Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HADITS III

TENTANG IBU PRIORITAS PERTAMA DALAM BERBUAT BAIK


KEPADA ORANG TUA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah "Hadis III"

Dosen Pengampu : Ilham Ramadan Siregar, M.Ag

NIP : 199303212019031021

Disusun Oleh:

Muhammad Alwi :20010032

Muhammar Hanafi : 20010037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL (STAIN MADINA)
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusun meneyelesaikan tugas kelompok dengan judul “Ibu Prioritas Pertama
Dalam Berbuat Baik Kepada Orang Tua” dalam waktu ini. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan. Maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu panduan mahasiswa dan
mahasiswi khususnya di dalam Mata kuliah Hadis III

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan-kesalahan, baik dari segi pengetikan maupun materi yang
disajikan. Oleh sebab itu, saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya
membangun sangat diharapkan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya. Tidak lupa pula penyusun haturkan permohonan maaf sebesar-
besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kata-kata yang tidak
berkenan di hati pembaca dan tidak sesuai, karena penyusun hanya manusia biasa
dan kesempurnaan hanya milik Allah.

Panyabungan,9 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Berbakti Kepada Orang Tua................2
B. Hadist-hadist tentang Keutamaan Berbakti Kepada Ibu......................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpula.............................................................................................. 10
B. Saran................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dan berperan dalam kehidupan
manusia terutama dalam hal pendidikan tanpa perantara orang tua manusia tidak
akan ada dan tidak akan mengenal arti kehidupan didunia karena orang tualah yang
pertama kali mengenalkan dan mengajarkan kepada manusia akan arti kehidupan.
Betapa berjasanya orang tua dalam kehidupan manusia maka sudah sepatutnya
manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Bentuk berbakti kepada orang
tua bisa berupa patuh dan taat pada perintahnya selama masih dalam kebaikan,
bertutur kata yang sopan, menjaga nama baik orang tua dan lain sebaginya.
Di zaman yang modern seperti sekarang ini telah banyak pergeseran tentang adab
atau prilaku sehingga menjurus kepada dekadensi moral, anak dengan orang tua
tiada jarak yang memisahkan seperti layaknya teman sebaya, murid dengan guru
sudah tidak bisa lagi dibedakan baik dalam perkataan, perbuatan ataupun prilaku
dalam kehidupan sehari-hari yang seakan-akan tidak mencerminkan prilaku seorang
guru ataupun peserta didik. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita temukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kaidah islamiyyah yang menjunjung tinggi rasa
saling menghargai, menghormati. Dalam berkehidupan saling berdampingan dalam
satu kawasan ataupun daerah individualisme lah yang sering dimunculkan di mana
rasa gotong royong, membantu satu sama lain sudah sangat sulit sekali kita temukan,
terlebih di kota-kota besar yang memang notabene memiliki beragam etnis,
kebiasaan, dan budaya yang berbeda beda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan Dasar Hukumnya Berbakti Kepada Orang Tua?
2. Apa saja Hadist-hadist Tentang Keutamaan Berbakti Kepada Ibu?

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. Pengertian dan Dasar Hukum Berbakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua dalam bahasa Arab disebut dengan Birrul Walidain (Arab:
‫ )بر ولدين‬adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada tindakan berbakti
(berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini
hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang
tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari
keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah. Birrul
walidain merupakan bentuk silaturahim yang paling utama.
Dalam Islam tidak saja ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, akan
tetapi ada akhlak yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai
orang yang lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda, seorang
ulama dalam bukunya juga menjelaskan hal yang serupa Dalam segala kegiatan umat
Islam diharuskan untuk mendahulukan orang-orang yang lebih tua usianya,
penjelasan ini berdasarkan perintah dari Malaikat Jibril. karena dikatakan bahwa
menghormati orang yang lebih tua termasuk salah satu mengagungkan Allah
Terdapat banyak ayat yang mendudukkan ridha orang tua setelah ridha Allah dan
keutamaan berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan beriman kepada
Allah, antara lain :
Artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia kepada dua orang ibu-bapanya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Lukman: 14).
Artinya : “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra 23)
Ayat ini menerangkan tentang beratnya tugas seorang ibu “ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan payah bertambah payah”. Sejak dari bulan pertama
mengandung, semakin hari semakin payah, dan puncak kepayahannya adalah pada
saat melahirkan. Lemah sekujur badan dan keringat bercucuran serta perasaan sakit
dan khawatir.

2
Artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)
Artinya : “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294],
dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS.
An Nisa.36)
Ada lima kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang
tuanya.
1. Tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau
tercium dari kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi
memilih untuk tetap bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal
tersebut, sebagaimana dulu keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak
enak yang muncul dari diri kita ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa
susah dan jemu terhadap orang tua sedikit pun.
2. Tidak menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
3. Mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan
sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya.
Tidak memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara
keras di hadapan keduanya. Tidak menajamkan pandangan kepada
keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya pandangan kita kepadanya
adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan.
Artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra:
24)
Urwah mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang
menimbulkan kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan
pandangan kepada keduanya. Karena tanda pertama kemarahan seseorang
adalah pandangan tajam yang dia tujukan kepada orang yang dia marahi.
4. Berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai
balasan kasih sayang keduanya terhadap kita.

3
5. Bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati
keduanya selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta
sangat berkeinginan untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya
sebagai wujud kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya. 1
B. Hadist- Hadist Tentang Keutamaan Berbakti Kepada Ibu

‫ َم ْن‬،ِ‫يَا َرسُوْ َل هللا‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل‬


َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َرسُوْ ِل هللا‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ‫ قَا َل ثُ َّم َم ْن؟ قَا َل ُأ ُّمك‬،َ‫ال ُأ ُّمك‬
َ َ‫ص َحابَتِي؟ ق‬
َ ‫اس بِ ُحس ِْن‬ِ َّ‫ق الن‬ ُّ ‫َأ َح‬،

‫ك‬ َ َ‫ ق‬،‫ قَا َل ثُ َّم َم ْن‬،َ‫ال ثُ َّم َم ْن؟ قَا َل ُأ ُّمك‬


َ ْ‫ال َأبُو‬ َ َ‫ق‬

Artinya: "Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang


laki-laki datang kepa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil
berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku
berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi;
“Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi;
“Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi;
“Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut, Rasulullah saw. telah menegaskan kepada
umatnya bahwa orang yang paling berhak kita perlakukan dengan baik
dan muliakan adalah ibu. Bahkan beliau mengulanginya sebanyak tiga
kali.
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari mengutip
pendapat Ibnu Battal tentang alasan Nabi saw. mengulang kata ibu tiga
kali di dalam sabdanya tersebut. Menurut Ibnu Battal, hal ini disebabkan
karena sosok ibulah yang menanggung tiga kesulitan. Yakni ketika
mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Tiga hal inilah yang harus ditanggung sendirian oleh seorang ibu.
Sementara bapak hanya ikut serta mendidik anak bersama – sama dengan
ibu. Ibulah yang harus merasakan beratnya mengandung. Selama
sembilan bulan ia pergi kemana-mana dengan membawa perut yang
1¹ Mausuah Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Maktabah Syamilah, Bab ‫وصية‬

4
besar. Ditambah lagi dengan kaki yang membengkak. Kemudian dialah
yang harus menanggung beratnya proses melahirkan. Bahkan, ia harus
bertaruh dengan nyawanya sendiri.
Setelah itu, dialah yang harus menanggung untuk menyusui anaknya
selama dua tahun lamanya. Ia rela terbangun di malam hari karena
anaknya menangis minta minum. Dan ia harus menjaga makanan dan
minumannya agar kualitas asi untuk bayinya baik. Maka tidak heran saat
seorang sahabat bertanya siapa yang paling berhak untuk diberlakukan
baik, sehingga Rasul menyebut ibu sampai tiga kali.
Bisa kita simpulkan dari hadits di atas kita di perlihatkan bagaimana
seharusnya kita mengutamakan bakti kita kepada ibu kita dibanding
kepada ayah kita, dan ini bukan tanpa alasan. Karena ibulah yang lebih
banyak berkorban kepada kita, bagaimana tidak, ibu kita mengandung
selama 9 bulan lamanya, lalu menyusui kita selama 2 tahun dan
membesarkan kita sampai dewasa dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang.
Bentuk keutamaan kepada ibu ini juga sesuai dengan salah satu hadits
riwayat At Tirmidzi, yang menerangkan bahwa “tidak bersyukur kepada
Allah jika tidak berterimakasih kepada manusia”.
ُّ‫ قَا َل ثُ َّم َأى‬. » ‫صالَةُ َعلَى َو ْقتِهَا‬
َّ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – َأىُّ ْال َع َم ِل َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ قَا َل « ال‬ ُ ‫َسَأ ْل‬
َّ ِ‫ت النَّب‬
‫ قَا َل َح َّدثَنِى بِ ِه َّن َولَ ِو ا ْستَ َز ْدتُهُ لَ َزا َدنِى‬. » ِ ‫ى قَا َل « ْال ِجهَا ُد فِى َسبِي ِل هَّللا‬
ّ ‫قَا َل ثُ َّم َأ‬. » ‫ال « ثُ َّم بِرُّ ْال َوالِ َد ْي ِن‬
َ َ‫ق‬
Artinya: “Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku
bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku
mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.” Lalu Abdullah bin Mas’ud
mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal

5
tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan
menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim).2
Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa, shalat didahulukan mengingat
kedudukannya yang penting dalam agama Islam. Shalat merupakan tiang
agama, rukun Islam kedua, media yang menghubungkan hamba dan Rabb-
nya, dan batas pembeda antara keimanan dan kekufuran.
Keutamaan berbakti kepada kedua orangtua karena hak terbesar yang
harus ditunaikan seorang hamba setelah hak Allah adalah hak kedua orang
tua. Mereka berdua telah dijadikan Allah sebagai sebab lahirnya sang anak di
dunia. Mereka berdua yang telah merawat dan memelihara sang anak sedari
kecil dengan penuh cinta dan kasih sayang, tidak mengharap terima kasih dan
imbalan. berusaha keras dalam bekerja untuk menafkahi hingga sang anak
mampu mandiri. Dalam agama kita hak ibu lebih besar daripada hak ayah
karena ibulah yang telah bersusah-payah mengandung, melahirkan, dan
menyusui sang anak. Semoga Allah merahmati ayah dan ibu kita, membalas
usaha mereka dengan kebaikan yang banyak , dan memberikan taufik kepada
kita untuk berbakti kepada mereka berdua.3
Ada juga hadis yang di riwayatkan oleh Al-Mughirah bin Su’bah tentang
Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang
bukan haknya.
‫ ان هللا حرم عليكم عقوق االمهات ووأد‬: ‫عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
)‫البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري‬
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah
bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada
ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-
hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara,
banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.

2
Abu Abdullah Bin Abd Al-Salam ‘Allusy, Ibanah Al-Ahkam (Terjemah Oleh Aminuddin
Basir Dan Nur Hasanuddin), (Kuala Lumpur:Al-Hidayah Publication,2010), Jilid 3 Hal. 321
3
Wahbah Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Penerjemah, Abdul Hayyie Al-Kattani,
(Jakarta: Gema Insani,2011), Jilid 10 Hal. 158

6
Setelah orang muslim mengetahui hak kedua orang tua atas dirinya dan
menunaikannya dengan sempurna karena mereka mentaati Allah Ta’ala dan
merealisir wasiat-Nya, maka juga menjaga etika-etika berikut ini terhadap
kedua orang tuanya .
1. Taat kepada kedua orang tua dalam semua perintah dan larangan
keduanya, selama di dalamnya tidak terdapat kemaksiatan kepada
Allah, dan pelanggaran terhadap syariat-Nya, karena manusia tidak
berkewajibab taak kepada manusia sesamanya dalam bermaksiat
kepada Allah.
2. Hormat dan menghargai kepada keduanya, merendahkan suara dan
memuliakan keduanya dengan perkataan dan perbuatan yang baik,
tidak menghardik dan tidak mengangkat suara di atas suara
keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan
istri dan anak atas keduanya, tidak memanggil keduanya dengan
namanya namun memanggil keduanya dengan panggilan, “Ayah,
ibu,” dan tidak berpergian kecuali dengan izin dan kerelaan
keduanya.
3. Berbakti kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan,
dan sesuai dengan kemampuannya, seperti memberi makan-pakaian
keduanya, mengobati penyakit keduanya, menghilangkan madzarat
dari keduanya, dan mengalahkan untuk kebaikan keduanya.
4. Menyambung hubungan kekerabatan dimana ia tidak mempunya
hubungan kecuali dari jalur kedua orang tuanya mendoakan dan
memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji (wasiat),
dan memuliakan teman-teman keduanya.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Birrul Walidain adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada
tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti
kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun
seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati
setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan
perintah Allah.

8
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita selalu mengharap keridoan dari
keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya, sepanjang tidak untuk berbuat
maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan keduanya dengan mendahulukan
keinginan– keinginannya dari pada kepentingan dan keinginan pribadi .
Pernahkah anda membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita
sudah terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit
dalam hati karena sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah
kewajiban kita selagi kedua orang tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua
orang tua.

B. Saran
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita selalu mengharap keridoan dari
keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya, sepanjang tidak untuk berbuat
maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan keduanya dengan
mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada kepentingan dan keinginan
pribadi .

9
DAFTAR PUSTAKA

Allusy, Abu Abdullah Bin Abd Al-Salam. 2010. Ibanah Al-Ahkam (Terjemah
Oleh Aminuddin Basir Dan Nur Hasanuddin). Kuala Lumpur: AlHidayah
Publication
Mausuah Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Maktabah Syamilah
Zuhaily, Wahbah. 2011. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Penerjemah : Abdul
Hayyie Al-Kattani.Jakarta: Gema Insani

Anda mungkin juga menyukai