Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ULUMUL QUR`AN
ASBABUN NUZUL AL-QUR`AN

Dosen Pengampu:Amirul Bakhri, M.S,I

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3
1.KHIKMALIA GISKA PUTRI :3210024
2.RISKA AGUSTINA :3210029

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT

karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat

menyelesaikan Makalah dengan judul “ ASBABUN NUZUL “.Shalawat dan

salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para

keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua

dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Qur`an dan semoga segala

yang tertuang dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi

para pembaca dalam rangka membangun Khasanah keilmuan. Makalah ini di

sajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang

membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Kami menyadari bahwa penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan

saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan

langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua,karena

kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Wassalamu`alaikum. Wr.Wb.

Pemalang, 21 september 2021

Penyusun

i
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 5
A.Pengertian Asbabun Nuzul................................................................. 5
B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul ………………….. 10
a. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan
dalam Riwayat Asbab An-Nuzul....................................................10
b. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab an-Nuzul
untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab
An-Nuzul……………………………………………....................11
c. Dilihat dari Sudut Pandang Latar Belakang ……………………..13

C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul……………………….. 13


D. Manfaat dan HikmahMengetahui Asbabun-Nuzul………………... . 16

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 20


A. Kesimpulan...................................................................................... 20
B. Saran................................................................................................ 21

KEPUSTAKAAN............................................................................................. 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi

Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an adalah kitab

suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang

harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar  memperoleh kebaikan di

dunia dan di akhirat. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya mengalami

banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-

macam cara nabi menerimanya. Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk

kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan

asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga

memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-

berita yang akan datang.

Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini,

tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak

peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang

memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka dan terkadang

Pada masa Rasulullah ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada beliau, dengan

maksud meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan secara terperinci

tentang urusan-urusan agama, sehingga turunlah beberapa ayat dari ayat-ayat al-

Qur’an untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul itu. Hal yang seperti

itulah yang dimaksud dengan asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya al-Qur’an.

2
Ulama salaf tatkala terbentur kesulitan dalam memahami ayat, mereka segera

kembali berpegang pedoman asbabun nuzulnya. Dengan cara ini hilanglah semua

kesulitan yang mereka hadapi dalam mempelajari al-Qur’an tentang “Asbabun

Nuzul”.

Adapun ilmu yang mempelajari tentang al-qur’an disebut dengan ilmu

‘Ulumul Quran. Sedangkan ‘Ulumul Qur’an itu sendiri masih terbagi lagi menjadi

beberapa aspek disiplin ilmu dan salah satu disiplin ilmu tersebut adalah

Asbabunnuzul.

Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan

diteliti oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara

mendalam.

Dari sedikit paparan tentang al-Qur’an diatas, sehingga kita dapat menyadari

betapa penting al-Qur’an bagi umat muslim, jadi al-Qur’an bukan saja cuma di baca

dan di pahami maknanya, tetapi kita juga harus mengetahui penyebab mengapa ayat-

ayat dalm al-Qur’an diturunkan oleh Allah atau sering disebut Asbabun Nuzul.

Dalam makalah ini saya akan membahas tentang asbab an-nuzul yaitu

peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an berkenaan dengan

terjadinya peristiwa tersebut, baik berupa kejadian ataupun suatu pertanyaan yang

diajukan kepada Rasullullah. Dalam pembahasan asbab-an nuzul ini juga membahas

berbagai macam yang berkaitan dengan asbab an-Nuzul ini yang meliputi pengertian

Asbabun Nuzul, macam-macam dan pembagiann Asbabun Nuzul, redaksi Asbabun

Nuzul , berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat dan manfaat mempelajari Asbabun

Nuzul.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat

dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ?

