok ini kemudian memisahkan
diri ke Harurah suatu desa dekat Kufah. Mereka inilah kemudian dikenal
dengan kaum khawarij.
3. Perkembangan Sekte-Sekte Khawarij
a. Sekte Al-Muhakkimah
Golongan Khawarij asli terdiri dari pengikut ‘Ali pada awalnya disebut
al-Muhakkimah. Bagi mereka ‘Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa
al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui arnitrase bersalah dan kafir.
Selanjutnya hukum kafir ini diluaskan sehingga yang termasuk
didalamnya tiap orang yang berbuat dosa besar seperti zina dan
membunuh.
b. Sekte Al-Zariqiyah / Azariqah
Untuk menjadi penganut khawarij sekte azraqiyah harus melalui ujian.
Calon anggota di beri tawanan, jika tawanan itu dibunuhnya berarti ia
lulus. Akan tetapi jika tidak di bunuh maka dialah yang akan dibunuh.
Kadang tawanan itu berasal dari sukunya. Sehingga putuslah hubungan
dengan sukunya dan semakin eratlah hubungan Azraqiyah. Pokok-pokok
ajarannya sebagai berikut:
1) Semua penduduk yang tidak mau membantu gerakan mereka adalah
musrik. Alasannya karena meraka menyeru masyarakat kepada seruan
rasul, jadi jika menolak adalah syirik.
2) Penzina mukshon boleh tidak di rajam tapi cukup didera saja, karena
nash hanya menyuruh mancmbuknya.
3) Tidak boleh taqiyah (menyembunyikan pendirian).
4) Anak dan istri orang yang tak sepaham boleh ditawan dan dijadikan
budak atau dibunuh.
c. Sekte An-Najdah
Karena paham Azraqiyah terlalu keras, maka orang-orang yang tidak
setuju kepada paham itu lantas memisahkan diri, antara lain rombongan
Abu Fudaik yang pergi menuju Yamamah. Kelompok mereka semakin
besar setelah mampu menarik hati Nadjah bin Amir Al-Hanafi beserta
romongannya yang semula berniat bergabung dengan golongan
Azraqiyah. Pokok-pokok ajarannya sebagai berikut:
1) Haram membunuh anak-anak dan wanita yang tidak sepaham dengan
kelompok Nadjah.
2) Muslim tidak ikut berzinah atau perang bersama mereka tidaklah
musrik.
3) Non muslim yang tinggal diluar daerah Nadjah, halal dibunuh.
4) Dosa kecil yang dilakukan terus-menerus akan menjadi dosa besar dan
pelakunya akan musrik.

6
d. Sekte Al-Ajaridah
Menurut golongan Ajaridah mereka tidak mengakui Surat Yusuf yang
ada dalam Al-qur’an, sebab menurut mereka, tidak layak ada kisah
percintaan di dalam Al-qur’an. Pokok-pokok ajarannya sebagai berikut:
1) Kaum muslim yang tidak ikut berpegang dari sekte Aj-Jaridah
tidaklah muslim.
2) Harta yang boleh dijadikan rampasan adalah harta orang yang mati
terbunuh dalam peperangan.
3) Anak-anak dari orang musrik tidak ikut menjadi musrik.
e. Sekte Ash-Shuryyah
Sekte ini dipimpin oleh Zaid Ibn Al-Asfar, Melihat ajaran-ajaran
mereka maka golongan ini agak moderat di bandingkan dengan
golongan lainya. Pokok-pokok ajarannya sebagai berikut:
1) Orang islam tidak turut serta berhijrah tidaklah kafir.
2) Demi keamanan diri, perempuan islam boleh menika dengan laki-
laki didaerah bukan islam. (yang dimaksud dengan kafir adalah
muslim yang tidak sepaham dengan mereka).
3) Tidak semua orang yang berbuat dosa dinilai musrik. Dosa menjadi
dua kelompok. Pertama dosa yang sangsinya hanya didunia seperti
membunuh, berzinah, dan mencuri, ini tidak dinilai kafir. kedua,
dosa yang sangsinya di akhirat seperti meninggalkan sholat dan
puasa. Pelakunya dinilai kafir.
f. Sekte Ibadiyah
Golongan ini tidak mau turut dengan golongan al-Azariqah dalam
melawan pemerintahan Dinasti Bani Umayyah, bahkan punya
hubungan baik dengan Khalifah ‘Abd al-Malik Ibn Marwan.
Perpecahan pemikiran sehingga menghancurkan golongan Khawarij,
dan satu-satunya yang masih bertahan sampai saat ini adalah golongan
al-Ibadiyah. Pokok-pokok ajarannya sebagai berikut :
1) Perhatian fiktif (perhatian melekat), yakni perhatian yang mudah
dipusatkan suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatiannya dapat
melekat lama pada objeknya. Biasanya teliti sekali dalam mengalami
sesuatu.
2) Perhatian Fluktuatif (bergelombang). Pada umumnya dapat
memperhatikan bermacam-macam hal sekaligus, tetapi tidak
seksama. Yang melekat hanya hal yang dirasa penting.
3) Dalam harta rampasan perang, yang diperbolehkan hanya kuda dan
emas sedang perak harus dikembalikan.

B. Syi’ah
1. Pengertian Syi’ah
Syi’ah dilihat dari segi bahasa adalah pengikut, pendukung partai
atau kelompok. Sedangkan secara istilah adalah sebagian kaum muslim
yang dalam bidang sepiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada
keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang yang disebut ahlul bait.
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu pengertian mengenai
syi’ah, yakni golongan umat Islam yang terlampau mengagungkan
keturunan Nabi. Mereka mendahulukan keturunan Nabi, untuk menjadi

7
khalifah. Dalam hal ini golongan syi’ah menetapkan bahwa Imam Ali-lah
yang paling berhak memegang jabatan kholifah setelah Nabi. Tapi Ali
membantah dengan adanya pendapat seperti itu, karena jabatan kholifah
tidak hany dipegang oleh orang-orang yang menjadi keturunan Nabi,
melainkan orang-orang yang berhak, mampu dalam memimpin serta telah
disepakati oleh ummat.

2. Latar Belakang Munculnya Syi’ah


Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan
pendapat dikalangan para ahli ilmu kalam. Menurut Abu Zahra syi’ah mulai
muncul pada akhir pemerintahan Usman bin Affan, kemudian muncul dan
berkembang pada masa Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, syi’ah
benar-banar muncul ketika berangsung peperangan antara Ali dan
Muawiyah, yang dikenal engan perang Shifin, dalam perang ini merupakan
sebagai respon atas penerimaan. Ali terhadap tahkim atau arbitase yang
ditawarkan Muawiyah. Pasukan Ali diceritakan pada saat itu pecah menjadi
2 golongan, yaitu:
a. Golongan yang mendukung Ali yang kelak disebut syi’ah.
b. Golongan yang menolak sikap Ali yang kelak disebut khowarij.
Dari kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwah, kemunculan
syi’ah berkaitan dengan masalah siapa yang berhak menggantikan Nabi
dalam memimpin umat. Akan tetapi golongan syi’ahlah yang menentukan
bahwa Imam Ali-lah yang berhak memegang jabatan khalifah, sesudah Nabi
Al-Abbas sendiri pun merasa bahwa Ali-lah yang lebih wajar dari pada
dirinya sendiri. Setelah Ali menjadi khalifah dan rakyat mengakuinya,
nyatalah pada mereka bahwa Ali adalah orang yang besar, berilmu dan
mempunyai agama yang kuat. Berdasarkan realitas itulah, muncul
dikalangan sebagian kaum mukmin yang menentang dan menolak
kekhalifahan dari kaum tertentu. Mereka tetap berpandapat bahwa Nabi dan
penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa
semua perasaan kerohanian dan agama harus merujuk hepadanya serta
mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Perbedaan pedapat dikalangan
para ahli ilmu kalam mengenai Syi’ah.
Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah, perpecahan memang
mulai mencolok pada msa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh
momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib tepatnya setelah peranga Shifin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan
Hadist-hadist yang mereka terima dari ahli bait, berpendapat bahwa
perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW wafat dan kekhalifahan jatuh
ketangan Abu Bakar. Segara setelah itu terbentuklah syi’ah. Bagi mereka
pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah
sudah ada. Mereka bergerak dibawah permukaan untuk mengarjakan dan
menyebarkan doktrin-doktrin Syiah pada masyarakat. Tampaknya Syi’ah
sebagai salah satu faksi Islam yang bergerak secara terang-terangan,
memang baru muncul pada masa kekholifahan Ali bin Abi Thalib,
sedangkan Syi’ah sebagai doktrin yang diajarkan secara diam-diam oleh ahli
bait.

