Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN ISLAM MASA ABU BAKAR ASH SIDDIQ

Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Genealogi Peradaban dan Pendidikan


Islam Dosen Pengampu : Dr. Moh. Muslim, S.Pd.I, M.Ag

Disusun oleh:

Aulia Faradila (22202011020)

Muhammad Mustofa (22202011022)

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini, yang mana
pembuatan makalah ini bertujuan memberikan sedikit dari luasnya pembahasan
Sejarah Kebudayaan Islam. Dan kali ini penyusun membahas tentang sahabat
Nabi yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq. Dalam makalah ini dipaparkan kehidupan
beliau saat bersama Rasulullah dan saat beliau menjadi khalifaah yang pertama
umat Islam.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan
baik dosen maupun rekan-rekan sekalian guna menjadikan makalah ini lebih baik
lagi.

Malang, Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khulafa‟ur rasyidin adalah para pengganti Nabi Muhammad saw. Dalam
Islam kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak
memiliki fasilitas “ekstra” dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum
baru, namun mereka termasuk pelaksana hukum.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. status sebagai Rasulullah tidak


dapat diganti oleh siapapun, tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan
kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah”
artinya yang menggantikan Nabi Muhammad saw. menjadi kepala kaum muslimin
dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum
agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas
kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar ash-
Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali ibn Abi Thalib.

Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu
orang yang mendapat gelar Asabiqulnal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama
kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar ash-Shiddiq, lantaran beliau lah orang
yang membenarkan peristiwa Isra‟ dan Mi‟raj Rasulullah.

Yang terpilih menjadi khulafaur rasyidin pertama adalah Abu Bakar ash-
Shiddiq. Abu Bakar adalah sahabat yang terpilih untuk menggantikan dan
meneruskan posisi Nabi Muhammad Saw. sebagai pemimpin negara dan umat
muslim. Ia ialah khalifah pertama yang meneruskan perjuangan setelah beliau wafa

iv
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil Abu Bakar ash-Shiddiq ?

2. Bagaimana proses pengangkatan Abu Bakar?

3. Bagaimana pendidikan islam pada masa Abu Bakar?

4. Bagaimana akhir masa pemerintahan Abu Bakar?

C. Tujuan Masalah
5. Menjelaskan profil Abu Bakar ash-Shiddiq

6. Menjelaskan bagaimana proses pengangkatan Abu Bakar

7. Menjelaskan bagaimana pendidikan islam pada masa Abu Bakar

8. Menjelaskan bagaimana akhir masa pemerintahan Abu Bakar

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Abu Bakar ash-Shiddiq


Abu Bakar ash-Shiddiq lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafa. Ia
adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar khulafaur rasyidin atau
khalifah yang diberi petunjuk. Abu Bakar lahir pada tahun 573 M, dan wafat pada 23
Jumadil Akhir tahun 13 H, bertepatan dengan bulan Agustus 634 M, dalam usianya
63 tahun; usianya lebih muda 3 tahun ketimbang Nabi Muhammad Saw. Ia diberi
julukan Abu Bakar atau pelopor pagi hari, karena ia termasukk pria yang masuk Islam
pertama kali. Sedangkan, gelar ash-Shiddiq diperoleh karena ia senantiasa
memebenarkan semua hal yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., terutama saat
peristiwa Isra’Mi’raj.

Abu Bakar adalah putra dari keluarga bangsawan yang terhormat di Makkah.
Semasa kecil, ia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati, serta kemuliaan
akhlaknya, sehingga setiap orang mencintainya. Setelah Nabi Muhammad Saw.
wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah untuk menggantikan beliau dalam
melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan
(negara).

Mengenai keislamannya, dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah


Muhammad kepada Perorangan, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam setelah
diajak oleh Nabi Muhammad Saw. kemudian, Abu Bakar mendakwahkan ajaran
Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa‟ad
bin Abi Waqas, dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya (Fahmi, 2003).

Bahkan, sang istri yang bernama Qutaylah binti Abdul Uzza diceraikan oleh
Abu Bakar karena tidak menerima Islam sebagai agamanya. Sedangkan, istrinya
yang lain, Ummu Ruman, menjadi muslimah. Juga, semua anaknya,kecuali
Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan „Abd Rahman berpisah.

6
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Abu Bakar meninggal dunia pada
23 Agustus 634 di Madinah, karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Ia
dimakamkan di rumah putrinya, Aisyah, di dekat Masjid Nabawi, di samping makam
Nabi Muhammad Saw.

Abu Bakar adalah orang yang menemani Nabi Muhammad Saw. sejak ia
masuk Islam hingga beliau wafat. Ia tidak pernah berpisah dengan beliau, baik saat
bepergian maupun tidak. Ia hanya berpisah dengan beliau ketika Ia diberi izin untuk
melaksanakan ibadah haji dan berperang.

