Anda di halaman 1dari 17

GERAKAN RADIKAL PADA MASA AWAL ISLAM: KHAWARIJ

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Sejarah Gerakan Radikal Islam Dunia

Dosen pembimbing :

Dr. Imam Ibnu Hajar, S.Ag., M.Ag.

Disusun oleh :

Ghifari Isthofani (03020220039)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTASADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan ata kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Sejarah Gerakan Radikal Islam Dunia tepat waktu. Shalawat serta salam tetap kami curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
kelak.

Dalam makalah ini saya membahas topik yang telah diberikan yaitu “Gerakan Radikal
pada Masa Awal Islam: Khawarij”. Saya menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan terutama
pada bagian isi, maka dari itu kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah.

Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata kami sampaikan, akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surabaya, 19 Maret 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
A. Sejarah Munculnya Khawarij........................................................................................ 3
B. Pemikiran Atau Doktrin Teologi Khawarij .................................................................. 5
C. Sekte-sekte Khawarij ...................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang
berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini
pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.1
Peradaban yang sudah dibangun oleh kaum muslim sudah banyak mengalami
cobaan, hambatan, ataupun lika-liku, adanya rasa ketidakpuasan dalam diri seorang
manusia yang selalu mencoba untuk merasuki diri manusia menimbulkan terjadinya
pergolakan-pergolakan dalam perjalanannya. Kegagalan yang dialami pada perang
Shiffin sudah mengakibatkan suatu yang sangat buruk di kalangan tentara khalifah Ali
bin Abi Tholib. Terdapat sebagian dari mereka melepaskan diri dari tentara Ali bin Abi
Thalib serta melakukan pemberontakan guna memerangi Ali dan juga Mu’awiyah.
Golongan tersebut kemudian menamakan dirinya Khawarij.
Ketidakpuasan mengenai terjadinya tahkim antara Ali serta Mu’awiyah sudah
menyebabkan sebagian dari tentara Ali guna memisahkan diri serta melakukan
pemberontakan. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi generasi pertama Khawarij
lahir. Mereka menolak hasil dari tahkim yang mana hal tersebut menjadi penyebab
kalahnya Ali serta turunnya jabatan Ali sebagai seorang Khalifah. Dengan jumlah yang
berkisar dua belas ribu orang, pada akhirnya mereka melakukan pemberontakan.
Khawarij memiliki sikap yang bermusuhan terhadap Ali ataupun terhadap Mu’awiyah.
Orang-orang Khawarij memiliki anggapan bahwa orang-orang Islam selain mereka
sendiri ialah seorang kafir serta halal darahnya dan juga kekayaannya.2
Di dalam teologi Islam saja misalnya mengalami perkembangan dalam berbagai
macam pemikiran tentang satu masalah atau problematika. Dengan mengacu pada ayat
yang sama sering terjadi perbedaan penafsiran dari masing-masing pengamat. Meski
demikian, walaupun semua aliran mengacu pada nash yang sama, namun hasil
pemikirannya sering terjadi perbedaan antara pemikiran satu dengan yang lainnya.

1
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2160989-mazhab-khawarij/#ixzz1t2RvPkiy
2
Saleh, “Khawarij; Sejarah dan Perkembangannya”, El-Afkar, Vol. 7, No. II, (Juli-Desember, 2018), hlm. 25.

1
Jangankan antara beberapa aliran yang jelas memiliki perbedaan dalam hal prinsip, dalam
satu aliranpun antara satu sekte dengan sekte yang lainnya ditemukan adanya perbedaan
yang jauh berbeda. Walaupun mereka memiliki prinsip serta ajaran pokok yang satu,
dalam mengembangkan ajaran pokok itu, antara satu sekte dengan sekte yang lainnya
ditemukam adanya perbedaan yang mencolok. Di dalam ajaran Khawarij, juga
mengalami hal yang sama. Masing-masing sekte Khawarij berusaha menginterpretasikan
kembali ajaran pokok yang sudah disepakati bersama. Hasil dari reinterpretasi ini
kemudian memunculkan sekte Khawarij yang ekstrim, kurang ekstrim serta moderat.3
B. Rumusan Masalah
1. Asal usul sejarah munculnya Khawarij?
2. Bagaimana ajaran dan pemikiran doktrin teologi Khawarij?
3. Apa saja sekte-sekte Khawarij?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya Khawarij.
2. Untuk mengetahui pemikiran atau doktrin teologi Khawarij.
3. Untuk mengetahui sekte-sekte Khawarij.

