Anda di halaman 1dari 20

WAHDATUL ULUM

‘’PENERAPAN WAHDATUL ULUM DALAM PENELITIAN’’


Dosen Pengampu: Yudarwin, S.H.I, M.H.I

Kelompok 9:
Ardita Syahputri 0204231021
Annisa Humayro Zakiva 0204231009
Afwansyah Nugroho Sirait 0204231019
Aidil Habibi Nasution 0204231013

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahnya kepada kita semua . sehingga makalah ini dapat terselasaikan
tepat pada waktunya.
Shalawat beriring salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumil akhir kelak. Terimakasih
kami ucapkan kepada dosen penganmu mata kuliah wahdatul ulum, yang telah
membimbing dan memberikan kami arahan baik secara moral maupun materi.
Kami sangat berharap adanya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan pemahaman secara integral dan nilai-nilai yang terkandun didalamnya.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini ada banyak kekurangan yang terdapat
di dalamnya. Saran dan kritik dari pembaca sangat kami butuhkan untuk memperbaiki
makalah kami. Demikian yang dapat kami sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, Desember 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I .........................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
1. Latar Belakang ..............................................................................................1
2. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
3. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3
1. Pengertian Wahdatul Ulum ...........................................................................3
2. Penerapan Wahdatul Ulum dalam Penelitian .................................................5
BAB III ......................................................................................................................12
PENUTUP ..................................................................................................................12
Kesimpulan ................................................................................................................12
Saran ...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Wahdatul Ulum adalah konsep dalam filsafat Islam yang mengacu pada
kesatuan pengetahuan. Konsep ini menekankan bahwa semua pengetahuan
berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, dan bahwa tidak ada
pemisahan antara pengetahuan agama dan pengetahuan dunia. Penerapan
Wahdatul Ulum dalam penelitian mencakup pendekatan holistik yang
mengintegrasikan pengetahuan agama dan pengetahuan dunia dalam upaya
memahami fenomena yang kompleks.

Dalam penelitian, penerapan Wahdatul Ulum dapat dilakukan dengan


beberapa cara. Pertama, peneliti dapat mengadopsi pendekatan interdisipliner,
yaitu menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk memahami suatu fenomena
secara komprehensif. Dengan mengintegrasikan pengetahuan agama dan
pengetahuan dunia, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam
dan menyeluruh tentang subjek penelitian.

Kedua, peneliti dapat menggunakan metodologi yang mencakup aspek


spiritual dan etis. Dalam penelitian yang menerapkan Wahdatul Ulum, peneliti
tidak hanya fokus pada aspek teknis dan empiris, tetapi juga
mempertimbangkan nilai-nilai moral dan spiritual yang terkait dengan subjek
penelitian. Hal ini dapat membantu peneliti dalam menghasilkan penelitian
yang lebih holistik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Ketiga, penerapan Wahdatul Ulum dalam penelitian juga melibatkan


penggunaan sumber-sumber pengetahuan yang beragam. Peneliti dapat
merujuk pada sumber-sumber pengetahuan agama, seperti Al-Qur'an dan hadis,
serta sumber-sumber pengetahuan dunia, seperti jurnal ilmiah dan literatur

1
akademik. Dengan memanfaatkan berbagai sumber pengetahuan ini, peneliti
dapat memperoleh perspektif yang lebih luas dan mendalam dalam penelitian
mereka.

Penerapan Wahdatul Ulum dalam penelitian dapat memberikan manfaat


yang signifikan, antara lain meningkatkan pemahaman yang holistik tentang
fenomena yang diteliti, menghasilkan penelitian yang lebih bermanfaat bagi
masyarakat, dan mempromosikan integrasi antara pengetahuan agama dan
pengetahuan dunia. Dengan demikian, penerapan Wahdatul Ulum dapat
menjadi landasan yang kuat dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada
kebaikan dan kesejahteraan umat manusia.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian dari Wahdatul Ulum?
2. Bagamaina Penerapan Wahdatul Ulum dalam Penelitian?

3. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Wahdatul Ulum

2. Untuk Mengetahui Penerapan Wahdatul Ulum dalam Penelitian

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wahdatul Ulum

Wahdatul ‘ulum berasal dari dua kalimat yaitu wahdah yang artinya satu yang
dimaksud wahdah disini berbeda dengan tauhid, wahdah merupakan kesatuan yang
kita tahu bahwa ilmu itu banyak secara manifestasi tapi hakikinya ilmu hanya satu.
Al-‘ulum adalah kata jama’ yang artinya ilmu-ilmu, bukan hanya satu ilmu
melainkan beberapa ilmu yang terdiri dari ilmu yang berbeda-beda. Ilmu
merupakan jalan terang yang memberi petunjuk dan arah karena hakikatnya ilmu
itu adalah cahaya, jadi dapat disimpulkan bahwa wahdatul 'ulum adalah kesatuan
ilmu-ilmu1.

Wahdatul Ulum adalah salah satu konsep utama dalam ilmu filsafat di
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) yang kemudian digabung
menjadi kerangka yang lebih luas. Konsep ini menjadi motor penggerak dalam
suatu filsafat yang bertujuan untuk membuat konsep menjadi lebih nyata dan
membantu memecahkan masalah dalam masyarakat2. Pengertian Wahdah al-'Ulum
di sini identik dengan istilah Unity of Knowledge (konsep kesatuan ilmu
pengetahuan) yang dikenal di dunia Barat. Istilah Wahdah al-'Ulûm sengaja dipilih
untuk mempertegas bahwa paradigma keilmuan ini digali dari berbagai sumber
Islam dan diperkaya dengan pemikiran yang berkembang pada era posmodern
(wacana yang mempertanyakan semua kemapanan modern yang memiliki batas,
dampak dan perwujudan) ini. Konsep wahdah di sini sengaja dipilih untuk
mendekatkan dengan konsep tauhid, dari akar kata wahada (‫( وحد‬yang diartikan

1
Siti Fatimah, Strategi Wahdatul Ulum Dalam Mewujudkan Moderasi Beragama,
Jurnal Studi Sosial dan Agama(JSSA),1.1(2021),41-136
2
Fitri Randia Ningsih, Penerapan Wahdatul Ulum Dalam Masyarakat, 4.2 (2023)

3
dengan kesatuan. Sedangkan konsep al-'ulûm jamak dari al-‘ilm diartikan dengan
pengetahuan (knowledge; bukan science).

Wahdatul Ulûm yang dimaksud adalah visi, paradigma dan konsepsi keilmuan
yang berdasar pada pandangan bahwa ilmu pengetahuan yang banyak itu
merupakan satu kesatuan, di mana satu sama lain saling berkaitan. Jadi, Wahdatul
Ulum adalah suatu pandangan bahwa semua ilmu saling terkait satu sama lain.
Pandangan ini terkait dengan iman/keyakinan, bahwa semua ilmu berasal dari
Allah. Mustahil ilmu Allah yang banyak itu ada yang bertentangan antara yang satu
dengan yang lain3.

Menurut Imam Al-Ghazali, ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan


sesuatu itu sendiri. Maksudnya ialah ilmu merupakan pengetahuan yang dimiliki
seseorang tentang objek (pengetahuan itu sendiri) secara benar. Menurut Imam Al-
Ghazali, ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan sesuatu itu sendiri.
Maksudnya ialah ilmu merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang
objek (pengetahuan itu sendiri) secara benar. Sementara menurut Parluhutan,
bahwa Wahdatul ‘Ulum adalah keseluruhan pengetahuan yang sudah bergabung
dalam satu jaringan harmonis dalam satu kesatuan yang terkait dan saling
melengkapi. Kesatuan pengetahuan ini mencakup semua pengetahuan, mulai dari
pengetahuan praktis hingga informasi yang bersifat spiritual, religius, etis, sosial,
dan budaya, serta pengetahuan di bidang humaniora, sains, dan agama.

Sementara menurut Parluhutan, bahwa Wahdatul ‘Ulum adalah keseluruhan


pengetahuan yang sudah bergabung dalam satu jaringan harmonis dalam satu
kesatuan yang terkait dan saling melengkapi. Pengetahuan yang sudah menyatu itu
tidaksaja antara sains dengan pengetahuan agama, tetapi meliputi segenap

3
Parluhutan Siregar, Pengembangan Bahan Kuliah Wahdatul Ulum, UIN Sumatera
Utara, 2022 , 1-28

4
pengetahuan, mulai dari pengetahuan spiritual, agama, etika, sosial, budaya,
humaniora, sains, filsafat, sampai pada pengetahuan terapan.

