Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

“PRASANGKA DAN DISKRIMINASI”


Dosen Pengampu : Ghulbuddin Himamy, M. Psi., PSIKOLOG.

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. MELLINIA NUR HALIZAH (11836041)
2. HANIFATUL KULLATAENI (11836042)
3. ARTHIRA ASLAMAYA PASSYA (11836056)
4. MAHYAROTUR ROHIMAH (11836059)
5. HAZIZAH (11836076)

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Allhamdulillah, puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah Swt
atas karunia rahmat & hidayah-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Sholawat
serta salam tak lupa kami ucapkan kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw.
Dengan pertololongan dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan.

Kami sadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kesalahan. Oleh karna
itu kritik & saran yang bersifat membangun sangat kami butuhkan agar
kedepannya bisa jauh lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca terutama bagi kami.

Pontianak, 13-November-2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover Makalah...............................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
a) Latar Belakang...................................................................................1
b) Rumusan Masalah..............................................................................1
c) Tujuan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
a) Pengertian Prasangka.........................................................................3
b) Pengertian Diskriminasi.....................................................................3
c) Hubungan Prasangka dan Diskriminasi.............................................4
d) Teori-Teori Prasangka.......................................................................4
e) Sumber-Sumber Prasangka................................................................6
f) Jenis-Jenis Prasangka.........................................................................8
g) Mengatasi dan Mengurangi Prasangka..............................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................14


- Kesimpulan dan Saran.......................................................................14

Daftar Pustaka................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam interaksi antara individu dalam suatu kelompok atau masyarakat tertentu
kadang-kadang dapat ditemukan orang-orang yang menunjukkan prasangka terhadap
individu atau sekelompok orang tertentu. Prasangka adalah sikap nagatif terhadap
sesuatu. Objek prasangka dapat berupa individu maupun suatu kelompok atau ras.
Prasangka terhadap kelompok disebut stereotip. Keduanya dapat mengakibatkan
timbulnya diskriminasi.
Prasangka dan diskriminasi merupakan dua istilah yang sangat berkaitan. “Seseorang
yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang
diprasangkainya. Meskipun demikian, bisa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa
didasari oleh suatu prasangka ataupun sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat
saja bertindak tidak diskriminatif.
Prasangka adalah sikap, sedangkan diskriminasi merupakan tindakan. Prasangka
mengandung unsur emosi (suka-tidak suka) dan pengambilan keputusan yang tergesa-
gesa, tanpa diawali dengan pertimbangan yang cermat. Biasanya ada unsur ketidak adilan
dalam prasangka, oleh karena keputusan yang diambil didasarkan atas penilaian yang
lebih subjektif atau emosional dari pada pertimbangan berdasarkan fakta objektif. Tentu
saja adanya prasangka ini dapat mengganggu interaksi seseorang dengan orang yang
diprasangkainya dan dapat mengganggu interaksi dalam kelompok dimana mereka
menjadi anggota.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Prasangka
2. Pengertian Diskriminasi
3. Hubungan Prasangka dan Diskriminasi
4. Teori-Teori Prasangka
5. Sumber – Sumber Prasangka
6. Jenis-Jenis Prasangka

1
7. Mengatasi Dampak Prasangka

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Prasangka
2. Mengetahui Pengertian Diskriminasi
3. Mengetahui Hubungan Prasangka dan Diskriminasi
4. Mengetahui Teori Prasangka
5. Mengetahui Sumber – Sumber Prasangka
6. Mengetahui Jenis-Jenis Prasangka
7. Mengetahui Mengatasi Dampak Prasangka

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Prasangka
Prasangka adalah sikap negative terhadap suatu kelompok dan para anggota kelompok
tersebut. Sebagai fenomena sikap,prasangka dapat dilihat memiliki 3 komponen utama yaitu:
1. Komponen Afektif, berisi perasaan ataupun emosi negatif terhadap kelompok.
2. Komponen Kognitif, meliputi keyakinan yang bervalensi negative tentang kelompok.
3. Komponen Behavioral, yang menunjuk pada pengalaman behavioral dengan
kelompok.

