Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji milik Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW, sang penakluk alam dan Islam yang selalu bercahaya
Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya
makalah ini, ada kesalahan maka kami minta arahan bimbingan kepada dosen dari
kesalahan. Olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin Yaa Robbal
„Aalamiin.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 1
DARTAR ISI ................................................................................................ 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
Terminologi Pendidikan tidak lepas dari adanya efektifitas yang sangat tinggi
dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
juga dengan tujuan intruksional, merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan
yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mereka mempelajari bahasan
tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satukali pertemuan, misalnya pelajaran
bagi setiap orang Islam”. Dan pada kesempatan lain beliau pun pernah
menganjurkan, agar manusia mencari ilmu meski berada di negeri orang (Cina)
3
sekalipun; meski dari manapun datangnya. Hadist tentang belajar dan yang terkait
dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam al-Hadist, demikian juga dalam Al-
Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari
ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat
mengerti akan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula
manusia mampu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.
Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga
hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan
suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa
banyak mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami
mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur (lihat : Qs. Al-
Mujadilah : 11).
seorang guru yang mahir agar ilmu yang kita dapatkan benar dan sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Seperti halnya yang telah disampaikan
Syaikh Salim bin Ied al-Hilal ketika menjelaskah hadist Ustman, “Pembaca Al-
Qur‟an yang tidak berguru tidak akan sanggup membacanya (dengan benar) karena
4
B. RUMUSAN MASALAH
bertujuan untuk
2. Untuk mengetahui arti al-qur’an dan hadist secara kata-kata bahasa dan istilah.
5
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian al-qur’an
kehidupan di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti. Maka setiap mukmin
kitab suci itu. Diantaranya kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan
mulia. Belajar Al- Qur‟an merupakan kewajiban utama bagi setiap mukmin dan
harus dimulai semenjak kecil, sebaiknya semenjak umur lima atau enam tahun,
sebab umur tujuh tahun anak sudah disuruh mengerjakan sembahyang. Kata
pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu, belajar dan mengajar.
sementara cara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah
Perintah Hadits
mengajarkannya.”
3
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm.18-19
6
Rasulullah juga bersabda:
„‟Barang siapa mengajarkan satu ayat dari Kitab Allah, maka baginya pahala
agunglah kedudukannya.‟‟
Tata cara membaca tersebut dapat menunjang kita untuk memahami dan
hukumannya. Sabda Rosul ini menjadi teladan bagi orang yang mengimaninya,
tanggung jawab orang tua masing-masing, berdosalah orang tua yang mempunyai
Dalam membaca Al-Qur‟an tentunya tidak lepas dari yang namanya ilmu tajwid,
karena ilmu tajwid termasuk ilmu terpenting yang harus diketahui setiap muslim.
Tanpa memahami ilmu ini seorang muslim pasti kesulitan dan melakukan banyak
7
minim dari kesalahan kita harus mengetahui ilmu tajwid dengan cara
mempelajarinya. Karena itulah ilmu ini selalu dipelajari secara antusias oleh setiap
saja, tetapi perlu juga membacanya dengan secara tartil (teratur dan benar). Karena
apabila salah pembacaannya akan salah juga dalam pengartiannya. Secara hukum,
apabila seorang pembaca Al-Quran salah membacanya, ia akan menjadi dosa bagi
teratur dan benar, karena dihukumi fardhu ‟ain (kewajiban yang berhubungan
Mempelajari Al-Qur‟an tentunya kita harus belajar kepada ahlinya atau seorang
guru yang mahir agar ilmu yang kita dapatkan benar dan sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Seperti halnya yang telah disampaikan Syaikh
Salim bin Ied al-Hilal ketika menjelaskah hadist Ustman, “Pembaca Al-Qur‟an
yang tidak berguru tidak akan sanggup membacanya (dengan benar) karena
semua itu membutuhkan bimbingan seorang guru. Karen itu, beliau (Nabi
Sebagai upaya untuk menciptakan generasi anak yang mahir dalam membaca
Al-Qur‟an, banyak usaha yang telah dilakukan baik oleh perorangan, kelompok
8
maupun pemerintah. Hal ini terbukti dengan berdirinya majelis-majelis ta‟lim,
Taman Pendidikan Al-Qur‟an dan sebagainya. Adapun usaha yang telah dilakukan
Pengertian dari Al–Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikan jibril a.s
yang di dalamnya berisi pedoman hidup bagi manusia.
Menurut Dr. Subhi Ash-Shalih, Al-Quran merupakan kalam Allah Swt yang
merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad dan di tulis di
mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah. 4
kalangan ulama muhadditsin adalah ahadits, dibandingkan bentuk lainnya
yaitu hutsdan atau hitsdan.5 Dan yang dikatakan Hadist adalah sesuatu yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, baik itu perbuatan, perkataan, perilaku dan
lain sebagainya tentang Rasulullah untuk menjelaskan kandungan Al-Qur’an.6
Secara bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata
kerja Qoro-’artinya membaca. Secara istilah, Al-Quran adalah firman atau wahyu
berbahasa Arab yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
dengan perantara mmalaikat jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian
ibadah, yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
4
. Aris Musthafa, Qur’an Hadis, (Sragen : Akik Pusaka, 2008), hlm. 3
5
. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang,
1991), hlm.20.
