Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU MUSTHOLAH HADITS

HADITS MUALLAQ DAN HADITS MUSALSAL

DISUSUN OLEH:
ASTRI MELIADARI 34190283
MILA SUSANTI 34190292
SEPTI MARASTIKA 34190307

PRODI D III FARMASI STIKES SURYA GLOBAL


YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan karunia-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Di
dalam makalah yang kami buat ini kami membahas tentang hadits muallaq dan hadits musalsal.

Tujuan kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Mustholah Hadist yang dibimbing oleh Bapak Tahanil Fawaid, S.Hum., M.Hum. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Demikian makalah ini dibuat, kami menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan
demi mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi dan atas kritik dan sarannya
kami ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumus Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Hadits Muallaq ............................................................................................................................ 3
1. Definisi.................................................................................................................................... 3
2. Bentuk-bentuk Hadits Muallaq ............................................................................................... 3
3. Contoh Hadits Mu’allaq .......................................................................................................... 3
B. Hadits Musalsal ........................................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an.Seperti yang kita


ketahui, hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaiwi wa sallam. Baik dari perkataan, perbuatan, dan ketetapannya.Hadis
di lihat dari sumber berita.

Bagi kaum Muslimin, hadits diyakini sebagai sumber hukum pokok setelah al-
Qur‟an. Ia adalah salah satu sumber tasyri‟ penting dalam Islam. Urgensinya semakin
nyata melalui fungsi-fungsi yang dijalankannya sebagai penjelas dan penafsir al-
Qur‟an, bahkan juga sebagai penetap hukum yang independen sebagaimana al-Qur‟an
sendiri. Ini terkait dengan tugas Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam sebagai
pembawa risalah dan sekaligus menjelaskan apa yang terkandung di dalamnya.

Berdasar hal ini umat Islam meyakini bahwa al-Qur‟an dan hadits merupakan
sumber hukum Islam yang tidak bisa dipisahkan dalam kepentingan istidlal dan
dipandang sebagai sumber pokok yang satu, yaitu nash. Keduanya saling menopang
secara sempurna dalam menjelaskan syari'ah.

Dalam konteks ini Imam Syatibi berkata: "Di dalam istinbath hukum, tidak
seyogyanya hanya membatasi dengan memakai dalil al-Qur‟an saja, tanpa
memperhatikan penjabaran (syarah) dan penjelasan (bayan), yaitu al-Hadits. Sebab di
dalam al-Qur‟an terdapat banyak hal-hal yang masih global seperti keterangan tentang
shalat, zakat, haji, puasa dan lain sebagainya, sehingga tidak ada jalan lain kecuali
menengok keterangan hadits."

B. Rumus Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi Hadits Muallaq dan Hadits Musalsal
2. Apa contoh Hadits Muallaq
3. Bagaimana hukum Hadits Muallaq
4. Apa saja Pembagian Hadist Musalsal

1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi Hadits Muallaq dan Hadits Mudallas
2. Untuk mengetahui contoh Hadits Muallaq
3. Untuk mengetahui hukum Hadits Muallaq
4. Untuk mengetahui Pembagian Hadits Musalsal

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Muallaq
1. Definisi
Mu’allaq menurut bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata “alaqa” yang
berarti tergantung. Hadits yang memiliki sanad seperti ini disebut hadits mu’alllaq
disebabkan karena hadits tersebut hanya dihubungkan oleh rawi kepada orang yang
pertamakali mengucapkan hadits (Rasul) tanpa menyebutkan nama-nama rawi yang
meriwayatkan hadits dari Rasul sampai rawi terakhir (yang meriwayatkan hadits
mu’allaq). Sedangkan definisi mu’allaq menurut istilah adalah sebagai berikut:
‫ما خدف من مبدأ إسناده فأ كثر على التولي‬
“Hadits tidak menyebutkan nama-nama rawi menurut seorang atau lebih diawal
sanadnya secara berturut-turut”.

2. Bentuk-bentuk Hadits Muallaq


a. Rawi membuang seluruh sanad dan langsung berkata Rasulullah bersabda
b. Perawi membuang seluruh sanad kecuali seorang shabahat dan tabi’in (Ibn
Hajar, Syarah Nukhbah al-Fikr, t.t.: 43).

3. Contoh Hadits Mu’allaq


Contoh hadts munqathai’ adalah hadits yang dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam
muqaddimah ketika membahas hadits yang menjelaskan menutupi paha.
‫صم ركبتیھ حین دخل عثمان‬: ‫غطى النبي قال أبو موسى‬
(al-Bukari, t.t.: 90).
“ Abu Musa al-Asy’ari berkata: Nabi Saw. Menutupi kedua lututnya ketika
Utsman masuk.”