B. Pengertian Deskriminasi
Penyebab prilaku Diskriminasi itu bisa timbul karena adanya Prasangka, dalam hubungan
sosial antarindividu dan hubungan antarkelompok dalam suatu masyarakat yang memiliki
variasi kelompok kebudayaan. Diskriminasi adalah prilaku negatif yang diarahkan kepada
anggota-anggota suatu kelompok sosial berdasar pada keanggotaan mereka terhadap
kelompok tersebut. Dalam kehidupan global pada masa kekuasaan rezim apartheid di afrika
selatan pada abad dua puluh masehi, banyak contoh fenomena diskriminasi dialami oleh
orang-orang kulit hitam tidak mendapat hak yang sama dalam memilih calon memimpin di
Afrika Selatan. Meskipun banyak masalah sosial dalam masyarakat terjadi sebagai akibat
dari keberadaan prasangka dan diskriminasi, namun banyak orang pada zaman posmodern ini
memiliki pendapat bahwa fenomena keberadaan prasangka dan diskriminasi adalah sesuatu
yang terkait dengan masa lalu sejarah manusia dan tidak lagi mempengaruhi hubungan sosial
antarmanusia. Sebenarnya, disatu sisi fenomena keberadaan prasangka dan diskriminasi
dalam bentuk-bentuk yang nyata dan terukur memang telah mengalami penurunan akhir-
akhir ini. Namun di sisi lain, fenomena keberadaan prasangka dan diskriminasi yang ada
masa kini muncul bentuk-bentuk yang lebih kurang nyata dan tidak terukur. Dalam bahasa
yang lebih sederhana, fenomena keberadaan prasangka dan diskriminasi pada saat ini lebih
bersifat abu-abu atau memiliki bentuk lebih halus, ketimbang fenomena keberadaan

3
prasangka dan diskriminasi yang bersifat terbuka dimasa lalu. Keberadaan prasangka dan
diskrimansi dalam bentuk

3
bentuk yang kurang nyata dan lebih tidak terukur yang timbul dalam diri seseorang
merupakan hasil dari emosi negatif tidak sadar (unconscious negative emotions yang
diarahkan pada anggota suatu kelompok yang diyakini memiliki karakteristik tertentu. Salah
satu contoh dari fenomena tersebut adalah pada saat perusahaan swasta di Australia menolak
memperkerjakan orang imigran yang berasal dari Indonesia. Dengan alasan bahwa kemauan
komunikasi berbahasa Inggris orang tersebut tidak layak untuk tugas-tugas dalam
perusahaan. Kebijakan ini sebenarnya menggambarkan fenomena keberadaan prasangka dan
diskriminasi dalam bentuk-bentuk yang lebih kurang nyata dan lebih tidak terukur karena
perubahan tersebut tidak menjelaskan bahwa penolakan terhadap calon pekerja itu bukan
karena seorang yang dari indonesia.

C. Hubungan Prasangka dan Deskriminasi


Keduanya merupakan istilah yang berkaitan. Seseorang yang mempunyai prasangka
rasial biasanya bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka dan sebaliknya seorang yang
berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif. Selanjutnya ada perbedaan, yaitu
prasangka menunjukkan pada sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Dalam konteks rasial, Prasangka diartikan: “Suatu sikap terhadap anggota kelompok
etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini
terkandung suatu ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman dan
yang didengarnya, kemudian disimpulkan sebagai sikap dari anggota seleuruh kelompok etnis.
Dalam kehidupan sehari-hari sulit membedakan antara generalisasi dengan kategori karena
sikapnya yang menutup diri dari informasi. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap
tidak toleran, menyusun rasionalisasi dalam mempertahankan prasangka-prasangkanya tetapi
dari kelompok etnis mana individu tergolong. Dengan demikian praanggapan, prakeputusan,
akan menjadi suatu prasangka bila menolak pengetahuan, pengalaman, atau faktor-faktor dan
anggapannya secara emosional.
Dapatlah disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya
pengetahuan, pengertian, dan fakta kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau
pribadi, dan tidak menyadari atau insaf akan kerugian yang bakal terjadi.