Wahdatul ‘Ulum bermaksud walaupun ilmu sudah berkembang menjadi


bagian bagian mulai dari umum ke khusus akan tetapi memiliki kaitan kesatuan
sebagai ilmu yang diyakini merupakan pemberian Tuhan. Dengan begitu setiap
pengembangan ilmu pengetahuan tekhnologi dan sains tidak hanya fokus terhadap
kemajuannya yang pesat akan tetapi semua pengembangan bidang ilmu itu
berdasarkan pada keyakinan, norma, pemikiran, serta aplikasinya sebagai
pengabdian kepada Tuhan. Dalam epistemologi Barat menyatakan bahwa hanya
ada dua sumber ilmu yaitu rasio (akal) dan empiris (panca indera) di luar yang dua
ini tidak dianggap sebagai ilmu maka dalam wahdatul ‘ulum selain akal dan indera
hati yang sering disebut dengan instuisi serta wahyu (transendentalisme) juga
dijadikan sebagai sumber ilmu.

B. Penerapan Wahdatul Ulum Dalam Penelitian

Penerapan wahdatul 'ulum dalam pengembangan pengetahuan melalui


penelitian mencerminkan suatu paradigma atau pendekatan mendalam yang
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Konsep wahdatul 'ulum, yang dapat
diterjemahkan sebagai kesatuan ilmu, menekankan bahwa ilmu pengetahuan
seharusnya dipandang sebagai suatu kesatuan utuh, yang saling terkait dan
melibatkan berbagai bidang pengetahuan. Penelitian yang menerapkan wahdatul
'ulum melibatkan integrasi antarbidang ilmu untuk merancang penelitian yang lebih
komprehensif. Pendekatan ini mengakui bahwa fenomena atau masalah yang
diteliti seringkali kompleks dan tidak dapat sepenuhnya dipahami jika hanya
menggunakan satu perspektif atau satu disiplin ilmu.

Ada beberapa kerangka berpikir yang perlu dipahami dan dipertimbangkan


dalam penelitian dengan meng- gunakan pendekatan transdisipliner.

5
Pertama, Pendekatan Sistem, yang memahami bahwa alam semesta ini
merupakan realitas yang memiliki tingkatan, yang disebut dengan Levels of Reality.
Maksudnya, alam raya ini terbentuk dari banyak sistem; mulai dari yang kecil dan
sederhana sampai yang besar dan serba kompleks, serta sistem-sistem itu
menempati level-level tertentu4

Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian transdisipliner adalah


berpikir sistem (Systems Thinking), berpikir tentang dunia di luar diri sendiri dan
melakukannya dengan menggunakan konsep sistem5

Berpikir sistem melibatkan pergeseran perspektif berfikir, dari perspektif 'isi


pemikiran' menjadi perspektif pemikiran'.'Pola Pada dasarnya berpikir sistem
terkait dengan studi hubungan, sebab, kunci untuk memahami sistem sebagai suatu
keseluruhan yang terintegrasi terletak pada pemahaman tentang pola hubungan".
Pendekatan sistem memandu pemikiran untuk menemukan hubungan antara
sejumlah elemen (parts) dan kesatuan yang terbentuk dari bagian-bagian (whole).
Keberadaan whole di sini lebih daripada sekedar kumpulan pada hubungan.

Oleh karenanya esensi berpikir sistem adalah berpikir tentang hubungan.


Dalam studi hubungan, hal yang perlu dilakukan dalam kajian sistem meliputi
hubungan struktur, proses subsistem, hubungan antara subsistem, dan sistem proses
yang lebih luas.

Sejalan dengan paradigma Levels of Reality yang memahami bahwa alam


semesta ini merupakan realitas yang memiliki tingkatan, maka objek studi dalam

4
Basarab Nicolescu, Methodology of Transdiciplinarity-Levels of Reality, Logic of
the Include Middle and Complexity, in Transdisciplinary Journal of Engineering and
Science, Vol.1, (2010)
5
Checkland, Peter, Syistems Thinking, Syistems Practice (New York: Wiley, 1993) ,
h. 3

6
penelitian transdisipliner mencakup wilayah yang sangat luas dan objek-objek itu
terstruktur secara sistemik.