3
Tsuroya Kiswati, Ilmu Kalam: Aliran Sekte Tokoh, Pemikiran, dan Analisa Perbandingan Aliran Khawarij,
Murji’ah, dan Mu’tazillah, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Khawarij


Pada awalnya, kaum atau golongan Khawarij ialah orang-orang yang mendukung
Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Namun, pada akhirnya mereka membenci Sayyidinia Ali
yang disebabkan karena adanya dua anggota lemah dalam menegakkan suatu kebenaran,
mau menerima tahkim yang sangat mengecewakan, seperti mereka juga membenci
Mu’awiyah sebab Mu’awiyah ini melawan Sayyidina Ali sebagai seorang Khalifah yang
sah.4 Munculnya nama golongan Khawarij terjadi sesudah peristiwa tahkim, yakni
sebagai upaya dalam hal menyelesaikan peperangan antara Ali bin Abi Thalib di satu
pihak dengan Mu’awiyah di pihak yang lain. Peperangan antara kedua pihak tersebut
terjadi dikarenakan Mu’awiyah pada akhir 37 H, menolak untuk mengakui kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib. Sebab sesudah Ali bin Abi Thalib memindahkan ibu kotanya ke al-
Kufah. Sesudah adanya penolakan itu, maka Mu’awiyah sesegera mungkin untuk
menghimpun pasukannya guna menghadapi kekuatan Ali bin Abi Thalib hingga
kemudian terjadilah peperangan Siffin pada tahun 37 H/ 658 M. Dalam peperangan
tersebut, tentara Ali di bawah pimpinan Malik al-Asytar yang hampir memperoleh titik
kemenangannya, yakni tentara Ali bisa mendesak tentara Mu’awiyah.
Sesudah melihat pasukannya terdesak mundur, Amru bin Asy sebagai seorang
panglima tertinggi pasukan Mu’awiyah memberikan perintah kepada pasukannya untuk
mengangkat tinggi-tinggi al-Qur’an dengan ujung tombak sembari berkata al-Qur’an
yang akan menjadi hakim di antara kita. Maka ayolah kita bertahkim dengan kitabullah.
Lalu Ali memperoleh desakan dari pimpinan-pimpinan pasukannya supaya mau
menerima ajakan itu sehingga Ali pun kemudian tidak dapat berbuat apa-apa selain
mengabulkan permintaannya untuk menerima. Sebagai realisasi dari penerimaan atas
perjanjian itu, maka dalam Encyclopedie of Islam yang isinya sebagai berikut: “suatu
perjanjian sudah direncanakan di Siffin pada Safar 37 H/ 657 M. Serta sudah ditunjukkan
maupun dijelaskan dalam tahkim tersebut dua orang sebagai perantara yakni Abu Musa

4
Sahilun A. Nasir, Kiai Haji, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 123.

3
al-Asy’ari, Ali, serta Amr Ibnu al-Asy untuk Mu’awiyah sebagai seorang yang akan
mengumumkan keputusan mereka pada tempat yang mereka sudah tentukan yakni di
tengah antara Syiria dan Iraq”. Namun sebagaian di antara pasukan Sayyidina Ali ada
yang tidak suka menerima ajakan tahkim tersebut, sebab mereka menganggap bahwa
orang yang mau berdamai pada saat pertempuran ialah orang yang ragu akan
pendiriannya dalam kebenaran peperangan yang ditegakkannya. Hukum Allah sudah
nyata kata mereka. Siapa yang melawan Khalifah yang sah harus diperangi. “kita
berperang dalam rangka untuk menegakkan kebenaran demi keyakinan kepada agama
kita. Mengapa kita mau berhenti perang sebelum mereka kalah”, kata mereka. Maka pada
akhirnya kaum ini membenci Ali r.a. sebab dianggap lemah dalam menegakkan
kebenaran, seperti mereka membenci Mu’awiyah sebab melawan Khalifah yang sah.
Kaum inilah yang kemudian dinamakan dengan kaum Khawarij, yakni kaum yang
keluar serta memisahkan diri dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. Berdasarkan
penjelasan yang terdapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya sejarah atau awal
mula munculnya Khawarij ialah persoalan politik yang berubah dan kemudian menjadi
soal kepercayaan ataupun dogmatis teologi. Mereka memfitnah Khalifah Ali bin Abi
Thalib lebih percaya kepada keputusan musuh serta mengesampingkan keputusan Allah,
yakni menerima tahkim yang menjadi penyebab perpecahan serta perbedaan pendapat
hingga pada tingkat dogmatis teologi. Jadi, sesudah menerima prinsip arbitrase yang
merugikan pihak Ali, sebagian pengikut-pengikutnya keluar dari golongan Ali serta
mengatasnamakan diri mereka sebagai golongan Khawarij serta merupakan sekte
pertama yang lahir dalam dunia Islam. Mereka menentang arbitrase dengan prisip la
hukma Illa Lillah.5
Nabi Muhammad SAW sudah memberikan kabar mengenai akan keluarnya
kelompok ini di tengah-tengah umatnya. Telah diriwayatkan hadits-hadits secara
mutawatir mengenai hal tersebut. Sebagian disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir,
lebih dari tiga puluh hadits dalam kitab-kitab Shahiih, Sunan serta kitab-kitab
Musnad. Di antaranya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri
Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

