Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AKIDAH AKHLAQ

ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM

DI SUSUN OLEH :
Anja Deni Kesuma (11651200625) 4A
Akmah Aulia (11651201050) 4A
Ade Mezyantara (11651100727) 4A

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
T.A 2017/2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................5
1.1 Latar Belakang.........................................................................................5
1.2 Tujuan Pembahasan.................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................6
2.1 Sejarah Pertumbuhan Aliran – aliran Teologi dalam Islam.....................6
2.2 Aliran Khawarij.......................................................................................7
2.2.1 Asal-usul Aliran Khawarij..................................................................7
2.2.2 Paham dan Pokok Ajarannya..............................................................7
2.2.3 Sekte, Tokoh dan Ajarannya..............................................................8
2.3 Aliran Murji’ah........................................................................................8
2.3.1 Asal-usul Aliran Murjia’ah.................................................................8
2.3.2 Paham dan Pokok Ajarannya..............................................................9
2.3.3 Sekte, Tokoh dan Ajarannya..............................................................9
2.4 Aliran Syi’ah..........................................................................................10
2.4.1 Asal-usul Aliran Syi’ah....................................................................10
2.4.2 Paham dan Pokok Ajarannya............................................................10
2.4.3 Sekte, Tokoh dan Ajarannya............................................................10
2.5 Aliran Qadariah dan Jabariah................................................................11
2.6 Aliran Mu’tazilah...................................................................................12
2.6.1 Lahirnya Aliran Mu’tazilah..............................................................12
2.6.2 Asal-usul Mu’tazilah........................................................................12
2.6.3 Paham dan Pokok Ajarannya............................................................12
2.6.4 Tokoh-tokoh Mu’tazilah...................................................................13
2.7 Aliran Ahlussunah Wal Jama’ah...........................................................13
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................................16
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang jiwa-jiwa ini selalu berada dalam
genggaman-Nya. Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dalam pangkat tak
hingga Dia mencurahkan kasih dan sayangnya kepada seluruh hamba. Karenanya,
Alhamdulillah tak henti-hentinya penulis ucapkan kepada-Nya sebagai sebuah wujud
kesyukuran yang amat mendalam. Kemudian Shalawat beriring salam selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW. Referensi sejati dalam setiap sendi kehidupan
manusia. Semoga kelak kita bisa bertemu dengannya dalam sebuah lingkaran penuh
persaudaraan di surga-Nya. Aamiin.

Penulisan makalah ini adalah tugas dalam mata kuliah Akidah Akhlaq studi di
jurusan Teknik Informatika, fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau. Makalah ini membahas tentang Aliran Teologi dalam Islam.

Sesungguhnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak


lepas dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Kritik dan saran tersebut dapat anda sampaikan ke alamat email
penulis: anja.deni.kusuma@students.uin-suska.ac.id . Semoga laporan penelitian
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin ya Rabbal Alamin.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam bukanlah sebuah agama yang selalu mengekang penganutnya untuk
bersikukuh pada suatu jurusan kepercayaan. Dalam Islam sendiri banyak
golongan, yang diterangkan dalam Al-Qur’an akan terpecah menjadi 73 golongan.
Hal ini yang mendorong kami untuk mengetahui bebarapa diantara banyak
golongan didalam Islam. Dalam makalah ini kami hanya membahas sedikit
tentang aliran teologi dalam Islam.

1.2 Tujuan Pembahasan


1. Sejarah Pertumbuhan Aliran – aliran Teologi dalam Islam
2. Aliran Khawarij
3. Aliran Murji’ah
4. Aliran Syi’ah
5. Aliran Qadariah dan Jabariah
6. Aliran Mu’tazilah
7. Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pertumbuhan Aliran – aliran Teologi dalam Islam