4
D. Teori-Teori Prasangka
1. Teori Konflik Kelompok
Konflik Kelompok Realistis, Teori Ini menyatakan bahwa menyatakan bahwa bila
dua kelompok bersaing memeperebutkan sumber yang langka, mereka akan saling
mengancam. Hal ini menimbulkan permusuhan diantara mereka dan dengan demikian
menciptakan penilian negatif yang bersifat timbal balik. Jadi, prasangka merupakan
konsekuensi dari konflik nyata yang tidak dapat dielakkan. Mungkin dapat diminimalkan,
tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, karena ditimbulkan oleh realitas yang tidak
dapat dihindarkan.
Bila prasangka timbul karena dua kelompok benar-benar saling mengancam,
maka ancaman itu akan menjadi sebab psikologis prasangka yang paling kuat bagi
individu. Dengan kata lain, individu yang paling merasa terancam akan menjadi individu
yang paling besar prasangkanya. Orang kulit putih yang paling merasa terancam karena
adanya integrasi rasial, atau karena timbulnya kejahatan yang dilakukan oleh orang kulit
hitam, atau karena masuknya anak-anak kulit hitam kesekolah mereka akan menjadi
orang yang paling berprasangka.
2. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial memandang prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari dengan
cara yang sama seperti bila orang mempelajari nilai-nilai sosial yang lain, prasangka
disebar luaskan dari orang yang satu ke orang yang lain sebagai bagian dari sejumlah
norma. Prasangka merupakan norma dalam budaya atau subbudaya seseorang. Prasangka
diperoleh seorang anak melalui proses sosialisasi. Anak mempelajari sikap berprasangka
itu untuk dapat diterima oleh orang lain. Terakhir, penyebar luasan dan penyikapan
prasangka yang terus menerus akan memperkuat peranannya sebagai norma budaya.
Media merupakan sumber belajar sosial lain yang potensial, terutama bagi anak-
anak. Secara historis, golongan minoritas tidak banyak mendapatkan pengertian dalam
media. Sebagai contoh sebelum ada televise, majalah-majalah seperti life, dan The
Saturday Evening Post mempunyai jaringan pembaca yang berskala nasional.
3. Proses Kognitif

5
Beberapa bias kongnitif tertentu yang bersifat sistematik biasanya menyertai terjadinya
pemebentukan kesan. pengamat mencoba mengembangkan kesan yang terstruktur
tentang

5
orang lain,yang biasanya menimbulkan distorsi. dan mereka memberikan tanggapan
secara berlebihan terhadap stimulus yang paling menonjol. usaha semacam itu dapat
sendirinya menimbulkan prasangka dan stereotip. Terakhir, bila stereotip merupakan
struktur kognitig yang terdiri dari perkumpulan harapan mengenai kelompok sosial
stereotip itu bisa dianggap sebagai skema, dengan konsekuensi yang sama. Informasi
baru yang tidak konsisten dengan skema cendrung ditolak. Bila prilaku seseorang tidak
konsisten dengan stereotip kita tentang orang itu, kita akan menyatakannya sebagai akibat
situasi bukan karna orang tersebut. Bila kita dipaksa untuk membuat perkalian
internal,mungkin kita akan mengaitkannya dengan sebab temporer yang tidak menetap.
4. Teori Psikodinamika
Terakhir, beberapa teori intrapersonal tentang prasangka menganalisis hal itu
sebagai perkembangan dari ketegangan motivasional dalam diri individu. Teori-teori ini
disebut teori psikodinamika karna lebih menekankan dinamika khusus dari kepribadian
individu tertentu daripada faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku sekelompok orang
pada saat yang sama, seperti misalnya tegangan yang timbul karna adanya persaingan
ekonomi. Salah satu teori psikodinamika misalnya menganggap prasangka sebagai agresi
yang diahlikan. Pengalihan terjadi apabila sumber frustasi atau gangguan tidak dapat
diserang karna ada rasa takut atau karna sumber itu benar-benar tidak ada. Bila terjadi
depresi dengan seseorang kehilangan pekerjaan dia akan merasa marah dan agresif, tapi
tidak memperoleh kejelasan tentang siapa yang salah dalam kondisi seperti ini orang akan
mencari kambing hitam yang dapat dipersalahkan dan diserang.

