Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERBANDINGAN AGAMA

“Asal Usul Kepercayaan Kepada Ujud yang Ghaib”


Dosen Pengampu: Dr. Samsul Hidayat, S.Ag., M.A.

Disusun Oleh Kelompok 2:


1. Samsul bahri (11736043)
2. Hanifatul Kullataeni (11836042)
3. Hafizah Amarni Ma’rif (11836043)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa‟atnya di akhirat nanti. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Perbandingan
Agama.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen Perbandingan Agama kami yang telah memberikan tugas makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak, 14-Maret-2020

Penyusun
DAFTAR ISI

kata pengantar ……………………………………………………………………...i

daftar isi ………………………………………………………………….................ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….

1. LATAR BELAKANG ……………………………………………………..

2. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………..

3. TUJUAN …………………………………………………………………....

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………..

A. Pengertian Ujud Gaib ……………………………………………………..


B. Asal usul kepercanyaan kepada ujud yang gaib…………………………
C. Hubungan Ujud Gaib dengan kepercayaan ……………………………..
D. Kepercayaan Ujud gaib di Indonesia……………………………………..

BAB II PENUTUP ………………………………………………………………...

A. KESIMPULAN ……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap manusia sadar bahwa selain dunia yang fana ini, ada suatu alam dunia yang tak
tampak olehnya, dan berada di luar batas akalnya. Dunia itu adalah dunia supernatural, atau
dunia alam gaib. Berbagai kebudayaan menganut kepercayaan bahwa dunia gaib dihuni oleh
berbagai makhluk dan kekuatan yang tak dapat dikuasai oleh manusia. Makhluk dan
kekuatan yang menghuni dunia gaib adalah, dewa-dewa yang baik maupun yang jahat,
makhluk-makhluk halus lainnya, seperti para leluhur, hantu dan lain-lainnya, yang seperti
halnya para dewa, juga ada yang bersifat baik dan bersifat jahat,kekuatan sakti yang dapat
bermanfaat bagi manusia maupun yang dapat membawa bencana.
Dalam suatu sistem kepercayaan, orang membayangkan wujud dari dunia yang gaib,
termasuk wujud dewa-dewa (theogoni), makhluk-makhluk halus, kekuatan sakti, keadaan
ruh-ruh manusia yang telah meninggal, maupun wujud dari bumi dan alam semesta (yang
disebut ilmu kosmogoni dan kosmologi). Dalam agama-agama besar seperti Islam, Hindu,
Budha, Jaina, Katolik, Kristen, dan Yahudi, adakalanya sifat-sifat Tuhan tertera dalam kitab-
kitab suci agama-agama tersebut, dan dengan demikian sifat-sifat Tuhan tersebut diserap pula
ke dalam sistem kepercayaan dari agama-agama yang bersangkutan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Ujud Gaib
2. Asal usul kepercanyaan kepada ujud yang gaib
3. Hubungan Ujud Gaib dengan kepercayaan
4. Kepercayaan Ujud gaib di Indonesia
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana defenisi ujud gaib
2. Untuk mengetahui bagaimna asal usul kepercanyaan kepada ujud yang gaib
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ujud gaib dengan kepercanyaan
4. Untuk mengetahui bagaimana kepercanyaan ujud gaib di indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ujud Gaib


Perbincangan masalah asal-usul kepercayaan kepada ujud yang gaib termasuk masalah
yang sangat penting untuk diselidiki dalam ilmu perbandingan agama. Pengertian Ujud itu
sendiri secara bahasa adalah berasal dari bahasa arab yaitu ٌ‫ ( َم ْو ُج ْود‬maujuudun) yang
memilki arti Ada. Sedangkan kata Gaib berasal dari bahasa arab yaitu ٌ‫( ِغيَاب‬Giyaabun) yang
memiliki arti tidak hadir atau tidak ada. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa Ujud Gaib secara bahasa adalah sesuatu yang ada namun tidak tampak oleh mata
manusia.