Awal mula tumbuhnya aliran – aliran dalam Islam adalah karena masalah politik
yang terus meningkat menjadi persoalan teologi. Hal ini sebenarnya sudah terjadi pada
saat wafatnya nabi Muhammad saw yaitu mengenai permasalahan siapakah yang
nantinya pantas menjadi pengganti beliau, dan masalah ini mencapai puncaknya pada
masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Thalib tepatnya pada saat perang Shiffin.
Perang Shiffin adalah peperangan antara khalifah Ali dan Mu’awiyah (gubernur
propinsi Syam atau Syria), terjadi pada bulan Shafar tahun 37H/658M. Sebenarnya
kemenangan sudah ada pada pihak khalifah Ali, akan tetapi dengan kelicikkan dan
taktik perpolitikkan para tokoh Mu’awiyah terutama Amr Ibn al - As maka disepakati
untuk diadakannya proses arbitrasi guna menyelesaikan masalah peperangan ini.
Sebagai pengantara diangkat dua orang : Amr Ibn al – As dari pihak Mu’awiyah dan
Abu Musa al – Asy’ari dari pihak Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikkan Amr
mengalahkan perasaan takwa Abu Musa. Sejarah mengatakan antara keduanya terjadi
permupakatan untuk menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan
Mu’awiyah. Tradisi menyebut bahwa Abu Musa al – Asy’ari, sebagai yang tertua,
terlebih dahulu berdiri mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan ke dua
pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui, Amr Ibn al –
As, mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan Ali yang telah di umumkan al –
Asy’ari, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah.
Dengan kejadian ini maka tentunya sangat merugikan bagi pihak khalifah Ali,
karena secara tidak langsung terdapat penyerahan jabatan khalifah dari khalifah Ali
kepada Mu’awiyah. Hal ini memicu protes yang sangat keras dari sebagian barisan Ali
sendiri mengenai diadakannya proses arbitrasi tersebut. Mereka berpendapat bahwa
putusan hanya datang dari Allah dengan kembali pada hukum – hukum yang ada dalam
al – Qur’an, La Hukma Illa Lillah (tidak ada hukum selain hukum Allah). Sehingga
mereka memandang Ali Ibn Thalib telah berbuat salah, oleh karena itu mereka keluar
dari barisannya Ali, dan golongan inilah yang nantinya disebut al – Khawarij (orang –
orang yang keluar atau memisahkan diri) .
Pada saat itulah awal mula terjadinya pertumbuhan aliran – aliran teologi dalam
Islam. Golongan khawarij tidak hanya memandang Ali, Mu’awiyah, Amr Ibn al – As,
Abu Musa al – Asy’ari telah berbuat salah saja tetapi mereka telah kafir, karena al –
Qur’an mengatakan :
“ Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”
Akan tetapi pada perkembangannya mereka tidak hanya mengkafirkan orang yang tidak
menentukan hukum dengan al – Qur’an saja, tetapi orang yang berbuat dosa besar
(murtakib al – kaba’ir) juga dipandang telah kafir.

Persoalan orang yang berbuat dosa inilah kemudian yang memicu tumbuhnya
aliran – aliran teologi lain. Pertama, aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang
berdosa besar adalah kafir. Kedua, aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang
berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir, adapun soal dosa yang telah
dilakukan terserah kepada Allah swt untuk mengampuni atau tidak. Ketiga, aliran
Mu’tazilah yang berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar itu bukanlah kafir
tetapi bukan pula mukmin (al – manzilah bain al – manzilitain). Keempat, aliran
Qadariah yang berpanutan bahwa manusia itu mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan perbuatannya. Kelima, aliran Jabariah beri’tikad sebaliknya dari aliran
Qadariah yaitu manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya.

2.2 Aliran Khawarij

2.2.1 Asal-usul Aliran Khawarij


Banyak nama yang diberikan pada aliran ini antara lain :

a. Nama khawarij diambil dari kata asal kharaja artinya telah keluar.
Maksudnya ialah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib karena tidak setuju terhadap sikapnya yang mau menerima
perdamaian dalam penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan.
b. Dinamakan khawarij, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka
dengan maksud berjihad di jalan Allah.
c. Dinakan Syurah karena mereka menganggap bahwasannya diri mereka
telah mereka jual kepada Allah. Maksudnya menjual diri mereka untuk
menegakkan agama Allah.
d. Dinamakan Haruriyah, karena mereka pergi berlindung ke suatu kota
kecil dekat Kufah yang bernama Harura.
e. Dinamakan Muhakkimah, karena mereka dalam perjuangannya selalu
menggunakan simbol “Lahukma illa lillah”.

