Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

(TERMINOLOGI PENDIDIKAN DALAM AL QUR’AN DAN HADIST)


DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS PADA BIDANG
MATA KULIAH TAFSIR DAN HADIST TARBAWI
DOSEN PEMBIMBING :Dr. KH. IMAM HAMBALI, S.Pd.I, M.Si

Dipresentasikan pada Kelas Mata Kuliah


TAFSIR DAN HADIST TARBAWI
Pada Program Magister (S2)
DISUSUN OLEH : AGUSSALIM
: YUSUF RAHMANTO
PROGRAM PASCA SARJANA
IAI AL-AZHAAR LUBUKLINGGAU SUMATRA SELATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu!

Bismillahirrahmaanirrahiim

Segala puji milik Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah “Terminologi pendidikan al-qur’an dan hadist”

tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada

baginda Rasulullah SAW, sang penakluk alam dan Islam yang selalu bercahaya

dalam sejarah hingga saat ini.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih

kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya

makalah ini, ada kesalahan maka kami minta arahan bimbingan kepada dosen dari

kesalahan. Olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin Yaa Robbal

„Aalamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Singkut, 23 desember 2021

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 1
DARTAR ISI ................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 3

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian............................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6

1. Pengertian al-qur’an ................................................................................ 6

2. Pengertian Hadits .................................................................................... 10

a. Hadits Shahih .................................................................................... 12

b. Hadits Hasan ..................................................................................... 12

c. Hadits Do’if ...................................................................................... 13

BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terminologi Pendidikan tidak lepas dari adanya efektifitas yang sangat tinggi

dalam kehidupan manusia baik dari perwujudan individual maupun kolektif 1

untuk membentuk, menguasai dan merubah sesuatu2.

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan

dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk

menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang disebut

juga dengan tujuan intruksional, merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan

pembelajaran menjadi bagian tujuan kulikuler, didefinisikan sebagai kemampuan

yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mereka mempelajari bahasan

tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satukali pertemuan, misalnya pelajaran

surat Al-Fatihah dalam mata pelajaran al-qur’an.

Hadist Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya

bagi setiap orang Islam”. Dan pada kesempatan lain beliau pun pernah

menganjurkan, agar manusia mencari ilmu meski berada di negeri orang (Cina)

1 .Munandar, S.C.Utami, Krerativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi


Kreatif & Bakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), 4.
2. Muhammad „Ammarah, Al-Imam Muhammad „Abduh, Al-Imam Muhammad „Abduh:
Mujaddid al-Islam (Beirut: Al-Muassassah Al-Islamiyyah Li Al-Dirasah Wa Al-Nasyr,
1981), 207.

3
sekalipun; meski dari manapun datangnya. Hadist tentang belajar dan yang terkait

dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam al-Hadist, demikian juga dalam Al-

Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari

ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat

mengerti akan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula

manusia mampu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.

Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga

hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan

suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa

banyak mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami

ayat-ayat Allah SWT. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan Tuhan akan

mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur (lihat : Qs. Al-

Mujadilah : 11).

Mempelajari Al-Qur‟an tentunya kita harus belajar kepada ahlinya atau

seorang guru yang mahir agar ilmu yang kita dapatkan benar dan sesuai dengan apa

yang telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Seperti halnya yang telah disampaikan

Syaikh Salim bin Ied al-Hilal ketika menjelaskah hadist Ustman, “Pembaca Al-

Qur‟an yang tidak berguru tidak akan sanggup membacanya (dengan benar) karena

didalamnya berhubungan dengan tajwid, hukum-hukum dan ilmu-ilmu lainnya,

semua itu membutuhkan bimbingan seorang guru

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana terminologi pendidikan dalam al-qur’an dan hadist.

2. Bagaimana arti al-qur’an dan hadist secara bahasa dan istilah.

3. Bagaimana tujuan berlajar al-qur’an dan hadist.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian

bertujuan untuk

1. Untuk mengetahui terminologi pendidikan dalam al-qur’an dan hadist.

2. Untuk mengetahui arti al-qur’an dan hadist secara kata-kata bahasa dan istilah.

3. Untuk mengatahui tujuan berlajar al-qur’an dan hadist.

5
BAB II

Pembahasan

1. Pengertian al-qur’an

Al-Qur‟an merupakan pedoman, petunjuk bagi umat Islam baik dalam

kehidupan di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti. Maka setiap mukmin

yang mempercayai Al-Qur‟an mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap

kitab suci itu. Diantaranya kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan

mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an adalah kewajiban suci lagi

mulia. Belajar Al- Qur‟an merupakan kewajiban utama bagi setiap mukmin dan

harus dimulai semenjak kecil, sebaiknya semenjak umur lima atau enam tahun,

sebab umur tujuh tahun anak sudah disuruh mengerjakan sembahyang. Kata

pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu, belajar dan mengajar.

Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa,

sementara cara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah

pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar.3

Perintah Hadits

Rasulullah memotivasi kita untuk mempelajari dan mengajarkan Al-Qur‟an,

sebagaimana sabda beliau:

‫وعلمه القران تعلم مه خيركم‬

„‟Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan

mengajarkannya.”

3
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm.18-19

6
Rasulullah juga bersabda:

‫تلبت ما ثىابها له ن كا جل و عز هلل ا ب كتا مه اية علم مه‬

„‟Barang siapa mengajarkan satu ayat dari Kitab Allah, maka baginya pahala

selama ayat itu dibaca.‟‟

Al-Muzani berkata : „‟Aku mendengar Imam Asy-Syafi‟i berkata:

‫قيمته عظمت القران تعلم مه‬

Perintahal-qur’an„‟Barang siapa yang mempelajari Al-Qur‟an maka

agunglah kedudukannya.‟‟

Allah menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad dan Dia

memerintahkan beliau agar membacanya Arti nya adalah ‟ Hendaknya kita

membaca Al-Qur‟an sebagaiana Allah menurunkan yakni dengan mengeluarkan

setiap huruf dari makhrajnya dan menyempurnakan harakatnya secara perlahan.

Tata cara membaca tersebut dapat menunjang kita untuk memahami dan

mentadaburi Al-Qur‟an serta menguatkan hati dalam mengamalkan hukum

hukumannya. Sabda Rosul ini menjadi teladan bagi orang yang mengimaninya,

lalu menumbuhkan semangat dan dorongan untuk mencapai kemahiran dalam

membaca Al-Qur‟an. Menjadikan anak-anak dapat belajar Al-Qur‟an menjadi

tanggung jawab orang tua masing-masing, berdosalah orang tua yang mempunyai

anak, tetapi anak-anaknya tidak pandai membaca Al-Qur‟an.

Dalam membaca Al-Qur‟an tentunya tidak lepas dari yang namanya ilmu tajwid,

karena ilmu tajwid termasuk ilmu terpenting yang harus diketahui setiap muslim.

Tanpa memahami ilmu ini seorang muslim pasti kesulitan dan melakukan banyak

kesalahan dalam membaca Kitabullah, Al-Qur‟an. Agar kegiatan membaca kita

7
minim dari kesalahan kita harus mengetahui ilmu tajwid dengan cara

mempelajarinya. Karena itulah ilmu ini selalu dipelajari secara antusias oleh setiap

generasi muslim, secara turun temurun.

Dalam mempelajari Al-Quran, bukan hanya memperhatikan isinya atau artinya

saja, tetapi perlu juga membacanya dengan secara tartil (teratur dan benar). Karena

apabila salah pembacaannya akan salah juga dalam pengartiannya. Secara hukum,

apabila seorang pembaca Al-Quran salah membacanya, ia akan menjadi dosa bagi

pembacanya. Walaupun tidak mempelajari ilmunya tetap membacanya harus

teratur dan benar, karena dihukumi fardhu ‟ain (kewajiban yang berhubungan

dengan individu). Tetapi untuk mempelajari Ilmu Tajwid hukumnya fardhu

Kifayah (kewajiban yang berhubungan dengan banyak orang).

Mempelajari Al-Qur‟an tentunya kita harus belajar kepada ahlinya atau seorang

guru yang mahir agar ilmu yang kita dapatkan benar dan sesuai dengan apa yang

telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Seperti halnya yang telah disampaikan Syaikh

Salim bin Ied al-Hilal ketika menjelaskah hadist Ustman, “Pembaca Al-Qur‟an

yang tidak berguru tidak akan sanggup membacanya (dengan benar) karena

didalamnya berhubungan dengan tajwid, hukum-hukum dan ilmu-ilmu lainnya,

semua itu membutuhkan bimbingan seorang guru. Karen itu, beliau (Nabi

Muhammad SAW) menganjurkan kita agar mempelajarinya dari ahlinya, dan

menganjurkan orang tang telah mempelajarinya agar mengajarkannya. Tentu hal

tersebut sangat bergantung pada orang yang mengajarinya.

Sebagai upaya untuk menciptakan generasi anak yang mahir dalam membaca

Al-Qur‟an, banyak usaha yang telah dilakukan baik oleh perorangan, kelompok

8
maupun pemerintah. Hal ini terbukti dengan berdirinya majelis-majelis ta‟lim,

Taman Pendidikan Al-Qur‟an dan sebagainya. Adapun usaha yang telah dilakukan

oleh pemerintah diantaranya adalah dengan diterbitkannya Kurikulum Baca tulis

Al-Qur‟an yang telah ada peda pembelajarn Al-Qur‟an.

