DI SUSUN OLEH :
Anja Deni Kesuma (11651200625) 4A
Akmah Aulia (11651201050) 4A
Ade Mezyantara (11651100727) 4A
Puji syukur kepada Allah SWT, yang jiwa-jiwa ini selalu berada dalam
genggaman-Nya. Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dalam pangkat tak
hingga Dia mencurahkan kasih dan sayangnya kepada seluruh hamba. Karenanya,
Alhamdulillah tak henti-hentinya penulis ucapkan kepada-Nya sebagai sebuah wujud
kesyukuran yang amat mendalam. Kemudian Shalawat beriring salam selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW. Referensi sejati dalam setiap sendi kehidupan
manusia. Semoga kelak kita bisa bertemu dengannya dalam sebuah lingkaran penuh
persaudaraan di surga-Nya. Aamiin.
Penulisan makalah ini adalah tugas dalam mata kuliah Akidah Akhlaq studi di
jurusan Teknik Informatika, fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau. Makalah ini membahas tentang Aliran Teologi dalam Islam.
Persoalan orang yang berbuat dosa inilah kemudian yang memicu tumbuhnya
aliran – aliran teologi lain. Pertama, aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang
berdosa besar adalah kafir. Kedua, aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang
berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir, adapun soal dosa yang telah
dilakukan terserah kepada Allah swt untuk mengampuni atau tidak. Ketiga, aliran
Mu’tazilah yang berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar itu bukanlah kafir
tetapi bukan pula mukmin (al – manzilah bain al – manzilitain). Keempat, aliran
Qadariah yang berpanutan bahwa manusia itu mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan perbuatannya. Kelima, aliran Jabariah beri’tikad sebaliknya dari aliran
Qadariah yaitu manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya.
a. Nama khawarij diambil dari kata asal kharaja artinya telah keluar.
Maksudnya ialah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib karena tidak setuju terhadap sikapnya yang mau menerima
perdamaian dalam penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan.
b. Dinamakan khawarij, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka
dengan maksud berjihad di jalan Allah.
c. Dinakan Syurah karena mereka menganggap bahwasannya diri mereka
telah mereka jual kepada Allah. Maksudnya menjual diri mereka untuk
menegakkan agama Allah.
d. Dinamakan Haruriyah, karena mereka pergi berlindung ke suatu kota
kecil dekat Kufah yang bernama Harura.
e. Dinamakan Muhakkimah, karena mereka dalam perjuangannya selalu
menggunakan simbol “Lahukma illa lillah”.
a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
b. Yang berhak menjadi khalifah adalah siapa saja yang sanggup, asal
beragama Islam.
c. Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama ia
bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam.
d. Khalifah Abu Bakar dan Umar diakui sah karena keduanya diangkat dan
tidak menyeleweng dari ajaran Islam.
e. Khalifah Utsman bin Affan dianggap menyeleweng mulai dari tahun
ketujuh khilafahnya, sedang Ali bin Abi Thalib dianggap menyeleweng
setelah peristiwa perdamaian dengan Muawiyah. Sejak itu Utsman dan
Ali dihukumi kafir, demikian pula Muawiyah serta semua orang yang
telah mereka anggap melanggar ajaran-ajaran Islam.
a. Al Azariqah, tokohnya ialah Nafi’ bin Al Azraq (686 M). Sekte ini
merupakan sekte yang ekstrim, karena pandangannya hanya merekalah
yang sebenarnya orang Islam dan daerah kekuasaannya terletak di
perbatasam Irak dengan Iran.
b. An Najaddat, tokohnya ialah Najdah bin Amir. Ajaran sekte ini antara
lain:
1) Orang yang salah setelah melakukan ijtihad dimaafkan
2) Agama itu meliputi dua hal yaitu mengetahui kepada Allah dan
Rasul-Nya.
3) Orang yang berjihad sampai menghalalkan yang haram atau
sebaliknya dimaafkan.
c. Al Ibadiyah, tokohnya bernama Abdullah bin Ibad At Tamimy. Mereka
agak moderat dan toleran terhadap golongan lain. Sebagai contohnya
mereka menganggap bahwa orang Islam yang tidak sepaham dengan
mereka boleh diadakan hubungan perkawinan dan warisan, syahadatnya
dapat diterima, serta haram membunuhnya.
d. Syufriah, tokohnya bernama Ziyad bin Al Asfar.Paham mereka tidak
berbeda dengan golongan Az Zariqah oleh sebab itu merupakan
golongan yang ekstrim. Pendapat yang menjadi ciri khas mereka :
1) Taqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam
bentuk perbuatan.
2) Demi untuk keamanan dirinya perempuan Islam boleh kawin
dengan laki-laki kafir, di daerah bukan Islam.