2.2.2 Paham dan Pokok Ajarannya


Khawarij adalah merupakan pecahan dari pengikut Ali bin Abi Thalib yang
mulai timbul dan memisahkan diri setelah terjadi perang Shiffin. Mereka memilih
Abdullah bin Wahab Al Rasidi menjadi imam mereka. Dalam pertempuran dengan Ali,
mereka mengalami kekalahan, tapi akhirnya seorang dari mereka bernama Abd al
Rahman bin Muljam dapat membunuh Ali.
Adapun paham dan pokok ajarannya adalah :

a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
b. Yang berhak menjadi khalifah adalah siapa saja yang sanggup, asal
beragama Islam.
c. Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama ia
bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam.
d. Khalifah Abu Bakar dan Umar diakui sah karena keduanya diangkat dan
tidak menyeleweng dari ajaran Islam.
e. Khalifah Utsman bin Affan  dianggap menyeleweng  mulai dari tahun
ketujuh khilafahnya, sedang Ali bin Abi Thalib dianggap menyeleweng
setelah peristiwa perdamaian dengan Muawiyah. Sejak itu Utsman dan
Ali dihukumi kafir, demikian pula Muawiyah serta semua orang yang
telah mereka anggap melanggar ajaran-ajaran Islam.

2.2.3 Sekte, Tokoh dan Ajarannya


Khawarij terpecah menjadi beberapa aliran kecil (sekte) dan dipimpin oleh tokoh
yang mereka anut, antara lain:

a. Al Azariqah, tokohnya ialah Nafi’ bin Al Azraq (686 M). Sekte ini
merupakan sekte yang ekstrim, karena pandangannya hanya merekalah
yang sebenarnya orang Islam dan daerah kekuasaannya terletak di
perbatasam Irak dengan Iran.
b. An Najaddat, tokohnya ialah Najdah bin Amir. Ajaran sekte ini antara
lain:
1) Orang yang salah setelah melakukan ijtihad dimaafkan
2) Agama itu meliputi dua hal yaitu mengetahui kepada Allah dan
Rasul-Nya.
3) Orang yang berjihad sampai menghalalkan yang haram atau
sebaliknya dimaafkan.
c. Al Ibadiyah, tokohnya bernama Abdullah bin Ibad At Tamimy. Mereka
agak moderat dan toleran terhadap golongan lain. Sebagai contohnya
mereka menganggap bahwa orang Islam yang tidak sepaham dengan
mereka boleh diadakan hubungan perkawinan dan warisan, syahadatnya
dapat diterima, serta haram membunuhnya.
d. Syufriah, tokohnya bernama Ziyad bin Al Asfar.Paham mereka tidak
berbeda dengan golongan Az Zariqah oleh sebab itu merupakan
golongan yang ekstrim. Pendapat yang menjadi ciri khas mereka :
1) Taqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam
bentuk perbuatan.
2) Demi untuk keamanan dirinya perempuan Islam boleh kawin
dengan laki-laki kafir, di daerah bukan Islam.

2.3 Aliran Murji’ah

2.3.1 Asal-usul Aliran Murjia’ah


Murji’ah berasal dari kata Al Irjaa’ mempunyai dua arti:

a. At Ta’khiir, artinya mengemudiankan, menunda. Pengertian ini


menunjukkan bahwa aliran ini mengemudiankan amal dari niat.
b. I’thoo’ Al Rajaa’, artinya memberi pengharapan. Pengertian ini
menunjukkan bahwa iman itu tidak rusak karena perbuatan dosa, begitu
pula perbuatan kafir tidak merusak dari ketaatan.
c. Pendapat lain nama Murji’ah diambil dari kata Arja’a yang berarti
menangguhkan atau mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan
persoalan golongan-golongan umat Islam yang berselisih dan yang telah
banyak mengalirkan darah sampai hari pembalasan nanti dan mereka tidak
menentukan hukumnya bagi setiap yang berselisih.

2.3.2 Paham dan Pokok Ajarannya


Setelah terjadi perdamaian antara Ali dan Muawiyah, muncul golongan yang
tidak mau campur tangan terhadap persoalan tersebut, merekalah yang disebut aliran
Murji’ah. Dan setelah menjadi aliran politik mulai membicarakan persoalan-persoalan
ketuhanan. Pembahasan yang terpenting adalah mengenai pembatasan iman, kufur, dan
mukmin.