B. Asal Usul Kepercayaan Kepada Ujud yang Ghaib


Asal mula kepercayaan adalah kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang
merupakan bentuk ibadah yang paling tua. Ada tiga fase umum yang dilalui oleh manusia-
manusia terdahulu (Primitif) tentang kepercayaan kepada Tuhan atau dewa kekuatan ghaib
yakni fase polytheisme (Tuhan banyak) henoteisme (Seleksi) dan monoteisme (Pengesaan).
Adapun beberapa teori yang menjelaskan tentang kepecayaan kepada ujud yang Ghaib:
1) Teori Evolusi
Membicarakan teori evolusi, tidak bisa lepas dari peran para antropolog. Menurut
mereka, untuk menentukan kapan agama itu muncul memang sulit, para antropolog
cenderung berpendapat keberadaan agama itu sama tuanya dengan keberadaan
manusia itu sendiri. Para antropolog membagi tipe kehidupan manusia kepada tiga
bentuk masing-masing berurutan zamannya:
- Pithecantropus Erectus
- Homo Neanderthalensis
- Homo Sapien

Para antropolog kebanyakan mempercayai bahwa Pithecantropus Erectus


merupakan manusia pertama yang ada di bumi. Dengan demikian dapat
diasumsikan bahwa Pithecantropus Erectus sudah memiliki agama. Namun fakta
di lapangan berkata lain. Kegiatan keagamaan dikatakan mulai ada pada masa
Homo Neanderthalensis. Manusia yang sudah memiliki bentuk yang serupa
dengan manusia pada zaman sekarang ini sudah memiliki pola pikir yang
berkembang, peradaban, serta kebudayaan. Karena itu pula dapat disimpulkan,
bahwa manusia yang pertama di dunia adalah manusia tipe Neanderthal itu dan
agama yang pertama adalah agama orang-orang bertipe Neanderthalensis itu.
Sebagai versi agama yang sangat awal itu, tentulah bentuknya amat sederhana,
disamping indikasi-indikasi awal ritual dari mereka, kendati ada namun sangat
langka. Masyarakat ketika itu memepercayai kepercayaan terhadap roh orang mati
(Animisme) juga ditemukan adanya penyembahan terhadap binatang tertentu
(Totemisme).

2) Teori Revelasi
Kalangan agamawan berpendapat bahwa agama itu berasal dari Pencipta yang
memberikan bimbingan kepada manusia pertama dan manusia pertama itu
mewariskan kepada turunannya. Namun seiring berjalannya waktu, ajaran tersebut
terjadi beberapa penyimpangan oleh keturunan manusia berikutnya. Sebagian tetap
taat kepada bimbingannya dan sebagian berangsur-angsur menyimpang, menyangkal,
lalu mengemukakan ajaran-ajaran yang menyimpang dan diseesuaikan dengan selera
pada tahap masa tersebut itulah kodrat Maha Pencipta itu melahirkan pembaharu
agama pada suatu saat. Untuk keberadaan manusia pertama yang diturunkan ke bumi
ini, ada beberapa nama yang digunakan oleh beberapa keyakinan agama yang ada.
Ada beberapa yang memiliki nama/sebutan yang sama, ada pula yang berbeda.
Agama Brahma memanggil Manusia Pertama itu dengan Sharatupa. Agama
Yahudi beserta Agama Kristen dan agama Islam memanggil Manusia Pertama itu
dengan Adam.

Prof. Andrew Lang mengatakan bahwa agama pada stadium pertama


sudah monotheisme. Sarjana lain yang mendukung pendapat tersebut antara lain
Alfred Bertholct dan Albert C. Kemudian sarjana muslim seperti Muhammad
Abduh, Ameer Ali, dan Muhammad Iqbal juga berpendapat bahwa monotheisme
adalah agama pada stadium awal. Muhammad Abduh menambahkan tidak ada
evolusi dalam konsep aqidah Islam. Evolusi hanya ada di bidang hukum Islam
saja. Tokoh lainnya yang juga mendukung teori wahyu adalah Wilhelm Schmidt,
ia adalah seorang guru besar Ethnology dan Philology, ia banyak menganalisis
teori-teori asal-usul agama. Hasilnya menunjukkan bahwa keberagamaan manusia
pada stadium awal sudah monotheisme.