Ketika itu, umat Islam bersepakat untuk menambahkan nama “ash- Shiddiq”
di belakang namanya. Sebab, ia termasuk orang pertama yang membenarkan dakwah
Nabi Muhammad Saw. dan terus mengimaninya hingga ia meninggal dunia. ia
merupakan pria yang pertama masuk Islam, dan ia adalah orang yang paling menjaga
kehormatannya pada zaman jahiliah. Ia juga termasuk sahabat beliau yang paling
berani, dermawan, berpengetahuan, dan bertakwa kepada Allah Swt. Selain itu, ia
pun sahabat yang paling dikasihi oleh beliau.

Nama lengkap Abu Bakar adalah „Abd Allah bin „Utsman bin Amir bin Amru
bin Ka’ab bin Sa‟ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin
Quraisy. Nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. pada kakeknya (Murrah
bin Ka’ab bin Lu‟ai). Sedangkan, ibu dari Abu Bakar adalah Ummu al- Khair Salma
binti Shakhr bin Amir bin Ka‟ab bin Sa‟ad bin Taim (Ahmad, J., 2009). Dengan
demikian, bisa disimpulkan bahwa ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.

Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Pada zaman
pra-Islam, ia bernama Abdul Ka’ab, kemudian diganti oleh beliau menjadi Abdullah.
Sebutan lain baginya adalah Atik (lolos/lepas). Nama Abdul Ka’bah berawal dari
kenyataan bahwa ibunya setiap kali melairkan anak laki-laki, pasti meninggal dunia.
begitu Abu Bakar lahir dan dikaruniai kehidupan, orang tuanya sangat gembira. Serta
merta, dijulukinya anak laki-laki mereka dengan sebutan Abdul Ka‟bah.

7
Ketika anak itu tumbuh menjadi remaja, namanya bertambah dengan julukan
Atik, yang menandakan seolah-olah ia lepas dari kematian. Tetapi, menurut para ahli
sejarah, Atik bukanlah nama baginya, melainkan sekadar julukan, karena kulitnya
yang putih bersih.

Dalam riwayat lainnya, dikisahkan bahwa Aisyah, putrinya, pernah ditanya


mengenai faktor yang membuat ayahnya diberi nama Atik. Aisyah pun menceritakan
bahwa suatu saat, Nabi Muhammad Saw. pernah melihat kepada Abu Bakar sambil
berkata, “Inilah Atik Allah dari api neraka.”

Dalam kesempatan lainnya, Abu Bakar menemui Nabi Muhammad Saw.


bersama para sahabat. Begitu melihat Abu Bakar, beliau berucap, “Barang siapa
senang melihat orang yang lolos (Atik) dari api neraka, maka lihatlah kepadanya
(Abu Bakar).”

B. Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Nabi Muhammad Saw. wafat pada tanggal 12 rabiulawal tahun 11 H atau
tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat,
situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad
Saw (Hasan, 2001). tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti, dua kelompok
yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti Nabi Muhammad Saw.
adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan


posisi Nabi Muhammad Saw. mereka mengemukakan alasan bahwa kaum
Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima Islam dan berjuang
bersama Nabi Muhammad Saw. Untuk itu, kaum Muhajirin mengusulkan Abu Bakar
ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi Saw. Mereka memperkuat usul itu dengan
kenyataan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang yang menggantikan Nabi Saw.
menjadi imam shalat ketika beliau sakit (Bakar, 2008).

Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling

8
tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad Saw. Mereka mengemukakan alasan
bahwa Islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke
Madinah dan mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum Anshar kemudian
mengusulkan Sa‟ad bin Ubadah sebagai pengganti.

Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan


secara damai setelah Umar bin Khathab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya,
Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal
Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak
akhirnya, Umar bin Khathab membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq menjadi khalifah dan
diikuti oleh Sa‟ad bin Ubadah (Ahmad, Z. A., 1977).

Setelah pengangkatan Abu Bakar ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat Islam


mendapat pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan kehidupan. Di masa
pemerintahan beliau terdapat beberaapa peristiwa penting seperti munculnya nabi
palsu, penolakan untuk mengeluarkan zakat dan sebagainya. Gejolak dan
pembangkangan yang ada dapat ditaganii beliau dengan baik. bahkan kekuasaan
Islam tetap tumbuh pada masa pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan dan
rintangan meliputi era kekhalifahan beliau.Sesudah Abu Bakar dilantik menjadi
khalifah, ia pun berpidato. Dalam pidatonya, dijelaskannya siasat pemerintahan yang
akan ia jalankan. Berikut sebagian kutipan dari pidato Abu Bakar yang terkenal.

