Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KALAM (PEMIKIRAN KALAM TENTANG TAUHID


SEBAGAI IDENTITAS ILMU PENGETAHUAN)

Dosen Pengampu:
Drs. Abdul Kholik MR, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Kelas: 7 PAI PAGI

Windari/1811002868
Zikri Ardenus/181100
Zulfa Amelia/1811002986

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pemikiran Kalam Tentang Tauhid Sebagai Identitas Ilmu
Pengetahuan” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Pemikiran Kalam Tentang
Tauhid Sebagai Identitas Ilmu Pengetahuan”. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jambi, Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Ismail Raji Al-Faruqi......................................................................................2
1. Biografi dan karya intelektual....................................................................2
2. Pemikiran kalam Al-Faruqi........................................................................5
BAB III
PENUTUP........................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerusakan ilmu saat ini sedang menimpa umat Islam, di lembaga
pendidikan umum terjadi kebodohan terhadap ilmu agama. Banyak sekali
sarjana-sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu tidak bisa membaca
al-Qur’an atau memahami ajaran-ajaran pokok agamanya. Padahal ilmu-ilmu
agama adalah ilmu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Demikian juga,
semakin bertambah ilmu semestinya semakin bertambah pula keimanan
seseorang akan Rabbnya. Akan tetapi yang banyak terjadi, semakin pintar
seseorang dalam ilmu pengetahuan alam misalnya, tidak semakin menambah
keyakinannya akan Rabbnya. Pemisahan nilai-nilai ketuhanan dari setiap ilmu
yang dipelajari telah menyebabkan anak didik sekuler dari nilai-nilai
agamanya.
Mencermati cara pandang tersebut, penulis terdorong untuk
menghadirkan kepeloporan al-Faruqi dalam meletakkan dasar-dasar wawasan
umat Islam yang relevan dengan setiap segi dan saat dalam kehidupan dan
kegiatan manusia modern adalah patut dicermati dan diteliti. Sebagai salah
seorang ilmuwan Muslim terkemuka, al-Faruqi telah berusaha
mengaktualisasikan Islam dengan menyodorkan konsep paradigma tauhid
dalam bentuk rumusan ulang nuansa baru ketika memahami tauhid
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemikiran kalam tentang Tauhid menurut Ismail Raji Al-
Faruqi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran kalam menurut Ismail Raji Al-
Faruqi.
.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ISMAIL RAJI AL-FARUQ


1. Biografi dan Karya Intelektual
Islamil Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina 1 Januari 1921. Dikenal
secara luas sebagai ahli ilmu agama Islam dan ilmu perbandingan agama. Tokoh
yang juga dikenal sebagai penganjur Pan-Islamisme ini memulai studi di College
Des Freres Libanon. Pada 1941, ia melanjutkan pendidikan di American
University, Beirut. Gelar sarjana mudanya dalam bidang filsafat diperoleh dari
universitas tersebut pada usia 20tahun. Ia kemudian menjadi pegawai pemerintah
Palestina dibawah mandat Inggris selama empat tahun, dan bahkan sempat
menjabat sebagai gubernur di daerah Galile yang kemudian jatuh ketangan Inggris
pada 1947.

Pada tahun berikutnya al-Faruqi memutuskan untuk berhijrah ke Amerika


Serikat dan melanjutkan studinya yang sempat terhenti. Di negeri Paman Sam, ia
melanjutkan studinya di Indiana University pada tahun 1948, hingga mencapai
gelar master dalam bidangfilsafat. Dua tahun berikutnya memperoleh gelar master
di Harvard University, juga dalam bidang yang sama. Untuk memperdalam ilmu
keislaman, empat tahun berikutnya ia menimba ilmu di Al-Azhar Uni-versity,
Kairo Mesir. Setelah tuntas menimba ilmu, al-Faruqi, kemuIhr Barn Van
Housedian melakukan penelitian di pusat-pusat utama ilmu di dunia Islam dan
Barat sebagai Guru Besar Tamu Studi Islam di Institut Studi-studi Islam dan di
Fakultas Teologi, Universitas McGill (1959-1961), tempat dia mempelajari
Kristen dan Yahudi; Profesor Studi-studi Islam di Institut Pusat Riset Islam di
Karachi, Pakistan (1961-1963), dan Guru Besar Tamu untuk sejarah Agama-
agama di Universitas Chicago (1963-1964). Selama 10 tahun dia tampil sebagai
seorang Muslim Arabyang mewarisi modernisme Islam dan empirisme Barat, dan
pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an dia secara progresif berperan sebagai