6
. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur;an Praktis, (Jakarta: Pustaka
Bumi, 2001), hlm. 3
9
2. Pengertian Hadits
menurut bahasa (lughat) yaitu : 1. Al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata al-qadim
(sesuatu yang lama). 2. Al-Khabar (berita), yaitu sesuatu yang diprcayakan dan
“Segala ucapan Nabi Saw, Segala perbuatan beliau dan segala keadaan
beliau”.
Perbedaan tersebut disebabkan karena terpengaruh oleh terbatas dan luasnya obyek
melahirkan dua macam ta‟rif al-Hadits, yaitu ta‟rif yang terbatas dan ta‟rif yang
luas. Dalam mata pelajaran al-Qur‟an Hadits ada unsur-unsur pokok yang
a. Membaca al-Qur‟an dan Hadits dengan benar dan baik (sesuai dengan ilmu
tajwid)
7
. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm.
15.
8
. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Seajarah dan Pengantar Ilmu
Hadits(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), hlm.1
10
Berdasarkan dari segi kuantitasnya atau jumlah rawi hadits, maka dibagi
menjadi dua bagian, yaitu : 1. Hadits Mutawatir, yaitu : Mutawatir menurut bahasa,
berarti mutatabi’ yang (datang) berturut- turut, dengan tidak ada jaraknya.
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara tradisi tidak
mungkin mereka sepakat untuk berdusta. (jumlah banyak itu) dari awal sanad
sampai akhirnya dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap tingkatan
Ahad jamak dari “Ahada”, menurut bahasa “al-wahid” yang berarti satu. Dengan
demikian hadits ahad adalah Hadits yang diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan
Hadits ahad menurut istilah dan banyak didefinisikan oleh para ulama adalah
sebagai berikut:
“Khabar yang jumlah perawinya tidak sampai jumlah perawi Hadits mutawatir,
baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang
jumlah perawi Hadits mutawatir.”10 Berdasarkan dari segi kualitasnya atau mutu
atau nilainya maka hadits itu terbagi menjadi tiga bagian, yakni:
sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi
9
. M. Ajaj Al-Khotib, Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998),
hlm.271.
10
. Munzier Suparta, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, cet, 2 (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1996), hlm.92.
11
Al-Qur’an Hadits di madrasah ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca,
yang beriman dan bertakwa kepada allah swt. Inti ketakwaan itu ialah berakhlak
bernegara.
Berdasarkan dari segi kualitasnya atau mutu atau nilainya maka hadits itu terbagi
a. Hadits Shahih.
Para ulama hadits memberikan definisi hadits shahih sebagai “hadits yang
sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang
sama, sampai berakhir pada Rasulullah Saw. atau kepada sahabat atau kepada
tabiin, bukan hadits yang syadz (cntroversial) dan terkena illat, yang menyebabkan
b. Hadits Hasan.
Menurut bahasa hasan sifat Musyabbahah dari “Al Husn” yang mempunyai
arti “Al Jamal” (bagus), sedangkan secara istilah, para ulama berbeda pendapat
antara Hadits Shahih dan Dhaif, dan juga karena sebagian ulama mendefinisikan
11
. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm.
132.
12
sebagai salah satu bagiannya.12 Sebagian berpendapat hadits yang sanadnya
bersambung yang diriwayatkan oleh orang yang adil yang berkurang sifat
c. Hadits Da’if.
Hadits dhaif yaitu hadits yang tidak memenuhi standarisasi hadits shahih
maupun hadits hasan, hadits ini tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.13
secara istilah, hadits adalah “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad
(rantai perawi) dan matan (redaksi). Sanad adalah suatu riwayat yang terdiri atas
seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya
(kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sedangkan matan adalah redaksi atau
12
. Thahan, Mahmud, Ulumul Hadits (studi kompleksitas hadits Nabi), Terj. Zainul
Muttaqin, (Yoqjakarta: Titian Illahi Press,1997), hlm.54.
13
Rahman, Fatchur, Op.cit, hlm, 168-203.
13
BAB III
KESIMPULAN
dalam kehidupan di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti. Maka setiap
jawab terhadap kitab suci itu. Dan Untuk mengetahui kata-kata al-qur’an yang berasal
dari kata kalimat isim musdar dari qoro’ dan al-qur’an di turunkan oleh allah swt, lewat
malaikat jibrul ke tujuan kepada nabi muhammad saw untuk umat nabi muhammad saw,
mulai dari awal hingga samapi di zaman sekarang ini. Dan cara baca al-qur’an yang
sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada allah swt.Inti
Berdasarkan dari segi kualitasnya atau mutu atau nilainya maka hadits itu
1. hadist shahih.
2. Hadist hasan.
3. Hadist da’’if.
14
DAFTAR PUSTAKA
3. Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm.18-19
5. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),
hlm.20.
6. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur;an Praktis, (Jakarta: Pustaka Bumi,
2001), hlm. 3
9. M. Ajaj Al-Khotib, Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), hlm.271.
10. Munzier Suparta, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, cet, 2 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996),
hlm.92.
11
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 132.
12. Thahan, Mahmud, Ulumul Hadits (studi kompleksitas hadits Nabi), Terj. Zainul Muttaqin,
15