Murji’ah menganggap bahwa iman itu adalah mengenal kepada Allah dan
utusannya, dan siapa yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad itu rasul Allah maka dia termasuk orang mukmin. Barang siapa percaya
kepada Tuhan dan utsanNya, tetapi ia meninggalkan kewajiban agama dan menjalankan
dosa besar menurut mereka orang semacam ini tetap mukmin tetapi menurut Khawarij
adalah kafir. Murji’ah tidak mengartikan iman kecuali hanya kepercayaan dalam hati saja
terhadap Allah dan utusanNya, adapun amal lahiriyah tidak termasuk iman. Pandangan ini
sesuai dengan pandangan mereka dalam politik, mereka tidak mengkafirkan golongan
Umawy, Syi’ah ataupun Khawarij sebab iman menurut mereka dalam hati, dan tidak dapat
mengetahuinya kecuali Allah.
a. Yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah baik dalam urusan
keagamaan ataupun urusan kenegaraan harus menjadi hak waris bagi
keluarga Nabi (Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya).
b. Syahnya imam atau khalifah hanya apabila mendapat nash atau diangkat
oleh Nabi sendiri dan kemudian oleh imam-imam sesudah beliau secara
berurutan.
c. Bahwa tiap-tiap imam yang telah diangkat oleh imam sebelumnya itu
adalah makshum artinya terpelihara dari dosa sejak dilahirkannya.
2.4.3 Sekte, Tokoh dan Ajarannya
a. Al Imamiyah atau Al Isna Asyariyah atau Rafidhah.
Pokok-pokok ajarannya :
1) Bahwa Ali bin Abi Thalib satu-satunya khalifah yang sah sesudah
Nabi.
2) Mereka mengajarkan ajarannya “dua belas imam” yang berurutan
satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fathimah.
3) Mereka mengajarkan adanya kemakshuman, kemahdiyan, dan
akan datangnya imam yang terakhir dan taqiyah.
b. Zaidiyah, tokohnya ialah Zaid bin Ali.
Dia mengajarkan bahwa:
1) Imam-imam itu terbatas hanya dari anak cucu Ali dengan Fathimah.
2) Kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman dianggap sah namun
kurang utama.
c. Ismailliyah, tokohnya ialah Ismail bin Ja’far Ash Shadiq. Ia diriwayatkan
suka minum khamar, sehingga sebagian penganutnya menggugurkan
keimamannya dan beralih beriman kepada adik Ismail, yaitu Musa Al
Kodhim. Golongan ini membatasi imam-imam hingga yang ketujuh saja.
Golongan ini termasuk aliran yang ekstrim yang ajarannya banyak yang
melampaui batas.
d. Gholliyah (Ghullat), dipimpin oleh Abdullah bin Sabak, seorang yang
semula beragama Yahudi. Golongan ini juga dikenal ekstrim.
Paham Jabariah dipelopori oleh Al Ja’d Ibn Dirham, tetapi yang menyiarkannya
adalah Jahm Ibn Safwan. Menurut Jahm, manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk
berbuat apa-apa, tidak mempunyai daya, tidak mempunya kehendak sendiri dan tidak
mempunyai pilihan, manusia dalam melakukan perbuatannya hanya dipaksa. Tuhanlah
yang menciptakan perbuatan dalam diri manusia.
Tokoh Jabariah yang lain yaitu Al Husain Ibn Muhammad Al Najjar yang bersifat
lebih moderat. Menurutnya, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, tetapi
manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan
dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Paham yang sama
diberikan oleh Dirar Ibn ‘Amr.
a. Tauhid (keesaan), yaitu ajaran monotheisme yang murni dan mutlak adalah
dasar Islam yang pertama dan utama.
b. Adil (keadilan Allah), yaitu dasar keadilan yang dipegang aliran Mu’tazilah
ialah meletakkan pertanggung jawaban manusia atas segala perbuatannya.
Aliran ini telah mengemukakan teori nya tentang assilah wa aslah (baik dan
terbaik) dan teorinya tentang hasan dan qobih (baik dan buruk).
c. Wa’ad dan Wa’id (janji dan ancaman), yaitu aliran Mu’tazilah meyakini
bahwa janji Allah akan memberi pahala dan ancaman siksa kepada mereka
yang melakukan perbuatan pasti dilaksanakanNya
d. Manzilatu Bainal Manzilatain (diantara dua tempat), yaitu orang Islam
yang berbuat dosa besar selain syirik itu bukan mukmin bukan pula kafir,
tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu fasiq.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang
keburukan).
Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu golongan
yang berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan mayoritas. Yang dimaksud
dengan ahli sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiah
yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.