2
sarjana aktivis Islam. Islam dalam pandangannya, merupakan suatu ideologi yang
serba meliputi, identitas primer bagi suatu komunitas orang beriman (umat)
sedunia dan prinsip pemandu bagi masyarakat dan budaya. Al-Faruqi
mendasarkan interpretasi Islamnya pada dok-trin tauhid (keesaan Tuhan),
memadukan penegasan klasik sentralitaskeesaan Tuhan (monoteis) dengan
interpretasi modernis (ijtihad) danpenerapan Islam dalam kehidupan
modernis.Dalam kitabnya Tawhid: Its Implications for Thought and Life,
iamelukiskan tauhid sebagai esensi pengalaman keagamaan, inti Islam,dan prinsip
sejarah, pengetahuan, etika, estetika, umat (komunitasMuslim), keluarga, serta
tatanan politik sosial ekonomi, dan dunia.Pandangan dunia Islam dari aktivis
holistis ini terwujudkan dalamfase baru kehidupan dan kariernya ketika dia
menulis secara ekstensif,memberikan kuliah dan berkonsultasi dengan berbagai
gerakan Islam dan pemerintah nasional, serta mengorganisasikan kaum Muslim
Amerika. Selama 1970-an dia mendirikan program studi-studi Islam, merekrut
dan melatih mahasiswa Muslim, mengorganisasikan profesional Muslim,
membentuk dan mengetuai Panitia Pengarah dalam studi-studi Islam Akademi
Agama Amerika (1976-1982), aktif dialogantaragama internasional yang
didalamnya ia menjadi juru bicara utama Islam dalam dialog dengan agama-
agama lain di dunia. Al-Faruqi adalah pendiri atau pemimpin banyak organisasi
seperti PerhimpunanMahasiswa Muslim dan sejumlah perhimpunan profesional
Muslim seperti Perhimpunan Ilmuan Sosial Muslim. Al-Faruqi juga menjadi
dewan Pengawas perwakilan Islam Amerika Utara; mendirikan danmenjadi
presiden pertama Perguruan Tinggi Amerika di Chicagopada 1981 membentuk
Institut Internasional bagi Pemikiran Islam diVirginia."?

Inti dari visi al-Faruqi adalah islamisasi pengetahuan. Ia menganggap


kelumpuhan politik, ekonomi, dan religio-kultural umat Is-lam terutama
merupakan akibat dualisme sistem pendidikan di duniaMuslim. Problem ini dapat
diselesaikan dengan dua hal pokok, yaitumengkaji peradaban Islam dan islamisasi
pengetahuan modern. Ter-kait persoalan ini, al-Faruqi melihat pentingnya
mengelaborasi pen-didikan secara integral. Ia mensinyalir pendidikan Barat yang

3
dijiplakdi dunia Islam berubah menjadi sebuah karikatur dari prototype
Barat.Materi-materi dan metodologi yang kini diajarkan di dunia Islam,hampir
secara keseluruhan berkiblat pada Barat, padahal hasil darijiplakan itu tidak
mengandung wawasan yang menyeluruh. Menurut-nya, materi dan metodologi
yang hampa itu terus memberi pengaruhjelek yang mendeislamisasikan para
mahasiswa, dengan berperan sebagai alternatif-alternatif bagi materi-materi dan
metodologi Islam.

Inilah persoalan krusial yang dihadapi dunia Islam yang perlu disela-
matkan dengan membangun fondasi ilmiah berbasis tauhid.Maka, semangat kritik
ilmiah dan kecakapan dalam bidang keil-muan membuat al-Faruqi
mengemukakan ide perlunya mengislam-kan ilmu-ilmu sosial kontemporer.
Untuk mencapai tujuan ini ia men-dirikan Himpunan Ilmuan Sosial Muslim (The
Assosiation of MuslimSocial Scientist). Ia menjadi presiden pertama pada
organisasi ini sejaktahun 1972 hingga 1978. Al-Faruqi juga berperan penting
dalam pembentukan lembaga Internaional (The Intemasional Institute of
IslamicThought). Kedua lembaga tersebut secara bersama-sama
menerbitkanjurnal American Journal of Islamic Social Sciences.Tetapi sangat
disayangkan aktivitas al-Faruqi dan kepiawaian-harus berakhir dengan peristiwa
yang sangat tragis, ia meninggaldunia pada 1986 bersama istrinya Lamiya al-
Faruqi dalam peristiwapembunuhan secara brutal oleh orang yang tak dikenal, di
rumah mereka Wyncote, Philadelphia. Misteri pembunuhan itu berkaitan
eratnyadengan kecamanya terhadap zionisme Israel serta dukungannya kepada
rakyat Palestina yang merupakan tanah airnya.'44Al-Faruqi adalah ilmuan yang
produktif. Ia berhasil menulis lebih dua puluh buku dan seratus artikel. Di antara
bukunya yang terpenting adalah Tauhid its Implications for Thought and Life
(1982).