Murji’ah menganggap bahwa iman itu adalah mengenal kepada Allah dan
utusannya, dan siapa yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad itu rasul Allah maka dia termasuk orang mukmin. Barang siapa percaya
kepada Tuhan dan utsanNya, tetapi ia meninggalkan kewajiban agama dan menjalankan
dosa besar menurut mereka orang semacam ini tetap mukmin tetapi menurut Khawarij
adalah kafir. Murji’ah tidak mengartikan iman kecuali hanya kepercayaan dalam hati saja
terhadap Allah dan utusanNya, adapun amal lahiriyah tidak termasuk iman. Pandangan ini
sesuai dengan pandangan mereka dalam politik, mereka tidak mengkafirkan golongan
Umawy, Syi’ah ataupun Khawarij sebab iman menurut mereka dalam hati, dan tidak dapat
mengetahuinya kecuali Allah.

2.3.3 Sekte, Tokoh dan Ajarannya


a. Yunusiah, tokohnya adalah Yunus bin Aun Annamiri yang berpendapat
bahwa iman ialah mengetahui Allah, tunduk, patuh, dan meninggalkan
sifat-sifat kesombongan dan cinta dalam hati. Barangsiapa yang
melakukan maksiat tidak merusak iman seseorang.
b. As Sahiliyah, tokohnya ialah Abu Hasan As Sahili. Pendapatnya bahwa
iman ialah mengetahui Tuhan dan kufur ialah tidak mengetahui Tuhan.
Yang disebut ibadah hanyalah iman.
c. Al Ubaidiyah, tokohnya ialah Ubaid Al Maktaab. Pendapatnya diantaranya
selain syirik diampuni, jika seorang mati dalam iman dosa-dosa dan
perbuatan jahat yang dikerjakan tidak akan merugikan bagi yang
bersangkutan.
d. Al Ghasaniyah, tokohnya ialah Ghasan Al Kufi. Ia berpendapat bahwa amal
tidak sepenting iman yang mengakibatkan pada pengertian bahwa hanya
imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin dan tidaknya
seseorang.
e. Assaubaniyah, tokohnya ialah Abu Syauban Al Murjii. Pendapatnya bahwa
iman adalah mengetahui Allah dan RasulNya yang masuk akal boleh
diperbuat dan yang tidak masuk akal boleh ditinggalkan karena bukan dari
iman. Artinya iman ialah sesuai dengan akal dan amal tidak campur tangan
dengan iman.
f. At Tumaniyah, tokohnya ialah Abu Muaz At Tumani. Ia berpendapat bahwa
iman ialah membenarkan dengan hati dan lidah dan kafir ialah tidak tahu
kepada Tuhan.

2.4 Aliran Syi’ah

2.4.1 Asal-usul Aliran Syi’ah


Kata Syi’ah menurut Ibnu Khaldun berarti As shahbu wal Ittibaa’u yang artinya
pengikut atau partai. Menurut istilah Syi’ah adalah suatu golongan umat Islam yang
memberikan kedudukan istimewa kepada keturunan Nabi Muhammad SAW dan
menempatkan Ali bin Abi Thalib serta Ahlul Bait pada derajat yang lebih utama
daripada sahabat Nabi yang lain, mereka mencintai Ali dan keturunannya dengan
sepenuh hati dan disertai sikap dan tindakan yang nyata.

2.4.2 Paham dan Pokok Ajarannya


Adapun pokok-pokok ajarannya sebagai berikut:

a. Yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah baik dalam urusan
keagamaan ataupun urusan kenegaraan harus menjadi hak waris bagi
keluarga Nabi (Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya).
b. Syahnya imam atau khalifah hanya apabila mendapat nash atau diangkat
oleh Nabi sendiri dan kemudian oleh imam-imam sesudah beliau secara
berurutan.
c. Bahwa tiap-tiap imam yang telah diangkat oleh imam sebelumnya itu
adalah makshum artinya terpelihara dari dosa sejak dilahirkannya.
2.4.3 Sekte, Tokoh dan Ajarannya
a. Al Imamiyah atau Al Isna Asyariyah atau Rafidhah. 
Pokok-pokok ajarannya :
1) Bahwa Ali bin Abi Thalib satu-satunya khalifah yang sah sesudah
Nabi.
2) Mereka mengajarkan ajarannya “dua belas imam” yang berurutan
satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fathimah.
3) Mereka mengajarkan adanya kemakshuman, kemahdiyan, dan
akan datangnya imam yang terakhir dan taqiyah.
b. Zaidiyah, tokohnya ialah Zaid bin Ali. 
Dia mengajarkan bahwa:
1) Imam-imam itu terbatas hanya dari anak cucu Ali dengan Fathimah.
2) Kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman dianggap sah namun
kurang utama.
c. Ismailliyah, tokohnya ialah Ismail bin Ja’far Ash Shadiq. Ia diriwayatkan
suka minum khamar, sehingga sebagian penganutnya menggugurkan
keimamannya dan beralih beriman kepada adik Ismail, yaitu Musa Al
Kodhim. Golongan ini membatasi imam-imam hingga yang ketujuh saja.
Golongan ini termasuk aliran yang ekstrim yang ajarannya banyak yang
melampaui batas.
d. Gholliyah (Ghullat), dipimpin oleh Abdullah bin Sabak, seorang yang
semula beragama Yahudi. Golongan ini juga dikenal ekstrim.

