DISUSUN OLEH:
ASTRI MELIADARI 34190283
MILA SUSANTI 34190292
SEPTI MARASTIKA 34190307
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan karunia-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Di
dalam makalah yang kami buat ini kami membahas tentang hadits muallaq dan hadits musalsal.
Tujuan kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Mustholah Hadist yang dibimbing oleh Bapak Tahanil Fawaid, S.Hum., M.Hum. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, kami menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan
demi mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi dan atas kritik dan sarannya
kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi kaum Muslimin, hadits diyakini sebagai sumber hukum pokok setelah al-
Qur‟an. Ia adalah salah satu sumber tasyri‟ penting dalam Islam. Urgensinya semakin
nyata melalui fungsi-fungsi yang dijalankannya sebagai penjelas dan penafsir al-
Qur‟an, bahkan juga sebagai penetap hukum yang independen sebagaimana al-Qur‟an
sendiri. Ini terkait dengan tugas Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam sebagai
pembawa risalah dan sekaligus menjelaskan apa yang terkandung di dalamnya.
Berdasar hal ini umat Islam meyakini bahwa al-Qur‟an dan hadits merupakan
sumber hukum Islam yang tidak bisa dipisahkan dalam kepentingan istidlal dan
dipandang sebagai sumber pokok yang satu, yaitu nash. Keduanya saling menopang
secara sempurna dalam menjelaskan syari'ah.
Dalam konteks ini Imam Syatibi berkata: "Di dalam istinbath hukum, tidak
seyogyanya hanya membatasi dengan memakai dalil al-Qur‟an saja, tanpa
memperhatikan penjabaran (syarah) dan penjelasan (bayan), yaitu al-Hadits. Sebab di
dalam al-Qur‟an terdapat banyak hal-hal yang masih global seperti keterangan tentang
shalat, zakat, haji, puasa dan lain sebagainya, sehingga tidak ada jalan lain kecuali
menengok keterangan hadits."
B. Rumus Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi Hadits Muallaq dan Hadits Musalsal
2. Apa contoh Hadits Muallaq
3. Bagaimana hukum Hadits Muallaq
4. Apa saja Pembagian Hadist Musalsal
1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi Hadits Muallaq dan Hadits Mudallas
2. Untuk mengetahui contoh Hadits Muallaq
3. Untuk mengetahui hukum Hadits Muallaq
4. Untuk mengetahui Pembagian Hadits Musalsal
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Muallaq
1. Definisi
Mu’allaq menurut bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata “alaqa” yang
berarti tergantung. Hadits yang memiliki sanad seperti ini disebut hadits mu’alllaq
disebabkan karena hadits tersebut hanya dihubungkan oleh rawi kepada orang yang
pertamakali mengucapkan hadits (Rasul) tanpa menyebutkan nama-nama rawi yang
meriwayatkan hadits dari Rasul sampai rawi terakhir (yang meriwayatkan hadits
mu’allaq). Sedangkan definisi mu’allaq menurut istilah adalah sebagai berikut:
ما خدف من مبدأ إسناده فأ كثر على التولي
“Hadits tidak menyebutkan nama-nama rawi menurut seorang atau lebih diawal
sanadnya secara berturut-turut”.
B. Hadits Musalsal
1. Definisi
Secara bahasa adalah musalsal terbentuk dari kata السلسلة-يسلسل- سلسلyang berarti
bersambungnya sesuatu dengan yang lain. Ada pula yang mengartikan rantai yang
bersambung, bagian-bagian yang serupa.
Sedangkan Secara istilah yaitu Sebuah hadits yang dalam sanandnya antara satu
perawi dengan perawi setelahnya melakukan hal yang sama, baik berupa perkataan,
perbuatan ataupun keduanya. Ada pula yang mengartikan “Suatu hadits yang sama
dan berurutan dalam segi keadaan dan sifat perawi-perawinya atau keadaan dan
sifat dalam cara meriwayatkannya”. Ataupun dengan ungkapan bersambungnya
sanad bersamaan keadaan dan sifatnya dalam segi perkataan ataupun perbuatan.
Diulang-ulang dalam perawi dan riwayatnya, dan saling berkaitan antara tempat
dan waktu periwayatannya.