4. Hukum Hadits Mu’alaq


Para ulama ahli hadits menyatakan bahwa hadits mu’allaq merupakan hadits
yang ditolak (mardud) karena tidak memenuhi kriteria-kriteria hadits Maqbul yaitu
tidak disebutkannya sanad hadits.

5. Hukum Hadits Mua’llaq Dalam Kitab Bukhari Muslim


Secara umum hadits mua’llaq dikategorikan hadits mardud akan tetapi bila
hadits mua’llaq terdapat dalam kitab - kitab yang disepakati keshahihanya seperti
dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim maka memiliki hukum tersendiri sebagai
3
berikut:
a. Yang diriwayatkan dengan memakai redaksi pasti seperti menggunakan redaksi
Dzakara, Haka, hadits yang memakai redaksi tersebut dianggap shahih.
b. Yang diriwayatkan dengan memakai redaksi” Qiila”, Dzukira” Hukia”, hadits
yang diriwayatkan dengan redaksi seperti itu tidak muthlaq shahih tetapi ada
yang shahih, tetapi karena terdapat dalam kitab yang disepakati keshahihannya
maka hadits tersebut diduga kuat shahih.

B. Hadits Musalsal
1. Definisi
Secara bahasa adalah musalsal terbentuk dari kata ‫السلسلة‬-‫يسلسل‬-‫ سلسل‬yang berarti
bersambungnya sesuatu dengan yang lain. Ada pula yang mengartikan rantai yang
bersambung, bagian-bagian yang serupa.

Sedangkan Secara istilah yaitu Sebuah hadits yang dalam sanandnya antara satu
perawi dengan perawi setelahnya melakukan hal yang sama, baik berupa perkataan,
perbuatan ataupun keduanya. Ada pula yang mengartikan “Suatu hadits yang sama
dan berurutan dalam segi keadaan dan sifat perawi-perawinya atau keadaan dan
sifat dalam cara meriwayatkannya”. Ataupun dengan ungkapan bersambungnya
sanad bersamaan keadaan dan sifatnya dalam segi perkataan ataupun perbuatan.
Diulang-ulang dalam perawi dan riwayatnya, dan saling berkaitan antara tempat
dan waktu periwayatannya.

2. Pembagian Hadits Musalsal


Berdasarkan dari penjelasan makna Hadits Musalsal diatas maka bisa
disimpulkan bahwa macam-macam Hadits Musalsal dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Musalsal Biahwaali Ar-Ruwwat

Maksudnya ialah hadits yang sanadnya bersambung sedang perawi


haditsnya saling mengikuti dalam keadaan sang perawi dari segi perkataan,
perbuatan, atau kedua-duanya sekaligus. Dalam musalsal macam ini, ada
beberapa kategori adalahsebagai berikut:

4
1) Musalsal Biahwaali Al-Qouliyah:
Yaitu hadits yang sanadnya bersambung dan sama dalam segi keadaan secara
perkataannya. Contoh dalam hadits berikut ini:

‫اللھم اعني علي ذكرك‬: ‫ فقل في دبر كل صالة‬،‫يا معاذ إني أحبك‬: ‫حديث معاذ بن جبل ان النبي صلي هللا علیه وسالم قال له‬
‫وشكرك وحسن عبادتك‬

Hadits Mu’adz bin Jabal, bahwasanya nabi shallallahu ‘alihi wasallam


berkata kepadanya: “Wahai Mu’adz, sesungguhnya aku mencintaimu. Maka,
katakanlah disetiap akhir sholatmu: Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa
berdzikir kepadaMu, senantiasa berdzikir kepadaMu dan senantiasa beribadah
dengan baik kepadaMu.”(HR. Abu Dawud)

Hadits ini musalsal (bersambung dan sama) antara perawi dengan


perawi setelahnya dalam ungkapan: “Sesungguhnya aku mencintaimu, maka
ucapkanlah setiap selesai sholat.” Setiap perawi yang menyampaikan kepada
perawi yang lain selalu memulai dengan kata-kata tersebut. Sebagaimana yang
dilakukan Rasulullah dalam perkataan beliau terhadap Mu’adz.

2) Musalsal Biahwaali Ar-ruwaati Al-Fi’liyah


Adalah hadits yang sanadnya bersambung dan sama dalam segi keadaan
perbuatannya. Contoh dalam hadits berikut ini:

‫شبك بیدي أبو القاسم صلى هللا علیه وسلم وقال‬: ‫حديث أبو هريرة رضي هللا عنه قال‬:

‫خلق هللا األرض يوم السبت‬.

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: tangan Abu Qasim


(Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam menggenggamkan tangannya pada
jari-jemariku seraya bersabda: “Allah menciptakan bumi pada hari sabtu”.