“Wahai manusia aku telah diangkat untuk mengendalikan urusan-mu,


padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka, jikalau aku
dapatmenunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku. Tetapi, bila aku
berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang
lemah, sampai aku dapat mengambil hak darinya. Sedangkan, orang yang kamu lihat
lemah, aku pandang kuat, hingga aku bisa mengembalikan haknya kepadanya.
Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasul-Nya. Namun,
jika aku tidak mematuhi Allah dan rasul-Nya, kamu tidaklah perlu menaatiku.”

Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama 2 tahun lebih sedikit, yang

9
dihabiskannya (terutama) untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang
muncul akibat wafatnya Nabi Muhammad Saw. Terpilihnya Abu Bakar telah
membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjtukan tugas
mulia Nabi Muhammad Saw.

Salah satu alasan mengapa Abu Bakar adalah Abu Bakar adalah sahabat yang
paling dekat dengan Nabi Muhammad Saw. Ia tidak pernah berpisah dengan beliau
selama hidupnya, kecuali ketika diberi izin untuk menunaikan shalat daan berperang.
Abu Bakar sering kali mendampingi Nabi Muhammad Saw (Anwar, 2002). pada saat-
saat penting. Jika berhalagan, beliau menjadikan Abu Bakar sebagai pengganti untuk
menangani tugas-tugas keagamaan atau mengurusi persoalan-persoalan aktual di
Madinah. Oleh karena itu, ia pun dipilih oleh umat sebagai pengganti (khalifah) Nabi
Muhammad Saw. ketika beliau wafat.

Selain alasan tersebut, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan Abu Bakar
terpilih untuk memimpin kaum muslimin setelah Nabi Muhammad Saw. Faktor
penyebab Abu Bakar menjadi Khalifa yaitu, Pertama, Abu Bakar dekat dengan Nabi
Muhammad Saw., baik ditinjau dari ilmu maupun persahabatan. Kedua, Abu Bakar
adalah sahabat yang sangat dipercaya oleh Nabi Muhammad Saw. Ketiga, Abu
Bakar dipercaya oleh rakyat, sehingga mendapat gelar ash-Shiddiq (orang yang
sangat dipercaya). Keempat, Abu Bakar ialah orang yang dermawan. Kelima, Abu
Bakar adalah sahabat yang diperintah oleh Nabi Muhammaad Saw. menjadi imam
shalat jamaah. Keenam, Abu Bakar termasuk orang yang pertama memeluk Islam.

Perkembangan Islam dan perjuangan yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar
dalam rangka mengembangkan Islam Dalam berbagai bidang yakni, bidang politik
Adapun sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat sentral, sehingga
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangannya. Meskipun
demikian, dalam memutuskan suatu masallah, ia selalu mengajak para sahabat untuk
bermusyawarah. Yang ke-dua, Bidang Keagamaan Meskipun begitu, Abu Bakar
dapat disebut sebagai penyelamat dan penegak agama Allah di muka bumi. Dengan

10
sikap kebijaksanaannya sebagai kepala negara dan ke-tawadhu’an-nya kepada Allah
serta agamanya, ia mampu menghancurkan musuh-musuh yang merongrong agama
Islam, bahkan dapat memperluas wilayah Islam ke luar Arab. Masa ini terbilang
paling singkat apabila dibandingkan dengan kepemimpinan khalifah- khalifah
penerusnya (Bagir, 213M). Ketiga, bidang sosial Saat itu, kondisi sosial masyarakat
menjadi stabil dan dapat mengamankan tanah Arab dari pembangkang serta
penyelewengan, seperti orang murtad, para nabi palsu, dan orang-orang yang enggan
membayar zakat. Selain itu, keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak
khawatir lagi beribadah kepada Allah. perkembangan dagang dan hubungan dengan
kaum muslim yang berada di luar Madinah pun terkendali serta terjalin dengan baik.
selain itu, ada pula kemajuan yang dicapai, yaitu pembukuan al-Qur’an (Bastoni,
2008). Ke-empat, Pendistribusian Zakat Selain mendirikan baitul mal, pada masa
Abu Bakar, ia juga sangat memperhatikan pemerataan pendistribusian zakat kepada
masyarakat. Sebab, menurutnya, zakat termasuk salah satu instrument terpenting
dalam menyejahterakan rakyat (Al-Gazali, 2008). Ke-lima, Administrasi dan
Organisasi Pemerintahan Abu Bakar Pembagian tugas pemerintah kian hari semakin
tampak kelihatan dan lebih nyata dari zaman pemerintahan Nabi Muhammad Saw

C. Pendidikan Islam pada Masa Abu Bakar


Pola pendidikan pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq masih seperti pada
masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi
pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan, dan lain sebagainya.