Pengertian dari Al–Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikan jibril a.s
yang di dalamnya berisi pedoman hidup bagi manusia.
Menurut Dr. Subhi Ash-Shalih, Al-Quran merupakan kalam Allah Swt yang
merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad dan di tulis di
mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah. 4
kalangan ulama muhadditsin adalah ahadits, dibandingkan bentuk lainnya
yaitu hutsdan atau hitsdan.5 Dan yang dikatakan Hadist adalah sesuatu yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, baik itu perbuatan, perkataan, perilaku dan
lain sebagainya tentang Rasulullah untuk menjelaskan kandungan Al-Qur’an.6

Secara bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata

kerja Qoro-’artinya membaca. Secara istilah, Al-Quran adalah firman atau wahyu

berbahasa Arab yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW

dengan perantara mmalaikat jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian

disampaikan secara mutawattir, membaca dan mempelajarinya merupakan

ibadah, yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.

4
. Aris Musthafa, Qur’an Hadis, (Sragen : Akik Pusaka, 2008), hlm. 3
5
. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang,
1991), hlm.20.
6
. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur;an Praktis, (Jakarta: Pustaka
Bumi, 2001), hlm. 3

9
2. Pengertian Hadits

Hadits merupakan isim dari tahdits, yang berarti pembicaraan7. Hadits

menurut bahasa (lughat) yaitu : 1. Al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata al-qadim

(sesuatu yang lama). 2. Al-Khabar (berita), yaitu sesuatu yang diprcayakan dan

dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.

3. Al-qarib (yang dekat, belum lama terjadi).8

Sedangkan menurut istilah ahli hadits, yaitu :

“Segala ucapan Nabi Saw, Segala perbuatan beliau dan segala keadaan

beliau”.

Para muhaddisin berbeda-beda pendapatnya dalam menafsirkan al-hadits.

Perbedaan tersebut disebabkan karena terpengaruh oleh terbatas dan luasnya obyek

peninjauuan mereka masin-masing. Dan perbedaan sifat peninjauan mereka itu

melahirkan dua macam ta‟rif al-Hadits, yaitu ta‟rif yang terbatas dan ta‟rif yang

luas. Dalam mata pelajaran al-Qur‟an Hadits ada unsur-unsur pokok yang

diharapkan peserta didik dapat :

a. Membaca al-Qur‟an dan Hadits dengan benar dan baik (sesuai dengan ilmu

tajwid)

b. Hafal surah atau hadis tertentu, terutama untuk keperluan shalat.

c. Mengartikan (menerjemahkan) ayat atau surah atau hadits tertentu.

d. Memahami isi kandungan ayat atau surah dan hadits tertentu.

7
. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm.
15.
8
. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Seajarah dan Pengantar Ilmu
Hadits(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), hlm.1

10
Berdasarkan dari segi kuantitasnya atau jumlah rawi hadits, maka dibagi

menjadi dua bagian, yaitu : 1. Hadits Mutawatir, yaitu : Mutawatir menurut bahasa,

berarti mutatabi’ yang (datang) berturut- turut, dengan tidak ada jaraknya.

Sedankan menurut istilahdapat didefinisikan sebagai berikut:

Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara tradisi tidak

mungkin mereka sepakat untuk berdusta. (jumlah banyak itu) dari awal sanad

sampai akhirnya dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap tingkatan

sanadnya9. 2Hadits Ahad.

Ahad jamak dari “Ahada”, menurut bahasa “al-wahid” yang berarti satu. Dengan

demikian hadits ahad adalah Hadits yang diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan

Hadits ahad menurut istilah dan banyak didefinisikan oleh para ulama adalah

sebagai berikut:

“Khabar yang jumlah perawinya tidak sampai jumlah perawi Hadits mutawatir,

baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang

tidakmemberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut tidak sampai kepada

jumlah perawi Hadits mutawatir.”10 Berdasarkan dari segi kualitasnya atau mutu

atau nilainya maka hadits itu terbagi menjadi tiga bagian, yakni:

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan

sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi

kandungan Al-Qur’an Hadist melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran

9
. M. Ajaj Al-Khotib, Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998),
hlm.271.
10
. Munzier Suparta, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, cet, 2 (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1996), hlm.92.

11
Al-Qur’an Hadits di madrasah ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca,

menulis, menghafal, mengartikan , memahami, dan terampil melaksanakan isi

kadungan al-qur’an hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang

yang beriman dan bertakwa kepada allah swt. Inti ketakwaan itu ialah berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Berdasarkan dari segi kualitasnya atau mutu atau nilainya maka hadits itu terbagi

menjadi tiga bagian, yakni:

a. Hadits Shahih.