2. Sebutkan macam-macam dan pembagian Asbab Al-Nuzul ?

3. Apa yang dimaksud redaksi Asbabun Nuzul ?

4. Apa yang dimaksud berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat ?

5. Apa saja manfaat mempelajari Asbabun Nuzul ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah atau karya tulis ini adalah sebagaimana

berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun nuzul.

2. Untuk mengetahui macam-macam dan pembagian Asbab Al-Nuzul.

3. Untuk mengetahui redaksi Asbabun Nuzul.

4. Untuk mengetahui ayat yang turun mengenai satu orang.

5. Untuk mengetahui turunnya Al-Qur’an surat pertama sampai terakhir.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbab An-Nuzul

Kata asbāb al-nuzūl berasal dari dua kata, yaitu ‫ أسباب‬dan ‫النزول‬. Menurut al-

Munawwir, kata ‫ أسباب‬adalah bentuk plural dari kata ‫ السبب‬yang berarti sebab, alasan,

dan illat. Sedangkan kata ‫ النزول‬berasal dari kata ‫ نزل‬yang berarti turun.

Definisi asbāb al-nuzūl dari segi etimologis berarti sebab atau alasan turunnya

ayat-ayat al-Quran. Ungkapan asbāb al-nuzūl khusus dipergunakan untuk

menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an.1

Sedangkan secara terminologi yang dirumuskan oleh para ulama,di antaranya:

1. Menurut M. Hasbi al-Shiddieqy, asbāb al-nuzūl ialah sesuatu yang dengan

sebabnyalah turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu,

atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya, pada

masa terjadinya peristiwa itu.

2. Menurut Al-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-Quran,yang

dimaksud dengan asbab nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi

mengiringi ayat-ayat itu diturunkan untuk membicarakan peristiwa

tersebut,atau menjelaskan ketentuan hukumnya.

3. Menurut Manna Al-Qahtan asbab nuzul adalah sebagai peristiwa yang

menyebabkan ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan waktu kejadian peristiwa

tersebut,baik berupa pertanyaan maupun kasusu-kasus tertentu.

4. Menurut As-Shabuni “Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang

menyebabkan turunya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan


1
Rosihon Anwar, Ulumul Al-Quran (Bandung : Pustaka Setia, 2007). H. 60

5
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan

kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.

5. Suhbhi al-Shalih mendefinisikan asbāb al-nuzūl sebagai sesuatu yang dengan

sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu,

atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada

masa terjadinya sebab tersebut. 

Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat adakalanya

berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat-ayat atau

beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa

tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu.

1. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam.

a. Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk

anatara segolongan dari suku Aus dan segolongan dari suku Khazraj.

Perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang

Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak: “senjata,senjata”. Peristiwa

tersebuat menyebabkan turunnya beberapa ayat, diantaranya:

         
    

Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-
orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi
orang kafir sesudah kamu beriman.

Sampai beberapa ayat sesudahnya. Hal ini merupkan cara terbaik untuk

menjauhkan orang dari perselisihan dan merangsang orang untuk kepada sikap kasih

sayang, persatuan, dan kesepakatan,

6
b. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang yang

mengimani salat sedang mabuk sehingga tersalah membaca surah Al-

Kafirun. Ia baca
       

Dengan tanpa “” Pada “”. Peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat:

        


            
           
        
       

Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi
Maha Pengampun.

Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk

bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.

c. Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian

(muwafaqat) Umar bin Al-Khattab dengan ketentun-ketentuan ayat –ayat

Al-Quran. Dalam seajarah ada beberapa harapan Umar yang

dikemukakannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian turun ayat-ayat

yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapan Umar tersebut.

Sebagian Ulama menulisnya secara khusus. Sebagai contoh, Imam Al-

Bukhari dan lainnya meriwaytakan dari Anas ra. Bahwa Umar berkata :

7
“Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal: Aku katakan kepada Rasul,

bagaimana sekiranya kita jadikan Makam Ibrahim tenpat salat.