Dalam penelitian transdisipliner integratif terdapat banyak disiplin atau teori


keilmuan yang harus direlasikan dalam meneliti bidang tertentu, misalnya:

✓ Dalam penelitian Ulumul Qur'an/Tafsir digunakan perspektif Sejarah, politik,


dan sosiologi

✓ Dalam penelitian Ilmu Aqidah digunakan perspektif filsafat, psikologi,


kosmologi, biologi, dan lain-lain.

✓ Dalam meneliti Ilmu Hukum dan Fiqh digunakan perspektif filsafat, politik,
sosiologi, etika, dan lain-lain.

✓ Dalam penelitian Ilmu Pendidikan digunakan perspektif Teologi, filsafat,


sosiologi, psikologi, biologi dan lain- lain.

✓ Dalam penelitian digunakan perspektif Ilmu Dakwah dengan Sejarah, sosiologi,


politik, dan lain-lain.

✓ Dalam penelitian Ilmu kesehatan digunakan perspektif teologis, etika, fiqh, dan
lain-lain.

✓ Ekonomi,

✓ Lingkungan,

✓ Politik,

✓ Keberagamaan

✓ Budaya dan seni,

✓ Sosial dan sejarah,

7
✓ Individu dan masyarakat,

✓ Demikian seterusnya

Sementara dalam penelitian transdisipliner kolaboratif terdapat sejumlah


realitas yang menjadi objek kajian, yaitu:

✓ Dalam penelitian Sains dan teknologi digunakan persepektif teologis, filsafat,


sosiologis, sejarah, politik, dan laon-lain.

✓ Planet dan alam semesta.

Realitas-Realitas tersebut ditandai oleh beberapa ciri:

1. Memiliki hubungan yang kompleks dan dinamis.

2. Masing-masing realitas ini ditandai dengan ketidak- lengkapannya

3. Satu sama lain menempati posisi atau tingkatan yang berbeda, namun bersama
dalam kesatuan.

Kedua, Pendekatan The Logic of the Included Middle,suatu kerangka berpikir


yang memungkinkan seseorang untuk membayangkan bahwa ada ruang antara hal-
hal yang hidup, dinamis, fluktuatif, bergerak, dan terus-menerus berubah. Pada
ruang tengah ini lah transdisipliner mewujud dengan subur.

Dalam aksioma (basis dari sistem logika formal yang bersama-sama dengan
aturan inferensi mendefenisikan logika) Logic of Included Middle diakui
keberadaan unsur ketiga (Third). Jadi, Included Middle sebenarnya merupakan
Third Hidden. Keberadaan The Third Hidden cukup penting dalam menentukan
arah dan maksud studi terhadap suatu objek,visi atau point view (sudut pandang)
seseorang terhadap sesuatu.

8
Menurut ilmu budaya dan sosiologi realitas itu tidak dilihat secara langsung
oleh seseorang, tetapi melalui tabir (kata, konsep, simbol, budaya, dan persetujuan
masyarakat) Dengan kata lain, suatu realitas objek itu dilihat sesuai dengan nilai
yang mempengaruhi diri seseorang, apakah agama , budaya, seni, etika, dan
sebagainya.

Dengan demikian penelitian pendekatan transdisipliner dalam dilakukan


dengan tiga prinsip :

Pertama, sesuatu yang tidak terlepas dari objek lain karena objek sersebut
merupakan salah satu variable atau bagian dari sejumlah variable atau bagian yang
membentuk suatu fakta dan realitas.

Kedua, dalam merumuskan masalah dan pengumpulan data penelitian,


instrumen dan perspektif yang digunakan tidak terbatas pada perspektif disiplin
ilmu yang menjadi latar belakang peneliti, tetapi melibatkan iknstrumen dan
perspektif disiplin ilmu lain. Namun tetap mengarusutamakan perspektif ilmu atau
bidang utama yang dimiliki peneliti.

Sedangkan untuk penelitian integratif kolaboratif, perspektif yang beragam


dilakukan dan diterapkan secara sejajar. Perbedaan penekanannya hanya
dipertimbangkan berdasarkan data atau kasus-kasusnya yang lebih menonjol.

Ketiga, dalam melakukan analisis data, pengambilan kesimpulan, dan


rekomendasi kontribusi hasil penelitian, digunakan berbagai formula dan
perspektif. Demikian juga rekomendasi kontribusi hasil penelitian tidak saja
diarahkan pada pengguna (user) yang sesuai atau terkait langsung dengan bidang
studi peneliti melainkan juga kepada bidang-bidang yang memiliki keterkaitan dan
analisis dan perspektif. Yang digunakan dalam penelitian.