E. Jenis – Jenis Prasangka


Dalam relasi antarkelompok prasangka merupakan fenomena psikologis penting dalam
menjelaskan dinamika hubungan anatarkelompok.
1. Prasangka Rasial
Merupakan prasangka yang ditujukan pada kelompok ras,etnis tertentu.Sikap
rasialis karena perbedaan warna kulit terjadi diberbagai belahan dunia.Di era 1911-
1991 Afrika Selatan dikuasai oleh penguasa kulit putih yang minoritas.Mereka

6
menerapkan politik apartheid dengan memberlakukan politik diskriminasi terhadap
warga kulit hitam dan kulit yang bewarna yang merupakan warga mayoritas.
Di Amerika Serikat ,warga kulit hitam (negro) menjadi sasaran prasangka warga
kulit puth sejak era perbudakkan sampai sekarang.Kehadiran imigran dirasakan
sebagai ancaman bagi kebudayaan Amerika.Hal ini menguatkan kembali prasangka
terhadap warga migran baik kulit hitam maupun ras lainnya.
2. Prasangka jenis kelamin
Merupakan prasangka terhadap kelompok jeis kelamin. prasangka jenis kelamin
kebanyakan tertuju dan mendiskriminasikan kaum wanita. di arab sudi wanita
dilarang mengemudi, di sudan tidak boleh keluar negri tanpa izi suami, ayah, atau
saudara laki-laki. Di Afganistan, sejak kaum Taliban berkuasa, wanita tidak boleh
bekerja di kantor, tidak bolh keluar rumah tanpa di temani suami, anak wanita tidak
boleh sekolah. Di Indonesia, praangka dan diskriminasi terhadap wanita telah
berlnagsug sejak lama. sejak Ra. Kartini (1904) memperjuangkan emnasipasi wanita,
maka sedikit demi sedikit wanita mmperoleh pendidikan dan mendapatkan posisi dan
status yan semakin tinggi di masyarakat.
3. Prasangka Homo Seksual
Prasangka terhadap homo seksual (gay dan lesbian) merupakan gejala yang terjadi
di seluruh dunia. prasangka in tejadi karena adanya peran pria-wanita tradicional yang
di susu berdasarkan kondisi dalam masyarakat yang di dominasi oleh kaum
hetroseksual. kebudayaan heteroseksual menyediakan sistem nilai yang sudah jadi
dalam bentuk adat, kebiasaan, agama, hukum dan lain-lain yang mengexklusifkan
kaum homo seksual dan memberi tempat pada prasangka homo seksual seakan-akan
prasangka itu wajar dan norml saja. pengaruh prasangka homo seksual ini adalah
perilaku deskriminatif terhadap kaum homo seksual, seperti membuat jarak dengan
gay dan lesbian karena adanya anggapan bahwa homoseksual mengancam dan
mengganggu ketentraman. prasangka ini juga meningkatkan agresifitas terhadap
kaum homo seksual karena di prasangkai sebagai pembawa penyakit tersebut.
4. Prasangka Agama

7
Prasangka antar agama banyak terjadi di berbaai bagian dunia. berbagai konflik
berkepanjangan di berbagai tempat di dunia berakar dari isu keagaman, seperti
konflik