Aku katakan kepada Rasul , sesungguhnya istri-istrimu masuk kepada

mereka itu orang yang baik-baik dan oran yang jahat, maka bagaimana

sekiranya Engkau perintahkan kepada mereka agar bertabir, maka turunlah

ayat hijab .(Q.S. Al-Ahzab:53).; dan istri-istri Rasul mengerumuninya

pada kecemburuaan. Aku katakan kepada mereka:


         
       

Terjemahnya:
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti
kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang
beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa,
yang janda dan yang perawan.

2. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk pertanyaan dapat dikelompokkan

kepada tiga macam, yaitu:

a. Pertama pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu,

seperti ayat
          

Terjemahnya:
mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain.
Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".

b. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung

pada waktu itu, seperti ayat:


           
   

Terjemahnya:
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

8
c. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, seperti

ayat:
     

Terjemahnya:
(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
kebangkitan, kapankah terjadinya?

Kata-kata ini mereka ucapkan adalah sebagai ejekan saja, bukan karena

mereka percaya akan hari berbangkit.2

B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul

1. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam

Riwayat Asbabun Nuzul

Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan

riwayat asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah

(kemungkinan/possible). Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas

menunjukkan asbabun nuzul, dan tiak mungkin pula menunjukkan yang lainnya.

Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila perawi menggunakan:

 “Sebab turun ayat ini adalah ...”

 “Telah terjadi ..., maka turunlah ayat ...”

 “Rasulullah pernah ditanya tentang ..., maka turunlah ayat ...”

Contoh riwayat asbabun nuzul yag menggunakan redaksi sarih ialah sebuah

riwayat yang disampaikan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Apabila

2
Ahmad Syadali, Ahmad Rofi’i Ulumul Quran I (Bandung : Pustaka Setia, 1997). H. 90-94

9
seorang suami mendatang istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling.” Maka

turunlah ayat:
       
Adapun redaksi muhtamilah bila perawi mengatakan:

 “Ayat ini turun berkenaan dengan ...”

 “Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan ...”

Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa

Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah

ikut dalam perang badar bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw. tentang saluran air

yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengairi kebun kurma masing-

masing dari situ. Orang ansar berkata: “ biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair

menolak. Maka Nabi saw. bersabda: “airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air

itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang ansar itu marah, katanya: “ Rasulullah,

apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?” wajah Rasulullah menjadi

merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu Zubair, kemudian tahanlah air itu hingga

memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu.” Rasulullah

dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu ia

mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada

Orang Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak

Zubair secara nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun

kecuali mengenai urusan tersebut: (Q.S. An Nisaa: 65)3


            
      
2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu

Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul


3
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (cet. Xiv; Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
2011), hal. 122.

10
a. Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa

Nanzil Al-Wahid)

Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul

dalam satu versi. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam

satu ayat dari sisi redaksi dan dari sisi kualitas, para ulama

mengemukakan cara-cara berikut:

Dari sisi redaksi:

 Tidak mempermasalahkan; cara ini digunakan apabila riwayat-riwayat

asbabun nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah.

 Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi

sarih; cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbabun nuzul

itu tidak menggunakan redaksi sarih.

 Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila

seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas salah

satunya tidak shahih.4

Dari sisi kualitas:

 Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat

dua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang

shahih dan tidak shahih.

 Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi

Asbabun Nuzul berkualitas sama-sama shahih.

 Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas

sama-sama tidak shahih.5

4
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.70.
5
Rosihon Anwar, Ulum Alquran. hal. 72-74.

11
b. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)

Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat

atau lebih. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang

diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang

lama adalah riwayat Asbabun Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-

Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas tentang

turunnya surat Al Mujadalah ayat 18-19.6

3. Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua, yaitu:

a. pertama, ada suatu kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian

tersebut.

b. Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu hal, lalu

turunlah ayat yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan

kepada Nabi saw.7

C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul

Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW.

Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain berdasarkan

periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql ash-shalih) dari orang-orang yang

melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat Al-Quran.8

Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan

kehati-hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbab An-Nuzul untuk

itu, dalam kitab Asbab An-Nuzulnya, Al-Wahidy menyatakan :

6
Rosihon Anwar, Ulum Alquran. hal. 76.
7
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali
Press, 2013), hal. 106.
8
Az-Zarqany, op. Cit., hlm. 113-114; Ash-Shabuny, op. Cit., hlm. 23; Shalih, op. Cit., hlm. 135.

12
“Pembicaraan asbab an-Nuzul, tidak dibenarkan, kecuali dengan berdasarkan

riwayat dan mendengar dari mereka yang secara langsung menyaksikan

peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.”

Para ulama salaf sangat keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat

yang berkaitan dengan asbab an-Nuzul. Keketatan mereka itu dititikberatkan pada

seleksi pribadi si pembawa riwayat (para rawi), sumber riwayat (isnad) dan redaksi

berita (matan).

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa sikap kekritisan mereka tidak dikenakan

terhadap materi Asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi. Mereka

berasumsi bahwa apa yang dikatakan sahabat nabi, yang tidak masuk dalam lapangan

penukilan dan pendengaran, dapat dipastikan ia mendengar ijtihadnya sendiri.9

Dalam hal ini Ibnu Sirin berkata “ Aku bertanya kepada ‘Ubaidah tentang satu

ayat dari al-Qur’an, maka beliau berkata “ Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah

dengan perkataan yang benar, orang-orang yang mengetahui dalam hal apa ayat-ayat

al-Qur’an diturunkan Allah telah pada meninggal “,

Maksudnya bahwa memahami asbab an-nuzul tidak bisa semata-mata dengan

logika, tetapi hanya dengan mengetahui riwayat yang dapat dipertanggungjawabkan

validitasnya. Disini kita juga menangkap sikap kehati-hatian generasi salaf dalam

menerima rawayat hadist, hususnya yang berkaitan dengan asbab an-nuzul, agar

terhindar dari riwayat yang palsu. Cara mengetahui Asbab an-nuzul melalui

periwayatan yang sahih tersebut terkadang dapat dilihat dai ungkapan perawi yang

mengatakan, “sabab nuzul al-ayah kadza” (sebab turunnya ayat demikian). Ada

kalanya asbab an-nuzul tidak diungkap dengan kata sabab (sebab), tetapi

9
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. hal. 52.

13
diungkapkan dengan kalimat “fa nazalat” (lalu turun ayat). Misalnya perawi

mengatakan “su’ila an-nabiy salla Allah ‘alaihi wa sallam ‘an kadza, fa nazalat…..

(Nabi SAW ditanya tentang suatu hal, lalu turun ayat…)”.

Selain itu, terkadang perawi mengungkapkan asbab an-nuzul dengan

pernyataan, “nuzilat hazihil ayah fi kadza (ayat ini diturunkan dengan kasus

demikian), Menurut jumhur ulama tafsir, apabila ungkapan perawi demikian, maka

itu merupakan peryataan yang tegas dan dapat diprcaya sebagai asbab an-nuzul satu

atau beberapa ayat al-Qur’an. Akan tetapi Ibnu Taymiyah, fakih dan mifassir Mazhab

Hanbali, berpendapat bahwa ungkapan “nuzilat hadzihi ayah fi kadza” terkadang

menyatakan sebab turunya ayat, namun terkadang juga menunjukkan kandungan ayat

yang diturunkan tanpaasbab an-nuzul.

Yang mempunyai otoritas untuk mengungkapkan asbab nuzul ayat-ayat Al-

Quran adalah para sahabat Nabi, karena merekalah yang menyaksikan turunnya ayat-

ayat Al-Quran tersebut. Dengan demikian, pelacakan asbab nuzul harus diakukan

dengan mencari dan mempelajari perkataan-perkataan sahabat yang mengungkapkan

proses turunnya ayat-ayat Al-Quran itu,atau riwayat-riwayat yang bermuara minimal

para sahabat.