2.5 Aliran Qadariah dan Jabariah


Disebabkan karena Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang
mutlak maka timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan,
bergantung kepada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan
perjalanan hidupnya? Diberi Tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur
hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak
Tuhan?

Maka terdapat dua perbedaan pendapat. Yang pertama, kaum Qadariah


berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam
menentukan perjalanan hidupnya dengan demikian nama Qadariah berasal dari pengertian
bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Yang
kedua, kaum Jabariah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada
kehendak mutlak Tuhan. Jadi, nama Jabariah berasal dari kata jabara yang berarti
memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan
perbuatannya dalam keadaan terpaksa.
Paham Qadariah pertama kali dipelopori oleh Ma’bad al Juhani dan Ghailan al
Dimasyqi. Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas perbuatannya, manusia sendirilah
yang melakukan perbuatan baik maupun jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.

Paham Jabariah dipelopori oleh Al Ja’d Ibn Dirham, tetapi yang menyiarkannya
adalah Jahm Ibn Safwan. Menurut Jahm, manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk
berbuat apa-apa, tidak mempunyai daya, tidak mempunya kehendak sendiri dan tidak
mempunyai pilihan, manusia dalam melakukan perbuatannya hanya dipaksa. Tuhanlah
yang menciptakan perbuatan dalam diri manusia.

Tokoh Jabariah yang lain yaitu Al Husain Ibn Muhammad Al Najjar yang bersifat
lebih moderat. Menurutnya, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, tetapi
manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan
dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Paham yang sama
diberikan oleh Dirar Ibn ‘Amr.

2.6 Aliran Mu’tazilah

2.6.1 Lahirnya Aliran Mu’tazilah


Lahirnya aliran Mu’tazilah tidak dapat dipisahkan dengan suasana pada waktu
itu yang merupakan faktor-faktor pendorongnya, yaitu:

a. Banyaknya orang-orang yang hendak menghancurkan Islam dari segi


aqidah.
b. Kota Bashrah yang merupakan pusat ilmu dan peradaban Islam dan
merupakan tempat bertemunya aneka kebudayaan asing disamping
bertemunya bermacam-macam agama.
c. Perguruan di masjid Bashrah yang berbentuk halaqah (lingkaran pelajaran)
di bawah asuhan Hasan Basri yang digelari Abu Sa’id (642-728 M). Hasan
Basri adalah murid yang terkenal dari sahabat besar Anas bin Malik. Dari
perguruan Basrah inilah menjadi pangkal dari pergerakan-pergerakan
agama dalam Islam terutama pergerakan dalam ilmu kalam. Dua murid
terkenal dari perguruan ini memainkan perannya sebagai pembangkit aliran
scholastik, yaitu Wasil bin Ata’ (669-748 M) dan Amru bin Ubaid (143 H)
yang membina suatu aliran besar yang kemudian terkenal dengan nama
Mu’tazilah. Dalam membahas masalah ilmu kalam, golongan ini banyak
menggunakan akal sehingga terkenal dengan sebutan aliran rasionalis
islam.

2.6.2 Asal-usul Mu’tazilah


a. Dinamakan Mu’tazilah sebab Wasil dan Amru memisahkan diri dari
halaqah Hasan Basri, karena adanya perbedaan pendapat antara Wasil
dan Amru dengan Hasan Basri tentang hukum orang Islam yang berbuat
dosa besar. Menurut Wasil dan Amru, orang Islam yang berbuat dosa
besar itu bukan mukmin bukan pula kafir, tetapi dia berada diantara
keduanya, yaitu fasiq.
b. Dinamakan Mu’tazilah sebab mereka melepaskan diri dari pendapat ulama’
atau aliran terdahulu yaitu mengenai hukum orang Islam yang berbuat dosa
besar.
c. Dinamakan Mu’tazilah sebab menurut anggapan mereka, orang Islam yang
berbuat dosa besar itu menjauhkan diri (I’tizal) dari golongan mukmin dan
kafir.

