Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMIKIRAN ILMU KALAM (KHAWARIJ DAN


MURJI’AH

Disusun Oleh :
Kelompok 1

MUHAMMAD HAIQAL FIKRI 2323310035


SHERLI YOAN JUNELSA 2323310044
PUTRA RAMADHAN BATUBARA 2323310038

Dosen Pengampu : M. Samsul Ma’arif, M.Ag

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAP DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO
BENGKULU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam
atas berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang tidak terkira besarnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Pemikiran Ilmu Kalam
(Khawarij Dan Murji’ah". Shalawat beriring salam tak lupa kita sampaikan
kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh
sahabatnya.
Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak terimakasih. Penulis menyadari, bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
Besar harapan penulis, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Bengkulu, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Ilmu Khawarij ............................................................................................ 3
B. Ilmu Murji’ah ............................................................................................. 5
C. Perbandingan Antara Khawarij Dan Murji’ah ........................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan memang tidak luput dari setiap permasalahan. Dalam Islam
sendiri mulai sejak dahulu di zaman Rasulullah SAW sampai sekarang
memiliki permasalahan. Setelah wafatnya Rasulullah SAW mulai timbul
banyaknya pergejolakan yang timbul dalam kalangan umat. Setiap Pemerintah
atau Khalifah yang berkuasa berusaha untuk meminimalisir dari
pemberontakan tersebut.
Dari gejolak yang timbul dari umat menimbulkan berbagai firqoh (kaum)
dalam kalangan umat Islam sendiri. Seperti kaum Syiah, kaum Khawarij,
kaum Mu’tazilah, kaum Qadariyah, kaum Jabariyah, dan kaum Murji’ah. Dari
hal ini membuat umat sendiri menjadi terpecah belah dalam pemikiran tentang
Islam. Sehaingga hal inilah yang memicu timbulnya dari “Teologi Islam”.
Dalam konteks historis lahirnya Murjiah pada akhir abad pertama Hijrah
pada saat Ibukota kerajaan Islam dari Madinah pindah ke Kuffah kemudian
pindah lagi ke Damaskus. Ini dipicunya adanya pergejolakan yang timbul
dalam politik imamah atau khilafat pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan
yang kemudian berkelanjutan pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib RA.
Sehingga pada tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan RA yang
dilakukan oleh Abdullah bin Salam menjadi pembuka yang dinyatakan kaum
Muslimin membuka bencana baginya yang tidak akan tetutup sampai hari
Kiamat.
Setiap Ilmu yang lahir memiliki pemikiran tersendiri dalam berperndapat
yang mana menjadi pegangan tersendiri dalam mengambil suatu keputusan
dan tindakan, baik itu dari kaum Syiah sampai kepada kaum Murji’ah. Dalam
kesempatan ini kami mencoba menjabarkan tentang Ilmu dari Murji’ah yang
merupakan ilmu yang ada dalam salah satu ilmu dari ilmu-ilmu yang lahir
sejak masa para sahabat Rasulullah SAW.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud Ilmu Khawarij dan bagaimana sejarahnya?
2. Apa saja Doktrin-doktrin Ilmu Khawarij?
3. Apa yang dimaksud Ilmu Murji’ah dan bagaimana sejarahnya?
4. Apa saja Doktrin-doktrin Ilmu Murji’ah?
5. Apa saja Sekte-sekte ilmu Murji’ah ?
6. Perbandingan antara khawarij dan murji’ah?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah untuk
memahami, mengetahui serta membahas tentang :
1. Untuk mengetahui Ilmu Khawarij dan bagaimana sejarahnya
2. Untuk mengetahui Doktrin-doktrin Ilmu Khawarij
3. Untuk mengetahui Ilmu Murji’ah dan bagaimana sejarahnya
4. Untuk mengetahui Doktrin-doktrin Ilmu Murji’ah
5. Untuk mengetahui Sekte-sekte ilmu Murji’ah
6. Untuk mengetahui perbandingan antara khawarij dan murji’ah

2
BAB II
PEMBASAHAN

A. Ilmu Khawarij
1. Sejarah Kemunculan Ilmu Khawarij
Secara etimologis kata khawri’j berasal dari bahasa Arab, yaitu
kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak.
Berdasarkan pengertian etimologi khawarij berarti setiap muslim yang
ingin keluar dari kesatuan umat islam. Kelompok ini bisa disebut khawarij
atau kharijiyah. Sedangkan yang dimaksud khawarij dalam terminology
ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/ilmu pengikut Ali bin Abi Thalib
RA yang keluar meninggalkan barisan karena ketida ksepakatan terhadap
keputusan Ali bin Abi Thalib RA yang menerima arbitrase (tahkim, dalam
perang Siffin pada tahun 37 H/ 648 M, dengan kelompok
bughat(pemberontak) Muawiyah bin Abi Sofyan perihal persengketaan
khilafah. Adanya nama Khawari’j didasarkan pada surat An-Nisa ayat
100:
Artinya:
“Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya.” (QS. An-Nisa:100)
Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali bin Abi Thalib
RA dan pasukannya berada di pihak yang benar karena Ali merupakan
khalifah sah yang telah dibai’at mayoritas umat Islam, sementara
Mu’awiyah berada di pihak yang salah karena memberontak khalifah yang
sah. Lagi pula berdasarkan estimasi Khawri’j pihak Ali hampir
memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima
tipu daya licik ajakan damai Mu’awiyah, kemenangan yang hamper diraih
itu menjadi raib.
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai
kelompok Mu’awiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan
itu. Namun, karena desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra

3
seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid
Asytar (komandan pasukannya) untuk menghentikan peperangan.
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan
Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam) nya, tetapi
orang-orang Khawari’j menolaknya. Mereka beralasan bahwa Abdullah
bin Abbas berasal dari kelompok Ali sendiri. Kemudian mereka
mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asy’ari dengan harapan
dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah. Keputusan tahkim,
yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, dan
mengangkat Mu’awiyah menjadi khalifah pengganti Ali. Mereka
membelot dengan mengatakan,”Mengapa kalian berhukum pada manusia.
Tidak ada hukum selain hukum yang ada disisi Allah. “Imam Ali
menjawab, “Itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan dengan
keliru. “Pada saat itu juga orang-orang khawari’j keluar dari pasukan Ali
dan langsung menuju Hurura. Itulah sebabnya Khawari’j disebut juga
dengan nama Hururiah. Kadang-kadang mereka disebut dengan Syurah
dan Al-Mariqah. Di Harura, kelompok Khawarij ini melanjutkan
perlawanan kepada Muawiyah dan juga kepada Ali. Abdullah bin Wahb
ar-Rasibi sebagai pemimpin mereka
2. Doktrin-doktrin Ilmu Khawarij
Khawarij memimiliki doktrin-doktrin pokok, yaitu:
a. Pandangan Politik
1) Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat
Islam
2) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan arab. Dengan demikian
setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah
memenuhi syarat.
3) Halifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan
bahkan dibunuh kalau melakukan kezaliman.

4
4) Khalifah sebelum Ali (Abu Bkar, Umar, dan Utsman) adalah sah.
Tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman
r.a. dianggap telah meyeleweng.
5) Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia
dianggap telah menyeleweng.
6) Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga
dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.
7) Pasukan Perang Jamal yang melawan Ali juga kafir.
b. Doktrin Teologi dan Sosial
1) Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim, sehingga
harus dibunuh. Mereka juga menganggap bahwa seorang muslim
dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain
yang telah dianggap kafir dengan resiko ia menanggung beban
harus dilenyapkan pula.
2) Adanya Wa’ad dan Wa’id (orang yang baik harus masuk surge,
sedangkan orang yang jelek harus masuk neraka)
3) Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan
mereka
4) Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng
5) Amar ma’ruf nahi munkar
6) Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasabihat
(samar)
7) Qur’an adalah makhluk
8) Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.

B. Ilmu Murji’ah
1. Sejarah Kemunculan Ilmu Murjiah
Nama Murji’ah diambil dari Al-Irjo’ atau arja’a yang bermakna
penundaan, penanggungan dan pengharapan. Dengan demikian, mereka
berdiri di seberang yang berlawanan dengan Khawarij dan aqidah mereka
kebalikan yang sempurna dari aqidah Khawarij, Mazhab mereka ini dapat

5
diungkapkan dengan bahasa kekinian sebagai Mazhab Tasamu (toleransi),
yakni toleransi agama antara kelompok orang mukmin dalam batas-batas
Islam. Tidak ada saling mengkafirkan dan tidak ada pula saling mengutuk.
Kelahiran Firqah Murji’ah tidak begitu jelas,tetapi dapat dibatasi waktu
munculnya yaitu pada dekade-dekade terakhir dari abad pertama.
Firqah ini lahir ini sebagai efek antitesis atau reaksi terhadap
kehiperbolisan khawarij dalam aqidah mereka dari segi pengafiran dan
keberkerasan bahwa amal adalah bagian yang tidak terpisahkan dari iman.
Menurut Khawarij pelaku dosa besar bukanlah seorang mukmin. Orang-
orang Murji’ah mengatakan pendapat yang sebaliknya, iman adalah
ma’rifatullah (mengenal Allah) tunduk, dan cinta kepada-Nya dengan hati.
Adapun ketaaatan-ketaaatan lain selain itu bukanlah dari iman dan
meninggalkannya tidak merusak hakikat iman,tidak disiksa apabila iman
tersebut murni dan keyakinan benar.Pendapat ini diriwayatkan dari Yunus
bin Aun an Numairi, yaitu salah seorang pelopor pendiri mazhab ini dan
kepadanya dinisbatkan Firqah Yunusiyah dari Murji’ah.
Diantara pendapat-pendapat mereka yang mahsyur sebagai peribahasa
dari mereka adalah maksiat atau kedurhakaan tidak merusak selama
beriman, sebagaimana ketaatan tidak berguna selama beriman,
sebagaimana ketaatan tidak berguna bersama kekafiran. Muqatil bin
Sulaiman berkata, dia termasuk golongan ini, “Bahwasanya kemaksiatan
tidak akan merusak neraka, “Ghassan al Kufi mengatakan, “Iman itu
bertambah dan tidak berkurang”.
2. Doktrin Ilmu Murjiah
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau
doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik
persoalan politik maupun teologis. Di bidang politik, doktrin irja
diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir
selalu diekspresikan dengan sikap diam.[ ] Adapun di bidang teologi,
doktrin irja dikembangkan Murji’ah ketika menanggapi persoalan-
persoalan teologis yang muncul saat itu. Pada perkembangan berikutnya,

6
persoalan-persoalan yang ditanggapinya menjadi semakin kompleks
sehingga mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan (mortal and venial
sains), tauhid, tafsir Al-Qur’an, ekskatologi, pengampunan atas dosa besar,
kemaksuman nabi (the impeccability of the profhet), hukuman atas dosa
(punishment of sins), ada yang kafir hakikat Al-Qur’an, nama dan sifat
Allah, serta ketentuan Tuhan (predestination).
a. Kaum Murji’ah dibagi menjadi dua golongan besar:
Golongan Moderat
Teolog muslim mendasarkan iman pada 3 faktor utama,yaitu:
1) Tasdiq (membenarkan dengan hati)
2) Iqrar (pengakuan lisan)
b. Amal (perbuatan patuh atau baik)
Murjiah telah mengangkat masalan pertam dan kedua tersebut
secara positif yakni dengan menekankan pentingnya kedua factor
tersebut, sedangkan mereka mengangkat masalah ketiga secara negatif
yakni dengan menolak kepentingan esensialnya menurut konsep iman.
Tetapi golongan moderat tidak menolak secara mutlak nilai amal.
Tetapi paling tidak mereka tidak menganggapnya sebagai salah satu
dari yang iman. Mereka lebih menganggapnya sebagai hal yang
sekunder. Sementara dalam hal pelabelan kafir, golongan moderat
berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak
kekal dalam neraka. Tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan
besarnya dosa yang dilakukannya dan ada kemungkinan bahwa Tuhan
akan mengampuni dosanya.
3. Sekte-sekte Ilmu Murjiah
Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah tampaknya dipicu
oleh perbedaan penadapat di kalangan para pendukung Murji’ah sendiri.
Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para
pengamat mengklasifikasikan sekte-sekte Murji’ah.
Golongan Murji’ah dibagi kedalam 2 kelompok besar yaitu golongan
moderat dan ekstrim

7
a. Golongan Moderat
Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin Muhammad
bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Yusuf dan
beberapa ahli hadits. Golongan moderat berpendapat bahwa orang
yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka.
Tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang
dilakukannya, dan ada kemungkinan bahwa tuhan akan mengampuni
dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.
Menurut golongan ini, bahwa orang islam yang berdosa besar masih
tetap mukmin.
b. Golongan ekstrim
Golongan yang ekstrim dipelopori oleh Jahm Ibn Shafwan.
Menurut Jahm, orang islam yang percaya kepada Tuhan kemudian
mengatakan kafir secara islam, belumlah menjadi kafir karena iman
dan kufur terletak dalam hati, bukan dalam bagian lain dari tubuh
manusia bahkan orang itu tidak menjadi kafir, walaupun ia
menyembah berhala, menjalankan ajaran agama lain, menyembah salib
dan kemudian meninggal. Orang-orang itu bagi Allah tetap mukmin
yang sempurna karena iman bagi golongan Murji’ah terletak dalam
hati, hanya Tuhan yang mengetahui, timbullah dalam pendapat mereka
bahwa melakukan maksiat atau pekerjaan jahat tidak merusak iman.
Jika seseorang mati dalam keadaan beriman, dosa-dosa dan pekerjaan
jahat yang dilakukannya tidak akan merugikan orang itu
Adapun yang termasuk ke dalam kelompok ekstrim adalah Al-
Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah dan Al-
Hasaniyah, Al-Ghailaniyah, As-Saubaniyah, Al-Marisiyah, dan Al-
Karamiyah. Pandangan tiap kelompok ini dapat dijelaskan sebagi
berikut:
1) Kelompok Jahamiyah
2) Kelompok ash-shalihiah
3) Kelompok al-ubaidiyah

8
4) Kelompok al-hasaniyah
5) Kelompok al-ghailiniyah
6) Kelompok as-saubaniyah
7) Kelompok al-mansyiyah
8) Kelompok al-karamiyah

C. Perbandingan Antara Khawarij Dan Murji’ah


Untuk melihat gambaran perbedaan pendapat antara ilmu yang terdapat
dalam ilmu Khawarij dan Murji’ah, berikut ini akan dipaparkan kembali
berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, meliputi: Pelaku dosa besar,
iman dan kufur.
Dalam hal menyikapi pelaku dosa besar, ilmu Khawarij langsung
memfonis bahwa semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabirah), kecuali sekte
al-Najdah, adalah kafir atau murtad sehingga wajib dibunuh dan akan disiksa
di neraka selama-lamanya. Sekte al-Azariqah, menggunakan istilah musyrik,
yaitu memandang musyrik terhadap yang tidak mau bergabung dengan barisan
mereka dan yang tidak sefaham dengan mereka. Pelaku dosa besar
(membunuh, berzina, dll) dalam pandangan mereka telah beralih status
keimanannya menjadi kafir millah (agama) yang berarti telah keluar dari
Islam, kekal di neraka bersama orang-orang kafir lainnya. Sekte al-Muhakimat
menyatakan, Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari, dan semua
orang yang menyetujui arbitrase adalah bersalah dan menjadi kafir termasuk
orang yang berbuat dosa besar (berzina, membunuh manusia tanpa sebab, dosa
besar lainnya).
Sedangkan ilmu Murji’ah memberikan pengharapan kepada masyarakat.
Sekte Murji’ah ekstrim terkenal dengan kredonya bahwa perbuatan maksiat
tidak dapat membawa kekufuran. Menurut mereka, keimanan terletak di dalam
kalbu, adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dari
apa yang ada di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan
seseorang yang menyimpang dari kaidah agam tidak berarti telah menggeser
atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna di mata

9
tuhan. Mereka memandang pelaku dosa besar tidak akan disiksa di neraka.
Adapun sekte Murji’ah moderat berpendapat bahwa pelaku dosa besar
tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa dalam neraka, ia tidak kekal di
dalamnya, bergantung pada ukuran dosa yang dilakukannya. Masih terbuka
kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya hingga ia bebas dari
siksaan neraka. Abu Hanifah dan pengikutnya termasuk pada sekte Murji’ah
moderat ini.
Kemudian pendapat dalam hal menyikapi iman dan kufur, ilmu Khawarij
memandang masalah iman dan kufur lebih bertendensi politik ketimbang
ilmiah-teoritis. Menurutnya, iman tidak semata-mata percaya kepada Allah.
Mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari
keimanan.
Oleh karena itu, Khawarij menganggap kafir bagi siapapun yang beriman
kepada Allah dan Muhammad Rasul-Nya, namun tidak melaksanakan perintah
kewajiban agama dan malah melakukan dosa. Ilmu Murji’ah yang ekstrim
berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Segala ucapan dan
perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti
menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna
dalam pandangan Tuhan. Sementara itu, Murji’ah moderat berpendapat bahwa
pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir meskipun disiksa dalam neraka, ia
tidak kekal di dalamnya,

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Terdapat beberapa
doktrin pokok dalam kaum Khawarij. Doktrin yang dikembangkan kaum
Khawari’j dapat dikategorikan dalam tiga kategori: politik, teologi, dan sosial.
Dalam perkembangannya subsekte Khawari’j yang besar terdiri dari delapan
macam.

B. Saran
Murji’ah diambil dari Al-Irjo’, yaitu menunda, menangguhkan,
mengakhirkan: mungkin karena mereka mengakhirkan tingkatan amal dari
iman, atau kah mereka menangguhkan hukuman terhadap pelaku dosa besar
sampai hari qiamat, dan menyerahkan perkaranya kepada Tuhannya. Ajaran
pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau
arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik
maupun teologis. Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan
sikap politik netral atau nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan
sikap diam. Golongan Murji’ah dibagi kedalam 2 kelompok besar yaitu
golongan moderat dan ekstrim.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, I. (2021). Teologi Pemikiran Klasik Mu’tazilah dan Murji’ah. Ability:


Journal of Education and Social Analysis, 52-64.

Rubini, R. (2018). Khawarij Dan Murji’ah Perspektif Ilmu Kalam. AL-MANAR:


Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, 7(1), 95-114.

Zaini, A. (2015). Mengurai sejarah timbulnya pemikiran ilmu kalam dalam


islam. ESOTRIK: Jurnal Akhlak Dan Tasawuf, 1(1), 167-187.

Susanti, E. (2018). Ilmu-Ilmu Dalam Pemikiran Kalam. Jurnal Ad-Dirasah, 1(1),


23-42.

Firman, F., & Yahya, M. (2022). Perbandingan Ilmu Muktazilah, Murjiah Dan
Asy’ariyah Tentang Posisi Akal Dan Wahyu. Al-gazali Journal of Islamic
Education, 1(01), 13-28.

12

Anda mungkin juga menyukai