Dari berbagai kerangka berpikir yang disebut di atas maka penelitian dengan
pendekatan transdisipliner di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

9
meng- gunakan 'Kerangka Berpikir Thawwafi', yaitu penelitian yang dilaksanakan
di mana peneliti bergerak mengitari masalah secara orbital. Penelitian dengan
kerangka berpikir Thawwafi menggunakan tujuh prinsip. Pertama, ilmiah dan
objektif, menerapkan nilai-nilai ilmiah, besikap objektif, dan menekuni topik yang
hendak dibahas secara sungguh- sungguh sebagai kerja dan jihad ilmiah (jihad al-
ilmi).

Kedua, transvision, melihat masalah penelitian tidak terbatas dengan


menggunakan satu perspektif (disiplin atau rumpun disiplin yang menjadi latar
belakangnya) melainkan menggunakan berbagai perspektif. Hal itu dapat dilakukan
bila seorang peneliti menyadari bahwa dirinya bias naik ke ufuk sebagai khalifah
Allah yang harus memakmurkan bumi. (QS.11/Hûd: 61).

Ketiga, visi sunnatullah, melihat segala sesuatu, termasuk objek penelitian,


tidak sebagai sesuatu yang atomistis, terpisah dari aspek lain, melainkan sesuatu
yang sistemik, berjalan menurut sunnatullâh (Natural Law). Oleh karenanya peran
penalaran dan rasionalitas menjadi sangat penting.

Keempat, internalisasi nilai (value), prinsip yang meyakini bahwa di balik


fenomena atau norma, data, dan fakta yang ditemukan, terdapat nilai (value) yang
menjadi substansinya. Peneliti tidak saja memperhatikan norma tetapi juga
memahami nilai yang terkandung di dalamnya.

Kelima, analisis bahsiyah, analisis komprehensif dan kolaboratif, yaitu dalam


menyikapi dan menganalisis data dan fakta, seseorang peneliti tidak menggunakan
perspektif tunggal, ilmunya sendiri tetapi juga ilmu-ilmu lain, dan pada penelitian
integratif kolaboratif, bukan saja satu rumpun ilmu tetapi juga berbagai rumpun
ilmu sebagai team work penelitian.

Sebagai konsekuensi dari pemahaman bahwa kegiatan penelitian merupakan


pembahasan (bahsiyah), maka dalam melaksanan penelitian seorang peneliti tidak
hanya meng- gunakan kekuatan thinking/'âqilah (kekuatan berfikir yang ada di

10
otak) tetapi juga melibatkan kekuatan sya'irah (kekuatan merasa dan terhubung
dengan Tuhan).

Keenam, mashlahah, memandang dan melaksanakan penelitian serta


penemuannya, bukan hanya untuk ilmu, tetapi sesuatu yang menyangkut
kepentingan dan kesejahteraan umat manusia.

Ketujuh, tawhîdî. Sebagaimana dalam ibadah thawaf, maka seluruh aktifitas


penenitian dilihat dan diyakini sebagai mengenali taqdir Allah sebagai pencipta dan
pengatur alam semesta.

1. Posisi Islam dalam Penelitian Transdisipliner

Sebagai Universita Islam yang di dasaran pada nilai dan ruh keislaman,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan menempatkan Islam pada
posisi yang sangat strategis dalam penelitian ilmiah, di semua bidang ilmu yang
dikembangkan.Peran Islam dalam penelitian transdisipliner di Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara Medan dapat dilihat dari dua sisi.
Pertama, dalam penelitian ilmu pengetahuan Islam (Islamic Science), Islam
menempati dua posisi. [1] Penelitian tersebut diyakini sebagai 'penelitian ilmu
pengetahuan Islam' karena tidak ada ilmu-yang baik-yang tidak bersumber dari
Tuhan. [2] Agama sebagai point of view dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
tindak lanjut penelitian.
Dalam pengembangan pengetahuan melalui riset dengan pendekatan
transdisipliner, Islam menjadi spirit, nilai, dan ruh semua proses penelitian.
Sungguhpun peneliti meminjam berbagai teori dan rumusan metodologi dari
para ahli yang bukan muslim (yang akan Muslim), hal itu merupakan suatu
yang absah, sebab setiap ilmu adalah hikmah yang harus diambil sebagai milik
umat yang tercecer dari pangkuannya.