Kalau perkataan sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang perkataan atau

perbuatan Rasulullah yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-Quran, maka

kedudukannya menjadi hadis marfu, dan sangat berpeluang untuk memperoleh

kualitas hadis sahih. Tetapi, kalau perkataan mereka itu, tidak menyinggung

sedikitpun tentang Rasulullah, maka hadisnya menjadi mauquf. Oleh sebab itu, wajar

kalau para sarjana ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan bahwa hadis-hadis

tentang asbab nuzul itu, pada umumnya lemah karena tidak sampai pada Rasulullah.

14
Akan tetapi hadis-hadis tentang asbab nuzul tidak menyangkut tentang ajaran

keagamaan, tetapi sekedar mengemukakan tentang latar belakang, atau berbagai

peristiwa yang mengiringi turunnya ayat. Oleh sebab itu, kendati lemah, hadis-hadis

tersebut dapat digunakan, sebagai bahan referensi untuk memahami pesan-pesan ayat

Al-Quran.

Cara-cara melihat ungkapan asbab nuzul, secara umum disimpulkan oleh para

ulama ada empat yaitu:

1. Diungkapkan dengan kata-kata sebab

2. Diungkapkan dengan kata fa ( maka )

3. Diungkapkan dengan kata nuzuli fi ...

4. Tidak diungkapkan dengan simbol-simbol kata di atas,tetapi alur ceritanya

menunjukkan sebagai ungkapan asbab nuzul .

D. Manfaat dan Hikmah Mengetahui Asbabun-Nuzul

Pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul memiliki banyak hikmah, diantaranya:

1. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’

terhadap kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena

sayangnya kepada umat.

2. Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang

terjadi, bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.

3. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas

pengakuannya, maka pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul membatasi

pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.

15
4. Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Alquran

dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak

dapat ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.

5. Sebab nuzul dapat menerangkan kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga

ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan

dan perselisihan.10

Lalu, as-Suyuthi secara tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan peranan

ilmu sabab nuzul dalam menafsirkan Alquran, ada beberapa kegunaan yang bisa

dipetik dari mengetahui sabab nuzul, di antaranya:

1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyari’atan

hukum,

2. Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah: “

bahwasanya ungkapan (teks) Alquran itu didasarkan atas kekhususan sebab,

dan

3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu

bersifat umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang pengkhususan

itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang sebab turun ayat itu.11

Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul demikian

simpel dan sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui asbabun nuzul

memiliki kepentingan yang sangat besar dan mendasar. Terutama dalam rangka

memperjelas makna ayat Alquran dan mengindahkan hakikat penafsirannya. Karena

tidak jarang ayat-ayat Alquran yang dilalah lahiriah (petunjuk formal-tekstualnya)

10
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran. Hal. 114.
11
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal.
204.

16
tidak sesuai dengan sasaran (faktual-kontekstual) yang ingin dicapai oleh ayat itu

sendiri. Dan itu hanya dimungkinkan utnuk mengetahui secara tepat manakala sang

mufassir memahami sabab nuzul ayat. al-Buthi pun menyebutkan macam-macam

faedah dari memelajari ilmu asbabun nuzul, yaitu:

1. Mengenali hikmah bagaimana cara Allah swt. menerangkan hukum-hukum

yang disyariatkan-Nya dengan melibatkan sabab nuzul;

2. Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari

kemungkinan timbul kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan

dugaan pembatasan dari redaksi ayat secara literal mengisyaratkan

pembatasan itu;

3. Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah

ungkapan (ibarat) itu didasarkan atas kekhususan sebab, bukan keumuman

teks;

4. Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum ayat

tatkala ditemukan pengkhusus;

5. Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan;

6. Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah swt. ke

dalam hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;

7. Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin

menguatkan keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang

mendengarkan ayat Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.12

Manfaat mengetahui Asbab an Nuzul menurut ulama lainnya, diantaranya

adalah:

12
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran. hal. 213.