7
antara protentan-katolik di irlandia utara, muslim-kristen ortodok di bosnia, muslim
katolik di Filipina, hindu- islam di Kashmir, hindu-sikh di india dan juga slam yahudi
di palestina. di Indonesia yang relasi agamanya relative baik masih terdapat
prasangka-prasangka antar agama.
Selain prasangka tersebut di atas juga ada prasangka-prasangka terhadap berbagai
kelompok dalam masyarakat seperti prasangka terhadap pria memakai anting, pria
bertato, prasanka terhadap pegawai negeri terhadap polusi, prasangka terhadap pelajar
STM yang di anggap suka berkelahi, Prasangka terhadap penderita HIV/AIDS,
prasangka terhadap narapidana dan sebagainya.

F. Sumber-sumber Prasangka
Prasangka sebagai suatu sikap mempunyai berbagai macam sumber yang menjadi
penyebabnya. Prasangka terhadap orang lain mungkin saja disebabkan faktor situasional
tetapi yang jelas tidak hanya satu faktor saja yang berperan. Di bawah ini akan dikemukakan
beberapa diantaranya berdasarkan proses terjadinya.
a. Kompetisi
Soekanto (1991) menyatakan bahwa salah satu akibat dari interaksi sosial adalah
munculah kompetisi. Setiap individu selalu menginginkan pekerjaan yang mapan,
rumah yang baik, jaminan masa depan yang aman, jaminan kesehatan yang prima dan
lainnya.
Di sisi lain peluang untuk mendapatkan semua itu terbatas dan tidak sebanding
dengan jumlah peminat sehingga munculah kompetisi. Bobomenyatakan bahwa
kompetisi merupakan sumber prasangka yang paling mendasar. Menurut pandangan
ini, prasangka terjadi karena adanya kompetisi diantara kelompok sosial dalam
mendapatkan komoditas maupun kesempatan yang berharga. Dapat dikatakan
prasangka berkembang karena perjuangan dalam mencapai kesejahteraan (struggle
for the welffare). Pendapat ini kemudian dikenal dengan realistic conflict theory. Jika
kompetisi itu berlangasung terus maka akan muncul pandangan yang negatif terhadap
orang lain. Orang lain dianggap sebagai musuh. Kompetisi seingkali membuat

8
individu mempunyai presepsi yang negatif terhadap orang atau kelompok lain dan
bahkan

8
menimbulkan konflik fisik. Pendapat ini telah dibuktikan oleh Sherif, 1967 (dalam
Brigham, 1991) dalam The Robber`s Cave Experiment. Eksperimen ini dilakukan
oleh peneliti untuk melihat perilaku individu ketika berada dalam satu kelompok yang
sama maupun ketika dibagi dalam dua kelompok yang berbeda dan berkompetisi
dalam setting perkemahan.
Hasilnya adalah ketika masih dalam kelompok yang sama, suasananya sangat
menyenangkan tetapi ketika dibagi menjadi dua kelompok dan diberi tugas tertentu
maka munculah kompetisi yang akhirnya berujung pada konflik fisik. Penelitian
serupa dilakukan pula oleh Jane Elliot (dalam Watson, 1984) pada siswa sekolah
dasar di Iowa Amerika dimana ketika siswa suatu kelas dibagi dua dan masing-
masing kelompok diberi nama julukan yang berbeda yaitu kelompok mata hijau dan
mata coklat, maka siswa dikelas tersebut mulai mengekspresikan sikap yang negatif
terhadap kelompok lainnya. Kompetisi selalu melahirkan minimal dua kelompok
berbeda. Kelompoknya dan kelompok orang lain (ingroup dan outgroup). Kedua
posisi yang berlawanan tersebut membawa pengaruh pada pandangan dan persepsi
masing masing kelompok yang biasanya negatif.