5
Saleh, “Khawarij; Sejarah dan Perkembangannya”, El-Afkar, Vol. 7, No. II, (Juli-Desember, 2014), hlm. 28-29.

4
“Akan memisahkan diri satu kelompok (Khawarij) ketika kaum muslimin berpecah
belah. Kelompok itu akan diperangi oleh salah satu golongan dari dua golongan yang
lebih dekat dengan kebenaran.” [HR. Muslim]

B. Pemikiran Atau Doktrin Teologi Khawarij


Kelompok Khawarij mempergunakan doktrin al-Qur’an serta doktrin agama
dalam rangka membangun fanatismenya. Mereka akan memanfaatkan sentiment ekstrim
kepada sebagian umat Islam yang kurang berilmu serta tidak berdaya. Lalu menafsirkan
al-Qur’an secara menyimpang. Dengan cara yang semacam ini, mereka kemudian
menghasut orang-orang agar berani untuk melakukan pembataian supaya motivasi
mereka terbangun dengan baik. Khawarij selalu membangun opini syurga para
pengikutnya, apabila mati akan memperoleh balasan surga. Dengan demikian, maka
secara mental mereka mempersiapkan para pengikutnya agar siap membunuh atau
terbunuh.
Apabila dianalisis metode serta aktivitas Khawarij zaman saat ini, bisa dilihat
bahwa para pengikut Khawarij ialah terdiri dari orang yang belum dewasa, muda, dan
juga otaknya telah dicuci, dan mempunyai operandi seperti Khawarij lama. Mereka
disesatkan oleh pendangan mengenai Islam secara dangkal. Di sisi lain, mereka berani
membunuh kaum muslimin tanpa merasa berdosa serta rasa penyesalan. Doktrin
Khawarij memiliki anggapan bahwa darah sebagai barang murahan, hal ini menjelaskan
bahwa orang yang dengan mental semacam ini akan terus hidup, dari zaman ke zaman
lain, maka mudah untuk mengindikasikan neo-Khawarij sebab mereka menggunakan
cara-cara yang sama dengan Khawarij lama. Apabila Khawarij lama melakukan
pembunuhan dengan keji, memberontak pada pemerintah yang sah, membunuh warga
yang sedang beribadah, menganggap perbuatan kejinya itu sebagai jihad, maka Khawarij
modern pun juga melakukan hal yang sama. Semua aksi yang mereka yakini dilakukan
mujāhidūn, kenyataannya ialah kelanjutan dari doktrin serta ideologi Khawarij.