Meski ia dipandang kurang sukses sebagai ahliperbandingan agama, akan


tetapi karya-karyanya banyak mengapre-siasi agama-agama lain. Ia lebih
mengambil posisi sebagai pendebatdan pendakwah berkarakter yang membela dan

4
menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Bukunya yang secara khusus membahas
perbandingan 445 agama.

2. Pemikiran Kalam al-Faruqi

Secara umum al-Faruqi banyak mengemukakan gagasan serta pemikiran


yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapioleh umat Islam.
Semua pemikirannya saling terkait satu sama lain.dan berporos pada satu sumbu
yaitu Tauhid.46 Pemikiran al-Faruqitentang Tauhid yang dikaitkan dengan
seluruh aspek kehidupan ma-nusia, baik itu segi politik, sosial, ekonomi, dan
budaya sedikit banyak telah memberikan pencerahan baru tentang keilmuan Ilmu
Kalam kontemporer. Berikut beberapa pemikiran Kalam Raji al-Faruqi.

a. Tauhid
Masalah yang terpenting dan menjadi tema sentral pemikiran islam
adalah pemurnian tauhid, karena nilai dari keislaman seseorangitu adalah
pengesahan terhadap Allah SWT. yang terangkum dalam syahadat. Upaya
pemurnian tauhid inipun telah banyak dilakukan sebagaimana yang
digambarkan dalam kebenaran universal tentangPencipta dan Pelindung
alam semesta. Itulah sebabnya, Tauhid meru-pakan spirit bagi manusia
dengan pandangan baru tentang kosmos, kemanusiaan, pengetahuan dan
moral serta eskatologi yang memberi-kan dimensi dan arti baru dalam
kehidupan manusia dalam mengaturhidup manusia, termasuk hal-hal
spesifik tentang perdainaian global,keadilan, persamaan, dan
kebebasan.Bagi al-Faruqi sendiri esensi peradaban Islam adalah Islam
itusendiri dan esensi Islam adalah Tauhid, yakni tindakan yang menegas-
kan Allah sebagai yang Esa, Pencipta Mutlak, dan Penguasa segala
yangada. 150 Oleh karenanya, Tauhid menjadi identitas peradaban Islam
yang mengikat semua unsur-unsurnya dan menjadikan unsur-unsur terse-
but sebagai suatu kesatuan yang integral, komprehensif, dan organis.
Menurut al-Faruqi terdapat beberapa prinsip yang dapat meng-pang
bangunan peradaban manusia, antara lain:

5
1. Prinsip kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang berarti bahwa
realitas terdiri dari tingkatan alamiah (ciptaan) dan tingkat transenden
(Pencipta).

2. Prinsip kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah memberi pengertian


bahwa Allah adalah Tuhan dari segala sesuatu yang bu-kan Tuhan. Ia
adalah pencipta atau sebab sesuatu yang bukan Tuhan. la pencipta atau
sebab terawal dan tujuan terakhir dari segala sesuatu yang bukan Tuhan.

3. Prinsip kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah menegaskan tentang


tujuan akhir alam semesta, sekaligus memberi mandate kepada manusia
dalam berbuat kebaikan dengan untuk menundukkan alam semesta.

4. Prinsip kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah juga memberi arti
manusia mempunyai kesanggupan untuk berbuat dan mempunyai
kemerdekaan.