1. Aliran Asy’ariah
a. Al Asy’ari dan karyanya
Al Asy’ari (873-935 M) pernah menjadi pengikut setia aliran Mu’tazilah
selama 40 tahun, tetapi akhirnya ia keluar disebabkan karena perbedaan
pendapat dengan gurunya, Al Jubbai. Kemudian Al Asy’ari mendirikan
aliran baru yang disebut aliran Asy’ariah yang dalam perluasannya
diidentikkan dengan sebutan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara
karya-karyanya:
1) Maqaalat al Islaamiyyin
2) Al Ibanah ‘an Ushul al Diniyah
3) Al Luma’ fi al rad ala ahla ziagh wa al bid’a
b. Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
1) Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah. Kalam Allah
yaitu lafal-lafal yang diturunkan Tuhan melalui malaikat Jibril
kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad, adalah dalalah
dari kalam yang sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah
makhluk (diciptakan), yang madlul bersifat qadim dan azali.
2) Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al Asy’ari sifat-sifat
Tuhan itu tidak sama dengan Zat Tuhan, keduanya qadim. Jadi,
Tuhan mempunyai Zat, sifat dan perbuatan.
3) Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat
karena Tuhan itu maujud, setiap yang maujud memungkinkan
untuk padat dilihat.
4) Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia tetap
mukmin ‘ashi atau fasiq, apabila ia meninggal dunia sebelum
bertaubat maka ia terserah kepada Tuhan atas pelanggarannya itu,
apakah Tuhan akan menyiksa atau mengampuninya. Walaupun ia
masuk neraka, tetapi akhirnya dimasukkan ke dalam surga juga.
5) Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan berdasarkan
musyawarah untuk mendapatkan mufakat dan dengan pemilihan.
c. Tokoh-tokoh aliran Asy’ariah
1) Al Baqillani
2) Al Juwaini
3) Al Ghazali
4) As Sanusi
2. Aliran Maturidiah
a. Al Maturidi dan karyanya
Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah. Sistem pemikiran
theologinya masuk dalam golongan theologi ahlussunah waljama’ah dan
dikenal dengan nama Al Maturidiyah. Diantara karyanya adalah sebagai
berikut:
1) Kitab Ta’wilat Al Qur’an atau Ta’wilat As Sunah
2) Kitab Al Jadal
3) Kitab Maqalat
4) Kitab At Tauhid
5) Kitab Ushul
b. Ajaran-ajaran Al Maturidi
Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi menjadi dua golongan
yaitu golongan Samarkand yang merupakan pengikut Al Maturidi sendiri
dan golongan Bukhara yang merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al
Maturidi). Ajaran-ajaran Al Maturidi:
1) Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun kewajiban
mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal, tetapi kewajiban
itu sendiri datangnya dari Tuhan.
2) Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa Tuhan
mempunyai sifat-sifat.
3) Al Qur’an, menurut Al Maturidi bahwa Al Qur’an itu sifat Tuhan,
ia tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim.
4) Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui paham tashbih
dan tajsim bagi Tuhan. Adapun kata-kata tangan, wajah, mata,
yang diidhofahkan pada Tuhan dalam Al Qur’an harus
dita’wilkan.
5) Melihat Tuhan di akhirat, Al Maturidi sependapat dengan paham
Al Asy’ari bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia di
akhirat.
6) Kekuasaan dan kehendak Tuhan, menurut Al Maturidi bahwa
kekuasaan mutlak Tuhan dan kehendak Tuhan dibatasi oleh
batasan-batasan yang telah ditentukan Tuhan sendiri. Diantaranya
dalam bentuk kebebasan yang diciptakan Tuhan untuk manusia
berupa perbuatan dan kehendak terhadap yang baik dan yang
buruk.
7) Keadilan Tuhan, menurut Maturidi perbuatan manusia bukanlah
kehendak Tuhan akan tetapi adalah perbuatan manusia itu sendiri.
8) Janji dan ancaman atau kewajiban Tuhan, Al Maturidi menerima
paham adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia, sekurang-
kurangnya kewajiban menepati janji, tentang pemberian pahala
bagi perbuatan baik dan pemberian siksa bagi perbuatan jahat.
9) Beban di luar kemampuan manusia, Al Maturidi berpendapat
bahwa Tuhan tidak membebani manusia dengan kewajiban-
kewajiban yang tak terpikul.
BAB 3
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari materi yang sudah kita bahas di atas,
yaitu perpecahan umat Islam menjadi beberapa aliran secara umum disebabkan oleh
masalah perpolitikan mengenai pengangkatan khalifah dan masalah pengkafiran
seseorang yang telah berbuat dosa besar.
1. Aliran Khawarij
2. Aliran Murji’ah
3. Aliran Syi’ah
4. Aliran Qadariah dan Jabariah
5. Aliran Mu’tazilah
6. Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah
BAB 4
PENUTUP
Syalabi, A. (1987). Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1. Jakarta: Pustaka Al-
Husna.