5
Para ulama klasik maupun ulama kontemporer setuju bahwa Khawarij merupakan
kelompok yang jahat, mereka durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Sekalipun mereka
shalat, shaum, membaca al-Qur’an, menyerukan kebaikan, serta mencegah kemungkaran.
Namun hal tersebut tidak memberikan faedah atau manfaat apapun, sebab mereka
menafsirkan al-Qur’an berdasarkan hawa nafsu serta menyampaikan hal yang salah
kepada kaum muslimin. Allah dan Rasul-Nya, al-Khulafā’ al-Rāshidūn, seluruh sahabat
Nabi, serta generasi setelahnya sudah mengingatkan akan bahaya Khawarij. Khawarij
merupakan penjahat yang paling keji. Demikian juga dengan sekte-sekte Khawarij
lainnya. Pada zaman dahulu mapun sekarang Khawarij mempunyai doktrin yang sama.
Sesorang yang melihat Khawarij rela membelot dari pemerintah yang adil atau zalim,
mengumpulkan massa, menghunus pedang, serta menghalalkan peperangan, melawan
umat Islam. Kita tidak boleh terkecoh dengan bacaan al-Qur’an, lamanya shalat, shaum,
serta keindahan kefasihan mereka, apabila doktrin mereka ialah doktrin Khawarij.
Sebagai akibat dari doktrinnya yang menentang pemerintah, Khawarij harus
menanggung akibatnya. Mereka selalu dikejar-kejar serta diperangi oleh pemerintah.
Lalu untuk perkembangan yang selanjutnya seperti dikatakan Harun Nasution, kelompok
ini sebagian besar telah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, serta
Arabia Selatan. Doktrin teologi Khawarij yang radikal pada dasarnya ialah sebagai imbas
langsung dari doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi
oleh sisi kultural mereka yang juga sama radikalnya serta asal-usul mereka yang berasal
dari masyarakat Badawi dan juga pengembara padang pasir tandus. Hal tersebut
mengakibatkan watak serta pola pikirnya menjadi keras, berani, tidak bergantung pada
orang lain, dan bebas. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan agama. Sifat
fanatik itulah yang biasanya mendorong seseorang berpikir sempit, berpengetahuan
sederhana, melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, dan bukan berdasarkan pada data
maupun konsistensi logis, bersandar lebih banyak pada sumber pesan (wadah) daripada
isi pesan, mencari informasi mengenai kepercayaan orang lain dari seumber
kelompoknya serta bukan dari sumber kepercayaan orang lain, mempertahankan secara
kaku sistem kepercayaannya, menolak, mengabaikan, serta mendistorsi pesan yang tidak
konsisten dengan sistem kepercayaannya.

6
Orang-orang yang mempunyai prinsip Khawarij ini menggunakan kekerasan
dalam menyalukan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa kekerasan pernah memegang
peranan penting. Doktrin-doktrin teologi yang dianut oleh golongan Khawarij antara lain:
a) Seorang yang berdosa besar tidak lagi disebut Muslim sehingga harus dibunuh.
Mereka beranggapan bahwa seorang Muslim bisa menjadi kafir jika ia tidak mau
membunuh Muslim lain yang sudah dianggap kafir dengan resiko ia menanggung beban
harus dilenyapakan juga; b) Setiap Muslim harus berhijrah serta bergabung dengan
golongan mereka. Apabila tidak mau bergabung, maka ia wajib diperangi sebab hidup
dalam dār al-ḥarb (negara musuh), sementara golongan mereka sendiri dianggap dār al-
Islām (negara Islam); c) Seseorang harus menghindari pimpinan yang menyeleweng; d)
Adanya wa’ad serta wa’id (orang yang baik harus masuk surga sementara orang yang
jahat masuk ke dalam neraka).
Kemudian terdapat doktrin teolologi sosial, doktrin ini memperlihatkan kesalehan
asli kelompok Khawarij sehingga sebagian pengamat menganggap doktrin ini lebih
memiliki kesamaan dengan doktrin Mu’tazilah, walaupun kebenarannya ialah doktrin ini
dalam wacana kaum Khawarij patut untuk dikaji secara mendalam. Orang-orang yang
keras dalam pelaksanaan ajaran agama, seperti yang dilakukan kelompok Khawarij,
cenderung memiliki watak yang tekstualis atau skripturalis sehingga menjadi
fundamentalis. Kesan skriptualis serta fundamentalis tersebut tidak terlihat pada doktrin-
doktrin Khawarij. Akan tetapi, jika doktrin teologis-sosial ini benar-benar ialah doktrin
Khawarij, maka bisa diprediksikan bahwa kelompok Khawarij pada dasarnya ialah
orang-orang baik. Hanya saja, keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas penganut
garis keras, yang aspirasinya dikucilkan serta diabaikan penguasa, ditambah oleh pola
pikirnya yang simplistis, sudah menjadikan mereka bersikap ekstrim serta keras terhadap
umat Islam. Menurut hadis Rasulullah, bahwa Khawarij akan terlihat sangat beragama.
Mereka terus-menerus melakukan shalat, puasa, dan juga ibadah-ibadah lain lebih dari
kaum muslim pada umumnya. Mereka nampak lebih kaku memahami hukum Islam.
Rasulullah bersabda, yang artinya ialah :
“Sesungguhnya akan keluar dari keturunan laki-laki ini suatu kaum yang
membaca kitabullah dengan fasih, namun hanya sebatas di kerongkongan mereka.
Mereka keluar di agama Islam seperti anak panah yang melesat di busurnya”.