Menurut Carl Jung : kehidupan manusia primitif itu senantiasa diliputi


oleh ketakutan terhadap kodrat-kodrat alamiah yang tidak dapat dipahaminya dan
ketakutannya itu membenam di bawah sadar, lalu melahirkan tanggapan tentang
hal-hal yang gaib-gaib, kemudian ia berikhtiar untuk membujuk kekuatan-kekuatn
tersebut dengan berbagai upacara agar kekuatan tersebut tidak mendatangkan
bencana terhadap dirinya, maupun bagi sumber kehidupannya. Jikalau Manusia
Pertama itu dianggap lebih tua, maka angkatan Crogmagnon dan angkatan
Neanderthal itu adalah kelompok yang terbuang dari lingkungannya. Kapan
manusia pertama diciptakan oleh Kodrat Maha Pencipta masih menjadi
perdebatan. Jadi antara penciptaan Adam dengan manusia primitif, (jika melihat
pendapat Jung diatas) yang tengkorak-tengkorak manusia gua ditemukan
menunjukkan masa lebih kurang 45.000 tahun sebelum Masehi terdapat jarak
antara masa yang cukup lebar yakni kurang lebih 41.000 tahun sebelum Masehi
(41 abad). Hal ini tentunya menunjukan ketidak singkronan antara fakta di
lapangan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Kejadian tersebut.

C. Hubungan Ujud Gaib dengan kepercayaan


Kepercayaan keagamaan di dasarkan pada adanya kekuatan gaib yaitu tuhan yang
berada di atas alam ini (supranatural) atau yang ada di balik alam fisik, Tuhan, roh dan semua
yang berbentuk gaib adalah hal hal yang ada di luar alam nyata, kepercayaan pada kekuatan
gaib dalam ilmu antropologi lebih dikenal dengan sebutan supranatural beings yang
merupakan inti dari kepercayaan keagamaan. M. Amin Abdullan dalam Metodologi Studi
Agama juga menyinggung tentang supranaturan beings. Dia menyatakan bahwa langit dalam
keluasannya yang tanpa batas, kehadirannya yang abadi, dan kemegahannya yang
menagungkan, secara khusus memberikan sugesti yang sangat kuat kepada jiwa manusia aka
adanya keagungan, kemuliaan yang tiada tara, serta kekuatan yang berdaulat dan misterius.
Hendropuspito dalam Sosiologi Agama mengatakan bahwa manusia hidup hanya untuk
2 hal, yaitu kebahagiaan “sekarang” dan “kebahagiaan nanti”. Untuk mencapai kedua hal
tersebut mereka melakukan 2 cara, yaitu melalui usaha religius dan usana nonreligius. Usaha
nonreligius adalah usaha yang dilakukannya dengan bekerja sehari selayaknya pekerjaan
dengan menggunakan kekuatan manusiawi sendiri. Sedangkan usaha religius di lakukan saat
usaha nonreligius dipandang tidak cukup untuk memenuhi tuntutannya. Dengan kata lain,
dimana manusia tak berdaya sama sekali untuk merebut kebahagiaan itu, di situ manusia
menjalankan usaha religius. Ini berarti bahwa manusia bukan lagi menggunakan kekuatan
sendiri, tetapi “tenaga lain” yang dipercayai berada di dunia lain yang tak dapat dijangkau
oleh pancaindera, namun dirasa bisa membantunya.
Kepercayaan kepada hal gaib pada Tuhan sebagai pokok kepercayaan beragama, seperti
yang telah diungkap diatas juga menuntut kepercayaan kepada adanya kehidupan setelah
mati atau kehidpan akhirat, kehidupan akhirat juga di gambarkan manusia dan masyarakat
penganut berbagai agama dengan berbagai bentuk yang berbeda, Hindu misalnya
menggambarkannya dalam bentuk secara terus-menerus sampai roh tersebut benar -benar
suci dan kembali bersatu dengan Tuhan yang Mahakuasa, sedangkan dalam Islam seperti
yang telah kita ketahui bahwa setelah mati maka manusia akan menjalani proses hisab yang
kemudian menentukan proses kehidupan di akhirat nanti.
Kepercayaan agama tidak hanya mengakui keberadaan benda-benda dan mahkuk-
mahluk sakral tetapi seringkali memperkuat dan mengkokohkan keyakinan terhadapnya.
Agama juga mencoba menjelaskan hakikat dan asal usul benda dan mahluk-mahluk sakral
tersebut, dan bahkan boleh dikatakan bahwa agama menyediakan peta dan petunjuk untuk
mencapai alam gaib. Dengan demikian kepercayaan suatu masyarakat kepada yang gaib
bervariasi dari yang tidak punya asal usul manusia sampai yang dipercayai berasal dari
manusia, yang tidak dari manusia adalah Tuhan yang maha kuasa, mahluk ruhaniah seperti
jin, malaikat, sedangkan yang dihubungkan dengan manusia seperti ruh nenek moyang, ruh,
tuhan arwah nenek moyang mereka sendiri.
D. Kepercayaan Ujud gaib di Indonesia