G. Mengatasi dan Mengurangi Prasangka


Gejala prasangka merupakan salah satu masalah sosial yang sulit di pecahkan dalam
hubungan antar manusia pada masyarakat kita. Dalam usaha untuk mengurangi eksistensi
gejala ini diperlukan strategi-strategi yang bersifat efektif. Strategi yang pertama yaitu
strategi yang konsisten dengan teori belajar sosial,yaitu strategi pengubahan praktik-praktik
pengasuhan anak menuju praktik pengasuhan yang lebih kondusif yang menghargai
kelompok lain dalam sudut pandang yang bersifat objektif. Dalam praktik ini, figur-figur
model sosialisasi yang pentng, seperti ayah, ibu, saudara, dan guru harus dilatih mengenali
gejala-gejala prasangka yang dapat memberi pengaruh negatif dalam kehidupan mental anak.
(Ahmadi 1999) juga menjelaskan meskipum inti dari penjelasannya sama seperti yang diatas,
tapi alangkah baiknya kita bahas agar bisa lebih memehami, dalam penjelasannya cara
mengurangi atau menghilangkan prasangka ada dua yaitu usaha preventif dan usaha kuratif:

9
 Usaha preventif Hal ini dapat di tempuh misalnya dengan menciptakan situasi atau
suasana yang tentram, damai, jauh dari rasa permusuhan. Menegaskan akan
pernyataan bahwa perbedaan bukan berarti pertentangan, disamping itu perlu juga
dilakukan upaya untuk memperpendek jawak sosial. Usaha ini terutama dilakukan
oleh orang tua terhadap anak-anaknya, guru pada muridnya, masyarakat dan media
masa.
 Usaha kuratif Usaha kuratif dilakukan dalam rangka menyembuhkan orang yang
sudah terkena prasangka. Usaha ini dapat dilakukan dengan sebuah upaya
penyadaran. Bagaimanapun mesti diakui bahwa prasangka merupakan tindakan yang
selalu merugkan dan tidak ada hal yang bersifat positif dari adanya sikap ini. Strategi
kedua adalah meningkatkan kontak antar kelompok secara langsung. (esses, semenya,
stelz, 2004). Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari strategi ini adalah:
 Manfaat pertama, kontak langsung dapat memberikan kesadaran bagi
individu-individu anggota kelompok yang berbeda bahwa sesungguhnya
mereka lebih memiliki banyak kesamaan dibanding keyakinan tentang
perbedaan yang sebelumnya dimiliki
 Manfaat yang kedua, apabila stereotip sulit diubah, maka temukan
informasi melalui kontakk sosial yang berbeda dari pendapat sebelumnya
memungkinkan timbulnya perubahan-perubahan. Melalui pemahaman
timabl balik terhadap individu-individu yang berasal dari kelompok lain,
maka masing-masing dapat saling mengenal satu dengan yang lain secara
lebih baik. Proses itu dapat menyebabkan perubahan skemata awal yang
bersifat negatif ataupun bahkan hilangnya skemata tersebut.Manfaat
ketiga, peningkatan kontak antar individu dapat membantu mengubah ilusi
keseragaman kelompok luar. Hasil-hasil kajian psikolgi sosial menunjukan
bahwa strategi peningkatan kontak langsung antar individu akan berhasil
dibawah kondisi yang kondusif. Kondisi yang kondusif itu misalnya
adanya keberadaan situasi sosial ekonomi yang seimbang, adanya norma-
norma sosial yang mendukung hubungan antarindividu dari berbagai
kelompok sosial budaya, adanya kerja sama untuk mencapai tujuan yang
relatif sama dan kontak yang bersifat informal (baron, & byrne, 1997).