2.6.3 Paham dan Pokok Ajarannya


Mu’tazilah menganut paham lima pokok ajaran dasar yang harus dipegang yaitu:

a. Tauhid (keesaan), yaitu ajaran monotheisme yang murni dan mutlak adalah
dasar Islam yang pertama dan utama.
b. Adil (keadilan Allah), yaitu dasar keadilan yang dipegang aliran Mu’tazilah
ialah meletakkan pertanggung jawaban manusia atas segala perbuatannya.
Aliran ini telah mengemukakan teori nya tentang assilah wa aslah (baik dan
terbaik)  dan teorinya tentang hasan dan qobih (baik dan buruk).
c. Wa’ad dan Wa’id (janji dan ancaman), yaitu aliran Mu’tazilah meyakini
bahwa janji Allah akan memberi pahala dan ancaman siksa kepada mereka
yang melakukan perbuatan pasti dilaksanakanNya
d. Manzilatu Bainal Manzilatain (diantara dua tempat), yaitu orang Islam
yang berbuat dosa besar selain syirik itu bukan mukmin bukan pula kafir,
tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu fasiq.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang
keburukan).

2.6.4 Tokoh-tokoh Mu’tazilah


a. Abu Huzaifah Wasil bin Ata’ Al Ghazali (669-748 M), di antara
karyanya:
1) Al Alf Masalah fi Ar Rodi ‘ala Al Manawiyah
2) Almanzilat bainal Manzilatain
3) Al Khattab fi Al Adl wa At Tauhid
b. Abu Huzail Al Allaf (753-840 M)
c. Ibrahim bin Sayyar An Nazzan (845 M)
d. Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al Jubba’i (849-917 M)

2.7 Aliran Ahlussunah Wal Jama’ah


Banyak kalangan yang menentang aliran Mu’tazilah, terutama di kalangan rakyat
biasa yang tidak dapat menyelami ajaran-ajaran Mu’tazilah yang bersifat rasional itu.
Rakyat biasa, dengan pemikiran yang sederhana, ingin ajaran yang sederhana pula.
Kaum Mu’tazilah dalam sejarah memang merupakan golongan minoritas, dan dikenal
sebagai golongan yang tidak kuat berpegang pada hadits.

Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu golongan
yang berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan mayoritas. Yang dimaksud
dengan ahli sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiah
yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.

1. Aliran Asy’ariah
a. Al Asy’ari dan karyanya
Al Asy’ari (873-935 M) pernah menjadi pengikut setia aliran Mu’tazilah
selama 40 tahun, tetapi akhirnya ia keluar disebabkan karena perbedaan
pendapat dengan gurunya, Al Jubbai. Kemudian Al Asy’ari mendirikan
aliran baru yang disebut aliran Asy’ariah yang dalam perluasannya
diidentikkan dengan sebutan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara
karya-karyanya:
1) Maqaalat al Islaamiyyin
2) Al Ibanah ‘an Ushul al Diniyah
3) Al Luma’ fi al rad ala ahla ziagh wa al bid’a

b. Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
1) Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah
yaitu lafal-lafal yang diturunkan Tuhan melalui malaikat Jibril
kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad, adalah dalalah
dari kalam yang sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah
makhluk (diciptakan), yang madlul bersifat qadim dan azali.
2) Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al Asy’ari sifat-sifat
Tuhan itu tidak sama dengan Zat Tuhan, keduanya qadim. Jadi,
Tuhan mempunyai Zat, sifat dan perbuatan.
3) Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat
karena Tuhan itu maujud, setiap yang maujud memungkinkan
untuk padat dilihat.
4) Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap
mukmin ‘ashi atau fasiq, apabila ia meninggal dunia sebelum
bertaubat maka ia terserah kepada Tuhan atas pelanggarannya itu,
apakah Tuhan akan menyiksa atau mengampuninya. Walaupun ia
masuk neraka, tetapi akhirnya dimasukkan ke dalam surga juga.
5) Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan berdasarkan
musyawarah untuk mendapatkan mufakat dan dengan pemilihan.
c. Tokoh-tokoh aliran Asy’ariah
1) Al Baqillani
2) Al Juwaini
3) Al Ghazali
4) As Sanusi

2. Aliran Maturidiah
a. Al Maturidi dan karyanya
Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah. Sistem pemikiran
theologinya masuk dalam golongan theologi ahlussunah waljama’ah dan
dikenal dengan nama Al Maturidiyah. Diantara karyanya adalah sebagai
berikut:
1) Kitab Ta’wilat Al Qur’an atau Ta’wilat As Sunah
2) Kitab Al Jadal
3) Kitab Maqalat
4) Kitab At Tauhid
5) Kitab Ushul

b. Ajaran-ajaran Al Maturidi
Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan
yaitu golongan Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri
dan golongan Bukhara yang merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al
Maturidi). Ajaran-ajaran Al Maturidi:
1) Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun kewajiban
mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal, tetapi kewajiban
itu sendiri datangnya dari Tuhan.
2) Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan
mempunyai sifat-sifat.
3) Al Qur’an, menurut Al Maturidi bahwa Al Qur’an itu sifat Tuhan,
ia tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim.
4) Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih
dan tajsim bagi Tuhan. Adapun kata-kata tangan, wajah, mata,
yang diidhofahkan pada Tuhan dalam Al Qur’an harus
dita’wilkan.
5) Melihat Tuhan di akhirat, Al Maturidi sependapat dengan paham
Al Asy’ari bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia di
akhirat.
6) Kekuasaan dan kehendak Tuhan, menurut Al Maturidi bahwa
kekuasaan mutlak Tuhan dan kehendak Tuhan dibatasi oleh
batasan-batasan yang telah ditentukan Tuhan sendiri. Diantaranya
dalam bentuk kebebasan yang diciptakan Tuhan untuk manusia
berupa perbuatan dan kehendak terhadap yang baik dan yang
buruk.
7) Keadilan Tuhan, menurut Maturidi perbuatan manusia bukanlah
kehendak Tuhan akan tetapi adalah perbuatan manusia itu sendiri.
8) Janji dan ancaman atau kewajiban Tuhan, Al Maturidi menerima
paham adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia, sekurang-
kurangnya kewajiban menepati janji, tentang pemberian pahala
bagi perbuatan baik dan pemberian siksa bagi perbuatan jahat.
9) Beban di luar kemampuan manusia, Al Maturidi berpendapat
bahwa Tuhan tidak membebani manusia dengan kewajiban-
kewajiban yang tak terpikul.

c. Tokoh aliran Maturidiyah


Salah satu tokoh yang penting yaitu Al Bazdawi (421-493 H). Ia berhasil
mengarang beberapa kitab penting yaitu Ushul Al Din, Al Waaqi’aat dan
Al Mabsuth.

BAB 3
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari materi yang sudah kita bahas di atas,
yaitu perpecahan umat Islam menjadi beberapa aliran secara umum disebabkan oleh
masalah perpolitikan mengenai pengangkatan khalifah dan masalah pengkafiran
seseorang yang telah berbuat dosa besar.

Aliran-aliran teologi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Aliran Khawarij
2. Aliran Murji’ah
3. Aliran Syi’ah
4. Aliran Qadariah dan Jabariah
5. Aliran Mu’tazilah
6. Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah
BAB 4
PENUTUP

Alhamdulillahirrabbil’alamin, kami sampaikan kepada Allah SWT karena


dengan anugerah dan kebesaranNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tetapi
kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kritik
dan saran dari para pembaca sangat kami butuhkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Muhammad Tholhah. (2005). Ahlussunnah Wal Jama'ah dalam Persepsi


dan Tradisi NU. Jakarta: Lan Tabora Press.

Muhaimin, HM. (1999). Ilmu Kalam (Sejarah dan Aliran-aliran). Yogyakarta:


Puaka Pelajar.

Naution, Harun. (1986). Teokogi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa


Perbandingan. Jakarta: UI-Press.

Sou'yb, Joesoef. (1979). Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Bandung: Bulan


Bintang.

Syalabi, A. (1987). Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1. Jakarta: Pustaka Al-
Husna.

Anda mungkin juga menyukai