11
Kedua, pada disiplin ilmu-ilmu yang sudah mapan dalam studi ilmu-ilmu
keislaman (Islamic Studies), maka Islam- dengan sendinya menempati posisi
yang sanagat strategis.
Posisioning ( Tindakan perusahaan dalam merancang produk dan strategi
pemasaran agar dapat menciptakan kesan tertentu yang diingat dibenak
konsumen) Islam dalam penelitian ilmu-ilmu keislaman (Islamic Studies)
dalam perspektif transdisipliner ditetapkan berdasarkan hirarti ilmu, yaitu ilmu-
ilmu keislaman normatif, ilmu-ilmu keislaman rasional, dan ilmu-ilmu Islam
sosio-empirik (sikap mendasar sesuai dengan observasi serta akal sehat, dan
hasilmya tidak bersifat spekulatif atau perkiraan) .
Perspektif ilmu-ilmu keislaman tersebut digunakan dengan
mengarusutamakan bidang spsialisasi seorang peneliti di satu sisi dan
menggunakan persepektif ilmus ilmu lain berdasarkan posisi hirarki ilmu-ilmu
keislaman.

2. Strategi Penelitian Transdisipliner

Ada dua strategi penelitian dengan menggunakan pendekatan


transdisipliner di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
Pertama, dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan transdisipliner
integratif strategi yang digunakan adalah dengan menggunakan perspektif
bukan hanya bidang ilmu peneliti melainkan juga perspektif ilmu-ilmu lain di
luar bidang yang menjadi spesialisasinya, dengan melibatkan ahli lainnya.
Penerapan pendekatan trandisipliner integratif ini dapat dilakukan oleh
peneliti, scholar, dan akademisi secara personal karena mereka telah dibekali
dengan dasar-dasar berbagai ilmu, dan juga mereka telah diberi pelajaran
metodologi riset baik menyangkut bidang ilmunya maupun metodologi riset
ilmu-ilmu keislaman secara umum. Dalam penelitian seperti ini, peneliti

12
mengundang dan memposisikan ahli lain sebagai partisipan atau narasumber
untuk mem perkaya data dan analisis penelitian.
Kedua, penelitian transdisipliner kolaboratif dilaksanakan oleh Tim.
Dikatakan demikian karena penelitian transdisipliner kolaboratif dapat disebut
sebagai framework untuk menghimpun para akademisi yang bersedan
keterampilannya, berkolaborasi dengan peneliti lain, untjuk meneliti masalah-
masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan problema yang dihadapi
masayarakat.
Sebagai framework (kerangka kerja yang digunakan untuk
mengembangkan aplikasi berbasis dekstop maupun website atau sebagai
penyedia landasan untuk mengembangkan aplikasi perangkat lunak) penelitian
transdisipliner kolaboratif harus dilaksanakan oleh tim yang terdiri atas
berbagai ahli dari berbagai disiplin ilmu, ditambah dengan praktisi dan wakil
masyarakat. Anggota tim yang heterogen tersebut dibutuhkan agar dapat
berbagi peran secara sistematis lintas disiplin. Pendekatan transdisipliner
kolaboratif dalam penelitian menuntut para anggota tim berbagi peran dan
secara sistematis melintasi batas-batas disiplin6
Di sini para peneliti menyumbangkan pemikiran dan analisis yang unik
sesuai keahlian masing-masing, tetapi tetap dalam rangka kerjasama menjawab
persoalan yang sedang dibahas. Jadi, sukses-tidaknya penelitian trandisipliner
kolaboratif tergantung pada kerja tim dalam mengembangkan dan berbagi
konsep, metodologi, proses, dan alat-alat yang diperlukan. Tidak mudah
membangun tim work yang solid dalam penelitian transdisipliner. Dalam
prakteknya, ada beberapa kendala yang mungkin akan di hadapi, antara lain:

(a) Kesulitan memahami pemikiran teman lain dari disiplin ilmu yang berbeda;

6
Helja Antola Crowe.et.al,’’ Transdisiplinary Teaching : Profes-sionalism Across
Cultures’’, dalam International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 3 No.
13 ; July 2013, h. 195

13
(b) Kesulitan memahami kompleksitas masalah;

(c) ketidakseimbangan penguasaan anggota tim terhadap disiplin ilmu yang


dipelajarinya, sehingga orang- orang tertentu yang cukup piawai mendominasi
bahkan mendikte yang lain.
Dalam hal ini pimpinan tim diharapkan dapat menjalin kerja sama dan
memperkuat kolaborasi ahli dari berbagai bidang tersebut untuk memperoleh
hasil penelitian yang kontributif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebutuhan masyarakat serta peradaban .

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan paparan materi diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa,
dalam penerapan Wahdatul 'Ulum dalam pengembangan pengetahuan atau
penelitian, terlihat bahwa konsep kesatuan ilmu-ilmu membawa dampak positif.
Integrasi ilmu, interkoneksi antar disiplin, pemanfaatan sumber daya optimal,
pengembangan solusi terpadu, dan pengembangan etika penilaian menjadi
landasan penting. Pendekatan holistik ini tidak hanya menghasilkan pengetahuan
yang lebih komprehensif, tetapi juga mempromosikan kolaborasi lintas
disiplin,keberlanjutan, dan dampak positif dalam masyarakat. Penerapan
Wahdatul Ulum di dalam penelitian menciptakan fondasi yang kuat untuk progres
ilmiah yang menyeluruh, menghormati keberagaman ilmu pengetahuan, dan
menciptakan solusi yang relevan dan etis.
Wahdatul Ulum adalah konsep dalam filsafat Islam yang mengacu pada
kesatuan pengetahuan. Konsep ini menekankan bahwa semua pengetahuan berasal
dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, dan bahwa tidak ada pemisahan antara
pengetahuan agama dan pengetahuan dunia. Dalam konteks penelitian, penerapan
Wahdatul Ulum dapat memiliki beberapa implikasi.
Pertama, penerapan Wahdatul Ulum dalam penelitian menekankan pentingnya
memahami dan menghargai hubungan antara pengetahuan agama dan pengetahuan
dunia. Peneliti diharapkan untuk mempertimbangkan aspek spiritual dan etis
dalam penelitian mereka, serta memahami bagaimana pengetahuan agama dapat
memberikan wawasan yang berharga dalam memahami fenomena dunia.
Kedua, penerapan Wahdatul Ulum juga mendorong peneliti untuk mengadopsi
pendekatan interdisipliner dalam penelitian mereka. Dalam mempelajari fenomena

15
kompleks, peneliti dapat menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Misalnya, dalam penelitian
tentang kesehatan, peneliti dapat menggabungkan pengetahuan medis dengan
pengetahuan agama untuk memahami aspek spiritual dalam pemulihan pasien.
Ketiga, penerapan Wahdatul Ulum juga menekankan pentingnya memperoleh
pengetahuan dengan niat yang baik dan tujuan yang benar. Peneliti diharapkan
untuk menjaga integritas dan etika dalam penelitian mereka, serta
mempertimbangkan dampak sosial dan moral dari penelitian mereka.

Dalam kesimpulannya, penerapan Wahdatul Ulum dalam penelitian mengarah


pada pendekatan yang holistik dan terintegrasi dalam memahami fenomena dunia.
Konsep ini mengingatkan peneliti untuk mempertimbangkan aspek spiritual, etis,
dan interdisipliner dalam penelitian mereka, serta menjaga integritas dan tujuan
yang baik. Dengan menerapkan Wahdatul Ulum, penelitian dapat menjadi lebih
komprehensif, berdampak positif, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

2. Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu bahan untuk
menambah pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi yang membacanya.Dan
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun supaya
Penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Syahrin. 2018. Wahdatul Ulum Paradigma Integrasi Keilmuan dan Karakter
Lulusan Universita Islam Ngeri (UIN) Sumatera Utara Medan , Medan : Penerbit
Perdana Mulya Sarana
Fatimah, Siti. 2021. Strategi Wahdatul Ulum Dalam Masyarakat Modern Beragama,
Jurnal Studi Sosial dan Agama.
Basarap Nicolescu. 2010. Methodology of Transdiciplinary Levels of Reality, Logic of
the Include Middle and Complexity in Trandisciplinary. Journal of Engineering
amd science. Vol.1
Peter, Checkland. 1993. Syistems Practice. (New York: Wiley)
Crowe, Helja Antola. 2013. Transdisiplinary teaching: Professionalism Across
Cultures, dalam International. Journal of Humanities and Social Scienceh

17

Anda mungkin juga menyukai