8
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa
dinasti Amawiyah. Hal ini menurut abu Zahra merupkan akibat dari
perlakuan kejam dan kasar dinasti ini terhadap ahli baitdiantara bentuk
kekerasan itu adalah yang dilakukan pengusa bani Ummaiyah.misalnya
Yazid bin Muawiyah yang memerintahkan pasukannya pimpinan Ibnu
Ziyad untukmemenggal kepala Husen bin Ali di Karbal. Diceritakan bahwa
setelah dipenggal, kepala husain dibawa ke hadapan Yazid, kemudian oleh
Yazid kepala tersebut dipukul-pukul dengan tongkatnya, padahal kepala
yang ia pukul pada waktu kecilnya sering diciumi oleh Rasulalloh.
Kekejaman semacam ini menyebabkan sebagian kaum Muslimin tertarik
dan mengikuti madzhab Syiah.

3. Perkembangan Sekte-Sekte Syi’ah


Dalam perjalanan sejarah, Syi’ah akhirnya terpecah menjadi
beberapa sekte, diantaranya adalah :
a. Syi’ah Imamiyah (Itsna Asyariyah)
Dinamakan Syi’ah Imamiyah, karena yang menjadi dasar
aqidahnya adalah persoalan Imam dalm arti pemimpin religio politi,
yakni Ali berhak menjadi khalifah bukan hanya kecakapanya atau
kemuliannya, melainkan ia teleh ditunjuk nas dan pantas menjadi
khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentang hak
Ali dan keturunannya untuk menduduki jabatab khalifah telah ada sejak
Nabi wafat, yaitu dalam perbincangan politk di Saqifah bani Sa’idah.
Pendirian golongan ini, bahwa Nabi telah menetapkan kekhalifahan itu
kepada Ali, kemudian akan diturunkan pada keturunan Fatimah. Adapun
AbuBakar dan Umar adalah orang-orang yang merampas Ali.
b. Syi’ah Saba’iyah
Adalah suatu golongan yang mengikuti Abdullah bin Saba’.
Mereka berkeyakinan bahwa didalam kitab taurat ada keterangan bahwa
setiap nabi itu mempunyai wasiat (sebagai pemimpin atau penerusnya).
Dan Ali adalah satu-satunya orang yang diwasiat Nabi. Karena sebaik-
bak wasiat adalah Ali sebgaimana pula Nabi Muhammad adalah sebaik-
baik Nabi. Dan mereka juga percaya bahwa golongannya dibangun ats
tujuh perkara diantanya adalah iman, thaharah, salat, zakat, saum, haji
dan jihad.
Mereka juga mempunyai pemikiran bahwa Tuhan itu berada pada
jasad saidina Ali. Dan apabila Ali meninggal, maka Tuhan bertempat
tinggal dijasad pemimpin setelah Ali. Roh ketuhanan itu berganti dari
Imam satu keimam yang lain.
c. Syi’ah Ghulat
Istilah ghulat berasal dari kata ghala artinya bertambah dan naik.
Abu Zahrah menjelaskan bahwa golongan ini adalah kelompok yang
menempatkan Ali pada derajat ketuhanan dan ada yang mengangkat paa
derajat kenabian, bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad. Gelar
ekstrim yang diberikan pada kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya
ang janggal yaitu,ada beberapa orang yang khusus dianggap Tuhan dan
juga ada beberapa orang yang dianggap Rasul setelah Nabi Muhammad.