Hadits ini bersambung sanadnya bersamaan perbuatan para perawi


terhadap perawi lainnya. Yaitu melakukan sebagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melakukannya terhadap Abu Hurairah.

5
3) Musalsal Qouliyan dan Fi’liyan Ma’an

‫اليجد العبد حالوة االيمان حتي يؤمن بالقدر‬: ‫قال رسول هللا صلي هللا علیه والسالم‬: ‫حديث انس بن مالك رضي هللا عنه قال‬
‫حلوه ومره‬, ‫وقبض رسول هللا صلي هللا علیه وسالم علي لحیته وقال أمنت بالقدر خیره وشره‬, ‫حلوه ومره‬, ‫خیره وشره‬

Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu Berkata: Rasulallah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: Seorang hamba tidak mendapatkan manisnya iman sehingga
beriman kepada ketentuan Allah (Qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.”
Rasulallah sambil memegang jenggot bersabda: “ Aku beriman pada ketentuan Allah
(qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” (HR. Al-Hakim secara musalsal)

Hadits tersebut adalah yang bersambung sanadnya bersamaan dalam keadaan


secara perkataan dan perbuatan sekaligus.

b. Musalsal Bishifati Ar-rawi

Yaitu para perawi dalam satu sanad mengikuti parawi yang pertama sesuai
dengan sifat perawinya. Para perawi disini dalam sanad yang bersambung. Sifat perawi
hadits terdapat dalam dua kategori, yaitu: Qauliyah dan Fi’liyah (dipandang dari segi
perkataan dan perbuatan).

1) Sifat yang pertama adalah musalsal bisifati ar-ruwati al-qauliyyah.

Yaitu para perawi hadits dalam sanad yang bersambung mengikuti sifat
perawi yang pertama dalam segi perkataannya. Jadi, perkataan yang disampaikan
oleh perawi sama dan sesuai perkataan yang perawi dengar.

Contoh:

‫أن الصحابة سالوا الرسول هللا صلي هللا علیه وسالم عن أحب االعمال الي هللا عزوجل لیعملوه‬

‫فقرأ علیھم سورة الصف‬

6
Hadits musalsal (bersambung) dengan bacaan surat Ash-Shaff. Maka,
bacaan surat Ash-Shaff seorang yang meriwayatkan hadits sesuai dengan semua
bacaan rawi: (Bacaannya seperti ini)

Maksudnya, antara perawi yang menyampaikan bacaan surat Ash-Shaff sama


seperti bacaan yang telah perawi dengar.

2) Sifat yang kedua adalah musalsal bishifati ar-ruwati al-fi’liyyah.

Yaitu para perawi hadits dalam sanad yang bersambung mengikuti sifat perawi
yang pertama dalam segi perbuatannya. Perbuatan dalam hadits sifatnya sama terus
menerus diantara perawi dalam satu sanad. Misalnya:

‫البیعان بالخیار‬: ‫حديث ابن عمر مرفوعا‬

“Penjual dan pembeli diperbolehkan melakukan khiyar (hak memilih)”

Hadits ini diriwayatkan secara musalsal secara terus-menerus oleh fuqaha’


kepada fuqaha’, orang-orang dari negeri-negeri tertentu, atau orang-orang dari bangsa
tertentu. Hal ini termasuk musalsal dengan menisbatkan nama-nama tertentu yang telah
disepakati dengan disertai nama bangsanya Al-Muhammadiin, Ad-Damasyqy, Al-
Mishriyyin atau yang lainnya. Ataupun menambahkan gelar pada nama-nama tertentu
dalam hadist dengan menambahkan gelar Al-Hafidz, Al-Fuqaha’ seperti contoh hadits
diatas atau yang lainnya.

c. Musalsal Bishifaati Ar-Riwaayat

Musalsal bishifati ar-riwayat adalah antara perawi hadits memiliki sifat


periwayatan yang sama. Musalsal bishifati ar-riwayat terbagi menjadi tiga:

1) Musalsal bishiyaghi al-adaa’


Adalah persamaan perawi dalam susunan kata periwayatan. Misalnya, perawi
menggunakan kata (‫ )سمعت‬sami’tu atau (‫ )أخبرنا‬akhbarnaa dalam setiap
periwayatannya dalam sebuah sanad secara terus-menerus.

7
2) Musalsal bizamaani ar-riwaayat

Adalah persamaan perawi hadits dalam waktu periwayatannya. Misalnya,

‫شھدت رسول هللا صلي هللا علیه وسالم في يوم عیدالفطر او أضحي‬: ‫حديث ابن عباس قال‬,

‫أيھاالناس قدأصبحتم خیرا فمن أحب أن ينصرف فلینصرف‬: ‫فقال‬, ‫فلما فرغ من الصالة اقبل علینا بوجھه‬،

‫ومن أحب أن يقیم حتي يسمع الخطبة فلیقم‬

Hadits Ibnu Abbas ia berkata: “Aku menyaksikan Rasulullah pada hari raya idul
fitri ataupun idul adha, ketika selesai shalat beliau menghadap ke arah kami dan
berkata: “Wahai manusia sekalian, telah datang kepada kalian kebaikan…”

Hadits musalsal yang diriwayatkan ketika hari raya. Maka, para perawi hadits
mengatakan (‫)حدثني في يوم العید‬. Para perawi mendapatkan dan menyampaikan hadits
tersebut ketika hari raya.

3) Musalsal bimakaani ar-riwaayat

Adalah persamaan hadits dalam tempat periwayatan. Contoh:

‫الملتزم موضع يستجاب فیه الدعاء‬: ‫سمعت رسول هللا صلي هللا علیه وسالم يقول‬,

‫ومادعاهللا فیه عبددعوة اال استجاب له‬

Hadits Ibnu Abbas: “Telah ku dengar dari rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam ia berkata: “Multazam adalah tempat diijabahnya do’a,dan barang siapa yang
berdo’a kepada Allah didalamnya maka akan Allah kabulkan.” Ibnu Abbas
menambahkan “ demi Allah, setelah aku mendengar perkataan rasulullah aku tidak
pernah do’a kepada Allah kecuali Allah mengabulkannya.” Hadits ini telah
disambungkan secara terus menerus dengan lafadz makna tem pat ini oleh para perawi.

Kelebihan hadits musalsal adalah bersambungnya sanad melalui pendengaran.


Tidak akan ada yang mentadlis dan tidak terputus sanadnya dalam hadits ini. Serta
menambah nilai kedhabitan bagi para perawi. Dalam hadits muslasal, tidak ada syarat
tertentu. Sebagian hadits, musalsal (kesamaannya) dari awal hingga akhir. Akan tetapi,
terkadang hadits musalsal terputus ditengah ataupun diakhir sanad. Dan biasanya
dikatakan demikian “ Hadits ini musalsal (disandarkan kesamaannya) kepada si fulan.”

8
Hadits musalsal tidak ada kaitannya terhadap keshahihan sebuah hadits. Karena
dalam hadits musalsal terdapat hadits-hadits shahih, hasan, dho’if dan bathil,
tergantung keadaan perawinya. Sedangkan keshahihan hadits tergantung
bersambungnya silsilah perawi yang adil dan dhabith pada jalur sanad.

d. Karangan kitab musalsal yang terkenal


1) Al-Musalsalat Al-Kubro karya As-Suyuthi yang terdiri dari 85 hadits.
2) Al-Manahil Al-Musalsalat fie Al-Ahadits Al-Musalsalat karya Muhammad Abdul
Baqi Al-Ayyubi yang terdiri dari 212 hadits.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mu’allaq menurut bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata "alaqa" yang
berarti tergantung. Hadits yg dihapus sanadnya secara keseluruhan, dari awal hingga
akhir, Hadits yg hanya disebutkan nama shahabat, Hadits yg hanya disebutkan nama
shahabat dan tabi’in
Secara bahasa adalah musalsal terbentuk dari kata ‫السلسلة‬-‫يسلسل‬-‫ سلسل‬yang berarti
bersambungnya sesuatu dengan yang lain. Ada pula yang mengartikan rantai yang
bersambung, bagian-bagian yang serupa.
Sedangkan Secara istilah yaitu Sebuah hadits yang dalam sanandnya antara satu
perawi dengan perawi setelahnya melakukan hal yang sama, baik berupa perkataan,
perbuatan ataupun keduanya. Ada pula yang mengartikan “Suatu hadits yang sama dan
berurutan dalam segi keadaan dan sifat perawi-perawinya atau keadaan dan sifat dalam
cara meriwayatkannya”. Ataupun dengan ungkapan bersambungnya sanad bersamaan
keadaan dan sifatnya dalam segi perkataan ataupun perbuatan. Diulang-ulang dalam
perawi dan riwayatnya, dan saling berkaitan antara tempat dan waktu periwayatannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Tahun. 2014. Ulumul Hadits. Gunung Jati Press. Bandung.

Nur Fauziyah Hijry. 2017. AL-ISNAD AL-‘AALY WA AN-NAAZIL DAN MUSALSAL


(Sanad yang Tinggi dan Rendah Serta Sanad yang Bersambung). Sragen.

10

Anda mungkin juga menyukai