7
Rasulullah bersabda, bahwa akan muncul di akhir zaman suatu kaum yang mereka
terdiri dari anak-anak muda, berpikiran dangkal, berkata dengan perkataan yang indah,
membaca al-Qur’an yang hanya sebatas kerongkongan mereka saja. Mereka keluar dari
agama (Islam) seperti anak panah yang melesat dari busurnya. Apabila kalin menjumpai
mereka, maka bunuhlah, karena membunuh mereka memiliki pahala di sisi Allah pada
hari kiamat. Abū Sa’id al-Khudriy berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya dia memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian akan
merasa minder dengan shalatnya jika dibandingkan dengan shalat mereka dan
shaumnya jika dibandingkan dengan shaum mereka”.
Adapun menurut pendapat lain bahwa pokok-pokok ajaran Khawarij beberapa
bidang yaitu:

1. Di bidang Teologi

a. Orang mukmin yang berbuat dosa besar (murtakib al-kaba’ir atau capital
sinner) adalah kafir dan telah keluar dari Islam dan wajib dibunuh.

b. Ibadah termasuk rukun iman, maka orang yang tarikush shalat dinyatakan kafir.

c. Anak-anak orang kafir yang mati waktu kecilnya juga masuk neraka.

2. Dalam bidang ketatanegaraan

Kaum Khawarij lebih bersifat demokratis karena syarat untuk menjadi pemimpin
umat (imam atau khalifah) tidak harus dari ahlul bait Rosulullah dan berbangsa Quraisy.
Siapapun bisa, asal disepakati bersama. Hanya saja ada syarat kualitas kepribadian, yakni
harus seoraang yang wira‟i. zuhud, taqwa, tidak berbuat dosa dan kesalahan. Boleh tidak
mematuhi aturan-aturan kepala Negara bila ternyata ia seorang yang dhalim.

C. Sekte-sekte Khawarij
Adapun sekte-sekte dari golongan khawarij yang pada umumnya merupakan
orang-orang Arab Badui yang tinggal di lingkungan padang pasir yang tandus, hidup
dengan sederhana, memiliki sikap dan sifat yang keras, kemudian berani dan dapat

8
merdeka tanpa adanya pengaruh pihak lain.6 Sekte yang terkenal pada kaum khawarij
ialah, diantaranya :
1. Kaum Al-Muhakkimah
Sesuai namanya (Al-Muhakkimah) yang memiliki prinsip “laa hukma illa Allah”
yakni tidak ada hukum selain hukum Allah, berarti berpandangan bahwasannya tidak sah
apabila menetapkan suatu hukum selain hukum Allah yakni al-Qur’an.
Al-Muhakkimah merupakan generasi pertama yang teridiri dari pengikut Ali
dalam perang shiffin yang kemudian keluar dari barisan Ali dan kemudian berkumpul di
Hurrah guna menyusun strategi untuk pemberontakan terhadap khalifah Ali bin Abi
Thalib. Menurutnya berbuat zinah dipandang sebagai salah satu dosa besar, maka
menurut paham golongan ini orang yang mengerjakan zinah telah menjadi kafir dan
keluar dari islam. Begitu pula membunuh sesama manusia tanpa sebab yang sah adalah
dosa besar. Maka perbuatan membunuh manusia menjadikan si pembunuh keluar dari
islam dan menjadi kafir.7

2. Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah
golongan al-Muhakkimah hancur adalah golongan Azariqah.8 Pengikutnya menurut al-
Baghdadi, berjumlah 20 ribu orang9
Azariqah didirikan oleh Abi Rasyid Nai bin Al-Azaq. Menurut para sejarawan,
sekte ini dikenal cukup ekstrim dan radikal daripada sekte khawarij lainnya. Pasalnya, hal
tersebut ditandai dengan dipergunakannya term musyrik bagi orang yang melakukan dosa
besar yang mana dalam sekte lain berada di term kafir, yang mana dalam Islam Musyrik
merupakan dosa yang paling besar daripada dosa kafir.
Di antara pemikiran sekte ini ialah: pertama, menolak adanya hukuman rajam
bagi pelaku zina, dikarenakan hukum tersebut tidak ada dalam nasb al-Qur’an. Al-Qur’an
hanya memutuskan adanya hukuman jilid (dipukul dengan cemet) sebanyak seratus kali

6
Ibid, hlm. 31-33.
7
1Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta:UI-Press, 2016), h.16.
8
1Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta:UI-Press, 2016), h.16.
9
Al-Farq, 85.

9
sebagaimana dalam firman Allah pada QS. An-Nur 24:2; kedua, mengharamkan orang-
orang luar jamaah (bukan sektenya) untuk menyembelih hewan.

3. Al-Najdah
Al-Najdah dipimpin oleh Najdah bin Amir Al-hanafi. Sekte ini sepaham dengan
al-Azariqah, karena mereka tidak setuju dengan kubu musyrik yang diberikan kepada
orang yang tidak mengikuti pahamnya (Al-Azariqah) dan halal dibunuhnya perempuan
dan anak-anak orang muslim yang tidak sepaham dengan mereka dengan alasam
“musyrik”.
Sekte ini memperkenalkan paham taqiyyah pada mulanya, sebelum konsep
tersebut dipopulerkan oleh Syiah. Pada dasarnya, konsep tersebut muncul di kalangan
Syiah dan Khawarij karena adanya ketertindasan dari perlakuan para penguasa Sunni
yang dzalim. Secara gari besar, pemikiran al-najdah ialah : pertama, mengharamkan
ghasab; kedua, adanya jarimah (tindak pidana) atas minum khamr dan berzina; ketiga,
pengangkatan seorang Imam atau pemimpin yang hukumnya wajib muslahiy (wajib
karena pertimbangan kemaslahatan umat). 10

4. Al-Ajaridah
Sekte ini merupakan para pengikut Abdul Karim bin Ajrad. Adapun beberapa
pemikiran sekte ini, yakni yang pertama harta rampasan perang menjadi fa’i apabila
pemiliknya dibunuh. Menurut mereka, harta orang-orang diluar jamaahnya
bolehdirampas bila pemiliknya dibunuh terlebih dahulu, lalu harta bendanya dihukumi
sebagai fa’i. Kedua, boleh membunuh siapa saja yang tidak sepahamdengan mereka dan
halal merampas segala hartanya. Namun, apabila pemilik harta tersebut tidak ada di
lokasi, maka tidak boleh mengambil hartanya sedikitpun. Ketiga, sekte ini membolehkan
menikahi cucu perempuan atau anak perempuan dari anak laki-laki atau saudari karena,
bagi mereka kualifikasi cucu perempuab atau anak perempua tidak haram dinikahi atau
masuk dala kelompok min ak-muharramat.

10
A.Y.Anshori, “Khawarij”, Asy-Syir’ah, Vol. 43. , No. II, (2009), hlm. 275.

10
5. Ash-Sufriyah
Sekte ini merupakan pengikut dari Ziyad bin Al-Ashfar, dalam paham kelompok
ini dekat dengan golongan al-Zariqah dan merupakan golongan yang kurang ekstrim.
Hal- hal yang membuat mereka kurang ekstrim dari yang lain adalah pendapat-pendapat
berikut :11
a) Orang sufriah yang tidak berhijrah tidak dipandang kafir.
b) Mereka tidak berpendapat bahwa anak-anak kaum musyrik boleh dibunuh
c) Tidak semua berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar menjadi musyrik. Ada di
antara mereka yang membagi dosa besar dalam dua golonga, dosa yang ada sangsi dunia,
seperti membunuh dan berzina, dan dosa yang tidak ada sangsinya di dunia, seperti
meninggalkan sembahyang dan puasa. Orang yang berbuat dosa golongan pertama tidak
dipandang kafi. Yang menjadi kafir hanyalah orang yang melaksanakan dosa golongan
kedua
d) Daerah golongan islam yang tak sepaham dengan mereka bukan dar harb yaitu daerah
yang harus diperangi, yang diperangi hanyalah ma’askar atau camp pemerintah sedang
anak-anak dan perempuan tak boleh dijadikan tawanan.
e) Kurf dibagi dua : kurf bin inkar al-ni’mah yaitu mengingkari tuhan dan kurf bin inkar al-
rububiah yaitu mengingkari tuhan. Dengan demikian termasuk kafir tidak selamanya
harus berartikeluar dari islam

6. Al-Ibadiyah
Aliran ini berada di bawah pimpinan Abdullah ibn Ibadh, yang merupakan
penganut paham khawarij paling moderat dan luwes, serta paling dekat dengan paham
Sunni. Sehingga sampai saat ini aliran ini masih bertahan. Adapun beberapa pendapat
yang sangat menonjol, diantaranya :
a) Orang islam yang tidak sepaham dengannya bukan orang musyrik, melainkan orang kafir
tetapi bukan kafir dalam hal keyakinan karena tidak mengingkari adanya Allah.
b) Haram memerangi selain jamaahnya, dan wilayah mereka ialah wiayah tauhid dan Islam,
kecuali wilayah pasukan tentara pemerintahan.