Para ulama hadits memberikan definisi hadits shahih sebagai “hadits yang

sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang

sama, sampai berakhir pada Rasulullah Saw. atau kepada sahabat atau kepada

tabiin, bukan hadits yang syadz (cntroversial) dan terkena illat, yang menyebabkan

cacat dalam penerimannya.”11

b. Hadits Hasan.
Menurut bahasa hasan sifat Musyabbahah dari “Al Husn” yang mempunyai

arti “Al Jamal” (bagus), sedangkan secara istilah, para ulama berbeda pendapat

dalam men-definisikannya karena melihat bahwa ia merupakan pertengahan

antara Hadits Shahih dan Dhaif, dan juga karena sebagian ulama mendefinisikan

11
. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm.
132.

12
sebagai salah satu bagiannya.12 Sebagian berpendapat hadits yang sanadnya

bersambung yang diriwayatkan oleh orang yang adil yang berkurang sifat

dlobithnya dan bersih dari syadz dan illat.

c. Hadits Da’if.
Hadits dhaif yaitu hadits yang tidak memenuhi standarisasi hadits shahih

maupun hadits hasan, hadits ini tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.13

Secara bahasa, kata hadits berarti “perkataan atau percakapan”. Sedangkan

secara istilah, hadits adalah “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya (taqrir)”.

Sinonim dari kada hadits adalalah adalah sunnah.

Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad

(rantai perawi) dan matan (redaksi). Sanad adalah suatu riwayat yang terdiri atas

seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya

(kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sedangkan matan adalah redaksi atau

isi dari hadits.

12
. Thahan, Mahmud, Ulumul Hadits (studi kompleksitas hadits Nabi), Terj. Zainul
Muttaqin, (Yoqjakarta: Titian Illahi Press,1997), hlm.54.
13
Rahman, Fatchur, Op.cit, hlm, 168-203.

13
BAB III

KESIMPULAN

Al-Qur‟an adalah merupakan pedoman, petunjuk bagi umat Islam baik

dalam kehidupan di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti. Maka setiap

mukmin yang mempercayai Al-Qur‟an mempunyai kewajiban dan tanggung

jawab terhadap kitab suci itu. Dan Untuk mengetahui kata-kata al-qur’an yang berasal

dari kata kalimat isim musdar dari qoro’ dan al-qur’an di turunkan oleh allah swt, lewat

malaikat jibrul ke tujuan kepada nabi muhammad saw untuk umat nabi muhammad saw,

mulai dari awal hingga samapi di zaman sekarang ini. Dan cara baca al-qur’an yang

sebenar nya. Kita harus menguasai ilmu tajwid.

Tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di madrasah ibtidaiyah adalah agar

murid mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan

terampil melaksanakan isi kadungan al-qur’an hadits dalam kehidupan sehari-hari

sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada allah swt.Inti

ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan dari segi kualitasnya atau mutu atau nilainya maka hadits itu

terbagi menjadi tiga bagian, yakni:

1. hadist shahih.

2. Hadist hasan.

3. Hadist da’’if.

14
DAFTAR PUSTAKA

1 .Munandar, S.C.Utami, Krerativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif

& Bakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), 4.

2. Muhammad „Ammarah, Al-Imam Muhammad „Abduh, Al-Imam Muhammad „Abduh:

Mujaddid al-Islam (Beirut: Al-Muassassah Al-Islamiyyah Li Al-Dirasah Wa Al-Nasyr, 1981), 207.

3. Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013),

hlm.18-19

4. Aris Musthafa, Qur’an Hadis, (Sragen : Akik Pusaka, 2008), hlm. 3

5. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),

hlm.20.

6. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur;an Praktis, (Jakarta: Pustaka Bumi,

2001), hlm. 3

7 .Munandar, S.C.Utami, Krerativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif

& Bakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), 4.

8. Muhammad „Ammarah, Al-Imam Muhammad „Abduh, Al-Imam Muhammad „Abduh:

Mujaddid al-Islam (Beirut: Al-Muassassah Al-Islamiyyah Li Al-Dirasah Wa Al-Nasyr, 1981), 207.

9. M. Ajaj Al-Khotib, Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), hlm.271.

10. Munzier Suparta, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, cet, 2 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996),

hlm.92.
11
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 132.

12. Thahan, Mahmud, Ulumul Hadits (studi kompleksitas hadits Nabi), Terj. Zainul Muttaqin,

(Yoqjakarta: Titian Illahi Press,1997), hlm.54.

15

Anda mungkin juga menyukai