9
d. Syi’ah Zaidiyah
Disebut Zaidiyah karena golongan ini mengakui Zaid bin Ali
sebagai imam kelima doktrin-doktrinnya adalah mereka tidak
meniggikan kedudukan imam dari paa Nabi, bahkan mereka berpendapat
bahwa imam itu sama atau setara dengan manusia yang lain. Mereka
menolak pandangan yang menyatakan bahwa seoarang imam yang
mewarisi kepemimpinan Nabi SAW telah ditentuka nama dan orangnya
oleh Nabi, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja. Mereka juga
berkeyakinan bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal dalam
neraka, jika a belum bertaubat dengan pertaubatan yang sesungguhnya.
Mereka juga menolak adanya nikah muth’ah yang telah dihapus pada
zaman Rasulalloh. Dalm hal ini Syiah Zaidiyah juga seperti halnya
Syi’ah pada umumnya. Misalnya dalam azan mereka menyelingi dengan
Hayya ‘ala khairul amal, takbir sebanyak lima kali dalam shalat janazah,
menolak imam yang tidak shaleh dalam shalat dan menolak adanya
mengusap khuf.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberpa pemaparan diatas, serta segala penjelasan-penjelasan, kami
dapat mengambil kesimpulan. Khawarij merupakan suatu kaum yang berhijrah
meninggalkan rumah dan kampong halam mereka untuk mengabdikan diri
kepada Allah dan Rasul-Nya dan untuk memperolah pahala dari Allah SWT.
Kaum Khawarij memisahkan diri dari barisan ‘Ali bin Abi Thalib, karena
mereka tidak setuju dengan sikapnya yang menerima tahkim (arbitrase) dalam
menyelesaikan persengketaannya dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan
tetapi dalam pertemuan dengan kekuatan Ali, kaum khawarij mengalami
kekalahan besar, tapi akhirnya Ibn al- Muljam dapat membunuh Ali bin Abi
Thalib. Di kemudian hari kaum Khawarij terpecah-pecah dalam beberap sub-
sekte, di antaranya ialah ; 1) Al-Muhakkimah, 2) Al-Azariqah, 3) Al-Najdat, 4)
Al-Ajaridah, 5) Al-Sufriyah, 6) Al- Ibadiyah.
Sedangkan Syi’ah adalah golongan umat Islam yang terlampau
mengagungkan keturunan Nabi. Mereka mendahulukan keturunan Nabi, untuk
menjadi khalifah. Dalam hal ini golongan syi’ah menetapkan bahwa Imam Ali-
lah yang paling berhak memegang jabatan kholifah setelah Nabi. Dalam
perjalanan sejarah, Syi’ah akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte,
diantaranya ialah : 1) Syi’ah Imamiyah (Syi’ah Itsna Asyariyah), 2) Syi’ah
Zaidiyah, 3) Syi’ah Ghulat, 4) Syi’ah Saba’iyah.

B. Saran
Sebaiknya kita terus banyak belajar mencari tahu setiap aliran pemikiran
yang terus berkembang dikalangan umat muslim dari masa ke masa, agar
menambah wawasan intelektualitas kita dan menjadi bahan perbandingan mana
yang sejalan dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW untuk kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran guna memperbaiki penyusunan paper selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rosihan, Anwar. 2003. Ilmu kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.


http://swaramuslim.net/islam/more.php?id=2456_0_4_0_M
http://dualmode.depag.go.id/acis09/file/
Nasution, Harun. 1986. Teologi islam. Jakarta: penerbit universitas indonesia
Dahlan, Abdul Aziz. 1987. Sejarah perkembangan dalam islam. Jakarta: P3M
Mu’in, Taib Thahir Abdul. 1986. Ilmu kalam. PT. Bumi restu
https://didanel.wordpress.com/2010/12/29/khawarij-dan-syiah/
http://wahdahsamarinda.wordpress.com/about/
http://mfstudent.wordpress.com/2010/05/06/aliran-ilmu-kalam-khawarij/

12

Anda mungkin juga menyukai