4
1) Musalsal Biahwaali Al-Qouliyah:
Yaitu hadits yang sanadnya bersambung dan sama dalam segi keadaan secara
perkataannya. Contoh dalam hadits berikut ini:
اللھم اعني علي ذكرك: فقل في دبر كل صالة،يا معاذ إني أحبك: حديث معاذ بن جبل ان النبي صلي هللا علیه وسالم قال له
وشكرك وحسن عبادتك
شبك بیدي أبو القاسم صلى هللا علیه وسلم وقال: حديث أبو هريرة رضي هللا عنه قال:
5
3) Musalsal Qouliyan dan Fi’liyan Ma’an
اليجد العبد حالوة االيمان حتي يؤمن بالقدر: قال رسول هللا صلي هللا علیه والسالم: حديث انس بن مالك رضي هللا عنه قال
حلوه ومره, وقبض رسول هللا صلي هللا علیه وسالم علي لحیته وقال أمنت بالقدر خیره وشره, حلوه ومره, خیره وشره
Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu Berkata: Rasulallah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: Seorang hamba tidak mendapatkan manisnya iman sehingga
beriman kepada ketentuan Allah (Qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.”
Rasulallah sambil memegang jenggot bersabda: “ Aku beriman pada ketentuan Allah
(qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” (HR. Al-Hakim secara musalsal)
Yaitu para perawi dalam satu sanad mengikuti parawi yang pertama sesuai
dengan sifat perawinya. Para perawi disini dalam sanad yang bersambung. Sifat perawi
hadits terdapat dalam dua kategori, yaitu: Qauliyah dan Fi’liyah (dipandang dari segi
perkataan dan perbuatan).
Yaitu para perawi hadits dalam sanad yang bersambung mengikuti sifat
perawi yang pertama dalam segi perkataannya. Jadi, perkataan yang disampaikan
oleh perawi sama dan sesuai perkataan yang perawi dengar.
Contoh:
أن الصحابة سالوا الرسول هللا صلي هللا علیه وسالم عن أحب االعمال الي هللا عزوجل لیعملوه
6
Hadits musalsal (bersambung) dengan bacaan surat Ash-Shaff. Maka,
bacaan surat Ash-Shaff seorang yang meriwayatkan hadits sesuai dengan semua
bacaan rawi: (Bacaannya seperti ini)
Yaitu para perawi hadits dalam sanad yang bersambung mengikuti sifat perawi
yang pertama dalam segi perbuatannya. Perbuatan dalam hadits sifatnya sama terus
menerus diantara perawi dalam satu sanad. Misalnya:
7
2) Musalsal bizamaani ar-riwaayat
شھدت رسول هللا صلي هللا علیه وسالم في يوم عیدالفطر او أضحي: حديث ابن عباس قال,
أيھاالناس قدأصبحتم خیرا فمن أحب أن ينصرف فلینصرف: فقال, فلما فرغ من الصالة اقبل علینا بوجھه،
Hadits Ibnu Abbas ia berkata: “Aku menyaksikan Rasulullah pada hari raya idul
fitri ataupun idul adha, ketika selesai shalat beliau menghadap ke arah kami dan
berkata: “Wahai manusia sekalian, telah datang kepada kalian kebaikan…”
Hadits musalsal yang diriwayatkan ketika hari raya. Maka, para perawi hadits
mengatakan ()حدثني في يوم العید. Para perawi mendapatkan dan menyampaikan hadits
tersebut ketika hari raya.
الملتزم موضع يستجاب فیه الدعاء: سمعت رسول هللا صلي هللا علیه وسالم يقول,
8
Hadits musalsal tidak ada kaitannya terhadap keshahihan sebuah hadits. Karena
dalam hadits musalsal terdapat hadits-hadits shahih, hasan, dho’if dan bathil,
tergantung keadaan perawinya. Sedangkan keshahihan hadits tergantung
bersambungnya silsilah perawi yang adil dan dhabith pada jalur sanad.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mu’allaq menurut bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata "alaqa" yang
berarti tergantung. Hadits yg dihapus sanadnya secara keseluruhan, dari awal hingga
akhir, Hadits yg hanya disebutkan nama shahabat, Hadits yg hanya disebutkan nama
shahabat dan tabi’in
Secara bahasa adalah musalsal terbentuk dari kata السلسلة-يسلسل- سلسلyang berarti
bersambungnya sesuatu dengan yang lain. Ada pula yang mengartikan rantai yang
bersambung, bagian-bagian yang serupa.
Sedangkan Secara istilah yaitu Sebuah hadits yang dalam sanandnya antara satu
perawi dengan perawi setelahnya melakukan hal yang sama, baik berupa perkataan,
perbuatan ataupun keduanya. Ada pula yang mengartikan “Suatu hadits yang sama dan
berurutan dalam segi keadaan dan sifat perawi-perawinya atau keadaan dan sifat dalam
cara meriwayatkannya”. Ataupun dengan ungkapan bersambungnya sanad bersamaan
keadaan dan sifatnya dalam segi perkataan ataupun perbuatan. Diulang-ulang dalam
perawi dan riwayatnya, dan saling berkaitan antara tempat dan waktu periwayatannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10