Di Indonesia pada suku bangsa di Pulau sumba, kita dapatkan adanya kepercayaan
terhadap humangu atau „hamau‟ yang menganggap bahwa jika orang itu telah mati bertempat di
dapur. Jiwa ini disebut juga dengan „samawo‟ atau „mao‟. Selain itu mereka juga mempercayai
adanya „ndewa‟ atau „dewa‟ yaitu jiwa yang pergi ke tempat para arwah. Pada suku-suku yang
ada di Pulau Nias terdapat „Noso‟ intisari hidup, napas dan „Beghu‟.

Dalam hubungannya dengan roh nenek moyang atau roh leluhur, di Indonesia kita
dapatkan beberapa kepercayaan yang ada pada beberapa suku. Seperti misalnya pada suku
Toraja, mereka mempercayai bahwa roh nenek moyang adalah penjaga serta pelindung adat; doa
restu sangat diharapkan tanpa restu mereka maka hidup mereka akan ditimpa musibah serta
bencana lain yang menimpa masyarakat.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Bahwa Ujud Gaib secara bahasa adalah sesuatu yang ada namun tidak tampak oleh mata
manusia, Asal mula kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang merupakan bentuk
ibadah yang paling tua, Manusia yang sudah memiliki bentuk yang serupa dengan manusia
pada zaman sekarang ini sudah memiliki pola pikir yang berkembang, peradaban, serta
kebudayaan, Berbagai kebudayaan menganut kepercayaan bahwa dunia gaib dihuni oleh
berbagai makhluk dan kekuatan yang tak dapat dikuasai oleh manusia Makhluk dan
kekuatan yang menghuni dunia gaib.
Dalam suatu sistem kepercayaan, orang membayangkan wujud dari dunia yang gaib,
termasuk wujud dewa-dewa, makhluk-makhluk halus, kekuatan sakti, keadaan ruh-ruh
manusia yang telah meninggal, maupun wujud dari bumi dan alam semesta yang disebut
ilmu kosmogoni dan kosmologi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Amin,M.2000.Metodologi Studi Agama.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Deradjat,Zakiah.1996.Perbandingan Agama.Jakarta:Sinar Grafika Offset.

Ghazali,Adeng,Muchtar.Djaliel,Maman,Abd (Ed).2000.Ilmu Perbandingan agama Pengenalan


Awal Metodologi Studi Agama-Agama.Bandung:CV Pustaka Setia

Ibrahim,Kasir,M.Kamus Bahasa Arab.Surabaya:Apollo.

Jirhanuddin.2010.Perbandingan Agama Pengantar Studi Memahami Agama-


agama.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai