NOVEMBER 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
”AliranAliran Pemikiran Islam (Teologi Kalam, Fiqih Dan Taswuf)”. Sholawat serta
salam senantiasa kami curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
berhasil memimpin, membimbing, dan menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang berakhlakul karimah ini.
Dengan kerendahan hati kami menyadari dalam tugas ini masih banyak kekurangan
oleh sebab itu kami mengharapkan masukan kritik, maupun saran yang dapat membangun
guna kesempurnaan tugas ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.
penulis
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang Qathi’ atau pasti, yang tidak mungkin lagi
dimasuki oleh daya nalar manusia, seperti kewajiban melakukan shalat, wajib puasa,
zakat dan haji. Kemudian ada lagi ayat-ayat yang zhanni yang merupakan
dugaan,memungkinkan beberapa pengertian dan penafsiran. Dari ayat-ayat yang
bersifat zhanni ini timbul berbagai macam pendapat dan aliran dalam Islam. Dari
interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat yang zhanni, kemudian muncul berbagai
macam aliran pemikiran Islam. Ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW wafat. Di
Hal tersebut yang membuat kaum muslimin sedikit bingung dalam menyaksikan
realitas yang ada. Terlebih dalam persoalan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Maka dari itu, siapa yang akan diikuti menjadi persoalan yang lebih rumit lagi. Aliaran
–aliran dalam Islam secara garis besarnya adalah tasawuf, politik, hukum, filsafat dan
teologi. Masing-masing dari pembagian aliran-aliran yang telah kami sebutkan di atas.
Mereka terbagi-terbagi lagi menjadi beberapa bagian. Namun hal yang terpenting yang
harus digaris bawahi sumber mereka satu yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:
a. Apa saja lingkup dari Teologi Ilmu Kalam, Aliran Fiqih dan Tasawuf itu?
b. Bagaimana sejarah terbentuknya Teologi Ilmu Kalam, Aliran Fiqih dan Tasawuf?
1.3. Tujuan
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Penulis ingin mengetahui lingkup Teologi Ilmu Kalam, Aliran Fiqih dan Tasawuf.
b. Penulis ingin mengetahui bagaimana sejarah Teologi Ilmu Kalam, Aliran Fiqih dan Tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teologi Ilmu Kalam
Menurut Ibnu Kaldun, sebagaimana dikutip A. Hanafi, ilmu kalam adalah ilmu
yang berisi alasan-alasan yang mempertahanakan kepercayaan – kepercayaan iman
dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang
menyelewengkan dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.
Di dalam ilmu ini dibahas tentang cara ma’rifat (mengetahui secara mendalam) tentang
sifat-sifat Alloh SWT dan para Rosul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti
guna mencapai kebahagiaan hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu agama dan
Sungguh kenyataan ironi, islam agama yang diyakini sebagai agama rahmatan lil
al-‘alamin oleh penganutnya ternyata tidak selamannya bersifat positif. Salah satu
buktinya adalah tahkim. Peristiwa ini membuat umat islam terpecah menjadi 2
kelompok. Kelompok pertama adalah pendukung Mu’awiyah, diantaranya dalah Amr
bin Ash. Kedua, pendukung Ali bin Abi Thalib. Kedua kelompok ini menjelang dan
setelah tahkim terpecah menjadi 2, yaitu umat islam yang senantiasa setia terhadap
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dan umat islam yang keluar dari barisan Ali, kelompok
ini menarik dukungannya terhadap Ali dan bersikap menentang terhadap Ali bin Abi
Thalib dan Mu’awiyah. Kelompok ini dalam sejarah dikenal sebagai Khawarij, yang
dipelopori oleh ‘Atab bin A’war dan ‘Urwah bin Jarir. Aliran-aliran Teologi Islam:
1. Khawarij
Merupakan kelompok yang delopori oleh Atab bin A’war dan Urwah bin
Jarir. Pada awalnya, Khawarij merupakan aliran atau faksi politik karena pada
dasarnya, kelompok itu terbentuk karena persoalan kepemimpinan umat islam.
Akan tetapi, mereka membentuk suatu ajaran yang kemudian menjadi ciri utama
mereka, yaitu ajaran tentang pelaku dosa besar. Menurut Khawarij, orang-orang
yang terlibat dan menyetujui hasil tahkim telah melakukan dosa besar. Orang
Islam yang melakukan dosa besar dalam pandangan mereka berarti telah kafir;
kafir setelah masuk Islam berarti murtad; dan orang murtad halal dibunuh
berdasarkan sebuah hadits yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda “man baddala dinah faqtuluh”.
Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-
Asy‘ari. Oleh karena itu sebagian ulama mencoba bersikap netral secara politik
dan tidak mau mengafirkan para sahabat yang terlibat dan menyetujui tahkim.
Umat islam yang tergabung dalam kelompok ini kemudian dikenal dengan
2. Murji’ah
Aliaran ini dipelopori oleh Ghilan al-Dimasyai mereka berusaha bersikap
netral. Golongan ini tidak sepaham dengan Khawarij yang mengafirkan para
shahabat. Dalam ajaran utama aliran Murji’ah, orang islam yang melakukan dosa
besar tidak boleh dihukumi kedudukannya oleh hukum dunia. Mereka tidak
boleh di tentukan akan tinggal di neraka atau surga, sebab kedudukan mereka
ditentukan dengan hukum akhirat. Menurut aliran ini, perbuatan maksiat tidak
merusak iman atau sebagaimana taat tidak bermanfaat bagi kufur. Disamping itu,
iman adalah pengetahuan tentang Allah SWT secara mutlak, sedangkan kufur
adalah ketidaktahuan tentang Tuhan secara mutlak. Oleh karena itu menurut
aliran Murji’ah, iman tidak bertambah dan tidak berkurang.
3. Qadariyah
Aliran yang mencoba menjelaskan kedudukan manusia dan Tuhan dengan penjelasan
yang sangat berbeda. Manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
perjalanan hidupnya. Menurut paham ini, manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan
sendiri untuk muwujudkan perbuatan-perbuatannya. Ajaran ini pertama dikenalkan oleh
Ma’ba Al-Jauhani yang wafat terbunuh dalam perang melawan kekuasaan Bani Umayyah
(w.
80H).
4. Jabariyah
Aliran Jabariyah berpendapat bahwa hubungan dengan manusia, Tuhan itu
mahakuasa. Oleh karena itu Tuhanlah yang menentukan perjalanan hidup
manusia dan mewujudkan perbuatannya. Menurut aliran ini, manusia tidak
Jabariyah pertama kali diajarkan oleh Al-Ja’d bin Dirham, meskipun lebih banyak
menyebarkannya adalah Jahm bin Shafwan dari Khurasan.
5. Mu’tazilah
Secara etimologis berasal dari kata a’tazala yang berarti mengambil jarak
atau memisahkan diri. Secara terminologis adalah aliran theology islam yang
memberi porsi besar pada akal atau rasio dalam membahas persoalan-persoalan
ketuhanan.2 Aliran ini didirikan dan disebar luaskan pertama kali oleh Washil
bin Atha’. Mu’tazilah merupakan aliran teologi yang dekat, apabila tidak
dikatakan berafiliasi, dengan kekuasaan Dinasti bani Abbasiyah fase pertama.
Ajaran pokok aliran Mu’tazilah adalah pasca-ajaran (al Ushul al Khamsah) Mu’tazilah,
yaitu:
• Keesaan Tuhan (at-tauhid).
• Keadilan Tuhan (al-‘adl).
• Janji dan ancaman (al-wa’d wa al-waid)
• Posisi diantara dua tempat (al-manzilah bain al-manzilatan)
• Amar ma’ruf nahi munkar (al-amr bi al al-ma’ruf wa an-nahy ‘an almunkar)3
2 Ilhamudin nasution, Ilmu kalam di tengah perkembangan kepercayaan dan peradaban manusia
(Medan,Duta Azhar: 2011) hal. 81
3 Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarok, Op.cit, hal.157
Tadris Kimia IAIN Tulungagung Tahun 2017-2018 6
Ajaran pokok Ahlu sunah wal jamaah tidak sepenuhnya sejalan dengan
gagasan Imam Al-Asy’ari. Para pelanjutnya anatara lain Imam Abu Manshur al-
maturidi. Imam al-maturidi juga memiliki pengikut yaitu al-Badzawi yang
pemikirannya tidak selamanya sejalan dengan gagasan gurunya. Oleh karena itu
para ahli menjelaskan bahwa Maturidiah terbagi menjadi dua golongan yaitu,
golongan Maturidiah Samarkand yang merupakan para pengikut Imam al-
Maturidi dan golongan Maturidiah Bukhara yang merupakan pengikut Imam al-
Badzawi yang lebih dekat dengan ajaran al-Asy’ari.
7. Maturidiyah
Aliran ini didirikan oleh Abu Mansyur Al-Maturidi.
8. Salafi
Aliran ini didirikan oleh Ibnu Taimiyyah. Aliran Salafi menghendaki teologi
apa adanya tanpa dimasuki oleh unsur ra’y.
Secara historis hukum islam telah menjadi dua aliran pada zaman sahabat yaitu
madrasah al-madinah dan madrasah al-baghdad atau madrasah al-hadits dan madrasah
ar-ra’y. Aliran Madinah terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di Madinah, aliran
Baghdad/kuffah juga terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di kota tersebut. Atas
jasa sahabat Nabi Muhammad SAW yang tinggal di Madinah, terbentuklah Fuqaha
Sab’ah yang juga mengajarkan dan mengembangkan gagasan guru-gurunya dari
kalangan sahabat. Diantara fuqaha sab’ah adalah Sa’id bin Al-Musayyab. Salah satu
murid Sa’id bin Al-Musayyab adalah Ibnu Syihab Al-Zuhri dan diantara murid Ibnu
Syihab Al-Zuhri adalah Imam Malik pendiri aliran Maliki. Ajaran Imam Maliki yang
terkenal adalah menjadikan Ijma dan amal ulama madinah sebagai hujjah.
Dan di Baghdad terbentuk aliran ra’yu, di Kuffah adalah Abdullah bin Mas’ud,
salah satu muridnya adalah Al-Aswad bin Yazid Al-Nakha’I salah satu muridnya
adalah Amir bin Syarahil Al-Sya’bi dan salah satu muridnya adalah Abu Hanifah yang
mendirikan aliran Hanafi. Salah satu ciri fiqih Abu Hanifah adalah sangat ketat dalam
penerimaan hadits. Diantara pendapatnya adalah bahwa benda wakaf boleh dijual,
diwariskan, dihibahkan, kecuali wakaf tertentu. Karena ia berpendapat bahwa benda
yang telah diwakafkan masih tetap milik yang mewakafkan. Murid Imam Malik dan
Muhammad As-Syaibani (sahabat dan penerus gagasan Abu Hanifah) adalah
Dengan demikian, kita telah mengenal sejumlah aliran hukum islam yaitu
Madrasah Madinah, Madrasah Kuffah, Aliran Hanafi, Aliran Maliki, Aliran Syafi’I,
Aliran Hanbali, Aliran Zhahiriyah dan Aliran Jaririyah. Tidak dapat informasi yang
lengkap mengenai aliran-aliran hukum islam karena banyak aliran hukum yang muncul
kemudian menghilang karena tidak ada yang mengembangkannya.Thaha Jabir Fayadl
Al-Ulwani menjelaskan bahwa mazdhab fiqih islam yang muncul setelah sahabat dan
kibar At-Tabi’in berjumlah 13 aliran, akan tetapi tidak semua aliran itu dapat diketahui
dasar dan metode istinbath hukum yang digunakannya.
Dia pernah berdebat dengan Washil bin Atha’ dalam bidang teologi, ia berpendapat
bahwa orang mu’min tidak akan bahagia sebelum berjumpa dengan Tuhan. Zahid dari
kalangan perempuan adalah Rabi’ah Al-Adawiyah dari Basrah, ia menyatakan bahwa
ia tidak bisa membenci orang lain, bahkan tidak dapat mencintai Nabi Muhammad
SAW, karenya cintanya hanya untuk Allah SWT.
Metode tasawuf dibagi menjadi 3 (tiga), Tahalli, adalah pengisian diri untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, Takhalli adalah pengosongan diri sufi,
sedangkan Tajalliadalah penyatuan diri dengan Tuhan. Disamping itu, dalam ajaran
para sufi dikatakan bahwa Tuhan pun tidak berkehendak untuk menyatu dengan
manusia. Suatu keadaan mental yang diperoleh manusia tanpa bias diusahakan disebut
Hal-Ahwal. Rabiah merumuskan kedekatannya dengan Tuhan dalam Mahabbah,
dengan demikian ada hubungan timbal balik antara sufi dengan Tuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persoalan politik menjadi persoalan dalam pembicaraan ilmu kalam (telogi) dalam
islam. Penyelesaian perketaian antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah Ibn Abi
Sufyan.Dalam falsafat yunani kekuatan akal amat dihargai dan rasio dipakai dengan
tidak dilihat oleh ajaran-ajaran agama. Berbeda dengan pandangan dalam islam tedapat
ajaran-ajaran yang bersifat mutlak benar dan tidak boleh dilanggar oleh pemikiran
akal .Al-Ghazali, dalam Falsafat Islam ia dikenal sebagai ulama yang mengkritik
pendapat filosof-filosof. Ia mengatakan bahwa filosof-filosof telah tersesat dalam
pemikiran pemikiran sebagai berikut:
Dengan banyaknya aliran yang ada kita harus selektif dalam memilih dan memilahnya,
karena notabenenya aliran yang direstui oleh Alloh SWT adalah Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah yang berpegang pada Al Qur’an dan Al Hadits.
3.3 Penutup
Makalah ini telah diselesaikan penulis diharapkan dapat berguna bagi pembacanya.
Apabila ada kekurangan dimohon para pembaca dapat mengoreksi kekurangan tersebut.
Penulis mengakui bahwa masih banyak terdapat kesalahan sehingga makalah ini
dikatakan jauh dari kata sempurna. Maka saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
membangun penulis agar terus berbenah dari segala kekurangannya.
DAFATAR PUSTAKA
Abuddin Nnata, metodologi studi islam (Jakart: Grafindo Persada: 2001].
Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarok,metodologi studi islam, [bandung,Remaja Rosdakarya,
2000].
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya Jilid II, (Jakarta: UI Pers:
1986).
http://muhammadfadol.blogspot.com/2009/05/aliran-pemikiran-islam.html