Titik acuannya adalah dalam diri manusia, yakni dalam fakultas


pemahaman, suatu organ dan tempat menyimpan pengetahuan yang
mencakup seluruh fungsi genealogis. Anugrah ini cukup luas untuk
memahami kehendak Tuhan melalui pengamatan dan atas dasar
penciptaan kehendak Sang Penguasa yang harus diaktualisasikan dalam
ruang dan waktu. Dari perspektif inilah manusia harus terjun dalam hiruk
pikuk dunia dan sejarah serta menciptakan perubahan yang dikehendaki.

b. Tauhid dan serasi sosial


Pandangan Tauhid Al faruqi sebenarnya berdasarkkan pada keinginan
untuk memperbarui dan menyegarkan wawasan kembali ideasional dari
pembaru gerakan salafiah, seperti muhamad bin abdul wahab.

c. Tauhid dan islamisasi ilmu pengetahuan


Ide tentang "islamisasi ilmu pengetahuan" yang digagas al-Faruqi
berkaitan era dengan konsep tauhidnya. ide ini berpijak pada
upayaenghindari kerancuan barat dalam menyingkapi ilmu

6
pengetahuan Al-Faruqi mengajukan prinsip tauhid sebagai satu
kesatuan kebenaran, yang terdiri dari tiga prinsip, sebagai berikut.
1) Penolakan terhadap segala sesuatu yang tidak berkaitan
dengan realitas, dengan maksud meniadakan dusta dan
penipuan terhadap ajaran islam, karena prinsip ini menjadikan
segala sesuatu dalam agama islam terbuka untuk diselidiki dan
dikriktik. Prinsip ini melindungi umat islam dari opini, yaitu
tindakan membuat pernyataan yang tak teruji dan tidak
dikonfirmasi mengenai pengetahuan.
2) Prinsip "tidak ada kontraksi yang hakiki" untuk
melindunginya dari kontradiksi disitu pihak, dan paradoks
dilain pihak. Prinsip ini merupakan esensi dari rasionalisme.
Tanpa ini ia tidak ada jalan untuk lepas dari skeptisime :
3) Prinsip tauhid sebagai kesatuan kebenaran, yaitu keterbukaan
terhadap bukti baru yang bertentangan, melindungi kaum
muslimin dari literalisme, fanatisme, dan konservatisme yang
mengakibatkan kemandegan. Prinsip ini mendorong kaum
muslimin kepada sikat rendah hati dan optimis dalam
membangun perasaan.
Perbincangan kata "ilmu" menjadi lebih menarik, manakala sebuah
selogan "islami ilmu pengetahuan" hadir dibursa kemodernan.
dipadankan dalam bahasa arab, jargon " islami ilmu pengetahuan"
dipadankan dengan "islamiyyatul ma'rifah", bukan "islmiyyatul ilmi".
Ungkapan islamisasi ilmu pengetahuan pada mulang dicetuskan
ole prof. Sayed muhammad al-naguib al-Atas pada 1977. Sebelumnya
almarhum ismail Rojie al-Faruqi mengintrodusir tulisan mengenai
islamisasi ilmu-ilmu sosial, maka al- Attas mengembangkan islamisasi
ilmu-ilmu humaniora.
Menurut al-Faruqi, islamisasi ilmu pengetahuan berarti
mengislamkan ilmu pengetahuan moderen dengan cara menyusun dan
mebangunkan ulang sains, sastra, seni, dan lain-lain dengan

7
memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan islam.
Setiap disiplin harus dituangkan kembali sehingga mewujudkan
prinsip-prinsip islam dalam metodologinya, dalam strateginya, dalam
apa yang dikatakan sebagai data-datanya, dan problem-problemnya.
Seluruh disiplin harus dituangkan kembali sehingga mengungkapkan
referensi islam dengan ketiga sumbu tauhid yaitu, kesatuan
pengetahuan, kesatuan hidup dan kesatuan sejarah.1

Menurut AI-Faruqi sendiri Islamisasi ilmu pengetahuan berarti


mengislamkan ilmu pengetahuan moderen dengan cara menyusun dan
membangun ulang sains sastra, dan sains-sains pasti alam dengan memberikan
dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam. Setiap disiplin harus
dituangkan kembali sehingga mewujudkan prinsipprinsip Islam dalam
metodologinya, dalam strateginya, dalam apa yang dikatakan sebagai data-
datanya, dan problem-problemnya. Seluruh disiplin harus dituangkan kembali
sehingga mengungkapkan relevensi Islam sepanjang ketiga sumbu Tauhid yaitu,
kesatuan pengetahuan, hidup dan kesatuan sejarah. Hingga sejauh ini kategori-
kategori metodologi Islam yaitu ketunggalan umat manusia, ketunggalan umat
manusia dan penciptaan alam semesta kepada manusia dan ketundukan manusia
kepada Tuhan, harus mengganti kategori-kategori Barat dengan menentukan
presepsi dan susunan realita.2 Dalam rangka membentangkan gagasannya tentang
bagaimana Islamisasi itu dilakukan, Al-Furuqi menetapkan lima sasaran dari
rencana kerja Islamisasi, yaitu:

1. Menguasai disiplin-disiplin modern


2. Menguasai khazanah Islam
3. Menentukan relevensi Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu
pengetahuan modern
4. Mencari cara-cara untuk melakukan sentesa kreatip antara khazanah
Islam dengan khazanah Ilmu pengetahuan moderen.
1
Nunu burhanuddin, ilmu kalam dari tauhid menuju keadilan,(Jakarta:kencana2016),hlm275-286
2
Al-Furuqi, Op.Cit, hlm.34

8
5. Mengarahkan pemikiran Islam kelintasan-lintasan yang mengarah
pada pemenuhan pola rancangan Tuhan.
Untuk merealisasikan ide-idenya tersebut Al-Faruqi mengemukakan beberapa
tugas dan langkah-langkah yang perlu dilakukan: Tugas petama, memadukan
sistem pendidikan Islam dengan sistem sekuler. Pemaduan ini harus sedemikian
rupa sehingga sistim baru yang terpadu itu dapat memperoleh kedua macam
keuntungan dari sistimsistim terdahulu.

Perpaduan kedua sistim ini haruslah merupakan kesempatan yang tepat


untuk menghilangkan keburukan masing-masing sistim, seperti tidak memadainya
buku-buku dan guru-guru yang berpengalaman dalam sistim tradisional dan
peniruan metode-metode dari ideal-ideal barat sekuler dalam sistim yang dekuler.

Dengan perpaduan kedua sistim pendidikan diatas, diharapkan akan lebih


banyak yang bisa dilakukan dari pada sekuler memakai cara-cara sistim Islam
menjadi pengetahuan yang sesuatu yang langsung berhubungan dengan kehidupan
kita seharihari, sementara pengetahuan moderen akan bisa dibawa dan
dimasukkan ke dalam kerangkan sistim Islam . 3

Bagi AI-Faruqi Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan


yang tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh para ilmuan muslim. Karena menurutnya
apa yang telah berkembang di dunia Barat dan merasuki dunia Islam saat ini
sangatlah tidak cocok untuk umat Islam secara menyeluruh. Ia melihat bahwa
ilmu sosial Barat tidak sempurna sudah jelas bercorak Barat dan karena itu tidak
berguna sebagai model untuk pengkaji dari kalangan muslim, yang ketiga
menunjukan ilmu sosial Barat melanggar salah satu syarat krusial dari metodologi
Islam yaitu kesatuan kebenaran. Prinsip metodologi Islam itu tidak identik dengan
prinsip relevansi dengan spritual. Ia menambahkan adanya sesuatu yang khas
Islam yaitu prinsip umatiyah.

Untuk mempermudah proses Islamisasi Al-Faruqi mengemukakan langkah


langkah yang harus dilakukan diantaranya adalah, Pertama ; penguasaan disiplin

3
Ibid., hlm. 27

9
ilmu moderen: penguraian kategoris. Disiplin ilmu dalam tingkat kemajuannya
sekarang di Barat harus dipecah-pecah menjadi kategori- kategori, prinsip-prinsip,
metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-tema.

Penguraian tersebut harus mencerminkan daftas isi sebuah pelajaran. Hasil


uraian harus berbentuk kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah knis,
menerangkan kategori-kategori, prinsip, problema dan tema pokok disiplin
ilmuilmu Barat dalam puncaknya.

Kedua ; Survei disiplin ilmu. Semua disiplin ilmu harus disurvei dan di
esei-esei harus ditulis dalam bentuk bagan mengenai asal-usul dan
perkembangannya beserta pertumbuhan metodologisnya, perluasan cakrawala
wawasannya dan tak lupa membangun pemikiran yang diberikan oleh para tokoh
utamanya. Langkah ini bertujuan menetapkan pemahaman muslim akan disiplin
ilmu yang dikembangkan di dunia Barat. Penguasaan terhdap khazanah Islam.
Khazanah Islam harns dikuasai dengan cara yang sama. Tetapi disini, apa yang
diperlukan adalah antologi-antologi mengenai warisan pemikir muslim yang
berkaitan dengan disiplin ilmu. Penguasaan terhadap khazanah Islam untuk tahap
analisa. Jika antologi antologi telah disiapkan, khazanah pemikir Islam harus
dianalisa dari perspektif masalahmasalah masa kini.

Penentuan relevensi spesifik untuk setiap disiplin ilmu. Relevensi dapat


ditetapkan dengan mengajukan tiga persoalan. Pertarna, apa yang telah
disumbangkan oleh Islam, mulai dari Al-Qur'an hingga pemikir-pemikir kaum
modernis, dalam keseluruhan masalah yang telah dicakup dalam disiplin-disiplin
moderen. Kedua, seberapa besar sumbangan itu jika dibandingkan dengan hasil
telah diperoleh oleh disiplin moderen tersebut. Ketiga, apabila ada bidang-bidang
masalah yang sedikit diperhatikan atau sama sekali tidak diperhatikan oleh
khazanah Islam, kearah mana kaum muslim harus mengusahakan untuk mengisi
kekurangan itu, juga memformulasikan masalah-masalah, dan memperluas visi
disiplin tersebut.

10
Penyebarluasan ilmu pengetahuan yang sudah di-Islamkan. Selain langkah
tersebut diatas, alat-alat bantu lain untuk mempercepat islamisasi pengetahuan
adalah dengan mengadakan konferensi-konferensi dan seminar untuk melibat
berbagai ahli di bidang-bidang illmu yang sesuai dalam merancang pemecahan
masalah-masalah yang menguasai pengkotakan antar disiplin. Para ahli
yangnmembuat harus diberi kesempatan bertemu dengan para staf pengajar.
Selanjutnya pertemuan pertemuan tersebut harus menjajaki persoalan metode
yang diperlukan. 4

BAB III
4
Ibid., hlm.61

11
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Usaha al-Faruqi dalam mengintegrasikan tauhid dalam ilmu pengetahuan
sangatlah penting dalam menanamkan nilai-nilai kebenaran serta menjadi sebuah
kepastian untuk diketahui, bahkan kemungkinan untuk mencapainya harus sudah
ditanamkan sejak dini. Selain itu kaum Muslimin untuk memperhatikan wahyu
sebagai sumber utama ilmu. Dalam bidang keilmuan, tauhid menurut al-Faruqi
dapat dikatakan sebagai penegasan terhadap Tuhan yang satu, kesatuan Tuhan
yang bersifat mutlak dan tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Dan dengan itu,
segala dimensi sudut pandang manusia mengenai realitas dan alam semesta akan
selalu kembali kepada wacana Ketuhanan, karena disinilah letak orisinalitas dan
urgensi kebenarannya. Al- Faruqi ingin pemahaman umat Islam terhadap dasar
ideologisnya (tauhid) tidak sekedar mempunyai nilai ideal, tetapi lebih bersifat
fungsional dan mempunyai pengaruh riil dalam kehidupan. Pemahaman tauhid
bukan sekedar konsepsi ideal tentang Tuhan, tetapi lebih jauh dari itu adalah
terwujudnya kehidupan yang ideal bagi manusia. Dan lebih lanjut alFaruqi
berpendapat dalam ungkapan yang sederhana, bahwa tauhid adalah keyakinan dan
kesaksian “tiada Tuhan selain Allah” mengandung makna yang paling agung dan
kaya akan khazanah Islam. Maka secara tidak langsung rumusan-rumusan al-
Faruqi secara kongkrit telah menunjukkan sistematika bangunan islamisasi ilmu
pengetahuan yang bertumpu pada tauhid atau dimensi ketuhanan yang
transendental, semua basis keilmuan dan keilmiahan harus dilihat dan diukur dari
sudut pandang itu, sehingga keseluruhan menjadi islami dan tidak bertentangan
dengan kehendak Tuhan.

B. SARAN
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua dapat mengetahui
secara singkat tentang pemikiran kalam tentang Tauhid menurut pandangan Ismail
Raji Al-Faruqi dan Al-Faruqi

DAFTAR PUSTAKA

12
Al-Furuqi,Op.Cit, Ibid.,
Nunu burhanuddin, ilmu kalam dari tauhid menuju keadilan, (Jakarta :kencana
2016)

13

Anda mungkin juga menyukai