10
Strategi ketiga untuk menghilangkan atau mengurangi prasangka adalah
melalui strategi

10
kategorisasi. Strategi ini melputi rekategorisasi dan dekategorisasi.
Rekategorisasi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan suatu
identitas bersama (one common identity) dalam kelompok kekitaan
ketimbang memecahkan suatu kelompok besar menjadi beberapa bagian
yang menghasilkan perasaan ingroup & outgroup. Eksistensi identitas
bersama akan mengurangi menonjolnya perbedaan yang ada diantara dua
kelompok. Demikian eksistensi identitas bersama juga akan meningkatkan
rasa-rasa kesamaan diantara anggota dua kelompok. Eksistensi iedentitas
bersama ini pada kesempatan berikutnya dapat mengurangi prasangka dan
mengurangi kemungkinan terjadinya prilaku diskriminasi. Dekategorisasi
adalah upaya-upaya yang menonjolkan eliminasi kategorisasi kelompok.
Dalam strategi ini terdapat penekanan pada pemahaman bahwa setiap
kelompok ada didalamnya individu-individu yang memiliki keunikan
masing-masng. Sehingga hasil pemahaman bahwa setiap individu dalam
kelompok manapun, baik itu imgroup maupun outgroup, memiliki ciri-ciri
unik yang tidak bergantung atau tidak direferensikan pada setereopit
keanggotaannya dalam suatu kelompok yang dianggap memiliki ciri-ciri
tertentu. Sebagai hasil dekategorisasi tentang pemahaman bahwa setiap
individu memiliki ciri-ciri unik yang tidak bergantung pada ciri-ciri
setereotip atau kelompok tertentu maka itu dapat mengurangi prasamgka
dan mengurangi kemungkinan terjadinya prilaku diskriminasi.

Mengatasi atau mengurangi prasangka dilakukan dengan perbaikkan kondisi sosial


ekonomi, melalui pendidikan anak, mengadakan kontak diantara dua kelompok yang
berprasangka, dan permainan peran atau role playing. Permainan peran disini artikan, orang
yang berprasangka diminta untuk berperan sebagai orang yang menjadi korban prasangka,
sehingga yang berprasangka akan merasakan, mengalami, dan menghayati, segala
penderitaan yang menjadi korban prasangka. Dan akhirnya ia tidak berprasangka dan tidak
bertindak diskriminatif. secara garis besar kita dapat mengatasi prasangka dengan menantang
bias

11
(kecenderungan berat sebelah) kita sendiri, meningkatkan hubungan sosial, dan mengatasi
prasangka dari orang lain secara sehat. Berikut uraiannya
Menantang bias pribadi
1) Dalam psikologi sosial ada alat yang dapat digunakan untuk menilai perasaan dan
keyakinan implisit tentang individu yang berbeda, yang disebut Implicit Association
Test (IAT). Tes ini akan memberi tahu tingkat bias kita yang melekat pada kelompok
orang tertentu. Kita dapat mengisi IAT, yang dibuat oleh Harvard University
secara online, dalam sejumlah topik, termasuk seksualitas, agama, dan ras.
2) Menjaga agar kita bertanggung jawab. Prasangka adalah semacam cacat pada
perspektif kita karena melarang berpikir melampaui asumsi kita dan membangun
dinding virtual seputar pemikiran obyektif kita. Kenali bias dan prasangka kita
sendiri, dan secara aktif menggantinya dengan berbagai alternatif yang lebih masuk
akal. Misalnya, jika kita memikirkan sesuatu yang stereotip tentang jender tertentu,
“perempuan pasti emosional”, maka ingatkan diri kita bahwa ini adalah bias terhadap
kelompok tertentu dan bahwa kita terlalu menggeneralisasi.
3) Mengenali dampak negatif dari berprasangka. Menjadi korban prasangka atau
diskriminasi dapat mengganggu kesehatan mental, dapat menyebabkan rendahnya
harga diri, depresi serta penurunan perawatan kesehatan, perumahan, pendidikan, dan
pekerjaan yang memadai. Berada dalam situasi yang seseorang berprasangka
terhadap kita dapat menurunkan kontrol diri kita. Jadi, ingatkan diri bahwa jika kita
memiliki bias terhadap orang lain, dapat menyebabkan konsekuensi yang
mengerikan bagi individu tersebut.
4) Mengurangi stigma diri. Stigma diri terjadi saat kita memiliki keyakinan negatif
tentang diri sendiri. Contoh dari hal ini adalah jika seseorang memiliki keyakinan
negatif bahwa gangguan mental yang dia alami menandakan bahwa dia “gila”.
Kenali kemungkinan berbagai cara agar secara aktif mencoba untuk mengubah
keyakinan ini. Misalnya, daripada berpikir, “Saya gila karena saya memiliki
diagnosis,” kita dapat mengubahnya menjadi, “Gangguan mental adalah hal yang
wajar dan sejumlah besar populasi memilikinya. Ini tidak berarti saya gila.”