11
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta:UI-Press, 2016), h.21.

11
c) Harta rampasan dari yang bukan jamaahnya dan merupakan lawannya itu haram diambil
kecuali kuda, senjata, dan perlengkapan perang lainnya.
d) Orang yang memiliki pendapat berbeda dengan sekte ini dapat dijadikan saksi dalam
suatu perkara, kemudian boleh menikahi mereka, dan saling mewarisi antara mereka dan
penganut khawarij lainnya.

Beberapa sekte khawarij di atas memiliki pemikiran yang beragam mulai dari yang cukup
ekstrim hingga yang tidak ekstrim dan bahkan dekat dengan paham Sunni.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada awalnya, kaum atau golongan Khawarij ialah orang-orang yang mendukung
Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Namun, pada akhirnya mereka membenci Sayyidinia Ali yang
disebabkan karena adanya dua anggota lemah dalam menegakkan suatu kebenaran, mau
menerima tahkim yang sangat mengecewakan, seperti mereka juga membenci Mu’awiyah sebab
Mu’awiyah ini melawan Sayyidina Ali sebagai seorang Khalifah yang sah. Munculnya nama
golongan Khawarij terjadi sesudah peristiwa tahkim, yakni sebagai upaya dalam hal
menyelesaikan peperangan antara Ali bin Abi Thalib di satu pihak dengan Mu’awiyah di pihak
yang lain.

Doktrin Khawarij memiliki anggapan bahwa darah sebagai barang murahan, hal ini
menjelaskan bahwa orang yang dengan mental semacam ini akan terus hidup, dari zaman ke
zaman lain, maka mudah untuk mengindikasikan neo-Khawarij sebab mereka menggunakan
cara-cara yang sama dengan Khawarij lama. Doktrin-doktrin teologi yang dianut oleh golongan
Khawarij antara lain: a) Seorang yang berdosa besar tidak lagi disebut Muslim sehingga harus
dibunuh. b) Setiap Muslim harus berhijrah serta bergabung dengan golongan mereka. Apabila
tidak mau bergabung, maka ia wajib diperangi sebab hidup dalam dār al-ḥarb (negara musuh),
sementara golongan mereka sendiri dianggap dār al-Islām (negara Islam); c) Seseorang harus
menghindari pimpinan yang menyeleweng; d) Adanya wa’ad serta wa’id (orang yang baik harus
masuk surga sementara orang yang jahat masuk ke dalam neraka). Terdapat enam sekte-sekte
kaum Khawarij, di antaranya adalah kaum al-Muhakkimah, Al-Azariqah, Al-Najdah, Al-
Ajaridah, Ash-Sufriyah, dan Al-Ibadiyah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun (2016). TEOLOGI ISLAM ALIRAN ALIRAN SEJARAH ANALISA


PERBANDINGAN. Jakarta: UI-Press

Anshori, A.Y. (2009). "Khawarij". Asy-Syir'ah, Vol. 43, No. II.

Kiswati Tsuroyo. (2014). Ilmu Kalam: Aliran Sekte, Tokoh, Pemikiran, dan Analisa Perbandingan Aliran
Khwarij, Murji'ah, dan Mu'tazillah. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Nasution, H. (2016). Teologi Islam . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Saleh. (Juli-Desember, 2014). "Khawarij; Sejarah dan Perkembangannya". El-Afkar, Vol. 7, No. II.

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/view/1597/1372

https://journal.staimsyk.ac.id/index.php/almanar/article/view/85/83

https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952827455#:~:text=Aliran%20
Khawarij%20mempunyai%20doktrin%2Ddoktrin,pihak%20dan%20tidak%20mau%20d
iatur.&text=Latar%20belakang%20kemunculan%20aliran%20Murji,yang%20melakuka
n%20dan%20menyetujui%20tahkim.

14

Anda mungkin juga menyukai