17
1. Ibnu Al- Daqiq, mengetahui asbabun nuzul ayat merupakan metode yang

utama dalammemahami pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an

2. Ibnu Taimiyah, mengetahui asbabun nuzul membantu dalam memahami ayat

Al-Qur’an, karena mengetahui sebab juga mengetahui musabab.

3. Al-Wahidi, tidak mungkin seorang dapat menafsirkan suatu ayat tanpa

mengetahui sejarah turunnya dan latar belakang masalahnya.

18
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan:

Kata Asbabun-Nuzul (‫ )أسباب النزول‬terdiri atas kata asbab (‫ )أسباب‬dan an-nuzul (

‫)النزول‬. Asbab adalah kata jamak (plural) dari kata mufrad (tunggal) sabab,yang secara

etimologis berarti sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong

(motifasi), tali kehidupan, persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal,

sumber dan jalan.

Kedudukan asbab an-nuzul dalam pemahaman Al-Qur’an sangat membantu

dalam memahami Al-Qur’an, apabila tidak niscaya banyak kekeliruannya.

Kebanyakan ulama untuk menjadikan pedoman hukum lebih sepakat pada “umum

lafadh” daripada “khusus sebab”, karena mempunyai tiga macam dalil yaitu: pertama,

lafadh syar’I saja yang menjadikan hujjah dan dalil. Kedua, kaidah tersebut

ditanggungkan kepada makna selama tidak ada pemalingannya dari makna tersebut.

Ketiga, para sahabat dan mujtahid kebanyakan tanpa memerlukan qias atau mencari

dalil apabila berhujjah dengan lafadh yang umum dari sebab yang khusus.

    Dari uraian diatas kita dapat memahami bahwa asbabun nuzul tidak bisa

dipisahkan dengan kajiana al-Qur’an, terutama untuk mengambil kesimpulan dari

ayat-ayat hukum. Dan dapatlah kita ketahui bahwasannya al Quran mengandung

banyak nilai-nilai kehidupan maka dari itu kita patutlah mempelajarinya. Al Qur’an

sebagai mukjizat yang di anugrahkan kepada nabi Muhammad adalah salah satu kitab

Allah yang paling sempurna diantara kitap suci yang lain. Al Quran diturunkan

kepada nabi Muhammad melalui beberapa cara yang mana dalam penurunan Al-

Quran itu sendiri diberikan secara berangsur-angsur atau bertahap.

19
Saran

Sebagai kalamullah sudah sepantasnya lah kita

mencintai,memelihara,mempelajari segala nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran

tersebut dengan sebaik mungkin, salah satu wujud bahwa kita mencintai al Quran

dengan cara banyak membaca Al-Quran serta mengamalkan nilai yang ada di

dalamnya. Maka untuk itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk memahami apa

yang terkandung dalam al Quran sebagai kitap suci kita yang diturunkan oleh Allah

kepada nabi Muhammad.

Penulis berharap, semoga setelah mempelajari dan memahami makalah ini,

kita dapat mengamil hikmah dari pelajaran asbabun nuzul ini, dan semoga kita dapat

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. ‘Amin Yaa Rabbal

‘Alamiiin…

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadehirjin, Moh., Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT.


Dana Bhakti Primayasa, 1998.

al-Qaththan, Manna Khalil.. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka


Litera AntarNusa. 2011.

Anshori. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan.


Jakarta: Rajawali Press. 2013.

Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Shaleh, Qamruddin dkk, Asbabun Nuzul, Diponegoro, Bandung, 1992.

Syadali, Ahmad dan Rofi’i, Ahmad. Ulumul Quran I. Bandung: Pustaka


Setia:1997

Wahid, Rahli Abdul. Ulumul Qur’an. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


1996.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Bina Ilmu. Surabaya. 1982.

21

Anda mungkin juga menyukai