1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib


disembah adalah Allah SWT

2. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun


bertentangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya

3. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat, puasa dan haji

11
4. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan
didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani

Menurut Ahmad Syalabi (Syalaby, 2000), lembaga untuk belajar membaca


menulis ini disebut dengan khuttab. Khuttab merupakan lembaga pendidikan yang
dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa khuttab
didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada
masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah
para sahabat Nabi Muhammad Saw. yang terdekat. Lembaga pendidikan Islam adalah
masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan
lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjamaah, membaca al-Qur‟an,
dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan


pendidikan Islam pada masa khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ini adalah sama dengan
penndidikan Islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga
pendidikannya.

D. Akhir Masa Pemerintahan Abu Bakar


Abu Bakar al-Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 (tiga belas)
Hijriyah. Sebelum ia meninggal, Abu Bakar al-Shiddiq menderita sakit lebih kurang
15 (lima belas) hari. Pada rentang waktu tersebut ia hanya terbaring di tempat tidur
dan tidak bisa melakukan shalat berjamaah bersama sahabat lainnya. Agar shalat
jamaah di masjid bisa terus berlanjut, Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab.

Abu Bakar meninggal pada usianya yang ke-63 (enam puluh tiga) tahun.
Jenazah Abu Bakar al-Shiddiq dimandikan oleh isterinya yaitu Asma` binti Amisy,
sesuai dengan wasiatnya sebelum ia meninggal. Jika ada hal-hal yang tidak bisa ia
lakukan maka ia meminta bantuan kepada putranya; Abudurrahman bin Abu
Bakar(Al-Zuhry, 2001). Ada riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar al-Shiddiq
menderita sakit yang mengantarkannya pada kematian disebabkan oleh makanan
yang dibubuhi racun oleh seorang Yahudi. Abu Bakar al-Shiddiq memakan makanan

12
teresbut bersama al-Harist bin Kaladah dan al-Atab bin Usaid. Mereka mengalami
penyakit yang sama dan meninggal pada hari yang sama (Al-Zuhry, 2001). Abu
Bakar al-Shiddiq memerintah lebih kurang 2 (dua) tahun. Berbagai keberhasilan telah
ia torehkan dengan tinta emas sejarah. Dan hal ini tidak akan bisa dilupakan oleh
umat Islam hingga ke akhir zaman

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Abu Bakar nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tamimi. Di
zaman pra Islam Ia bernama Abdul Ka‟bah kemudian diganti oleh Nabi Muhammad
saw. menjadi Abdullah. Di juluki Abu Bakar karena beliau yang pertama memeluk
Islam. Gelar as-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan sengera membenarkan semua
hal yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw. terutama saat peristiwa Isra Mi‟raj.

Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ini
adalah sama dengan pendidikan Islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi
maupun lembaga pendidikannya. Pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq masih seperti
pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.Dari segi
materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan, dan lain sebagainya. Pertama, Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan
bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah SWT. Kedua, Pendidikan
akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertentangga, bergaul dalam
masyarakat, dan lain sebagainya. Ketiga, Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan
shalat, puasa dan haji. Keempat, Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik
dalam shalat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.

Abu Bakar al-Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 (tiga belas)
Hijriyah. pada usianya yang ke-63 (enam puluh tiga) tahun. Abu Bakar al-Shiddiq
memerintah lebih kurang 2 (dua) tahun. Berbagai keberhasilan telah ia torehkan
dengan tinta emas sejarah. Dan hal ini tidak akan bisa dilupakan oleh umat Islam
hingga ke akhir zaman

14
DAFTAR ISI

Ahmad, J. (2009). Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Ahmad, Z. A. (1977). Ilmu Politik Islam III. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Gazali, 18 Syekh Muhammad. (2008). Al-qur’an Kitab Zaman Kita; Mengaplikasikan


Pesan Kitab Suci dalam Konteks Masa Kini. Bandung: Mizan.

Al-Zuhry, M. bin S. bin M. (2001). Kitab al-Thabaqat al-Kubra. Cairo: Syirkah al-Dauliyah
li al-Thiba`ah.

Anwar, H. (2002). Masa Khulafaur Rosyidin. Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve.

Bagir, H. (213M). Satu Islam, Sebuah Dilema: Kumpulan Pandangan tentang Ukhuwah
Islamiyah. Bandung: Mizan.

Bakar, I. A. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Diambil dari UIN Malang Press

Bastoni, A. (2008). Sejarah Para Khalifah. Jakarta: Al-Kautsar.

Fahmi, A. H. (2003). Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hasan, H. I. (2001). Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Syalaby, A. (2000). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Al-Husna Zikra.

15

Anda mungkin juga menyukai