12
Meningkatkan hubungan sosial

a) Mengelilingi diri dengan beragam jenis orang. Keberagaman mungkin juga


menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kemampuan untuk mengatasi
prasangka dengan baik. Jika kita tidak terpapar pada berbagai ras, budaya, dan
agama, kita tidak dapat sepenuhnya menerima keberagaman yang ada di dunia ini.
Kita benar-benar telah mengenal seseorang ketika kita berhenti menilai, mulai
mendengarkan dan belajar sesuatu. Salah satu cara untuk mengalami
keberagaman itu adalah dengan melakukan perjalanan ke kota atau negara lain.
Setiap kota kecil memiliki budayanya sendiri, termasuk makanan, tradisi, dan
aktivitasnya yang populer.
b) Berada di sekitar orang yang kita kagumi. Tampilkan diri di hadapan individu-
individu yang berbeda dari kita (secara rasial, kultural, jender, dan sebagainya),
yang kita hormati atau kagumi. Hal ini dapat membantu mengubah sikap negatif
implisit terhadap anggota dari budaya yang berbeda. Bahkan melihat gambar atau
membaca tentang keberagaman orang yang dikagumi dapat membantu
mengurangi bias yang kita hadapi terhadap grup di mana mereka menjadi
anggotanya. Cobalah membaca majalah atau buku yang ditulis oleh seseorang
yang berbeda dari kita.
c) Hindari membenarkan stereotip saat berinteraksi dengan orang lain. Prasangka
dapat terjadi apabila ide yang dimiliki sebelumnya dibenarkan melalui stigma atau
stereotip. Hal ini mungkin terjadi karena stereotip terkadang dianggap dapat
diterima secara sosial. Misalnya, wanita berambut pirang itu bodoh, bangsa Asia
itu pintar, orang gemuk itu pemalas, dan sebagainya. Jika kita mengharapkan
sekelompok orang untuk menjadi sama, mungkin kita akan menilai individu
secara negatif jika mereka tidak memenuhi standar kita, yang dapat menyebabkan
diskriminasi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prasangka merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan
pandangan) untuk berespon (positif/negatif) terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap
terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih,
cinta, benci, dan sebagainya.Seorang individu atau kelompak yang mempunyai prasangka
terhadap individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi
propaganda.
Sikap merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang
mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju ata tidak setuju karena adanya stimulus
dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Terbentuknya prasangka itu sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang
bukan di bawa sejak lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa
perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat
seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka
pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia
dewasa dan tua.

B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. 

14
DAFTAR PUSTAKA

Munandar dan Soelaeman.2006.Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.Bandung:
PT Refika Aditama.

Susetyo.Budi.2010.Stereoti dan Relasi AntarKelompok.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Adryanto.Michael.1985.Social Pschology.Erlangga

http://googleweblight.com/i?
u=http://prasangkadandiskriminasi.blogspot.com/2015/11/makalah-prasangka-dan-
diskriminasi.html?m%3D1&hl=id-ID

http://googleweblight.com/i?u=http://parapencarinilai.blogspot.com/2016/10/makalah-
prasangka-diskriminasi-dan.html?m%3D1&hl=id-ID

http://googleweblight.com/i?u=http://baranews.co/2017/11/25/psikologi-mengatasi-
prasangka/&hl=id-ID

iii

Anda mungkin juga menyukai